Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harta bukan tujuan, melainkan sarana beribadah kepada Allah SWT. Harta
yangmembawa kebaikan dan keberkahan, selain dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup,juga wajib dizakati dan diinfakkan di jalan Allah SWT.Banyak harta
idealnya mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya. Harta yang
dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaatdan akan
membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan.Ibadah harta
(ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhentipahalanya,
walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan
AmalJariyah. Jenis-jenis ibadah harta antara lain zakat, sedekah, dan udhiyyah
(kurban). Ada jugaakikah (tanda syukur menyambut anak yang baru
dilahirkan).Ibadah harta yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja dengan
jumlah berapasaja adalah infak-sedekah. Allah SWT menjanjikan pelipatgandaan bagi
mereka yangberinfak sedekah di jalan Allah menolong sesama, menyantuni fakir-
miskin dan yatim piatu,mendanai dakwah atau syiar Islam dan sebagainya.

1.2 Rumus Masalah


1. Pengertian Ibadah Maliyah
2. Macam-macam Ibadah Maliyah
3. Urgensi Ibadah Maliyah
4. Hikmah Menjalankan Ibadah Maliyah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian ibadah maliyah.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam ibadah maliyah.
3. Untuk mengetahui apa urgensi ibadah maliyah.
4. Untuk mengetahui hikmah menjalankan ibadah maliyah.
5. Untuk mengetahui makna spiritual ibadah maliyah bagi kehidupan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ibadah Maliyah

Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan


dengan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian
harta atau terkait dengan harta yaitu menggunakan harta yang Allah karuniakan untuk
apa-apa yang Allah cintai dan ridhai seperti zakat, infaq, shadaqah dll.

Ibadah harta (ibadah maliyah)merupakan investasi amal yang tidak akan


berhentipahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang
dikenal dengan AmalJariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus dijadikan
sebagai bekal kepada AllahSWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk
lebih ban]]yak beribadah kepada-Nya. Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana
ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akanmembuahkan berkah kepada harta dan
kehidupan yang bersangkutan. Dan kewajiban bersyukuratas nikmat harta harus
dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut sebagai saranaibadah kepada
Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkandalam
bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah
harta. Ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.

2.2 Macam – macam Ibadah Maliyah

1. Zakat
Zakat menurut istilah bahasa artinya tumbuh, beerkat atau kebaikan. Menurut
istilah (ahli fiqih) artinya kadar harta tertentu yang harus diberikan kepada
kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai syarat.
Zakatadalah salah satu rukun Islam yang lima. Hukumnya fardhu ‘ain (wajib)
atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada
tahun kedua Hijriyah.
Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakā yang berarti berkah,
tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut istilah para ulama, zakat adalah:

ٍ ‫ض َها فِى أ َ ْوقَا‬


‫ت‬ ِ ‫ص َو َب ْع‬ ُ ‫ص بِ َوضْعٍ َم ْخ‬
ٍ ‫ص ْو‬ ُ ‫ص ِم ْن َما ٍل َم ْخ‬
ٍ ‫ص ْو‬ ٍ ‫ص ْو‬ َ ‫إِ ْع‬
ُ ‫طا ُء ُج ْزءٍ َم ْخ‬

‫ص ٍة ِل ُم ْست َِح ِ ِّق ِه‬ ُ ‫َم ْخ‬


َ ‫ص ْو‬
“Memberikansebagian yang khusus, dari harta yang khusus, dengan ketentuan
yang khusus, dan sebagiannya disalurkan pada waktu yang khusus, untuk yang
berhak menerimanya”.

Sebagaimana definisi tersebut, ada 5 unsur utama dalam zakat, yaitu:

1) Sebagian harta, tidak seluruhnya.


2) Harta yang dizakati adalah harta yang khusus (telah
ditentukan), misalnya harta perdagangan (tijarah).
3) Ada ketentuan yang khusus dalam standar ukuran misalnya zakat
perdagangan adalah 2,5 % dari modal.
4) Sebagian didistribusikan pada waktu tertentu seperti halnya zakat fitrah
dan zakat emas sebagai simpanan.
5) Zakat hanya untuk mustahik yang sudah ditentukan (Q.S. at-Taubah
[9]: 60).

2. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis,
mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.

