Anda di halaman 1dari 4

Pukul 5 pagi.

Siapa orang hip yang sudah mulai beraktifitas di pagi buta seperti ini jika matahari
terbit sebelum pukul 7, dan sekolah mulai pukul 9?
BRUK
BLAM
PRANG
DUK
“HYUNG KITA KESIANGAN!!!”

Wonwoo menguap lebar ketika seorang wanita paruh baya mengomel panjang lebar karena
mereka kesiangan. Matahari saja masih tidur, kesiangan dari mana?
“Dengan kalian terlambat begini reservasi jadi mundur. Belum jika jalanan macet.” Wanita
tersebut memijat kepalanya pusing.
“Maafkan kami, ssaem.” Seorang laki-laki berambut pirang menunduk, sambil sesekali melirik
tajam ke arah tiga orang yang berdiri di sisi kirinya.
“Aku tidak mau tahu, kalian yang harus menyiapkan barbeque untuk makan malam.” Putus
wanita yang dipanggil ssaem tadi. “Sudah, cepat naik ke bus.”
“Baik ssaem.”

Soonyoung berencana melanjutkan tidurnya ketika lelaki berkacamata yang duduk di


sebelahnya membuka bungkus kimbab yang sudah disiapkan ibu mereka dari rumah.
“Milikku mana?”
“Di tas Seokmin.” Jawab Wonwoo singkat.
“Dia di mana?” Tanya Soonyoung balik. Kesadarannya belum pulih seratus persen, alias masih
sangat mengantuk.
“Di bus lain.” Sahut Wonwoo, mulai memakan bekalnya.
“Ya!” Seru Soonyoung lantang, membuat siswa lain yang berada satu bus dengannya menatap
lelaki itu tajam. Tetapi lelaki berkacamata tersebut menghiraukannya, dan tetap memakan
potongan kimbab yang disusun rapi.
“Berisik.”
“Kau tidak memberitahuku kalau Seokmin dan Seungkwan berbeda bus! Tahu begitu aku
menitipkan bekal padamu.” Soonyoung mengomel tidak jelas.
“Seharusnya tidak kuberitahu pun kau tau, Soon. Jelas jelas Seokmin dan Seungkwan berada
satu tingkat di bawah kita.” Wonwoo mengambil sepotong kimbab dan memasukkannya ke
mulut Soonyoung yang sedang terbuka - hendak melayangkan protes -.
“Berisik. Makan ini denganku. Simpan milikmu untuk makan siang nanti.” Wonwoo
meletakkan kotak bekalnya di paha Soonyoung.
“Tumben.”
“Tidak mau?” Wonwoo hampir menarik kembali kotak bekalnya, namun kalah cepat dengan
Soonyoung yang merebutnya kembali, membuat kimbab di dalamnya hampir meloncat keluar.
“Eits, tidak bisa tuan putri kau sudah memberikannya padaku.”
“Aku tidak memberikannya padamu. Aku bilang bagi dua denganku.” Gerutu Wonwoo.
Soonyoung terkekeh. “Aigoo adikku manis sekali.”
Sebagai sebuah informasi, Soonyoung dan Wonwoo adalah anak kembar, dengan Soonyoung
sebagai kakak. Si kembar tersebut merupakan kakak dari Seokmin dan Seungkwan.
Kepribadian Soonyoung, Wonwoo, Seokmin, dan Seungkwan sangat bertolak belakang.
Ketika bersama orang banyak, Soonyoung, Seokmin, Seungkwan adalah trio berisik. Suara
mereka bertiga sungguh keras dan cenderung hiperaktif, sedangkan Wonwoo adalah orang
yang tidak banyak bicara. Namun ketika keempatnya kembali ke rumah, Sifat asli keempatnya
muncul. Soonyoung, Seokmin dan Seungkwan menjadi orang yang lebih serius, dan lebih
sedikit hiperaktif, sedangkan Wonwoo, meski tetap tidak banyak bicara, ia adalah anak yang
periang dan mudah sekali tertawa karena gerak-gerik ketiga saudaranya. Aku harap dari
deskripsi ini, kalian dapat membayangkan seberapa riuhnya kediaman keluarga mereka
berempat.
***
“Psst! Seokmin hyung!” Seungkwan berbisik perlahan, menyikut lengan kakaknya yang berdiri
di sisi kanannya, memperhatikan guru yang menjelaskan mengenai sistematika berkemah
selama dua hari ke depan.
“Diam Seungkwan-ah. Aku tidak bisa berkonsentrasi.” Seokmin mengabaikan sikutan
Seungkwan di lengannya.
“Hyung, sudah bertemu Soonyoung hyung dan Wonwoo hyung belum? Kotak bekal
Soonyoung hyung ada padamu kan?” Bisik Seungkwan. Saat itu juga, konsentrasi Seokmin
untuk memperhatikan penjelasan sang guru, pecah.
“Astaga! Aku lupa!” Seokmin menepuk dahinya. Seungkwan mengikuti gerakan kakaknya,
