Oleh :
Nama : Rika Mawarni
NIM : 4152121038
Program Studi : Pendidikan Fisika
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Rumusan Masalah 6
1.5 Tujuan Penelitihan 6
1.6 Manfaat Penelitihan 6
1.7 Definisi Operasional 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Kerangka Teoritis 8
2.1.1. Pengertian Belajar 8
2.1.2. Aktivitas Belajar 9
2.1.3. Hasil Belajar 9
2.1.4 Keterampilan Berfikir Kreaif 12
2.1.5 Model Pembelajaran 16
2.1.6 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) 18
2.1.7 Penelitian yang Relevan 27
2.1.8 Pembelajaran Konvensional 28
2.1.9 STEM 28
2.1.10 Materi 32
2.2 Kerangka Berfikir 32
2.3 Hipotesis Penelitihan 33
BAB III METODE PENELITTIAN 34
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 34
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2 model pembelajaran PjBL yang sudah pernah dieliti sebelumnya 28
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu masih bersifat Teacher Center artinya
pendidikan yang masih berorientasi kepada guru dan bukan kepada siswanya.
Peserta didik diharapkan untuk memiliki keterampilan berpikir, salah
satunya keterampilan berpikir kreatif. Pembelajaran yang dilakukan peserta didik
harus mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu
masalah, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki pengetahuan
mata pelajaran pokok saja tidak cukup, namun harus dilengkapi dengan
keterampilan berpikir kreatif. Mengingat pentingnya kreativitas bagi keberhasilan
seseorang, memupuk dan melatih kreativitas siswa menjadi agenda tersendiri
dalam kurikulum sekolah. Hal ini sesuai dengan amanat kurikulum yang
menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan siswa SMA pada dimensi
keterampilan yaitu memiliki keterampilan dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan
yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan,2016).
Terlihat bahwa aspek kreativitas menjadi hal penting yang perlu
ditanamkan dalam setiap pembelajaran. Berpikir kreatif merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan kreativitas. Agar menghasilkan suatu yang kreatif sangat
perlu dalam pembelajaran di sekolah dikembangkan suatu pembelajaran yang
mendukung peningkatan keterampilan berpikir kreatif.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru fisika di
SMAN 1 Stabat, diperoleh informasi bahwa murid kurang mampu mengerjakan
soal-soal fisika dan murid kurang aktif pada saat pembelajaran. Metode
pembelajaran yang diberikan guru kurang bervariatif karena didominasi oleh
pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Aktivitas belajar siswa juga
masih rendah karena siswa dalam belajar fisika cenderung terfokus pada
penjelasan guru kemudian mencatatnya dan hanya mendengarkan apa yang
dijelaskan oleh guru tanpa memberikan respon balik. Selain itu juga selama proses
pembelajaran siswa jarang melakukan percobaan yang dikarenakan fasilitas
laboratorium fisika yang tidak mendukung. Hal tersebut mengakibatkan siswa
kurang aktif dan kreatif, sehingga pelajaran menjadi membosankan. Akibatnya
siswa kurang mampu memahami, menerapkan dan menganalisis konsep fisika
3
dengan baik, sehingga siswa cenderung memusatkan pelajaran kepada guru dan
hal ini yang memicu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata
pembelajaran fisika.
Rendahnya hasil belajar fisika juga dapat diketahui dari nilai rata – rata
ujian fisika kelas XI pada T.P 201/2020 mencapai rata – rata 65. Nilai ini tidak
seperti yang diharapkan karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
75. Izaak (2016) menyatakan bahwa dalam pembelajaran sains, siswa tidak hanya
mempelajari sejumlah teori dan prinsip, tetapi juga harus menganalisis bagaimana
cara memperoleh fakta dan prinsip tersebut. Pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru
sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
(Istarani,2017).
