1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia sekolah yaitu anak dengan rentang usia 6-12 tahun merupakan
kategori usia yang beresiko mengalami masalah pada gigi dan mulut, pada usia 6-
8 tahun merupakan usia dimana gigi susu mulai berganti menjadi gigi permanen
disebut juga masa gigi campuran sehingga perlu dilakukan pendidikan atau
pengetahuan mereka dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah
1
terjadinya kerusakan gigi.
mulut adalah sebesar 25,9% dengan spesifikasi anak yang mengalami masalah
pada gigi dan mulut mencakup semua kategori usia sebanyak 20,6% dengan
spesifikasi anak yang mengalami masalah gigi dan mulut di Kalimantan Barat
3
usia 5-9 tahun sebesar 63,5% dan usia 10-14 tahun sebesar 32,1%.
2
Adapun data lain didapatkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
berperilaku benar menyikat gigi pada saat setelah makan pagi dan sebelum tidur
4
menggosok gigi yaitu pada mandi pagi maupun mandi sore sebesar 76,6%.
Secara umum, perilaku kesehatan gigi pada usia ini lebih kooperatif dari pada
kelompok usia yang lebih muda dan kelompok usia ini juga dianggap sudah
mandiri dalam kegiatan menyikat gigi. Usia sekolah dasar juga merupakan usia
yang tepat untuk melatih kemampuan motorik anak termasuk salah satu nya
menyikat gigi.
anak usia 6-12 sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kelas IV
SD adalah siswa dengan rentang usia rata-rata 9-10 tahun, dimana pada kelompok
usia ini minat belajar siswa cukup tinggi, didukung oleh ingatan anak yang kuat
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau
ranah domain kognitif. Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang
berupa materi atau objek di luar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru
3
yang akan menstimulus tanggapan batin seseorang untuk mengaplikasikan sebuah
sikap terhadap objek yang diketahuinya tersebut. Dengan adanya stimulus tersebut
sebuah tindakan, tanpa adanya stimulus pengetahuan dan sikap juga dapat
dilakukan, namun perilaku yang dilandasi dengan dasar pengetahuan akan lebih
6
langgeng dibandingkan yang tanpa dilandasi pengetahuan.
7
kesehatan anak adalah dengan metode permainan. Anak usia sekolah memiliki
koordinasi dan intelektual untuk berinteraksi dengan anak lain seusia mereka.
bekerja sama dan melatih anak dalam mengenal sebuah peraturan untuk melatih
8
kedisiplinan anak.
9
yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif. Permainan ular tangga dipilih
tentang kesehatan gigi dan mulut karena media simulasi ular tangga masuk dalam
7, 8
permaianan edukatif.
Media Cerita Bergambar dan Ular Tangga dalam Pendidikan Kesehatn Gigi dan
4
Mulut Siswa SDN 2 Patrang Kabupaten Jember” menunjukkan bahwa efektivitas
permainan ular tangga lebih tinggi daripada media cerita bergambar dalam
mulut.
TIK yang telah dibuat layak digunaka untuk siswa Sekolah Dasar.
tentang permainan ular tangga, 100% siswa juga mengatakan tidak pernah belajar
permainan ular tangga digunakan sebagai media belajar, 97% siswa mengatakan
bahwa gambar dan warna dalam permainan ular tangga ini menarik, kemudian
97% siswa mengatakan bahwa pesan yang disampaikan dalam permainan ular
Dari studi pendahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa media Permainan Ular
Tangga dinyatakan efektif dan bisa dijadikan sebagai media pembelajaran dalam
penelitian tersebut. Oleh karena itu, Ular Tangga dipilih sebagai media edukasi
dengan harapan meningkatkan minat belajar anak sekolah dasar tentang kesehatan
5
gigi dan mulut dan menjadi media edukasi yang baru dan menarik bagi anak
sekolah dasar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
terhadap pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada siswa SDN 03
Singkawang Tengah.
2. Tujuan Khusus
kelompok kontrol.
C. Manfaat
1. Bagi Sekolah
penelitian ini yaitu diharapkan dapat menjadi bahan media edukasi yang baru
lingkungan sekolah.
