CITA HUKUM
VOL. 3 NO. 1 JUNI 2015
Diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional (POSKO-LEGNAS) UIN
Jakarta. Jurnal Cita Hukum mengkhususkan diri dalam pengkajian Hukum Indonesia dan
terbit dua kali dalam satu tahun di setiap bulan Juni dan Desember.
Redaktur Ahli
Muhammad Atho Mudzhar (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Muhammad Amin Suma (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Salman Maggalatung (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Ahmad Hidayat Buang (University Malaya Malaysia)
Nadirsyah Hosen (Wollongong University Australia)
JM Muslimin (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Stephen Koos (Munchen University Germany)
Abdullah Sulaiman (Universitas Trisakti)
Jimly Asshiddiqie (Universitas Indonesia)
Muhammad Munir (IIU Islamabad Pakisatan)
Tim Lindsey (Melbourne University Australia)
Raihanah Azahari (University Malaya Malaysia)
Jaih Mubarok (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Djawahir Hejazziey (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Editor in Chief
Nur Rohim Yunus
Managing Editor
Muhammad Ishar Helmi
Editors
Fitria
Indra Rahmatullah
Mara Sutan Rambe
Asisten to The Editors
Erwin Hikmatiar
Alamat Redaksi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda 95 Ciputat Jakarta 15412
Telp. (62-21) 74711537, Faks. (62-21) 7491821
Website: www.fsh-uinjkt.net, E-mail: jurnal.citahukum@uinjkt.ac.id
Permalink: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum
Jurnal
CITA HUKUM
Menyambut baik kontribusi dari para ilmuwan, sarjana, profesional, dan peneliti dalam
disiplin ilmu hukum untuk dipublikasi dan disebarluaskan setelah melalui mekanisme
seleksi naskah, telaah mitra bebestari, dan proses penyuntingan yang ketat.
DAFTAR ISI
169 Persamaan Unsur Pokok Pada Suatu Merek Terkenal (Analisis Putusan
MA Nomor 162 k/pdt.sus-hki/2014)
Muhammad Dandi Pahusa
Jurnal Cita Hukum, FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vol.3 No.1(2015),pp.133-152,DOI: 10.15408/jch.v2i1.2311.2015.3.1.133-152
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Fadilah Haidar
Magister Manajemen Bisnis Binus Business School
Jl. Hang Lekir I No. 6, Senayan Jakarta
E-mail: fadilah_haidar@yahoo.com
DOI: 10.15408/jch.v2i1.2311
Naskah diterima: 24 Maret 2015, direvisi: 22 Mei 2015, disetujui untuk terbit: 14 Juni 2015.
133
Fadhila Haidar
Pendahuluan
Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan
alternatif sarana investasi bagi masyarakat (investor) dimana di dalamnya terdapat
transaksi penawaran umum dan perdagangan efek dari perusahaan publik (emiten)
kepada masyarakat investor. Pasar Modal/Capital Market/Stock Exchange/Stock Market/
dalam dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan
surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada
umumnya.1 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Kegiatan tersebut dilindungi oleh payung hukum yang sangat
menjunjung tinggi prinsip keterbukaan.
Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau fakta
materil, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga. 2 Dalam Pasal 1 angka 7
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan informasi atau fakta
materil adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian,
atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau
fakta tersebut. Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi
yang akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan perusahaan. 3 Prinsip keterbukaan
adalah prinsip yang menjadi landasan pertimbangan bagi para pelaku di pasar modal
untuk melakukan aktivitas perpasarmodalan secara rasional.
Menurut Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal. Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan Informasi. Informasi
yang harus dibuka oleh perusahaan publik antara lain, penggabungan usaha,
pembelian saham, peleburan usaha atau pembentukan usaha patungan, pemecahan
saham atau pembagian deviden saham, pendapatan dari deviden yang luar biasa
sifatnya, perolehan atau kehilangan kontrak penting, produk atau penemuan baru
yang berarti, perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen, pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat
utang, penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
materiel jumlahnya, pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang materiel,
perselisihan tenaga kerja yang relative penting, tuntutan hukum yang penting
terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan, pengajuan
tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain, penggantian akuntan yang
mengaudit perusahaan, penggantian wali amanat, Perubahan tahun fiskal
perusahaan.
