Oleh:
Zuhdan A. Hudaya1), Sigit W. D. Nugroho2)
E-mail: zuhdan_hudaya@yahoo.com
1)
Mahasiswa Program Magister Sains Universitas Jenderal Soedirman
2)
Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRACT
This article was a comprehensive framework for integrating existing leadership theories from
the perspective of Hasta Brata, the well-known Javanese local wisdom philosophy,
characterized by a dialectic thinking system. With sufficient evidence demonstrated, it argues
that a Hasta Brata- Javanese local wisdom model of leadership offers a complementary lens,
through which leadership insights can be deepened, and may serve as an effective tool for
adaptive leaders in a world. This article found that Hasta Brata also can associate with the
leadership theory. The existed theory also has Hasta Brata conceptual in other words. The
article also found that from a local wisdom we can develop our own leadership conceptualism.
PENDAHULUAN
Kepemimpinan sangat berperan penting dalam suatu organisasi baik itu organisasi
bisnis maupun organisasi nirlaba. Peran pemimpin yang besar ini ditunjang oleh kemampuan
pemimpin dalam mempengaruhi kelompok untuk menuju pencapaian sasaran, memotivasi
para pengikut menuju sasaran yang telah ditetapkan dengan memperjelas peran, tugas dan
memberikan dorongan sehingga mampu melampaui kepentingan pribadi mereka (Nichols et
al., 2013).
Selain berperan terhadap perkembangan organisasi kepemimpinan juga
mempengaruhi inovasi organisasi. Inovasi melalui kreativitas merupakan faktor penting bagi
keberhasilan dan keunggulan kompetitif organisasi (Hsiao, 2011). Kepemimpinan telah
menjadi diakui sebagai adanya kepatuhan. Kepemimpinan memberikan makna bagi mereka
dalam institusi dengan mendefinisikan dan yang mendukung nilai-nilai organisasi. Organisasi
yang sukses memerlukan kepemimpinan dan manajemen, tetapi ini tidak perlu selalu
digabungkan dalam satu pribadi (Habir et al., 1999). Kepemimpinan dan manajemen dapat
tersebar dalam sebuah organisasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
kepemimpinan suportif secara positif terkait dengan pembelajaran organisasi dan inovasi. Hal
ini memungkinkan dukungan kepemimpinan terhadap pembangunan tim dan memberikan
mereka arah, energi, dan dukungan untuk proses perubahan serta kohesi meningkat (Grandy,
2012)
Hubungan kepemimpinan dan kekuasaan adalah konsep yang tak terpisahkan, ibarat
gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Kepemimpinan yang efektif (effective
leadership) terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah
pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul
tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai
pergerakan untuk memanfaatkan asal usul kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang
tepat (Rosenbusch, 2013).
Persoalan yang muncul adalah praktik model kepemimpinan yang ditemui sekarang
ini berbasis pada model-model yang berasal dari Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan China
sehingga diperlukan penafsiran-penafsiran dan adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
dan kebudayaan lokal karena kepemimpinan merupakan salah satu wujud dari kebudayaan
yang dianut oleh suatu masyarakat. Menurut Poloma (2010) hasil proses budaya oleh
masyarakat tersebut akan membentuk suatu realitas sosial setidaknya sebagian adalah produksi
manusia, hasil proses budaya, termasuk penggunaan bahasa.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, bangsa Indonesia sebenarnya
telah memiliki warisan luhur dari nenek moyang. Dalam berbagai budaya daerah di Indonesia
terdapat kekayaan yang tak ternilai, yaitu kekayaan nilai-nilai kearifan lokal berupa
kepemimpinan dan berbagai kebijakan hidup untuk dijadikan pegangan para pemimpin. Dalam
budaya Jawa, bentuk dan konsepsi kepemimpinan itu multi varian, bahkan setiap genre
memiliki corak yang berbeda. Kendatipun demikian, konsep-konsep tersebut arahnya menuju
sebuah paradigma keseimbangan. Ajaran kepemimpinan dan kebijakan hidup tersebut,
umumnya diwariskan melalui karya sastra Jawa, yang di dalamnya terdapat berbagai konsep
kepemimpinan yang dicipta, sehingga dalam sastra Jawa tersebut, penuh keteladanan yang
diwujudkan dalam bentuk ajaran.
