Anda di halaman 1dari 8

ASKEP GASTRITIS

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut / lambung dan itis yang berarti inflamasi / peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa
lambung. (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492).
Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan. ( J.
Reves, 2012 )
Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung, sering diakibatkan dari pola diet yang
tidak baik.Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter
pylori. (Brunner dan Suddart, 2013)
2.2. Etiologi
Beberepa penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di
bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut
terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic
gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung
6. Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan
dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua

2.3. Tanda Dan Gejala


Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini
dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehinggs terjadi peningkatan asam lambung
yang mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

2.4. Patofisiologi
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung
menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung).
Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan
penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan. Inilah yang
disebut gastritis. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah
dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan
sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi
perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan
mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan (gastritis
atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi
lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan
untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum
atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.
2.5. Klasifikasi
 Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
1. Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimiamisal
: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti
inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung)).
2. Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).
 Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung,
atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory).Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe
yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada
sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses
ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
a.Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien penah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan
(anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes
ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
ronsen.
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik
dapat dibedakan sebagai berikuT:
a. Gastritis Akut
· Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak
mengiritasi
· Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
· Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang terjadi pada saluran
gastrointestinal bagian atas.
· Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam dengan
antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
· Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang
di encerkan.
· Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
b. Gastritis Kronis
· Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
· H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth
(pepto bismol).

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas klien
Nama : Ny. M
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Agama :Islam
Suku / Bangsa :Batak / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Diagnosis Medis : Gastritis
Alamat : Jalan Surabaya Pematang siantar
Tanggal Masuk : 16 Februari 2016 :-
Tanggal Pengkajian :18 Februari 2016

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. A
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan :Wiraswasta
Hubungan Dengan Klien : Suami
Alamat : Jalan Surabaya Pematang siantar
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri ulu hati.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke Puskesmas pasar horas tanggal 16 Februari 2016 pada dengan keluhan
nyeri ulu hati, pusing, lemes, mual, dan muntah.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Februari 2016 pada, klien masih
mengeluh nyeri ulu hati, pusing, badan terasa lemes, disertai batuk. Rasa nyeri dirasakan seperti
ditusuk – tusuk. Skala nyeri ± skala 3. Rasa nyeri dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Rasa nyeri
biasanya datang secara tiba – tiba dan mulai menghilang ketika klien mengompres bagian perut
atasnya dengan air panas yang dimasukkan kedalam botol.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami penyakit ini, namun tidak pernah
sampai dirawat seperti ini.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umun
Klien tampak lemah, letih, lesu, tampak pucat, klien tampak menahan nyeri, klien tampak
bersih, kesadaran compos mentis dengan nilai GCS : 15.

b. Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital


T : 110 / 80 mmHg
P : 80 × / menit
R : 20 × / menit
S : 37 ºC
c. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
1. Rambut
Bentuk kepala simetris, rambut panjang dan sedikit beruban, rambut klien tampak bersih,
tidak lengket, tidak berbau, dan saat di palpasi klien mengatakan tidak ada nyeri tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, konjungtiva tidak tampak
anemis, warna mata sepeti orang yang mengantuk, fungsi penglihatan baik terbukti klien dapat
membedakan warna biru dan warna hitam, repleks mata baik terbukti klien dapat mengedip dan
menggerakan bola matanya ke atas, bawah, kanan, dan kiri.
3. Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, terdapat kotoran pada lubang
telinga, fungsi pendengaran baik terbukti klien dapat mendengarkan suara yang ditimbulkan
oleh arloji.
4. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada luka, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, terdapat secret,
fungsi penciuman baik terbukti klien dapat membedakan bau farpum dan bau sabun.
5. Mulut
Bentuk mulut simetris, lidah tampak kotor, jumlah gigi lengkap, terdapat karang gigi, fungsi
menelan baik terbukti klien dapat menelan air ludahnya.
b. Leher
Bentuk leher simetris,tidak ada luka, tidak ada masa, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
c. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, pergerakan dada sama, pada saat
di aukultrasi menggunakan stetoskop terdengar suara lub dup sebanyak 80 × / menit.
d. Payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada luka, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan.
e. Abdomen
Bentuknya simetris, tidak ada luka, tidak ada masa, perut klien kembung terbukti setelah
dilakukan perkusi, dan pada saat dipalpasi klien mengeluh nyeri pada perut bagian atas.
f. Ekstermitas
1. Atas
Bentuk tangan simetris, tidak ada luka, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, jumlah jari
lengkap, fungsi persendian baik terbukti klien dapat menekukkan tangannya, tangan sebelah kiri
terpasang infus RL 20 gtt / makro.
2. Bawah
Bentuk kaki simetris, tidak ada luka, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, jumlah jari kaki
lengkap, fungsi persendian baik terbukti klien dapat menggerakkan kakinya.
g. Kulit Dan Kuku
Bentuk kuku simetris, bersih dan pendek, warna kulit sawo matang, turgor baik, kulit tampak
pucat.
6. Aktivitas Sehari – Hari

