Anda di halaman 1dari 16

A.

PENGERTIAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001). Asfiksia
Neonatorum merypakan salah satu kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan tidak teratur segera setelah laihr ( Betz dan Sowden, 2002).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. (Sarwono, 2007). Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
(Manuaba, 2008). Asfiksia Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 2008). Asfiksia
neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2009). Asfiksia berarti hipoksia yang
progesif, penimbunan dan asidosis bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ fital lainnya (Prawirohardjo, 2010).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimanan kegagalan nafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perybahan yang terjadi pasa asfiksia antara
lain hipoksia, hipervapma, dan asidosis metabolik (Muslihatun, 2011). Asfiksia pada bayi
baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas
secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi,
2013). Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya O2
pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
1. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
2. .Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3.
3. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia ensefalopati).
4. Gangguan multiorgan sistem.
(Prambudi, 2013).
B. ETIOLOGI
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan
melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran
plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan
pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia
(Parer, 2008). Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep).
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(DepKes RI, 2009).

C. PATOFISIOLOGI
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat
antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh
serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat.
1. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir atau
bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh
henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
2. Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena
dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini
hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak
mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi
pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika
dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan
terjadi.
3. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di bawah 100
kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat bayi bernafas
terengah-engah tetapi bersama dengan menurun dan hentinya nafas terengah-engah
bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin memburuk,
metabolism selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam
waktu cukup lama.
4. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan darah yang
terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea
terminal.
5. Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan
apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya bradikardi
berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal.
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas serta
transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran
C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan
lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan
komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung
terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam
organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan
asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh,
sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh
penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut jantung.

D. JENIS DAN KLASIFIKASI


1. Jenis Afiksia
a. Asfiksia Livida (biru) ciri-cirinya : warna kulit kebiru-biruan, tonus otot masih
baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognasi lebih baik.
b. Asfiksia Pillida (putih) ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah
berkurang, tidak ada rektasi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek.
(Prawirohardjo, 2010).
2. Klasifikasi Afiksia
Klasifikasi afiksia berdasarkan penilaian APGAR SCORE
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, eks Seluruh tubuh
biru kemerahan

a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)


Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot kurang
baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis. Respirasi
lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