Menurut istilah, infaq adalah:

ِ ‫ت َو ْال ُم َبا َحا‬


‫ت‬ َّ ‫ب ِف ْي ال‬
ِ ‫طا َعا‬ َّ ‫ِإ ْخ َرا ُج ْال َما ِل ال‬
ِ ‫ط ِِّي‬

“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang
dibolehkan”

Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran,


waktu dan mustahik. Jika zakat sudah tertentu sebagaimana lima unsur utama
zakat, maka infaq tidak ditentukan standar ukuran, waktu penunaian, dan
mustahiknya tidak terpaku sebagaimana dalam Q.S. at-Taubah (9) ayat 60.

3. Shadaqah
Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah.Shadaqah yang wajib
dan ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat.Shadaqah yang wajib
tapi tidak ditentukan standar pelaksanaannya disebut infaq.Adapun shadaqah
yang sunat disebut dengan kata shadaqah itu sendiri.

Shadaqah berasal dari kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur.


Falsafahnya, shadaqah merupakan bukti bahwa seseorang memiliki keyakinan
(aqidah) yang benar, jalan hidup (syariah) yang benar dan perilaku (akhlak)
yang benar. selain itu, shadaqah merupakan manifestasi kejujuran seseorang
dalam kepemilikan harta.

Menurut istilah, shadaqah adalah:

‫ب ِإلَى هللاِ ت َ َعالَى‬


ِ ‫طى َعلَى َوجْ ِه التَّقَ ُّر‬
َ ‫َما ت ُ ْع‬

“Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala”.

Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas,
perak, perdagangan, hewan ternakdll., maka shadaqah tidak demikian.
Shadaqah boleh dengan barang-barang bisa juga dengan tenaga, fikiran dan
lainnya.Bahkan, wajah sumringah dan senyuman pun bisa bernilai shadaqah.

Seluruh Kebaikan itu Shadaqah

Rasulullah saw. bersabda,

َ ٍ‫ُك ُّل َم ْع ُر ْوف‬


‫صدَقَة‬

“Setiap kebaikan itu bernilai shadaqah” (H.R. Bukhari).

Wajah Sumringah itu Shadaqah

Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda :

ٍ ‫ط ْل‬
‫ق‬ َ ‫ش ْيئًا َولَ ْو اَ ْن ت َْلقَى أَخَاكَ بِ َوجْ ٍه‬ ِ ‫الَتَحْ ِق َر َّن ِمنَ ْال َم ْع ُر ْو‬
َ ‫ف‬

“Janganlah kamu menyepelekan kebaikan sedikitpun walaupun kamu bertemu


saudaramu dengan wajah sumringah” (H.R. Muslim).

Senyum itu Shadaqah

َ َ‫س ُمكَ فِى َوجْ ِه أ َ ِخيْكَ لَك‬


‫صدَقَة‬ ُّ َ‫تَب‬
“Senyumanmu terhadap wajah saudaramu bernilai shadaqah untukmu” (H.R.
Ibnu Hibban).

4. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan
(pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti
kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang
ditinggalkannya.Fidyah shaum wajib dilakukan oleh seseorang yang tak
sanggup karena kepayahan dalam melakukan shaum fardhu khususnya di
bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah (dispensasi) yang
diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah SWT.tidak membebani hamba-
hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.

Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syari’at yang


diturunkan-Nya menyulitkan hamba-hamba-Nya.Landasan normatif yang
dititahkan Allah SWT mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al
Qur’andan wajib bagi orang-orang yang berat melakukan shaum (jika mereka
tidak shaum) memberi fidyah, yaitu dengan memberi makan satu orang
miskin. (Q.S. Al Baqarah(2) :184).

Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT.di atas adalah wajib, apabila :

1) Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.


2) Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
3) Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang
bersangkutan boleh memilih antara qadha shaum atau fidyah).
4) Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang
bersangkut pada bulan Ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti
dengan fidyah makan sehari untuk seorang miskin.
5. Kifarat
Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah dengan
memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa
diberikan kepada keluarga sendiri atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang hamba sahaya. Dalam hadits riwayat Muslim, juga
diterangkan bahwa kifarat nadzar yang tidak dapat dilakukan sama dengan
kifarat sumpah.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum,
melakukan jima’atau persetubuhan pada siang hari bulan Ramadhan bagi
mereka yang wajib melakukan shaum Ramadhan), selain bisa dengan
memerdekakan hamba sahaya, bisa juga dengan melakukan shaum selama dua
bulan berturut-turut, tertapi juga bisa dengan memberi makan kepada enam
puluh orang fakir miskin.

Kifarat zhihar (mengharamkan istri dengan mempersamakannya


dengan ibu sendiri), adalah dengan memberikan makan enam puluh orang
miskin, selain itu bisa juga dengan memerdekakan hamba sahaya atau
melakukan shaum selama dua bulan berturut-turut. Pelaksanaan atau
pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada suami sebelum kembali
(melakukan senggama) lagi kepada istrinya.

