Fasilitator :
Rista Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun oleh :
SGD 4 Kelas A2-2016
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Lansia”
ini tepat waktu. Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjannya.
Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat
bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca.
SGD 4 – A2 / 2016
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
2.2.3 Perubahan yang terjadi pada lansia ... Error! Bookmark not defined.
2.4 Masalah Kesehatan pada Lansia ................... Error! Bookmark not defined.
ii
4.1 Pengkajian.................................................................................................... 22
4.4 Intervensi…………………………………………………………………..34
INFORMED CONSENT.......................................................................................44
DOKUMENTASI PENGKAJIAN.........................................................................45
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kekuatan kaki 20-40%, dan kehilangan kekuatan otot diperkirakan sebesar 1-
3% per tahun (Mauk, 2010). Penurunan sistem neurologis mengakibatkan
perubahan central processing dan penurunan respon tubuh otomatis (Mauk,
2010). Hal itu dapat mempengaruhi terjadinya penurunan keseimbangan pada
lanjut usia. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi dan equilibrium baik statis maupun dimanis ketika ditempatkan
dalam posisi tegak maupun dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Perubahan-
perubahan yang dialami oleh lansia tersebut dapat mengakibatkan masalah
antara lain resiko jatuh dan gangguan tidur pada lansia.
Menurut Nugroho (2008) jatuh merupakan salah satu masalah fisik yang
sering terjadi pada lansia, dengan bertambahnya usia akan berpengaruh pada
kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik di
mana terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan pada otot ekstremitas
bawah, langkah yang memendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat menapak
dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak. Sedangkan faktor ekstrinsik di
antaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh benda-benda,
kursi roda yang tidak terkunci, kurangnya penglihatan, dan penerangan cahaya
yang kurang terang cenderung mudah terpeleset atau tersandung sehingga
dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia.
Pencegahan jatuh pada lansia harus diperhatikan oleh semua pihak,
terutama keluarga. Anggota keluarga harus memahami penyebab ataupun
factor-faktor yang dapat menimbulkan resiko jatuh maupun gangguan tidur
pada lansia. Tindakan yang dapat dilakukan lansia untuk mencegah dan
meminimalisir bila mengalami gangguan tidur dengan cara mencari hal-hal
yang dapat membantu merangsang terjadinya tidur, seperti rajin berolahraga,
menghindari bahan makanan yang mengandung kafein, merokok dan alkohol,
membatasi jam tidur terutama disiang hari. Lansia juga bisa memanfaatkan
waktu bila tidak bisa tidur dengan hal yang positif, seperti berdoa,
mendengarkan lagu favorit atau klasik, mandi dengan air hangat disore
harinya untuk merelaksasi otot juga bisa merangsang proses tidur malam
2
harinya serta merapikan tempat tidur dengan suasana yang nyaman juga bisa
membantu lansia tidur nyenyak di malam hari.
1.2 Rumusan masalah
1) Bagaimana penjelasan mengenai konsep keluarga?
2) Bagaimana penjelasan mengenai konsep lajut usia?
3) Bagaimana tahap perkembangan keluarga pada lansia?
4) Apa saja masalah kesehatan yang dapat terjadi pada lansia?
5) Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan
lansia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan lansia
1.3.2 Tujuan khusus
1) Mengetahui konsep keluarga
2) Mengetahui konsep lanjut usia
3) Mengetahui tahapan perkembangan pada lansia
4) Mengetahui masalah kesehatan pada lansia
5) Mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada tahap
perkembangan lansia
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah
tangga
2.1.3 Struktur keluarga
Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri atas:
1. Pola dan proses komunikasi
a. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
1) Bersifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) Berfikiran positif
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
b. Karakteristik komunikasi keluarga, yang berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim yaitu yakin dalam mengemukakan
sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan
berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima maksudnya siap mendengarkan,
memberi umpan balik, dan melakukan validasi
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
denganposisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan
posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat
misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi
kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing
individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga
yang lain, sedangkan orang tua mereka entah kemana atau
malah berdiam diri di rumah.
3. Struktur kekuatan
a. Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan
bersama bahwa dalam suatu keluarga satu orang
mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota
keluarga yang lain.
