Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diaastolik
maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi
secara esensial (primer atau idiopatik) dimana factor penyebabnya tidak
dapat diidentifikasi, atau secara sekunder akibat dari penyakit tertentu yang
diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan
gagal ginjal. Hipertensi primer terjadi sebesar 90-95 % kasus dan cenderung
bertambah seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stress, gaya
hidup santai, merokok.
(Saputra Lyndon, 2014)
WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972 juta kasus
hipertensi menjadi 1,15 miliar kasus pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari
total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333 juta berada di Negara
maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang. Di Indonesia, hipertensi
juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
jalan di rumah sakit Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan
pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di Negara
berkembang.
(Triyanto, 2014)
Pravelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner dan
pengukuran tekanan darah, cenderung lebih tinggi pada kelompok
pendidikan rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat
ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. Berdasarkan analisis hipertensi
didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0%, dan
perempuan 4,7%), pedesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%)
(Rikesdas, 2013)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Hipertensi ?
2. Bagaimana Etiologi Hipertensi?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Hipertensi?
4. Bagaimana Klasifikasi Hipertensi?
5. Bagaimana Patofisiologi Hipertensi?
6. Bagaimana Pathway Hipertensi ?
7. Bagaimana Pemeriksaan penunjang Hipertensi ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi ?
9. Bagaimana Komplikasi Hipertensi ?
10. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampumemahami konsep asuhan keperawatan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan Definisi Hipertensi.
b. Menjelaskan Etiologi Hipertensi.
c. Menjelaskan Manifestasi Klinis Hipertensi.
d. Menjelaskan Klasifikasi Hipertensi.
e. Menjelaskan Patofisiologi Hipertensi.
f. Menjelaskan Pathway Hipertensi.
g. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang Hipertensi.
h. Menjelaskan Penatalaksanaan Hipertensi.
i. Menjelaskan Komplikasi Hipertensi.
j. Menjelaskankonsep Asuhan Keperawatan Hipertensi.

2
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan atau informasi
kepada masyarakat tentang hipertensi dan bagaimana cara
penanganannya.
3. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan
dan pendidikan kesehatan hipertensi pada klien.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2011)
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg.
(Sudoyo dkk, 2012)
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90
mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal
menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada kardiovaskuler.
(Anderson, 2010)

B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi Esensial
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan
meliputi 90 % dari seluruh penderita hipertensi, faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain :
a. Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan
bahwa kejadianhipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita

4
kembar monozigot dari padaheterozigot, apabila salah satu diantara
menderita hipertensi. Pada 70 % kasushipertensi esensial didapatkan
riwayat hipertensi esensial.
b. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Hipertensi padayang berusia kurang dari 35 tahun dengan
jelas menaikkan insiden penyakit arterikoroner dan kematian
prematur.
c. Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah
mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan
aktivitas saraf simpatik yangmengakibatkan peningkatan
vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi dimana haltersebut dapat
merangsang medula adrenal untuk mensekresi epinerpin
dannorepineprin yang dapat menyebabkan hipertensi.

d. Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan
pembentukan plaque pada pembuluh darah. Pengembangan ini
menyebabkan penyempitan dan pengerasanyang disebut
aterosklerosis.
e. Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan
pertama yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi
Nadiikuti dengan ekspansi volume darah dankemudian
peningkatan output jantung. Autoregulasi perifer meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan berakhir dengan HT.
f. Rokok
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu
pengeluaran adrenalin yangmerangsang denyutan jantung dan
tekanan darah. Selain itu asap rokok mengandung karbon

5
monoksida yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb
dalam menarik oksigen. Sehingga jaringankekurangan oksigen
termasuk ke jantung.
g. Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatanlipogenesis (terjadi hiperlipidemia)
sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A, perubahan seklerosis dan
fibrosis dalam arteri kecil.
h. Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga
bersifat retensi garam danair, serta dapat menaikkan kolesterol
darah dan gula darah.
i. Stres psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan
katekolamin yang tinggi,yang bersifat memperberat kerjanya arteri
koroner sehingga suplay darah ke otot jantung terganggu.Stres
dapat mengaktifkan saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darahsecara intermiten.

2. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
a. Penyakit ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel
juxtaglomerular keluar,mengakibatkan pengeluaran angiostensin II
yang berpengaruh terhadap sekresialdosteron yang dapat meretensi
Na dan air.
b. Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama
mengakibatkangula darah pekat dan terjadi pengendapan yang
menimbulkan arterosklerosismeningkatkan tekanan darah.
(Sjaifoellah Noer, 2011)

6
C. Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi
berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah
b. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
c. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
d. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat
e. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
f. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

(Sudoyo dkk, 2012)

D. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and


Treatment of Hipertension
1. Diastolik

7
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang
ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam

8
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).
(Sudoyo dkk, 2012)

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

9
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung.
( Corwin,2009 )

10
F. Pathways
Genetik Obesitas Alkohol Stress Psikologis

Riwayat Penyakit Penumpukan lemak Penggunaan jangka Memicu pengeluaran hormon adrenalin
HIpertensi pada pembuluh darah panjang menyebabkan dan katekolamin yang tinggi
lipogenesis

Aktivitas saraf Memperberat kerja arteri koroner


simpatis meningkat Sintesis kolestrol
dari asetil ko enzim
A
Perubahan sklerosis dan fibrosis
Vasokonstriksi meningkat dalam arteri kecil
Perubahan sklerosis dan
vasodilatasi menurun
fibrosis dalam arteri kecil

Suplay darah ke jantung terganggu


Merangsang medula adrenal untuk
mensekresi epineprin dan noreprin
Mengaktifkan saraf simpatis

Vasokonstriksi

Penurunan aliran darah ke ginjal dan penurunan renin

Pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II

Merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal

Retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal

Volume intravaskuler meningkat

HIPERTENSI

Emergency Urgency

Kenaikan tekanan darah mendadak Peningkatan tekanan darah


tanpa kerusakan organ
Kerusakan organ progresif

Penurunan tonus vaskuler Perubahan struktural dan


fungsional sistem
Merangsang saraf simpatis ke jugularis Suplay darah dan pembuluh perifer
O2 berkurang
Diteruskan ke Tekanan vaskuler Aterosklerosis
ginjal eksresi ke renin
Mempengaruhi Filtrasi cerebral Hipoksia Menurunkan kemampuan distensi
glomerulus

Perubahan angiotensin II dan Nyeri Kepala Kelemaha Kemampuan pola jantung menurun
Nokturia
vasokonstriksi pembuluh darah n
Penurunan Curah Jantung
Kurang pengetahuan Intoleransi
Tekanan darah meningkat Aktivitas
11
Kerusakan organ jantung Ansietas
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan

12
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a. VIP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
penyakitparenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien
(Sudoyo dkk, 2012)

H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dapat dimulai dengan salah satu
obat berikut :
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dengan dosis tunggal
pada pagi hari (pada hipertensi dalam keadaan kehamilan, hanya
digunakan bila disertai hemokonsentrasi atau udem paru).
b. Reserpin 0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.
c. Propanolol mulai dari 10 mg 2xsehari yang dapat dinaikkan 20 mg
2xsehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Kaptropil 12,5-25 mg sebanyak 2-3xsehari (kontra indikasi pada
kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedepin mulai dari 5mg 2xsehari, bisa dinaikkan 10mg 2xsehari.

13
2. Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah denganmengubah pola hidup
penderita, yakni dengan cara:
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikam dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
c. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau
kadar kolesterol darah tinggi.
d. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3gr natrium
atau 6gr natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan
kalsium, magnesium dan kalium yang cukup).
e. Anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol.
f. Anjurkan klien untuk berhenti merokok.
g. Anjurkan klien untuk olahraga aerobik yang tidak terlalu berat
(penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali).
(Soedoyo dkk, 2012)

I. Komplikasi
Pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic sama atau lebih
besar dari 130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang terjadi secara
mendadak, alat-alat tubuh yang sering terseang hipertensi antaraa lain:
1. Otak
Hipertensi dapat menyebabkan pemekaran pembuluh darah
sehingga menimbulkan pendarahan pada otak dan dapat menjadikan
kematian sel otak yang mempengaruhi aktivitas tubuh yaitu stroke.

14
2. Ginjal
Biasanya ditandai dengan sering buang air kecil pada malam hari
karena sel ginjal telah rusak. Dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
3. Jantung
Hipertensi menyebabkan jantung membesar dan dapat
menyebabkan klien sesak nafas dan mudah lelah. Apapbila sudah
parah juga dapat menyebabkan gagal jantung.
(Anderson, 2010)

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI

A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata Pasien
2. Keluhan utama : Biasanya pasien hipertensi mengalami pusing
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan pengkajian status kesehatan, baik status
kesehatan saat ini (riwayat penyakit sekarang), status kesehatanmu masa
lalu (riwayat penyakit dahulu), dan status kesehatan keluarga.
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan proses atau alur bagaimana keluhan bisa terjadi. Bila dalam
keluhan utama tidak dijelaskan bagaimana bisa keluhan utama dalam
hipertensi itu muncul, maka didalam riwayat penyakit sekarang
dimunculkan. Pada pengkajian ini bisa muncul berbagai keluhan yang
lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien adalah bagaimana proses
keluhan menyangkut hipertensi itu bisa terjadi, tindakan yang telah
dilakukan pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan yang
muncul akibat hipertensi (termasuk pengobatan yang telah dilakukan),
bagaimana prosesnya sampai pasien dibaa kerumah sakit. Misalnya
jika dalam hipertensi ini biasanya pasien merasa pusing, maka hal-hal
yang perlu ditanyakan antara lain :
1) Gambaran pusing atau sakit kepala yang dirasakan oleh pasien
2) Kapan rasa pusing itu muncul ?
3) Apakah yang menyebabkan pusing akibat kenaikan tekanan darah
yang dialami oleh pasien bertambah parah ?
4) Apakah pasien telah menggunakan obat-obatan untuk
menghilangkan gejala dari hipertensi tersebut ?
5) Apakah efek samping dari obat yang dikonsumsi baik atau tidak
terhadap rasa pusing atau pusing atau sakit kepala yang dirasakan?