1 Najib A. Gisymar. Insider Trading dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 10.
2 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Cet. Pertama, 2001), h. 1.
3 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana,
2004), h. 230.
134 – Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 No. 1 Juni 2015. ISSN: 2356-1440.
Perlindungan Hukum Bagi Investor
1Najib A. Gisymar. Insider Trading dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakt, 1999), h. 10.
2M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), h. 10
3 Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
h. 7
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - 135
Fadhila Haidar
4 Departemen Keuangan RI, Seluk Beluk Pasar Modal. (Jakarta: Depkeu RI, Tanpa tahun), h. 5
5 Munir Fuady. 1996. Pasar Modal Modern: Suatu Tinjauan Hukum, (Bandung: Citra Adtyia Bakti),
h.13
Alam S. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jilid 2, (Jakarta: Esis, 2007), h. 70–71
6
Gunawan Widjaya dan Almira Prajna Ramaniya. Reksana Dana dan Peran Serta Tanggung Jawab
7
Manajer Investasi dalam Pasar Modal: Seri Pengetahuan Pasar Modal (Jakarta: Prenada Media Group, 2006.), h 7.
8 Edilius dan Sudarsono. Kamu Ekonomi Uang dan Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 239.
136 – Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 No. 1 Juni 2015. ISSN: 2356-1440.
Perlindungan Hukum Bagi Investor
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Laba yang besar dari
saham didistribusikan kepada pemegang saham sebagi dividen.
Ketiga, Saham Preferen. Saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak
pembagian dividen. Ada pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan
dividen yang besarnya tetap setiap tahun, ada pula yang menghendaki didahulukan
dalam pembagian dividen, dan lain sebagainya.
Keempat, Obligasi. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi
kontrak antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman.9 Surat obligasi adalah
selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan
pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. Pada dasarnya memiliki
obligasi sama persis dengan memiliki deposito berjangka. Hanya saja obligasi dapat
diperdagangkan.
Kelima, Waran. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu
dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat
berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki
saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun setelah obligasi atau
saham yang disertai waran memasuki pasar baik obligasi, saham maupun waran
dapat diperdagangkan secara terpisah. Kalau pemodal ingin mendapatkan dividen,
terlebih dahulu ia menggunakan waran untuk membeli saham Capital gain bisa
didapat bila pemegang obligasi yang disertai waran menjualnya dengan harga yang
lebih tinggi dari harga ketika memperolehnya.10
Keenam, Right Issue. Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli
saham baru yang dikeluarkan emiten. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen
saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham. Right issue dapat
diperdagangkan. Biasanya harga saham hasil right issue lebih murah dari saham lama.
Karena membeli right issue berarti membeli hak untuk membeli saham, maka kalau
pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal telah melakukan pembelian saham.
Dengan demikian maka imbalan yang akan didapat oleh pembeli right issue adalah
sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain.11
9 Dyah Ratih S. Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Soal Jawab, (Yogyakarta: Atmajaya, 2002), h.
82
10 Yulsafni. Hukum Pasar Modal…… h. 39-40
11 Ibid., hlm. 35.
12 http://www.tianmarketiva.com/sejarah-bursa-efek-indonesia. Diakses pada 10 Mei 2014,
c) 1925 – 1942, Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya
d) Awal tahun 1939, Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e) 1942 – 1952, Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
f) 1952, Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)
dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
g) 1956, Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif.
h) 1956–1977, Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i) 10 Agustus 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10
Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar
modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten
pertama.
j) 1977–1987, Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k) 1987, Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l) 1988-1990, Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
m) 2 Juni 1988, Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer.
n) Desember 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o) 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
p) 13 Juli 1992, Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q) 22 Mei 1995, Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems).
r) 10 November 1995, Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai
Januari 1996.