Kondisi seperti ini harus segera diperbaiki, pembenahan yang dapat
dilakukan guru dalam proses belajar mengajar salah satunya adalah seorang guru
harus mampu memilih model pembelajaran yang digunakan dengan tepat dalam
menyampaikan setiap konsep yang diajarkan. Model pembelajaran adalah seluruh
rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan
sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar
(Istarani,2017). Menurut Agustina (2015) seorang guru harus dapat menciptakan
proses pengajaran yang lebih variatif. Proses pembelajaran tidak hanya
membutuhkan penguasaan terhadap materi/isi pembelajaran tetapi juga
penguasaan terhadap keterampilan-keterampilan, baik itu keterampilan dalam
pemilihan model, strategi, pendekatan, metode, pemilihan media yang digunakan,
ataupun keterampilan dalam pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Kegiatan
belajar mengajar suatu disiplin ilmu mengharuskan guru memiliki model
pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar secara aktif, efisien, dan efektif,
serta tercapainya tujuan pembelajaran (Sani,2017).
Penerapan model pembelajaran yang tepat dapat membuat pelajaran fisika
menjadi lebih menyenangkan dan mampu memancing siswa untuk lebih aktif
4
a. Persiapan (preparation)
12
Aspek
Kemampuan Indikator Kemampuan
Perilaku Siswa
Berpikir Berpikir Kreatif
Kreatif
Berpikir Lancar Mencetuskan banyak a. Mengajukan banyak
gagasan, jawaban, dan pertanyaan
b. Menjawab dengan sejumlah
penyelesaian masalah.
Memberikan banyak cara jawaban jika ada pertanyaan
c. Mempunyai banyak gagasan
atau saran untuk melakukan
mengenai suatu masalah
berbagai hal d. Bekerja lebih cepat dan
Selalu memikirkan lebih dari
melakukan banyak daripada
satu jawaban
anak-anak lain
e. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan atau kekurangan
pada suatu obyek atau situasi
Berpikir Luwes Menghasilkan jawaban, a. Memberikan aneka ragam
gagasan, atau pertanyaan penggunaan yang tidak
yang bervariasi lazim terhadap suatu obyek
13
a. Memprediksi
b. Menemukan sebab-sebab
c. Menerka akibat dari suatu sebab dan kejadian
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa agar siswa
“memiliki” proyek yang direncanakan. Perencanaan ini berisi aturan main,
pemilihan aktivitas yang mendukung dalam menjawab pertanyaan asensial,
mengintegrasikan sebagai subyek yang mungkin dan mengetahui alat serta bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create A Schedule)
Aktivitas pada tahap ini antara lain : (1) membuat timeline penyelesaian
proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat
langkah yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk
membuat penjelasan atau alasan tentang pemilihan suatu cara.
d. Memonitor Peserta Siswa Dan Kemajuan Proyek (Monitor The Student
And The Progress Of The Project)
Pengawasan dilakukan oleh guru dengan cara memfasilitasi siswa pada
setiap proses dan berperan sebagai mentor bagi tiap aktivitas siswa. Rubrik yang
merekam seluruh aktivitas siswa yang penting dapat disusun untuk mempermudah
proses monitoring.
e. Menguji Hasil (Assess The Outcome )
Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi
kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tingkat pemahaman siswa
yang telah dicapai dan membantu guru untuk menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate The Experience)
Pada akhirnya proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dijalankan. Refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta mengungkapkan
prasaan dan pengalaman selama kegiatan proyek. Guru dan siswa
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru untuk
menjawab pertanyaan esensial yang diajukan (kosasih,2014).
22
Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan
kompetensi yang akan dicapai.
(sani,2013).
Tabel 2.2 model pembelajaran PjBL yang sudah pernah dieliti sebelumnya
siswa SMK
5 Made Wirasama Pengaruh model terdapat perbedaan yang
Jagantara, Putu pembelajaran berbasis signifikan hasil belajar
Budi Adnyana, Ni proyek (project based fisika antara siswa yang
Luh Putu Manik learning) terhadap hasil diajarkan dengan model
Widiyanti belajar fisika ditinjau dari pembelajaran berbasis
gaya belajar siswa SMA proyek dan model
pembelajaran langsung
2.1.9 STEM
Pendekatan STEM merujuk pada pengintegrasian konsep desain teknologi
dengan konsep sains dan matematika dalam pembelajaran. Quang, dkk. (2015)
menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan STEM dapat memberikan
siswa pengalaman belajar, pembelajaran aktif dan bermakna secara kontekstual.