5
b. Referent power
Kekuasan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap
orang lain karena identifikasi positif terhadap
mereka,seperti identifikasi positif seorang anak dengan
orang tua (role mode).
c. Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan
diterima olehseseorang dari orang yang mempunyai
pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan
anak terhadap orang tua.
d. Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk
menghukum dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila
mereka tidak mau taat.
e. Affectif power
Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan
memberikan atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan,
cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan suamiistri.
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam
satu budaya.Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman
bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan daripola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan
tujuanuntuk menyelesaikan masalah.
2.1.4 Tipe keluarga
1. Tipe keluarga tradisional
a) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak
angkat.
6
b) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang
terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda
ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau
tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan
pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda
klarifikasi lagi datanya.
c) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
d) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang
tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
e) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga
Indonesia terutama di daerah pedesaan.
f) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
g) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang
pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
2. Tipe keluarga Non-tradisional
a) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri
atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah
b) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
c) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan
jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan
suami istri.
7
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
2.1.5 Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1986) dalam keliarga terdapat 5 fungsi yaitu:
1. Fungsi afektif
Fugsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan krluarga.fungsi aktif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur
hidup, karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka
sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang
mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau
perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari
interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota seperti memenuhi kebutuhan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan ,yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
8
2.1.6 Peran dan fungsi perawat keluarga
Peran dan fungsi keluarga menurut Friedman (2013) terdiri atas:
1. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan,
mulai pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta
kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat
promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
2. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan,
dan melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat
berperilaku sehat secara mandiri.
3. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang
lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan
kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian
masalah kesehatan di keluarga.
2.1.7 Tugas kesehatan keluarga
1. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan
karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana
keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan
perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
9
akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan
dalam keluarga (Suprajitno, 2004).
2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai keputusan
untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004).
3. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran
atau tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara
fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan keluarga
(Friedman, 1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga
memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan
keluarga.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
a. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar
lingkungan rumah
b. Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan
manfaatnya.
c. Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan
rumah yang menunjang kesehatan.
5. Menggunakan pelayanan kesehatan
Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada anggota
keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau
dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
memanfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang :
a. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau keluarga
b. Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
c. Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
d. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.
10
Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hambatan yang
dapat muncul terutama kamunikasi (Bahasa) yang kurang
dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalaman yang kurang
menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan dengan petugas
kesehatan ketika berhadapan dengan petugas kesehatan.
11
c. Usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
12
Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang
terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental,
psikososial, dan perkembangan spiritual.
1. Perubahan fisik
a. Sel
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,
berkurangnya jumlah cairan cairan tubuh dan berkurangnya
cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya
berkurang 5-10% (Nugroho, 2008).
b. Sistem persarafan
Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20%, cepatnya
menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu
untuk bereaksi khususnya stress, mengecilnya saraf panca
indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan. Pada sistem
pendengaran terjadi presbiakusis ( gangguan dalam
pendengaran ) hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga
dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
otosklerosis akibat atrofi membran timpani, dan terjadinya
pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena
meningkatnya keratin, serta biasanya pendengaran bertambah
menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stress (Nugroho, 2008).
c. System penglihatan
Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea
lebih berbentuk sferis (bola), keruhan pada lensa menyebabkan
katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat
dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
13
lapangan pandang, serta menurunnya daya membedakan warna
biru atau hijau (Nugroho, 2008).
d. System kardiovaskular
Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun,
kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bias menyebabkan
tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak serta
meningginyat ekanan darah akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).
e. System respirasi
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan
elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, ukuran
alveoli melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang,
kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan
otot pernafasan menurun (Nugroho, 2008).
f. System gastrointestinal
Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa
manis, asin, asam, atau pahit, esophagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan
biasanya timbul konstipasi, serta melemahnya daya absorbsi
(Nugroho, 2008)
g. System reproduksi
Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina,
serta atrofi payudara sehingga ada penurunan seksualitas,
sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi
spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-
14
angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa
lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008).
h. System perkemihan
Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, otototot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang
air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin
pada pria (Nugroho, 2008).
i. System endokrin
Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup
penurunan aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi
aldosteron, progesterone, estrogen dan testosteron (Nugroho,
2008)
j. Sistem integument
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat
menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang
bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan
fungsinya (Nugroho, 2008)
k. Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis,
pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami
sclerosis, serta atrofi serabut otot (Nugroho, 2008).