Kifarat membunuh (tak sengaja) adalah dengan memerdekakan hamba


sahaya atau diganti dengan puasa enam puluh hari bertutur-turut atau dengan
memberi makan enam puluh fakir miskin ditambah dengan kewajiban
membayar diyat, semacam uang duka kepada keluarga yang
terbunuh.Pemberian diyat (pembayaran sejumlah harta kepada keluarga
korban) ditetapkan sesuai dengan kesepakatan, karena sesuatu tindakan
menghilangkan nyawa sesesorang dengan tidak sengaja, juga sebagai tebusan
bila ada maaf dari pihak keluarga terbunuh.Untuk pembayaran diyat, tidak
terikat dengan ketentuan mesti konsumtif, mungkin saja bersifat produktif dan
monumental.

6. Kurban/Udhiyyah

Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya


Qurban (Idul Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah)dengan niat
taqarub atau qurban (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah
(qurban) sebenarnya sudah menjadi syari’at para Nabi dan Rasul Allah.Setiap
Nabi melakukan ibadah qurban.Putra Nabi Adam as (Qabil dan
Habil) juga pernah melakukan ibadah qurban.

Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at


Allah SWT yang dibawa Nabi Ibarahim as.Kemudian syari’at itu dilestarikan
menjadi syari’at Nabi Muhammad saw.atas legitimasi dan perintah Allah SWT
yang diabadikan-Nya dalam al Qur’an surat Al Kautsar, (108) :2.

Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :

a. Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah pada Hari raya Adha/Qurban (10


Dzulhijjah) setelah shalat sunnat Idul Adha dan Hari Tasyriq (11,12
dan 13 Dzulhijjah).
b. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau
domba. Binatang-binatang tersebut hendaknya :
1) Tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya,
rusak/pecah sebelah tanduknya atau telinganya).
2) Bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih
mulus atau bulu mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar
matanya berwarna hitam.
3) Sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan
binatang berumur satu tahun boleh kambing jadza’ah (berumur
sekitar 9-11 bulan, tetapi gemuk, sehat tanpa cacat).
4) Dilakukan sendiri setelah usai melaksanakan shalat sunat Idul
Adha.
5) Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
6) Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.
7. Aqiqah

Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba)yang disembelih dalam


rangka menyambut anak yang baru dilahirkan.Aqiqah dilaksanakan pada saat
bayi berumur 7 hari, sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli
kepalanya) dan disyi’arkan namanya.Apabila pada hari ke-7 tidak bisa
dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan sampai harike-14 atau hari ke-
21.Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilafpara ulama. Ada
yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi ada pendapat
lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja
pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13
dzulhijjah).

8. Al-Hadyu
Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak (domba)
sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan atau sebagai denda
karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya dalam prosesi
ibadah umrah atau haji atau bagi mereka yang memiliki kemampuan
melakukannya atau bagi mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran
terhadap larangan-larangan tertentu dalam ibadah haji.

Al-Hadyu juga bisa mencakup segala bentuk penyembelihan binatang


yang dilakukan di Tanah Haram, baik sebagai pemenuhan dam, maupun
karena hal-hal lainnya seperti nadzar atau qurban.Bagi mereka yang
melakukan Haji Tamattu (mendahulukan umrah sebelum haji) atau haji Qiran
(melaksanakan haji dan umrah secara bersama-sama) wajib melakukan
alhadyu. Kalau tidak melakukan alhadyu, maka wajib berpuasa 10 hari, yang
pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah Suci dan 7 hari di luar tanah suci.

9. Dam

Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sanksi terhadap


pelanggaran atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam
rangka pelaksanaan ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah
daripada haji (haji tamattu) atau karena melakukan haji dan umrah secara
bersamaan (haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun
tidak selalu sama.

Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam hal
lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk
membuatsesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi
lengkap.Dam dilakukan sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah
SWT.sekaligus juga sebagai salah satu bentuk penghapusan atau kifarat atas
pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah atau umrah.

2.3 Urgensi Ibadah Maliyah

Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Membersihkan harta dari kotoran

Artinya :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658]dan mensucikan[659]mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Qs. At Taubah 103)
Karena pada dasarnya harta yang kita miliki adalah sebagiannya hak orang
fakir miskin.Untuk itu, kita harus membersihkan harta itu dari kotoran

Anda mungkin juga menyukai