tahu hal ini akan terjadi.
“Apa Wonwoo hyung membawa bekalnya?” Tanya Seungkwan.
Seokmin berpikir, mencoba mengingat-ingat rentetan kejadian di rumah. “Sepertinya bawa.
Tadi ibu berteriak memanggil Wonwoo hyung karena dia hampir meninggalkan kotak
bekalnya.”
Seungkwan menghela nafas. “Kau kenapa sih mengiyakan Soonyoung hyung yang menitipkan
bekalnya padamu. Kan kalian juga yang susah.”
“Aku benar-benar lupa kita akan berbeda bus, Seungkwan-ah. Ah tahu begitu aku berikan dulu
padanya. Wonwoo hyung pasti hanya makan sedikit.” Seokmin mengusap dahinya yang
berkeringat, gugup.
Bukan bukan. Porsi makan mereka berempat sama. Tapi Wonwoo adalah orang yang
cenderung tidak enak hati, jika saudaranya tidak makan, sedangkan ia makan sendiri. Maka
dari itu, ia lebih sering mengalah dan membiarkan saudaranya memakan bagiannya.
“Semoga mereka cepat sampai. Wonwoo hyung harus makan lebih banyak.” Sahut
Seungkwan.
Tidak berselang lama, sebuah bus yang sama berhenti tidak jauh di belakang Seokmin dan
Seungkwan. Kedua lelaki tersebut mengamati orang orang yang keluar dari bus tersebut satu
persatu, hingga menemukan kedua kakak kembar mereka.
“Soonyoung hyung! Wonwoo hyung!” Seokmin berteriak nyaring.
“Bocah nakal, kenapa tidak bilang kalau beda bus?!” Soonyoung yang seketika berlari
menghampiri kedua adiknya memeluk leher Seokmin dan memukul pelan lengan adiknya
tersebut.
“Aw hyung hentikan. Aku lupa!” Seru Seokmin ketika serangan Soonyoung menjadi sebuah
gelitikan maut.
Seungkwan yang mengeluarkan kotak bekal Soonyoung dari tas punggung Seokmin
memberikannya kepada Wonwoo. “Nah hyung, sekarang hyung makan. Kami tidak mau kau
sakit.”
“Aku sudah makan tadi.” Jawab Wonwoo pendek, tapi tetap menerima kotak bekal Soonyoung.
“Aku tidak percaya. Kau paling hanya makan dua potong. Sisanya Soonyoung hyung kan?”
Tanya Seungkwan curiga, memicingkan mata ke kakak pertamanya yang masih merangkul
leher Seokmin.
Wonwoo tertawa, membuat beberapa murid yang berada di sekeliling menatap keempat
saudara tersebut takjub. Mereka sering melihat Wonwoo tersenyum, kalau tertawa? Hanya
kekehan kecil saja yang sering keluar. “Terima kasih Seungkwan-ah, akan ku makan nanti ya.”
Lelaki berkacamata tersebut mencubit pipi adik bungsunya pelan, yang disambut pelukan
manja oleh Seungkwan.
“Soonyoung, Wonwoo, Seokmin dan Seungkwan,” Keempat pemuda yang masih bercanda
tersebut menoleh, mendengar seseorang memanggil nama mereka.
“Ya ssaem?” Jawab keempatnya kompak.
“Jangan lupa kalian harus memasak barbeque untuk malam ini. Daging dan sayurnya sudah
disiapkan, tinggal tanya ke pengelola ya.” Kata guru mereka, yang memberi mereka berempat
hukuman karena terlambat tadi pagi.
Keempatnya mengangguk bersamaan. “Baik ssaem.”
“Ya sudah, sekarang bangun tenda kalian dan beristirahatlah sebentar.” Guru tersebut berbalik.
“Jadi, siapa yang membuat tenda?”
Ketiga pasang mata memandangi Wonwoo yang terdiam.
“Kalian payah.”
***
“Waaah kau sangat hebat dalam memanggang!!” Puji teman-teman mereka ketika mencicipi
rasa daging hasil panggangan Seokmin dan Soonyoung. Seungkwan dan Wonwoo membantu
para guru menyiapkan tempat untuk makan malam mereka.
“Percayalah Seokmin juga pandai memasak. Minta dia memasakkan jjigae untuk kita nanti.”
Jawab Soonyoung.
“Kau harus memasakkannya untuk kami Seok!” Seru teman temannya kompak.
“Kau mengeksposku hyung.” Bibir Seokmin mengerucut lucu.
“Ja! Teman teman silakan mulai makan!” Tiba tiba suara nyaring Seungkwan terdengar dari
megafon.
“Selamat makan!!”

“Seok.” Panggil Wonwoo yang sedang mengunyah kimbab bekal Soonyoung yang terbawa
Seokmin.
“Ya hyung?”
“Besok pulang dari sini, masakkan aku sundubu jjigae ya.” Pinta Wonwoo sambil terkekeh.
“Tiba-tiba sekali hyung?” Seokmin ikut terkekeh.

Anda mungkin juga menyukai