2. Perubahan mental
Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa pada lansia dapat timbul
gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia
kearah kerusakan /kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif
terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung,
15
panik, depresif, apatis dsb. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental mencakup penurunan kondisi fisik, penurunan
fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan
yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan dalam peran
sosial di masyarakat.
a. Penurunan kondisi fisik seperti yang telah dijelaskan diatas
b. Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme, dan vaginitis, baru selesai
operasi, kekurangan gizi, penggunaan obat-obat tertentu, faktor
psikologis yang menyertai lansia seperti rasa tabu atau malu
bila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga dan
masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi
dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan
disfungsi seksual
c. Perubahan aspek psikososial akan dijelaskan pada perubahan-
perubahan psikososial
d. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, pada umumnya
perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua
atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pension Sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,
status dan harga diri
e. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat, lansia sebaiknya
selalu diajak untuk melakukan aktivitas dan memiliki peranan
di masyarakat, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar
tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan
terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi
16
seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-
rengek bila bertemu dengan orang lain.
3. Perubahan psikososial
Kuntjoro (2002) mengatakan pada umumnya setelah orang
memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain- lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Dengan
adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia akan mengalami
perubahan-perubahan psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia yaitu sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan
mantap sampai sangat tua
b. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe
ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome,
apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang
dapat memberikan otonomi pada dirinya
c. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe
ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya
d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe
ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang- kadang tidak
17
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya tidak stabil
e. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia
tipe ini umunya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
18
2.4 Masalah Kesehatan Pada Lansia
Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan
akibat proses penuaan sehingga penyakit dak menular banyak muncul pada
lanjut usia. Selain itu masalah degeneraf menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas 2013,
penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM)
antara lain hipertensi, artris, stroke, Penyakit Paru Obstrukf Kronik (PPOK)
dan Diabetes Mellitus (DM).
Sedangkan masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia menurut Kane
& Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu:
1. Immobility (kurang bergerak)
2. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh)
3. Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar)
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ dementia)
5. Infection (infeksi)
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit)
7. Impaction (sulit buang air besar)
8. Isolation (depresi)
9. Inanition (kurang gizi)
10. Impecunity (tidak punya uang)
19
11. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan)
12. Insomnia (gangguan tidur)
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun)
14. Impotence (impotensi)
20
BAB 3
KASUS
3.1 Kasus
Ny. M berusia 78 tahun, tinggal bersama dengan anak laki-lakinya. Saat
ini, Ny.M memiliki riwayat jatuh sejak 3 bulan yang lalu dan pernah beberapa
kali terjatuh dari temapt tidur, sehingga semua aktivitas yang dilakukan
memerlukan pengawasan oleh keluarga karena Ny.M mulai kehilangan
keseimbangan saat melakukan aktivitas. Saat berjalan Ny.M memiliki
langkah pendek dan mudah lelah. Maka tidak heran jika Ny.M merasa takut
terjatuh ketika melakukan aktivitas. Ketika dilakukan pengkajian tangan
Ny.M bengkak karena patah tulang yang disebabkan oleh jatuh. TTV lansia
TD : 100/80, N : 90, S : 36, RR : 20. Ny.M mengatakan tidak nyaman dengan
kondisi tangannya yang patah.
Setiap siang, Ny. M membiasakan untuk tidur siang, tetapi 2 jam setelah
tidur Ny.M bangun untuk solat ashar dan tidak bisa tidur lagi. Keluarga selalu
mendampingi Ny.M ketika melakukan aktivitas dan membantu Ny.M ketika
membutuhkan bantuan. Ny.M mengalami gangguan tidur pada malam hari
,tidur tidak nyenyak dan sering merasa cemas ketika tidak bisa tidur, dan akan
sering timbul ketika Ny.M tidak ada yang menemani tidur. Keluarga
mengatakan bahwa setiap malam Ny.M sering terbangun lebih dari 3x
sehingga tidak cukup waktu tidurnya dan wajahnya tampak pucat. Selain itu
Ny.M juga mengeluh sering pusing saat tidak bisa tidur.