E. TANDA DAN GEJALA


Tanda-tanda Asfiksia :
1. Asfiksia berat
a. Frekuensi jantung < 40 x / menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
2. Asfiksia sedang
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x / menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tanus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika dirangsang
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalina
3. Asfiksia ringan / tanpa asfiksia
a. Takipnea napas > 40 x / menit
b. Bayi tampak cyanosis
c. Adanya retaksi sela iga
d. Adanya pernapasan cuping hidung
e. Pada pemeriksaan aultulkasi diperoleh ronchi, rates, wheezing
f. Bayi kurang aktivitas.
Gejala-gejala Asfiksia :
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus
dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksi
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respirator
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang,
nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
1. Edema otak dan pendrahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berkelanjutan sehingga terjadi renjatan neonatus sehingga aliran darah ke otak
menurun. Keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat
terjadinya edema otak, dan pendarahan otak
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia. Keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke
organ seperti mesentrium atau ginjal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan prtukarn gas
dan transportasi sehingga penderita kekurangan persediaan dan kesulitan
pengeluaran hal ini dapat menyebabkan kejang pada bayi tersebut karena disfungsi
jaringan efektif.
4. Koma
Apabila pada bayi asfiksia berat tidak segera ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipokemia dan pendarahan otak.
(Muslimatun, 2011).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah .
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun
karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering
terjadi hipoglikemi.
2. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
b. pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun
karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada bayi baru lahir dengan asfiksia nonatorum:
1. Pemantantauan golongan darah, denyut nadi, funsi dan sistem jantung dan baru
dengan melakukan resusitasi memberikan yang cukup serta memantau perkusi
jaringan tiap 2 sampai 4 jam.
2. Mempertahankan jalan napas agar tetap kuat atau baik sehingga proses oksigenasi
cukup agar sirkulasi darah tetap baik (Hidayat, 2008)
Cara mengatasi asfiksia sebagai berikut:
1. Asfiksia ringan (7-9)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada mulut kemudian hidung.
c. Bersihakan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi TTV, pantau APGAR SCORE dan masukan kedalam
inkubator.
2. Asfiksia sedang (4-6)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b. Letakan bayi pada meja resusitasi.
c. Bersihkan jalan napas bayi.
d. Berikan 2 liter permenit, bila berhasil teruskan perawatan selanjutnya.
e. Bila belum berhasil angsang pernapasan dengan menepuk, nepuk telapak kaki,
bila tidak berhasil juga pasang penlon masker di pompa box permenit.
f. Bila bayi sedah bernapas tapi masih cyanosis, beriakn terapi natrium dikarbonat
7,5 % sebanyak 6 cc,dektros 40% sebanyak 4 cc disuntikan melalui vena
umbilikalis, masukan perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya pendarah
intrakranial karena perubahan pH darah mendadak.
3. Asfiksia berat (1-3)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b. Letakan bayi pada meja resusitasi.
c. Bersihkan jalan napas bayi sambil pompa melalui ambubag.
d. Beriakan 4-5 liter permenit.
e. Bila tidak berhasil lakukan pemasangan ETT (endo cranial tube).
f. Bersihakan jalan napas melalui ETT.
g. Bila bayi sedah bernapas tapi masih cyanosis, beriakn terapi natrium dikarbonat
7,5 % sebanyak 6 cc,dektros 40% sebanyak 4 cc disuntikan melalui vena
umbilikalis, masukan perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya pendarah
intrakranial karena perubahan pH darah mendadak.
( Prawirohardjo, 2010)
Pengobatan :
1. Epinefrin, dengan indikasi :
a. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
adekuat dan kompresi dada belun ada respon.
b. Sistotik. Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg – 0,03 mg /
kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Volume Ekspander, dengan indikasi :
a. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan tidak ada
respon dengan resueitasi.
b. Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ,diitandai
dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada resusitasi tidak
memberikan respons yang adekuat.
Jenis Cairan :
1) Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal 10 ml
/ kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan
respon klinis.
2) Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak.
3. Bikarbonat, dengan indikasi :
a. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi. Diberikan
bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
b. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia Harus
disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah dan kimia.
Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (7’4%).
Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak diberikan secara
i.v dengan kecepaten min 2 menit.
Efek sarnping : pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2 dari bikarbonat
merusak furgsi miokardium dan otak.
4. Nalokson.
Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak rnenyebabkan depresi
pernapasan. Dengan Indikasi:
a. Depresi psmapa$an pada bayi bam lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4
jam sebelurn pmsalinan.
b. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.
c. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai sebagai pemakai
obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl tiba-tiba pada sebagian
bayi.
Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)
Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah
60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
2) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
3) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
4) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi. Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan.
1) Berat badan : 2500-4000 gram.
2) Panjang badan : 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi).
d. Neurosensori.
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang).
e. Pernafasan.
1) Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan.
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
d. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
e. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
f. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa a :
a. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
b. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.
c. Beritahu keluarga tentang suction.
d. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.
e. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama
dan sesudah suction.
Diagnosa b :
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.
b. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
c. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
Diagnosa c :
a. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.
b. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri.
c. Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
Diagnose d :
a. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.
b. Pakai sarung tangan steril.
c. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan
pembuluh darah tali pusat dan adanya anomaly.
d. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada
pemberi pelayanan kesehatan.
e. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin
hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs
Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).
Diagnosa e :
a. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang
hangat.
b. Monitor temperatur dan warna kulit.
c. Monitor TTV.
d. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
e. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.
Diagnose f :
a. Buat hubungan dan akui kesulitan situasi pada keluarga.
b. Tentukan pengetahuan akan situasi sekarang.
c. Ikutsertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah
dan perawatan pasien sesuai kemungkinan.
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa a :
a. Tidak menunjukkan demam
b. Tidak menunjukkan cemas
c. Rata-rata repirasi dalam batas normal
d. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas
e. Tidak ada suara nafas tambahan
f. Mudah dalam bernafas.
g. Tidak menunjukkan kegelisahan.
h. Tidak adanya sianosis.
i. PaCO2 dalam batas normal.
j. PaO2 dalam batas normal.
Diagnose b :
a. Ekspansi dada simetris
b. Tidak ada bunyi nafas tambahan
c. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
Diagnose c :
a. Tidak sesak nafas
b. Fungsi paru dalam batas normal
Diagnose d :
a. Bebas dari cidera/ komplikasi
b. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak
c. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama
Diagnose e :
a. Temperatur badan dalam batas normal
b. Tidak terjadi distress pernafasan
c. Tidak gelisah
d. Perubahan warna kulit
e. Bilirubin dalam batas normal
Diagnose f :
a. Percaya dapat mengatasi masalah
b. Kestabilan prioritas.
c. Mempunyai rencana darurat.
d. Mengatur ulang cara perawatan.
e. Status kekebalan anggota keluarga.
f. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.
g. Akses perawatan kesehatan.
h. Kesehatan fisik anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2002). Buku saku keperawatan pediatric. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan Anak
HSP- Health Service Program. Jakarta: Depkes RI
Hidayat.A. aziz Alimul .(2008). Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer A.2009. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W., dkk ,2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kelima, Cetakan Kedua. Jakarta: Interna
Publishing,
Manuaba I.B.G .(2008). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
sosial untuk profesi Bidan. Jakarta: EGC
Muslihatun,wati nur .(2011). Asuhan Neonatus bayi dan balita.Yogyakarta : Fitra
Maya
Mochtar, Rustam. (2008). Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid2.
Jakarta: EGC.
Prambudi, R. 2013. Prosedur Tindakan Neonatusi. dalam. Neonatologi Praktis.
Cetakan Pertama . Bandar Lampung : Anugrah Utama Raharja..
Prawiryoharyo Jarwono.(2010). Buku Ajar Asuhan kesehatan Maternal dan Neonatal
Jakarta :YPB.SP
Saifuddin, BA, dkk. . (2001) . Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta. YBPSP.
Sarwono Prawiroharjo. (2007) .Buku Acuan Nasional Pelayanan Kes Maternal &
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA
Tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :
KHITTOH MUALLIMAH
P1337420215001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2017

Anda mungkin juga menyukai