2. Bagi Fakultas
6
penelitan ini dapat dilanjutkan mahasiswa khususnya Fakultas Kedokteran
kesehatan khususnya tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak
sekolah dasar.
3. Bagi Peneliti
sekolah dasar.
D. Rumusan Masalah
mulut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum
yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini
1. Bayi adalah sekolompok penduduk yang berusia < 1 tahun (0 tahun) atau
bulan)
2. Bawah tiga tahun (Balita) adalah sekolompok penduduk yang berusia < 3
3. Bawah lima tahun (Balita) adalah sekelompok penduduk yang berusia < 5
4. Anak pra sekolah adalah sekelompok penduduk yang berusia 5-6 tahun
8
berusia 7-12 tahun
Menurut Depkes RI dalam Rizki (2013), anak
Sekolah Dasar berada pada kelompok pra remaja (7-12 tahun) yang
sekolah dasar dalam hal ini adalah semua anak yang masih terdaftar duduk
di bangku sekolah dasar mulai dari kelas 1 (satu) hingga kelas 6 (enam),
Ibtidaiyah.
Usia Sekolah Dasar (6/7 – 11/12 tahun) berada dalam periode perkembangan
berpikir konkret. Dikatakan periode berpikir konkret, karena pada periode ini anak
yang bersifat konkret atau nyata saja, yaitu dengan cara mengamati atau
Berpikir secara operasional konkret dapat dipandang sebagai tipe awal berpikir
ilmiah.
Pada tahap operasional konkret siswa mulai untuk dapat memandang “dunia”
konsep, anak sangat terikat kepada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah
memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati anak, atau
melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep itu. Oleh karena itu, anak hanya
9
B. Konsep perilaku
I. Pengertian Perilaku
Menurut Suryani (2003) dalam Susilo (2011), perilaku adalah aksi dari
lain, perilaku baru terjadi bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi. Sesuatu tersebut disebut rangsangan, jadi suatu rangsangan tertentu akan
Perilaku dilihat dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup yakni
dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah suatu tindakan atau
aktivitas dari manusia sendiri seperti berbicara, menagis tertawa, bekerja dan lain
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun seacara tidak
perilaku itu merupakan suatu respon atau reaksi orang terhadap rangsangan
atau stimulus dari luar. Oleh karena itu teori Skinner ini disebut teori S-O-R
menyilaukan menyebabkan mata tertutup, gerak lutut bila lutut kena palu,
10
menarik jari bila jari kena api dan sebagainya. Stimulus seperti ini disebut
baik (dari respon tugas yang telah diberikan sebelumnya), maka dari itu
menjadi dua yaitu perilaku yang tidak tampak / terselubung (covert behavior)dan
perilaku yang tampak (overt behavior). Perilaku yang dimaksud dengan tidak
tampak ialah berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, Emosi, pengetahuan dan lain –
lain. Perilaku yang tampak antara lain berjalan, berpakaian, dan sebagainya.
penting untuk mempelajari yang dialami seseorang meliputi bakat dan proses
belajar.
11
1. Perkembangan
macam :
seseorang, misalnya perilaku bayi akan berbeda dengan anak – anak dan
orang dewasa bahkan orang tua. Perkembangan fisik yang normal juga
dapat membentuk orang menjadi lebih berani, ada pula yang penakut.
sangat berbeda dengan mereka yang sudah dewasa. Bayi sangat tergantung
pada orang yang mengasuhnya, demikian juga anak – anak namun kualitas
dan orang dewasa tentu juga berbeda. Demikian pula yang mempunyai
12
pada setiap orang yang dapat membedakan ciri orang satu dengan yang
seseorang.
seseorang.
2. Bakat
antara satu orang dengan orang lainnya, misalnya bakat seniman, bakat
cendekiawan dalam bidang tertentu. Pada dasarnya bakat merupakan potensi yang
dapat menentukan perilaku seseorang. Ada orang yang berbakat berbuat jahat dan
ada pula bakat yang menyebabkan orang suka berbuat sosial pada orang lain dan
sebagainya.
3. Proses belajar
perilaku orang dari suka berbuat jahat menjadi suka berbuat baik.