21
BAB 4
4.1 Pengkajian
A. Data Keluarga
Keluarga Indonesia
Alamat Rumah & Surabaya, +6231 Yankes terdekat, Jarak Puskesmas (1,2 km)
Telp
22
Tangga BMI : 27,34 S : 36
RR : 20x
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi
Saat ini
1 Tn. A Tidak Ada Tn. A dalam keadaan sehat Tn. A tidak memiliki riwayat
penyakit menular, menahun dan
menurun
2 Ny. I Tidak Ada Ny.I dalam kedaan sehat Ny. I tidak memiliki riwayat
penyakit menular, menahun dan
menurun
3 An. D Tidak Ada An. D dalam kedaan sehat An. D tidak memiliki riwayat
penyakit menular, menahun dan
menurun
4 An. A Tidak Ada An. A dalam kedaan sehat An. A tidak memiliki riwayat
penyakit menular, menahun dan
menurun
5 An. I Tidak Ada An.I dalam kedaan sehat An. I tidak memiliki riwayat
penyakit menular, menahun dan
menurun
6 Ny. M Tidak ada Ny. M memiliki riwayat risiko Ny. M tidak memiliki riwayat
jatuh jatuh 3 bulan yang lalu dan
gangguan pola tidur.
23
B. Genogram
24
F. Pola Koping Keluarga
Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga : Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan
keluarga selalu berhati-hati dalam menjaga kesehatan terutama dalam menjaga
Lansia , keluarga Tn. A berobat ke pelayanan kesehatan terdekat.
G. Data Penunjang Keluarga
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
Kondisi Rumah Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Type rumah : permanen /semi permanen Ya / Tidak , Tidak ada bu nifas
Lantai : tanah / plester /keramik /lainnya…. Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya / Tidak , Tidak
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa ada bayi
Ventilasi :
jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Baik (10-15% dari luas lantai): ya / tidak
Ya/ Tidak, tidak ada balita
Jendela setiap hari dibuka: ya / tidak Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
………………………………………………… ya / tidak
Pencahayaan Rumah : Baik / tidak Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
ya / tidak
Saluran Buang Limbah : Tertutup /terbuka
Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Air Bersih : ya / tidak
Sumber air bersih: sumur /PAM /sungai /lain-lain*, Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
sebutkan..... ya / tidak
Kualitas air : tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
25
H. Denah Rumah
26
Keluarga Tetangga Kader Tenaga kesehatan, yaitu dokter dan
perawat di puskesmas dan rumah sakit terdekat.
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya:
Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
Perlu berobat ke fasilitas yankes
Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami
anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan upaya
peningkatan kesehatan),
Ya Tidak ,jelaskan : Saat mengetahui risiko jatuh yang dialami oleh
lansia, keluarga rajin membawa lansia ke dokter setiap 2 bulan sekali untuk
kontrol tangannya yang mengalami patah tulang
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan
yang dialami yang dialami anggota keluarganya :
Ya Tidak , Jelaskan : pengobatan sangat dibutuhkan demi
kenyamanan lansia, agar dapat kembali beraktivitas secara mandiri
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan yang dialaminya: Ya Tidak, jelaskan , dengan
cara mendampingi lansia saat beraktivitas, membantu jika membutuhkan
bantuan untuk beraktivitas, selalu berkomunikasi dengan lansia.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarganya:
Ya Tidak, jelaskan keluarga dapat merawat lansia dengan kondisi
patah tulang, dan membawa lansia kontrol ke dokter setiap 2 bulan sekali.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan :
Ya Tidak, jelaskan : disediakan kamar tidur yang nyaman dan
tempat barang yang gampang untuk dijangkau. Terdapat Kamar mandi di
dalam kamar lansia sehingga tidak perlu jarak jauh untuk ke kamar mandi.
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :
Ya Tidak
27
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
J. Pemeriksaan Fisik
Ny. M (Lansia)
28
9. Abdomen Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan
adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
bising usus normal.
10 Ekstremitas Atas : oedem karena patah tulang pada
tangan sebelah kiri.
Bawah : Tidak ada oedem.
Data Obyektif:
29
keseimbangan saat
melakukan aktivitas
Ny.M memiliki riwayat
terjatuh 3 bulan terakhir
TD : 100/80,
N : 90,
S : 36,
RR : 20.