138 – Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 No. 1 Juni 2015. ISSN: 2356-1440.
Perlindungan Hukum Bagi Investor
Perusahaan Go Public
Go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat
umum untuk pertama kalinya.13 Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit
pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Transaksi penawaran
umum penjualan saham pertama kalinya terjadi pada pasar perdana (primary market).
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang
menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (Secondary
Market).
Istilah Emiten dapat kita temukan pada Pasal 1 angka 6 UU no 8 tahun 1995,
Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. 4 Emiten adalah Pihak yang
melakukan penawaran umum efek, baik efek yang bersifat ekuitas (saham), efek yang
bersifat hutang (obligasi), efek yang bersifat syariah (sukuk).
Pihak yang melakukan penawaran umum saham/(Go Publik, Initial Publik
Offering/IPO) adalah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), karena
modal PT direpresentasikan atau dalam bentuk saham, sedangkan pihak yang
melakukan penawaran umum obligasi atau sukuk disebut Emiten obligasi/atau
sukuk, dimana tidak hanya perusahaan berbentuk PT saja, tetapi setiap pihak
dimungkinkan untuk dapat menerbitkan atau menjual obligasi atau sukuk di pasar
modal Indonesia.
Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-
kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor
sekurang–kurangnya Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu
jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Sejak perusahaan melakukan penawaran saham perdana berlangsung
maka investor5 akan memilih perusahaan mana yang paling lucrative ke dalam
portofolionya.
13 Hendy M. Fakhruddim. Go Public, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h 12.
4 Ibid
5 An investor is a person who allocates capital with the expectation of a financial return. The types of
investments include: equity, debt securities, real estate, currency, commodity, derivatives such as put and call options,
etc. This definition makes no distinction between those in the primary and secondary markets. That is, someone who
provides a business with capital and someone who buys a stock are both investors. An investor who owns a stock is
known as a shareholder.
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - 139
Fadhila Haidar
Inda Rahyani, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Yogyakarta: Atmajaya, 2002), h .82.
1
2http://riosidauruk.blogspot.com/2013/03/dari-bapepam-ke-ojk.html. Diakses pada, Kamis 16
Oktober 2014. Pukul 15.47 WIB.
140 – Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 No. 1 Juni 2015. ISSN: 2356-1440.
Perlindungan Hukum Bagi Investor
l. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh
Bursa Efek, Lembaga Kliring dsan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau
menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;
m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan
penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;
n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat
sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal;
o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas UUPM atau
peraturan pelaksanaannya;
p. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam
Pasal 1 angka 5 UU PM; dan
4 I Putu Gede Ari Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Yayasan SAD Satria Bakti, 2000), h. 211.
Ditinjaun dari prespektif hukum Islam insider trading ini merupakan haram,
karena mengandung kebathilan, sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. An Nisaa
ayat 29: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”
Larangan perdagangan oleh orang dalam sebagaimana dikatakan di atas,
pada dasarnya adalah agar informasi yang keluar dari perusahaan dapat sampai
kepada semua orang (pemodal) secara merata terlebih dahulu sehingga tidak ada satu
pihak pun yang diuntungkan, dengen mengingat bahwa informasi di bursa
merupakan komoditi penting yang membuat orang memutuskan melakukan atau
tidak melakukan investasi. Dengan demikian tidak seorang pun akan diuntungkan
terutama apabila yang bersangkutan mempunyai akses terhadap manajemen
perusahaan. 1
Larangan pedagangan oleh orang dalam ini mulai diintrodusir dengan
diberlakukannya Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990 tentang
Pasar Modal sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
284/KMK.010/1995, yang kemudian diperkuat dengan diberlakukannya UUPM.