13
III. Tingkatan Perilaku
pendidikan membedakan tiga area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni
(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, peri
tindak.
1. Pengetahuan (Knowledge)
terhadap objek melalui indera yang dimilinya (mata, hidung, telinga, dan
terhadap objek. Secara garis besar telah dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu
14
tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
tertentu.
2. Sikap (Attitude)
15
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang –
tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya). Menurut
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap itu terdiri dari tiga komponen
pokok, yaitu :
objek.
objek.
terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau
sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3
panduan.
16
disebut praktik atau tindakan mekanis.
berkembang.
Perilaku manusia sebagian terbesar ialah berupa perilaku yang dibentuk dan
perilaku yang di pelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan
atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun
Thorndike dan Skinner terdapat yang seratus persen sama, namun para ahli
tersebut mempunyai dasar pandangan yang tidak jauh berbeda satu dengan
17
juga dapat ditempuh dengan metode pengertian. Misal datang kuliah jangan
yang lain. Bila naik motor harus pakai helm, karena helm tersebut untuk
keamanan diri dan masih banyak contoh lainnya yang menggambarkan hal
Misalnya orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak – anaknya,
V. Teori Perilaku
Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia sering
berperilaku.
suatu daftar naluri. Naluri merupakan suatu perilaku yang innate, perilaku
18
sebuah pengalaman. Pendapat dari McDaugall ini mendapat tanggapan
perilakunya.
– dorongan tersebut. Dengan demikian, menurut Hull teori ini disebut teori
drive reduction.
4. Teori atribusi ini yang akan mejelaskan tentang sebab – sebab perilaku orang.
motif, sikap, dan sebagainya) atau karena faktor keadaan eksternal. Teori
19
psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi
I. Pengertian Stimulasi
latihan – latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar
anak. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga atau orang
dewasa lain di sekitar anak. Menurut Soetjiningsih (1995) dalam Rahardjo (2014),
anak. Anak yang lebih banyak mendapatkan stimulasi cenderung lebih cepat
menerus pada setiap aspek perkembangan anak, berarti anak telah memberikan
Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Dengan
semakin meningkat. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan cara latihan dan
bermain.
Stimulasi yang diberikan pada anak, harus menggunakan prinsip sebagai berikut :
1. Sebagai ungkapan rasa cinta dan sayang, bermain bersama anak sambil
20
2. Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemampuan
social).
6. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak berbahaya,
berikut :
penglihatannya.
bahasa anak. Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang mencukupi pada anak
akan memberikan kasih sayang yang diperlukan oleh anak. Stimulus ini
21
memberikan rasa aman dan percaya diri, sehingga anak akan lebih responsif dan
yang berbeda.
Anak belajar mengenal warna, bentuk atau ukuran, tekstur dari berbagai
macam objek, angka dan benda. Anak juga mulai belajar untuk merangkai kata,
berpikir abstrak, dan memahammi hubungan ruang seperti naik, turun, dibawah
dan terbuka.
dengan anak yang lain. Pada saat tersebut anak sudah mulai melepaskan
6. Nilai – nilai moral Anak mulai belajar tentang perilaku yang benar dan
yang salah dari lingkungan rumah maupun sekolah. Pada saat mengenal
22
7. Nilai terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari
situasi sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia
nyata.
Stimulus yang diberikan pada anak melalui aktivitas bermain, memiliki tujuan
untuk :
2. Melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata dan telinga.
Permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan
anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan
dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Pada saat kondisi anak
23
sedang menurun atau anak
terkena sakit, bahkan dirumah sakit, orang
tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan
anak sesuai prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah
sakit.
dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini
bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki – laki. Hal ini dilatar belakangi
oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki – laki dan
dengan teori dari Hurlock (1998) bahwa anak laki – laki biasanya kurang
laki – laki yaitu cenderung lebih rajin, mudah diatur, berperasaan, dan
baik untuk perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral,
budaya, dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas bermain tidak harus yang
dibeli ditoko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat
24
menstimulus imajinasi dan kreatifitas
anak. Permainan tradisional yang
dibuat sendiri atau berasal dari benda – benda sekitar kehidupan anak akan
motorik.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok Orang tua harus bijaksana dalam
I. Jenis Permainan
25
1. Berdasarkan isi permainan :
bermain tanah.
temannya yang sedang bermain, tanpa ada insiatif untuk ikut berpartisipasi
dalam permainan.
teman sepermainan.