2. Data Subyektif: Faktor psikologis Gangguan pola
tidur
Ny. M mengatakan tidak ↓
bisa tidur jika tidak ada Merangsang
yang menemani system limbik
Ny. M mengatakan (pengatur system
sering merasa cemas emosi) untuk
ketika tidak bisa tidur meningkatkan
Ny. M mengatakan tidak pengeluaran
bisa tidur nyenyak katekolamin
N : 90 malam hari,
S : 36 insomnia,
RR : 20 ketidakpuasan
30
tidur, total waktu
tidur kurang,
kebiasaan buruk
saat tidur dan
keluhan verbal
lainnya
↓
Gangguan pola
tidur
31
4. Menonjolnya masalah Masalah harus segera
Skala: Masalah berat, 2 ditangani karena jika
harus segera masalah tersebut tidak
ditangani segera ditangani maka
Ada masalah tapi 1 dapat mempengaruhi
tidak perlu 1 2/2X1 = 1 kesehatan Nyonya M
ditangani
Masalah tidak 0
dirasakan
Masalah 2
32
4. Menonjolnya masalah Masalah harus segera
Skala: Masalah berat, ditangani karena jika
2
harus segera masalah tersebut tidak
ditangani segera ditangani maka
Ada masalah tapi 1 dapat mempengaruhi
1
tidak perlu 2/2X1 = 1 kesehatan dan pola
ditangani aktivitas Nyonya M
Masalah tidak 0
dirasakan
33
4.4 Intervensi
34
karpet lantai pegangan tangan pada setiap
- Menjaga tangga di rumah
kerapian - Intruksikan dan jelaskan manfaat
- Meningkatkan kepada keluarga untuk memasang
pencahayaan pagar pembatas di Kasur/kamar
- Memasang - Intruksikan dan jelaskan manfaat
pembatas jalan kepada keluarga untuk memasang
dan tangga karpet lantai/ menyediakan
permukaan lantai yang tidak licin
dan selip
D. 4 Kelas T 1910 - Intruksikan dan jelaskan manfaat
Keamanan lingkungan kepada keluarga untuk
rumah memberikan alas kaki yang tidak
191027 -191928 licin untuk memfasilitasi
Pencahayaan interior Keluarga mampu kemudahan berjalan
dan eksterior menyediakan Lampu terpasang
ditingkatkan dari skala pencahayaan yang disetiap ruangan
3 (cukup adekuat) ke terang dan jalan
skala 5 (sepenuhnya
adekuat)
191002 Penempatan
pegangan tangan Keluarga mampu
ditingkatkan dari skala menyediakan Tangga terpasang
1 (tidak adekuat) ke pegangan tangan pegangan tangan
skala 5 (sepenuhnya untuk Ny. M
adekuat)
35
Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Keperawatan TUK TUM Kriteria Standar
36
M saat tidur D. 3 Kelas T. 5820 Pengurangan
- Beri Kecemasan
D. 5 Kelas U. 2008 penghalang/pa - Berikan informasi yang factual
Status Kenyamanan gar di tempat kepada keluarga terkait diagnosis,
200802 kontrol tidur perawatan dan prognosis
terhadap gejala Keluarga mampu - Dorong keluarga untuk tetap
gangguan pola tidur mengontrol gejala berada di sisi klien untuk
dari skala 1 (sangat gangguan pola Keluarga meningkatkan rasa aman dan
terganggu) ke skala 5 tidur mendampingi Ny. mengurangi ketakutan
(tidak terganggu) M pada saat tidur - Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan cara
200804 lingkungan yang tepat
fisik saat tidur Keluarga mampu - Bantu keluarga untuk memberikan
ditingkat dari skala 1 menghadirkan objek yang menunjukkan perasaan
( sangat terganggu) ke lingkungan fisik Keluarga tetap aman
skala 5 (tidak untuk berada didekat Ny. - Dukung penggunaan mekanisme
terganggu) meminimalkan M untuk koping yang sesuai
gangguan pola memberikan
tidur bantuan apabila
D. 3 Kelas M. 1210 dibutuhkan
Tingkat Rasa Takut
121026 kemampuan
tidur ditingkatkan dari Keluarga mampu
skala 1 (berat) menjadi meningkatkan
5 (tidak ada) kemampuan tidur Berikan objek
Ny. M untuk
121033 ketakutan pada menunjukkan rasa
saat tidur ditingkatkan Keluarga mampu aman
37
dari skala 1 (berat) meminimalkan
menjadi 5 (tidak ada) ketakutan Ny. M
pada saat tidur Damping Ny. M
pada saat tidur
D. 4 Kelas T. 1910
Keamanan
Lingkungan Rumah
193401 penyediaaan
pencahayaan saat tidur
ditingkatkan dari skala Keluarga mampu
1 (tidak adekuat) menyediakan