Becker dan Park (2011) menyatakan bahwa pendekatan STEM memberikan
27
(4) mau terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi energi,
kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) sebagai warga negara
yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan menggunakan gagasan-gagasan
sains, teknologi, enjiniring dan matematika.
Dewasa ini konsep Pendidikan STEM diadopsi oleh banyak negara sebagai
cetak-biru inovasi pendidikan pendidikan, sehingga muncul sebagai gerakan
global untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan
keahlian yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi di Abad ke-21. Biro
Statistika Tenaga Kerja AS pada tahun 2011 menguraikan bahwa di lingkup global
pada satu dekade mendatang struktur lapangan pekerjaan STEM akan meningkat
sebesar 17%, sedangkan lapangan pekerjaan non-STEM hanya meningkat 10%
(Kompas 12 Juli 2015).
Dalam menghadapi era persaingan global, Indonesia pun perlu menyiapkan
sumberdaya manusia yang handal dalam disiplin-disiplin STEM secara kualitas
dan mencukupi secara kuantitas. Sebagaimana dirilis dalam Surat Kabar Kompas
29
2.1.10 Materi
2. Variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi poko
Impuls dan Momentum.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelittihan merupakan tahap yang kedua setelah ahap
persiapan, yaitu meliputi :
a. Melaksanakan pretes pada dua kelas sampel untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa sebelum diberi perlakuan.
b. Mengelompokan subjek penelitihan menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol
dan kelas eksperimen berdasarkan hasil pretest. Kelas yang mendapatkan
nilai rata-rata pretest tinggi dijadikan sebagai kelas kontrol, sedangkan
kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata pretest lebih rendah dijadikan
sebagai kelas eksperimen.
c. Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu menggunakan model
Project Based Learning berbasis STEM dan memberikan perlakuan
dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
d. Mengamati aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol
pada saat proses pembelajaran.
e. Memberikan tes akhir (postest) untuk mengetahui keterampilan berpikir
kreatif siswa yaitu mengenai kemampuan dan pemahaman akhir siswa
35
Perumusan masalah
Menarik kesimpulan
3.6.2 Tes
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis, baik pertanyaan
maupun jawabannya (sudjana,2009). Tes ini peneliti gunakan untuk mengukur
keterampilan berpikir kreatif peserta didik terhadap materi setelah dipelajari. Tes
yang digunakan adalah tes kemampuan kognitif berupa Pretest dan postest .
3.6.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data tertulis atau tercetak tentang fakta-
fakta yang akan dijadikan sebagai bukti penelitian dan hasil penelitian
(sudjana,2009). Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daftar
siswa, profil sekolah, dan hal lain yang diperlukan untuk mendukung penelitian.
3.7 Intrumen
Keterangan :
C1 : Mengingat C4 : Menganalisis
C2 : Memahami C5 : Mengevaluasi
C3 : Mengaplikasikan C6 : Mencipta
Dalam penyusunan tes ini digunakan validasi isi (Content Validity) yaitu
menyesuaikan soal tes dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dengan materi pokok Momentum dan Impuls. Masing masing soal
diberi skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah.