26
c Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat
anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain, sehingga antara anak
satu dengan anak yang lain tidak ada sosialisasi satu sama lain.
satu anak dengan anak yang lain. Proses permainan Associative play, tidak
E. Ular Tangga
berapa langkah yang harus dijalani bidak. Permainan ini dalam kategori “board
game” atau permainan papan sejenis dengan permainan monopoli halma, ludo,
dan sebagainya. Papan berua petak- petak yang terdiri dari baris dan 10 kolom
dengan nomor 1-100, serta bergambar ular dan tangga (Husna, 2009).
ular tangga dapat diberikan untuk anak usia 5-6 tahun dalam rangka menstimulasi
berbahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini misalnya kosakata naik-
27
turun, maju-mundur, keatas ke bawah dan lainsebagainya. Keterampilan social
yang dilatih dalam permainan ini diantaranya kemauan mengikuti dan mematuhi
konsep bilangan.
merupakan jenis permainan papan yang memiliki petak berjumlah 100, terbagi
dalam 10 baris dan 10 kolom. Permainan ular tangga memiliki peraturan yang
belajar kepada peserta didik agar senantiasa mempelajari atau mengulang kembali
diuji melalui permainan ular tangga tesebut sehingga dengan mengulang materi
menjadi lebih menyenangkan dan tidak memberatkan bagi peserta didik (Rosela,
2016).
Menurut Andang Ismail dalam Riva (2012), pada umumnya permainan yang
28
mampu menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang baik.
dan menyenangkan.
2. Melatih konsentrasi
5. Menambah wawasan
siswa belajar secara menyenangkan. Selain itu juga dapat melatih siswa
29
berguna untuk meningkatkan perkembangan fisik- motorik, bahasa, intelektual,
moral, social, maupun emosional siswa, sehingga permainan ular tangga dapat
(2010) menjelaskan beberapa aturan atau langkah- langkah dalam permainan ular
tangga, yaitu:
2. Terdapat beberapa jumlah ular dan tangga pada petak tertentu pada papan
permainan.
3. Terdapat satu buah dadu dan beberapa bidak. Jumlah bidak yang
4. Panjang ular dan tangga bermacam-macam ada yang pendek ada yang
panjang.
didasarkan nilai tertinggi dari hasil pelemparan dadu oleh setiap pemain
30
bidaknya beberapa petak sesuai angka hasil lemparan dadu.
8. Bila pemain mendapat angka 6 dari hasil pelemparan dadu, maka pemain
terakhir.
9. Jika bidak pemain berakhir pada petak yang mengandung kaki tangga,
maka bidak tersebut berhak maju beberapa petak sampai pada petak yang
syarat dalam kehidupan manusia untuk hidup sehat. Setiap manusia diwajibkan
sebagian dari pada iman. Peranan kebersihan sangat besar artinya dalam
kehidupan manusia. Kebersihan bukan hanya sekedar bagian dari pada iman,
tetapi yang lebih penting lagi betapa besarnya peranan kebersihan bagi kesehatan.
keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun berakar di dalam gusi
dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit. Penyakit gigi yang sering
terjadi pada umumnya disebabkan oleh kebersihan gigi yag kurang, sehingga
31
seperti gigi berlbang (Caries Dentis), karang gigi (Calculus). Caries Dentis atau
karies gigi adalah gigi berlubang yang terjadi karena adanya kerusakan pada
lapisan luar gigi (email) yang disebabkan kuman dan sisa makanan yang
menempel lama pada gigi. Gigi berlubang mengakibatkan sulit bicara dan
Hal- hal yang lain dapat dilakukan untuk memelihara kebersihan gigi
antara lain: menggosok gigi secara benar dan teratur setelah makan memakai sikat
gigi sendiri, menghindari makanan yang merusak gigi, serta makan makanan yang
berserat, memeriksa kesehatan gigi berkala setiap 6 bulan sekali (Adam, 2010).