Ketentuan mengenai perdagangan orang dalam ini ditentukan dalam Pasal. 95-98
UUPM. Ketentuan selanjutnya dari UUPM ini (Pasal 96-98) memperluas jangkauan
dari Pasal 95 baik terhadap orang dalam yang mendorong/mempengaruhi orang lain
atau memberikan informasi orang dalam kepada pihak lain (Pasal. 96), atau “orang
luar” yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam tersebut secara
melawan hukum (Pasal 97) serta juga terhadap perusahaa efek/anggota bursa (Pasal
98).
Bilamana ditemukan kecenderungan transaksi yang mencolok, seperti
kenaikan atau penurunann harga yang luar biasa, volume dan frekuensi perdagangan
yang “istimewa” (karena sebelumnya saham tersebut tidak aktif), termasuk aktivitas
transaksi Anggota Bursa yang luar biasa, maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut. Penelitian pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan pengecekan
terhadap semua informasi resmi yang telah dipublikasikan, kemudian emiten juga
dihubungi untuk memberikan konfirmasi apakah yang bersangkutan telah
memberikan informasi tertentu melalui media massa atau memang ada
keadaan/kejadian yang telah terjadi atau akan dilakukan tetapi masih dirahasiakan. 2
Gejala-gejala3 di atas perlu diteliti lebih lanjut karena biasanya mereka yang
mempunyai informasi orang dalam akan melakukan tindakan jual atau beli
1 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, (Jurnal Hukum
misalnya kalau ada kenaikan pembagian deviden (dibandingkan tahun sebelumnya) atau pengambilalihan
(take over) emiten karena setelah pengumuman saham biasanya akan mengalami kenaikan. Sebaliknya akan
menjual kalau perusahaan akan mengeluarkan pengumuman yang dapat mengakibatkan penurunan harga
saham, misalnya apabila ada kerugian dalam tahun buku yang bersangkutan.
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - 145
Fadhila Haidar
8 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, (Jurnal Hukum
dan Pembangunan), h. 60
9 M. Irsan Nasarudin, et.al, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.
270
10 West's Encyclopedia of American Law (The Gale Group, Inc. All rights reserved. Copyright,
edition 2. 2008)
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - 147
Fadhila Haidar
divestasi saham PGN 5,32 persen pada 15 Desember 2006 agar harga ketika divestasi
tidak turun”.
- Putusan Hukum: “Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) hanya memberikan sanksi administratif berupa denda terhadap 9 orang
karyawan dan mantan karyawan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam kasus
perdagangan saham PGN (Insider Trading). Ke-9 Orang itu adalah mantan Dirut PGN
WMP Simanjuntak didenda Rp 2,330 miliar, mantan Sekretaris Perusahaan
Widyatmiko Bapang sebesar Rp 25 juta, Adil Abas Rp 30 juta, Nursubagjo Prijono Rp
53 juta, Iwan Heriawan Rp 76 juta, Djoko Saputro Rp 154 juta, Hari Pratoyo Rp 9 juta,
Rosichin Rp 184 juta, dan Thohir Nur Ilhami Rp 317 juta”
- Analisa Hukum: Menurut penulis sanksi hukum yang dijatuhkan kurang tepat, sebab
pada Pasal 104 UU No 8 1995 jelas bahwa perdagangan orang dalam selain dikenakan
denda dapat pula sekaligus dikenakan pidana penjara maksimal 10 tahun. Ini
merupakan ketidaktegasan dalam implmentasi hukum, yang akibatnya merugikan
ribuan investor dan dapat menimbulkan uncondusife market.
11 http://www.bloomberg.com/news/2013-07-02/russia-claims-first-insider-trading-case-in-
unilever-s-kalina.html. Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 22.00 WIB.
148 – Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 No. 1 Juni 2015. ISSN: 2356-1440.