Selanjutnya jumlah total skor dari setiap siswa dikonverensikan kedalam
bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah total skor
Nilai= x 100
Jumlah Skor
Nilai hasil belajar tersebut ditabulasi dalam kategori ketuntasan belajar
berdasarkan nilai KKM di SMAS St. Petrus Medan. Adapun kriteria ketuntasan
belajar dapat dilihat dalam tabel 3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3. Penentuan Nilai Perolehan Hasil belajar
Nilai Tingkat Hasil Belajar
¿ 70 Tidak Tuntas
≥ 70 Tuntas
Setelah menyusun tes, maka langkah selanjutnya adalah uji coba tes
tersebut. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan alat pengumpul data yang
sahih, handal dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dengan :
rxy = koefisien kolerasi antara variabel X dan variabel Y
x = skor nutir soal yang dihitung
y = skor total butir soal
N = banyak sampel
3.8.3 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya
dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Rumus yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas yaitu
menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20): yaitu:
2
S −∑ pq
R11 = ( )(
n
n−1 S
2 )
Keterangan:
R11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1 - p)
∑ pq = jumlah hasil perlakuan antara p dan q
n = jumlah item
S = standar deviasi
Kriteria pengujian validitas adalah setiap item valid apabila r xy >
r tabel ( r tabel diperoleh dari nilai kritis r product moment dengan taraf
signifikn α = 0,05).
Tabel 3.6 Kategori dan Nilai Reliabilitas
Nilai Kategori
0.00 – 0.20 Sangat rendah
0.21 – 0.40 Rendah
0.41 – 0.60 Cukup
0.61 – 0.80 Tinggi
0.81 – 1.00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2009).
Nilai Kategori
0 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Nilai Kategori
0,00 – 0,20 Buruk
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 −¿ 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2009)
Setelah memperoleh hasil validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya
pembeda tes, tentunya peneliti akan memilah item-item soal yang sudah valid dan
reliabel untuk dijadikan sebagai instrumen tes dalam penelitian. Item yang tidak
valid otomatis dibuang sebab sudah terbukti tidak dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur.
X=
∑ Xi ..... (3.4)
n
Keterangan:
x = Mean (rata-rata) nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
√
2
n ∑ xi 2−( ∑ xi ) ..... (3.5)
s=
n ( n−1 )
Keterangan:
s = Simpangan baku
varians terbesar
Fhit =
varians terkecil (3-7)
t=
S
√ 1 1
+
n1 n 2 (3-8)
Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
( n1 −1 ) S 12 + ( n2 −1 ) S 22
S2 = n1 +n2 −2
(3-9)
−t 1 <t < t 1
1− α 1− α
Kriteria pengujian adalah : terima Ho jika 2 2 dimana
t 1
1−
2
α
didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n 1 + n2 - 2 dan α = 0,05 .
Untuk harga t lainnya HO ditolak.
−t 1 <t < t 1
1− α 1− α
Jika analisis data menunjukkan bahwa 2 2 , maka
hipotesis Ho diterima, berarti kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen sama
dengan kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen. Dan jika analisis data
menunjukkan harga t yang lain, maka H0 ditolak dan terima Ha, berarti
kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan kemampuan
awal siswa pada kelas kontrol.
Ho :
x 1=x 2
Ha :
x 1≠x 2
Keterangan :
H0 :
x 1=x 2 :Hasil belajar siswa berupa keterampilan berpikir kritis pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama, berarti tidak ada pengaruh Model
pembelajaran inquiry trainingberbasis collaborative dengan terhadapketerampilan
berpikir kritis siswa.
Ha:
x 1 >x 2 :Hasil belajar siswa berupa keterampilan berpikir kritis pada kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, berarti ada pengaruh Model
pembelajaran Project Based Learning berbasis STEM dengan terhadap
keterampilan berpikir kreatif siswa.
Bila data penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji
hipotesis menggunakan uji t dengan rumus yaitu :
X́ 1 −X́ 2
t=
(3.10)
S
√ 1 1
+
n1 n2
S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
Agustina, S. A., Lihawa, F., & Abdjul, T. 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika.
Jurnal Health and Science Gorontalo (2016) 1-6.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Sani, A. R., & Aulia, S. 2018. Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training pada Materi Pokok
Momentum dan Impuls di Kelas X SMA Negeri 3 Binjai T.P
2017/2018.Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan, Vol. 4:1-
6.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.