rongga mulut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies
Kebersihan gigi dan mulut disebut juga Oral Hygiene. Kebersihan gigi dan
merupakan suatu pemeliharaan kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut
melalui sikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prsedur lain
32
dalam Kurniastuti (2015), menjaga kebersihan gigi harus senantiasa dilakukan
agar gigi tetap sehat, maka 4 hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
harus dipakai untuk makan makanan yang lembek saja. Namun gigi-
gigi harus dilatih dengan memamah makanan yang agak keras. Misal
permen pada umumnya tidak baik untuk kesehatan gigi. Setelah makan
makanan yang manis maka aka nada sisa permen yang menempel pada
gigi. Lapisan gula ini bila tidak segera dihilangkan, akan menjadi
kita lihat ialah setelah makan makanan yang serba panas, kemudian
33
karena panasnya makanan, akan mengerut karena terkena minuman
yang dingin. Bila hal seperti ini sering terjadi, maka email akan retak
Untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, yakni menyikat gigi dengan
pasta gigi yang mengandung fluoride pada pagi dan malam hari, menjauhi
camilan setelah menyikat gigi pada malam hari, serta mengurangi makanan manis
dan lengket. Selain itu juga sangat dianjurkan agar banyak mengkonsumsi buah
dan sayur karena makanan berserat bisa menjadi pembersih alami (self cleansing)
dengan anti septik setelah menggosok gigi dimana hal ini baik digunakan secara
dapat keluar, dan memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali (Hartini,
2009).
Membiasakan menyikat gigi sejak usia dini merupakan hal yang penting.
Pada umumnya anak dapat menyikat gigi tanpa pengawasan orang tuanya mulai
umur 9 tahun, akan tetapi sampai umut 14 tahun sebaiknya orang tua harus
merupakan salah satu zat yang dapat menambah kekuatan pada gigi.
34
Banyaknya pasta kurang lebih sebesar kacang tanah (1/2 cm)
4. Berikan perhatian khusus pada daerah pertemuan antara gigi dan gusi.
5. Lakukan hal yang sama pada semua gigi atas bagian dalam. Ulangi
gerakan yang sama untuk permukaan bagian luar dan dalam semua
sikat gigi. Kemudian bersihkan gigi dengan gerakan sikat yang benar.
35
BAB I II
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
ANAK
PENGETAHUAN
METODE MEDIA
STIMULASI PERMAINAN
BERMAIN ULAR TANGGA
KEMAMPUAN PENGETAHUAN
BERPIKIR KESEHATAN GIGI
ANAK DAN MULUT
PERUBAHAN SIKAP
PERUBAHAN
PERILAKU
36
B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternative atau
37
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu. Proses penelitian
atau tidak.
Experiment Design. True experiment mempunyai ciri khusus yaitu sampel yang
digunakan baik kelompok kontrol maupun eksperimen diambil secara acak dari
Control Design, Pretest-Posttest Control Group Design dan The Solomon Four-
Group Design.
38
Peneliti akan mengambil desain Pretest-Posttest Control Group Design,
memiliki karakteristik yang sama, karena diambil secara acak (random) dari
Dalam desain ini kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan tes yang
kedua kelempok dites dengan tes yang sama sebagai tes akhir (posttest) hasil
kedua tes akhir dibandingkan, demikian juga antara hasil tes awal dengan tes
Kelompok O1 X O2
Eksperimen (R)
Kelompok O3 O4
Kontrol (R)
Keterangan :
random.
39
O1 dan O3 = kelompok eksperimen dan kelompok control sama-sama diberikan
pretest untuk mengetahui pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut
kelompok eksperimen.
1. Populasi
Menurut Suyanto, dkk (2014), Populasi atau disebut dengan istilah universe
atau universum atau keseluruhan, adalah sekelompok individu atau obyek yang
penelitian ini adalah seluruh siswa/i Kelas IV SDN 03 Singkawang Tengah kelas
40
2. Sample
merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar pada nama orang dipilih”.