Perlindungan Hukum Bagi Investor
(b) dari Securities Exchange Act of 1934 melarang keuntungan short-swing (dari setiap
pembelian dan penjualan dalam jangka waktu enam bulan) yang dibuat oleh direktur
perusahaan, pejabat, atau pemegang saham yang memiliki lebih dari 10% saham
perusahaan.12 Menurut Pasal 10 (b) dari Undang-Undang 1934, SEC Rule 10b-5,
melarang penipuan terkait dengan perdagangan efek. The Insider Trading Sanctions Act
of 1984 and the Insider Trading and Securities Fraud Enforcement Act of 1988.13
Negara Ketiga adalah Inggris, perundangan yang menyangkut ketentuan
bursa efek adalah the Criminal Justice Act 1993, Part V, Schedule 1, and the Financial
Services and Markets Act 2000. Menurut organisasi independen Cato visi dan misi
peratruran di atas which defines an offence of Market Abuse. It is also illegal to fail to trade
based on inside information (whereas without the inside information the trade would have
taken place).
Dari beberapa Negara di atas jelaslah bahwa Undang-undang pasar modal
nomor 8 tahun 1995 yang saat ini masih dipakai di Indonesia sudah kurang relevan
dengan perkembangan dunia perpasar modalan masa kini dan pergerakan yang masif
dari kejahatan insider trading ataupun segala jenis frauds lainnya khususnya dalam
pasar modal. Terlihat pula bahwa pengaturan mengenai karakteristik insider trading
dalam UUPM belum memadai dan belum mampu menjerat pelaku, karena adanya
batasan-batasan dan kekurangan dalam pengaturan yang terdapat dalam Pasal 95-98
UUPM. Ketentuan mengenai larangan insider trading yang terdapat dalam UUPM
belum dapat memberikan perlindungan yang seutuhnya kepada para investor.
12 A Securities & Exchange Commission regulation that requires company insiders to return any profits
made from the purchase and sale of company stock if both transactions occur within a six-month period. A company
insider, as determined by the rule, is any officer, director or holder of more than 10% of the company's shares.
13 Thomsen LT. "Testimony Concerning Insider Trading," (SEC. Retrieved December 21, 2011).
Walaupun orang yang melakukan perdagangan itu tidak mempunyai fiduciary duty
dengan perusahaan.14
Pasal 95 berbunyi: “Orang dalam dan Emiten atau Perusahaan Publik yang
mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan
atas efek: a). a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; dan b). Perusahaan lain
yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang
bersangkutan.”
Apabila Pasal 95 ini dicermati lebih mendalam lagi, maka masih terdapat
celah hukum yang dipakai oleh orang dalam (insider), maupun orang luar yang
menerima informasi (insider) untuk melakukan transaksi efek yang dilarang atau
insider trading. Pasal 95 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 hanya menjangkau
orang dalam kapasitas Fiduciary duty theory, sehingga para pelaku yang masuk dalam
kategori Misappropriation theory hampir dapat dipastikan akan terhindar dari
pelaksanaan Pasal 104 Undang-Undang No 8 tahun 1995 yaitu mengenai sanksi yang
dapat dikenakan bagi pelaku insider trading.15
Penutup
Berdasarkan Perundangan Pasar Modal di Indonesia yakni UU No. 8 Tahun
1995, terdapat visi dan misi bagi pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pasar modal
di Indonesia, yakni, bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bahwa pasar
modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah
satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat,
bahwa agar pasar modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum
yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan
kegiatan di pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari
praktik yang merugikan, bahwa sejalan dengan hasil-hasil yang dicapai
pembangunan nasional serta dalam rangka antisipasi atas globalisasi ekonomi,
Undang-undang Nomor 52 Tahun 1952 Tentang penetapan “Undang-undang Darurat
tentang Bursa”, dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan.
Salah satu bentuk pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar modal
adalah praktik Insider trading. Dalam pasar modal di Indonesia, praktik insider trading
tergolong salah satu pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh pihak-pihak yang
terkait di dalam sejumlah skandal, apakah itu yang melibatkan emiten swasta
ataupun BUMN. Saat ini yang berwenang adalah OJK karena kewenangan BAPEPAM
telah pindah sepenuhnya ke OJK, Mulai 31 Desember 2012.
Perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik insider trading pada
pasar modal di Indonesia berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995. Terdapat kekuatan
hukum yang lemah di UUPM terhadap penindakan praktik orang dalam atau insider
trading, sebagaimana yang kita lihat dan bandingkan di beberapa Negara peraturan
perundangan pasar modal terus direvisi, karena dunia pasar modal amatlah dinamis
dan kompleks. Berikut kelemahan dari UUPM dan bahan yang bisa menjadi acuan
pembelajaran untuk memperbaiki struktur hukum pasar modal Indonesia; a.
Pengaturan mengenai karakteristik insider trading dalam UUPM belum memadai dan
belum mampu menjerat para pelaku, karena adanya tidak jelasnya batasan-batasan
insider trading yang terdapat dalam Pasal 95-98 UUPM. b. Ketentuan mengenai
larangan insider trading yang terdapat dalam UUPM belum dapat memberikan
perlindungan yang seutuhnya kepada para investor. c. Tidak disebutkannya pihak-
pihak luar emiten secara detail dan sesuai perkembangan dunia pasar modal yang
dapat menunjang praktik insider trading ini, sehingga pihak-pihak luar tersebut
sangat besar kemungkinan melakukan praktik insider trading ini. d. Didalam UUPM
tidak memberikan “batasan” secara tegas mengenai insider trading dan tidak
disebutkan juga mengenai informasi yang semestinya dibuka setelah disclosure.
Pustaka Acuan:
Buku :
Edilius dan Sudarsono. Kamus Ekonomi Uang dan Bank. Jakarta: Rineka Cipta. 1994
Fuady, Munir Pasar Modal Modern (Suatu Tinjauan Hukum). Bandung: Citra Adtyia
Bakti. 1996
Gisymar, Najib A. Insider Trading dalam Transaksi Efek. Bandung, Citra Aditya Bakti,
Bandung. 1999
Hendy M. Fakhruddim. Go Public. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam.
Yogyakarta: UII Press. 2001
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta,
Kencana. 2004
Nasution, Bismar. Keterbukaan dalam Pasar Modal, cetakan pertama: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia. 2001
PPJM, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarifhidayatullah. Jakarta: UIN Syahid. 2012
Rahyani, Inda. Hukum Pasar Modal Indonesia, Univ. Yogyakarta : Atmajaya, 2002
Ratih S, Dyah. Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Soal Jawab, Yogyakarta:
Universitas Atmajaya. 2002
Raywidjaja, I.G. Hukum Pasar Modal. Jakarta: Maspion. 2001
S, Alam. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Esis, Jilid 2. 2007
Suta, I Putu Gede Ari. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD Satria Bakti. 2000
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta. Sinar
Grafika. 2013
Tunggal, Iman Sjahputra. Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:
Harvarindo. 2000
Widjaya, Gunawan dan Almira Prajna Ramaniya. Reksana Dana dan Peran Serta
Tanggung Jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal. Seri Pengetahuan Pasar
Modal, Prenada Media Group, Jakarta. 2006
Yulsafni. Hukum Pasar Modal, Bdan Penerbit Iblam, Jakarta. 2005
Peraturan Perundang-undangan :
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK
Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990 tentang Pasar
Modal, diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995
Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal.
Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan Informasi.
Sumber non-buku :
Balfas, Hamud M. Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa,
Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni. 1998
Balfas, Hamud M. Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa,
Jurnal Hukum dan Pembangunan. 1999
Bhattacharya, Utpal and Hazem Daouk. The World Price of Insider Trading.
Journal of Finance, Vol. LVII, No. 1. 2002
Sinaga. Sere Intan A. Tinjauan Yuridis Terhadap Praktik Insider Trading di Indonesia.
(Pekanbaru, Riau: JOM Fakultas Hukum Volume I No. 2, 2014
152 – Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 No. 1 Juni 2015. ISSN: 2356-1440.