menjadi skala 5 pencahayaan saat
(sepenuhnya adekuat) tidur Berikan
193404 kemudahan pencahayaan yang
akses untuk cukup
memanggil keluarga
ditingkatkan dari skala Keluarga mampu
1 (tidak adekuat) menyediakan
menjadi skala 5 kemudahan akses
(sepenuhnya adekuat) untuk
memberikan Tetap berada di
sesuatu yang dekat Ny.m agar
dibutuhkan oleh mudah untuk
Ny. M dimintai
pertolongan
38
4.5 Implementasi dan Evaluasi
39
Domain 4. Aktivitas/ - menjelaskan kepada keluarga mengenai 21/03/2019 S:
istirahat proses penyakit, sesuai kebutuhan
- membantu keluarga untuk mengidentifikasi 10.00 WIB - Keluarga mengatakan sudah
Kelas 1. kemungkinan penyebab gangguan pola tidur memahami proses penyakit, sesuai
- mendiskusikan dengan keluarga perubahan kebutuhan
Tidur/istirahat gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk - Keluarga mengatakan sudah
mencegah komplikasi di masa yang akan memahami penyebab gangguan pola
Dx Keperawatan. datang dan/atau mengontrol proses penyakit tidur
- mengedukasi kepada keluarga mengenai - Keluarga mampu menyebutkan
Gangguan pola tidur tindakan untuk mengontrol/meminimalkan tindakan untuk
(000198) gejala mengontrol/meminimalkan gejala
- membantu keluarga untuk mengeksplotasi
sumber-sumber dukungan yang ada O:
- mengedukasi keluarga mengenai tanda dan
gejala yang harus dilaporkan kepada petugas - Frekuensi tidur Ny.I 2/hari,
kesehatan - Keluarga mendampingi Ny. M pada
- memberikan informasi yang factual kepada saat tidur
keluarga terkait diagnosis, perawatan dan - penghalang/pagar dipasang di tempat
prognosis tidur
- mendorong keluarga untuk tetap berada di - pencahayaan di bagian rumah yang
sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan sering dilewati Ny.I cukup
mengurangi ketakutan
- mendorong keluarga untuk mendampingi
klien dengan cara yang tepat
- membantu keluarga untuk memberikan A: keluarga dapat melakukan tugas
objek yang menunjukkan perasaan aman kesehatan keluarga dalam menyelesaikan
40
- mendukung penggunaan mekanisme koping masalah Gangguan pola tidur pada Ny.I
yang sesuai
P: Intervensi dihentikan
41
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada didalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama (Friedman, 1998).
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang
penuh manfaat (Hurlock, 1999). Masalah kesehatan pada lansia menurut
Kane & Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu: Immobility
(kurang bergerak), Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah
jatuh), Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),
Intellectual impairment (gangguan intelektual/ dementia), Infection (infeksi),
Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit), Impaction (sulit buang air besar), Isolation
(depresi), Inanition (kurang gizi), Impecunity (tidak punya uang), Iatrogenesis
(menderita penyakit akibat obat-obatan), Insomnia (gangguan tidur), Immune
deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), Impotence (impotensi).
Sebagai perawat keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga. Peran dan fungsi perawat
keluarga dalam tahap ini adalah : Sebagai Pelaksana, Pendidik, Konselor, dan
Kolaborator.
5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya bisa dipertanggungjawabkan.
42
DAFATAR PUSTAKA
Infodatin. Pusat Data Dan Indormasi Kementrian Kesehatan Ri. 2016. “Situasi
Lanjut Usia (Lansia) Di Indoneisa”.
Ashar., PH. 2016. “Skripsi : Gambaran Persepsi Factor Resiko Jatuh Pada Lansia
Di Panti Werdha Budi Mulya 4 Margaguna Jakarta Selatan.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver
43
Lampiran
INFORMED CONSENT
Bersedia/ Menolak
(..............................) (..........................)
44
DOKUMENTASI PENGKAJIAN
45