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini seluruh siswa Siswa/i Kelas IV
3. Teknik Sampling
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai anggota
ketidakadilan dapat dihindari. Sampel diundi dari populasi kelas IV-A untuk
diambil sebagai sampel kelompok eksperimen, dan dari populasi kelas IV-B untuk
41
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
42
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1 Pengetahuan Pengetahuan siswa Wawancara Kuesioner 1. Baik, jika skor Ordinal
siswa terhadap tidak Pre-test Pretest ≥ 52,25 dan
tehadap kebersihan gigi dan langsung Kurang Baik, jika
kebersihan mulut sebelum skor Pretest ≤ 52,25
gigi dan diberi edukasi, (Kelompok
mulut sesuai dengan isi Eksperimen)
sebelum tiap-tiap kotak 2. Baik, jika skor
diberi yang berisi gambar Posttest ≥ 89,25
edukasi dan pesan tentang dan kurang baik,
dengan gigi dan mulut jika skor Posttest ≤
media seperti 89,25. (Kelompok
permainan pemeriksaan, Eksperimen)
ular tangga waktu,penggunaan,
dan cara menjaga
kebersihan gigi dan
mulut dengan
bernar dalam
permainan ular
tangga yang akan
diberikan
2. Pengetahuan Pengetahuan siswa Wawancara Kuesioner 1. Baik, jika skor Ordinal
siswa terhadap tidak Post-test Pretest ≥ 52,25 dan
tehadap kebersihan gigi dan langsung Kurang baik, jika
kebersihan mulut sesudah skor ≤ 52,25
gigi dan diberi edukasi, (Kelompok
mulut sesuai dengan isi kontrol)
sesudah tiap-tiap kotak 2. Baik, jika skor
diberi yang berisi gambar Posttest ≥ 55,25
edukasi dan pesan tentang dan kurang baik,
dengan gigi dan mulut jika skor ≤ 55,25
media seperti (Kelompok
permainan pemeriksaan, kontrol)
ular tangga waktu,penggunaan,
dan cara menjaga
kebersihan gigi dan
mulut dengan
bernar dalam
permainan ular
tangga yang telah
diberikan 43
F. Instrument Penelitian
a. Kuesioner
tentang kebersihan gigi dan mulut sebelum dan sesudah di berikan intervensi.
Gigi dan Mulut”. Setelah dilakukan post-test, media ini dapat disimpan kembali.
serta informasi mengenai kesehatanan gigi dan mulut di dalam penelitian ini.
Permainan Ular Tangga ini bernama “Ular Tangga Gigi dan Mulut”. Isi dari
permaianan ini terdiri dari pesan verbal dan Nonverbal yang berbentuk visual.
Media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan verbal (pesan
linguistic berbentuk tulisan). Media visual non-verbal adalah media visual yang
grafis, seperti gambar (sketsa, lukisan dan foto), grafik, diagram, bagan dan peta.
Pesan verbal dan non verbal dibuat berdasarkan perlakuan dan akibat positif
dan negatif dari pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Pesan verbal dan
nonverbal tersebut dibuat sedemikian rupa untuk menimbulkan minat dari sasaran
Selain itu juga dibuat untuk membantu penerima pesan mudah menerima
44
kepada orang lain.
penjelasan, dan alasam pemakaian suatu teknik peng-umpulan data sesuai dengan
rupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
sebagai berikut:
45
c. Tes. Dalam penelitian ini penulis melakukan tes, berupa pretes dan postes
dengan bentuk tes berupa soal. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui
dengan Permainan Ular Tangga, dan tanpa perlakuan pada kelompok kontrol
selama 5 hari. Hari pertama kelompok kontrol dan eksperimen di berikan pre-test.
2 (Dua) kelompok, namun mendapat perlakuan dan rentang waktu yang sama
yakni 3 (Tiga) hari. Pada hari ke-2, ke-3, dan ke-4 kelompok eksperimen
Kemudian pada hari ke-5 kelompok kontrol dan eksperimen diberikan post-test
46
I. Kerangka Kerja
Pengumpulan Data
Pre test
Intervensi
Post test
47