KESIMPULAN
Kearifan lokal budaya Jawa tentang kepemimpinan Hasta Brata memberikan
pandangan baru terhadap pembelajaran kepemimpinan yang filosofis terhadap lingkungan
internal dan eksternal organisasi yang bersifat dinamis. Oleh karena itu melengkapi
pendekatan positivis model Barat yang fokus pada analisis terhadap subjek yang terbatas pada
kondisi yang stabil (Bai et al., 2011). Dengan menkombinasikan konsep Hasta Brata dengan
metodologi ilmiah model barat sehingga menghasilkan konsep kepemimpinan yang lebih
akurat. Melalui kajian tentang masalah pembelajaran kepemimpinan dan pembentukan model
kepemimpinan Hasta Brata, dapat disimpulkan sebagai berikut; satu, pembentukan kearifan
lokal budaya tentang Kepemimpinan Hasta Brata dikembangkan oleh pemikir atau filsuf dan
sekaligus pemimpin sehingga diharapkan mampu melengkapi pada kekurangan dari filsafat
modern tentang kepemimpinan. Dua, kearifan tentang kepemimpinan Hasta Brata
memungkinkan untuk melakukan observasi dan penyatuan pemahaman secara menyeluruh
sementara ilmu pengetahuan modern yang mempunyai keunggulan pada kualitas analisis.
Penggabungan dari kedua pemahaman tersebut menghasilkan konsep baru yang lebih akurat
untuk melakukan penelitian pada kepemimpinan serta mengetahui sifat dan penerapan
kepemimpinan yang adaptif dalam perubahan yang dinamis dari perkembangan jaman yang
bersifat global. Tiga, dengan melakukan kombinasi konsep Hasta Brata dan teori
kepemimpinan modern, akan muncul konsep baru model kepemimpinan teori yang mungkin
akan masih terus berkembang untuk meningkatkan outcome organisasi secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahn, J. Mark, Ettner, W. Larry & Loupin, Amanda. 2011. Values v. Traits-based approaches
to leadership: insights from an analysis of the Aeneid. Leadership & Organization
Development Journal Vol. 33 No. 2, 2012.
Bai, Xuezhu & Roberts, William.2011. Taoism and its model of traits of succesfull leaders.
Journal of Management Development Vol. 30 No. 7/8, 2011.
Bildstein. Ingo, Gueldenberg. Stefan, Tjitra. Hora. 2013, Effective leadership of knowledge
workerrs: result of an intercultural business study. Management Research Review
Vol. 36 No. 8, 2013 pp. 788-804.
Grandy, Gina. 2013. An exploratory study of trategic leadership in churches. Leadership &
Organization Development Journal Vol. 34 No. 7, 2013 pp. 616-638.
Habir, D. Ahmad & Larasati, B. Asti. 1999. Human resource management as competitive
advantage in the new millenium An Indonesian perspective. International journal
of Manpower, Vol. 20 No. 8, 1999, pp. 548-562.
Hsiao, Hsi-Chi & Jeng-Chiang Chang. 2011. The Role Of Organizational Learning in
Transformational Leadership and Organizational Innovation. Asia Pasific Educ.
Rev. (2011) 12:621-6.31.
Kusumasari, Bevaola & Alam, Quamrul. 2012. Local wisdom-based disasster recovery model
in Indonesia. Disaster Prevention and Management Vol. 21 No. 3, 2012 pp. 351-
369.
Locke, E.A., Latham, G.P., 1991. A Theory of Goal Setting and Task Performance. Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Nichols, W. Thomas & Erakovich, Rod. 2013. Authentic Leadership and Implicit theory : a
normative form of leadership?. Leadership &Organization Development Journal
Vol. 34 No. 2, 2013 pp. 182-195.
Sartini, Ni Wayan. 2009. Menggali nilai kearifan lokal budaya Jawa lewat ungkapan
(Bebasan, saloka, dan paribasa). Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, Vol. V No. 1.
2009.
Schaver. A Joseph, 2010. Effective leaders and leadership in policing: traits, assessment,
development and expansion. Policing: An International Journal of Police Strategies
& Management, Vol. 33 No. 4, 2010.