No Kebutuhan Sebelum Sakit Sesudah Sakit


1 Nutrisi
b. BB /TB 50 kg / 150 cm 49 kg / 150 cm
c. Diit terakhir Nasi ML
d. Kemampuan mengunyah
- Mengunyah Baik Baik
- Menelan Baik Baik
- Bantuan total / sebagian Tidak ada Ada
e. Frekuensi makan 2 × sehari 3 × sehari
f. Porsi makan 1 porsi habis ½porsi tidak habis
g. Makanan yang disukai Tidak ada Tidak ada
h. Makanan yang menimbulkan alergi Tidak ada Tidak ada
2 Cairan
a. Intake
- Oral jenis Air putih Air putih
- Jumlah ± 2500 ml ± 3000 ml
- Bantuan total / sebagian Tidak ada Ada
Intervensi
- Jenis Tidak ada RL 20 gtt / makro
- Jumlah Tidak ada ± 1500 cc
b. Output
- Suction Tidak ada Tidak ada
- Drain Tidak ada Tidak ada
- Muntah Tidak ada Ada
3 Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi Jarang Jarang
- Warna Kuning Hitam
- Jumlah 1 × sehari 1 × sehari
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Bantuan total / sebagian Tidak ada Ada
b. BAK
- Frekuensi Jarang Sering
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
- Jumlah ± 1500 cc / hari ± 2500 cc / hari
- Keluhan Tidak ada Ada, terasa perih
- Bantuan total / sebagian Tidak ada Ada
4 Istirahat tidur
a. Tidur siang
- Lama tidur ± 2 – 3 jam ± 3 – 4 jam
- Kesulitan mulai tidur Tidak ada Ada, batuk – batuk
- Kebiasaan tidur Tidak ada Tidak ada
b. Tidur malam
- Lama tidur ± 8 – 9 jam ± 2 – 4 jam
- Kesulitan mulai tidur Tidak ada Ada, batuk – batuk
- Kebiasaan tidur Tidak ada Tidak ada
5 Personal hygiene
a. Mandi
- Frekuensi 2 × sehari 1 × sehari
- Kebiasaan mandi Air dingin Di lap air hangat
- Bantuan Tidak ada Ada
b. Gosok gigi 2 × sehari 1 × sehari
c. Cuci rambut 3 × seminggu Belum
d. Gunting kuku 1 × seminggu Belum
e. Ganti pakaian 2 × sehari 1 × sehari
6 Aktivitas
a. Apakah ada kesulitan melakukan Tidak ada Ada, karena badan
aktivitas ? terasa lemes
b. Apakah ada anjuran bedrest ? Tidak ada Tidak ada

7. Data Penunjang
a. Therapy obat
- Inf RL 20 gtt / makro
- Antacid 3 × 1 tablet / oral
- Parasetamol 3 × 1 tablet / oral

3.2. Masalah Keperawatan


1. Nyeri b.d mukosa lambung teriritasi.
2. Gangguan pola tidur b.d perjalanan penyakit.
3. Intolerasi aktivitas b.d kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA
http://nurseenynopilestari.blogspot.co.id/2014/04/lp-dan-askep-pasien-gastritis.html
http://asmanurs3.blogspot.co.id/2015/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-ny-n.htm
http://siskaahmad.blogspot.co.id/p/asuhan-keperawatan-gastritis.html
http://contohaskepunej.blogspot.co.id/2015/09/asuhan-keperawatan-gastritis.html
https://alitakusuma.wordpress.com/2014/09/19/definisi-gastritis/

Anda mungkin juga menyukai