16
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada penyakit yang pernah pasien derita di masa lalu.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penyakit terdahulu yang
pernah diderita berdampak pada penyakit yang muncul pada pasien
saat ini. Hal yang perlu dikaji apakah dulunya pasien punya riwayat
hiperttensi dan pernah mengalami riwayat dengan keluhan yang sama.
Selain itu perlu ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita
penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari apakah ada factor
keturunan atau pun bawaan. Hal yang ditanyakan adalah adakah
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hipertensi
sebelumnya. Pengkajian pada riwayat kesehatan keluarga ini jangan
lupa sertakan genogram.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Berat badan : Ada peningkatan berat badan
b. Rambut : Rambut normal, rambut kuat, tidak ada lesi, ada nyeri
tekan di kepala.
c. Mata : Bentuk simetris, biasanya ada nyeri tekan pada mata
karena pusing yang dialami
d. Kulit : Kulit bersih biasanya ada perubahan warna
e. Telinga : Simetris, tdan tidak ada nyeri tekan
f. Leher : Tidak ada jejas, biasanya ada bising pada arteri
karotis dan pembesaran typoid.
g. Mulut : Simetris, biasanya warna bibir hitam keunguan
h. Dada :
1) Paru-paru
Inspeksi : Asimetris, aerola mamae terlihat bersih dan tidak
ada jejas
Palpasi : Pergerakan dada asimetris, vocal fremitus teraba di
dua sisi, tidak ada nyeri tekan.

17
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Irama ireguler, takipneu, suara nafas weziing.
2) Jantung
Inspeksi : Asimetris, dan tidak ada jejas di thorax
Palpasi : Pergerakan dada asimetris, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : ada bising jantung dan tekanan darah systole lebih
dari 120 mmHg dan systole lebih dari 90 mmHg.
3) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar/buncit (tergantung keadaan pasien)
Palpasi : Tidak ada nyeri ekan
Perkusi : Biasanya ada pembesaran ginjal
Auskultasi : bising usus normal
i. Ekstremitas : Lemahnya atau hilangnya nadi perifer dan edema
j. Neurologi : Tanda thrombosis cerebral dan perdarahan.

5. Pengkajian menurut Dongoes :


a. Aktivitas/ Istirahat
1) Gejala :kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego
1) Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

18
2) Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir-akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas,,adanya edema,
glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening-pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,sub
objeksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit
kepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasanbunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
(Dongoes, 2009)

19
6. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
Yang perlu dikaji :
1) Bagaimana klien dan keluarga menangani permasalahan hipertensi
yang ada, misalnya obat apa yang diberikan saat tekanan darah
pasien meningkat.
2) Bagaimana pasien dan keluarganya mengontrol lingkungan yang
mendukung kesembuhan penderita hipertensi.
3) Apakah pasien telah memeriksakan diri secara rutin ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat hospitalisasi dan pembedahan
5) Apakah pasien sering memeriksakan tekanan darahnya atau tidak.
6) Sejauh mana pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh pasien
7) Faktor resiko yang berhubungan dengan kesehatan misalnya gaya
hidup dan status social ekonomi
b. Pola Metabolik-Nutrisi
Yang perlu dikaji :
1) Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan yang dikonsumsi oleh
pasien
2) Jenis makanan dan minuman yang sering dikonsumsi
3) Jelaskan makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk
penderita selama 24 jam
4) Adakah peningkatan atau penurunan berat badan
5) Adakah perubahan nafsu makan
6) Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir
c. Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji :
1) Kebiasaan pola BAK selama hipertensi
2) Kebiasaan pola BAB selama hipertensi
3) Penggunaan bantuan obat-obatan untuk ekskresi

20
d. Pola Aktivitas-Latihan
Yang perlu dikaji :
1) Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pasien
2) Apakah klien suka melakukan olahraga
3) Jenis olahraga yang sering dilakukan klien
4) Kemampuan untuk merawat diri sendiri akibat adanya hipertensi
saat ini
5) Apakah klien menggunakan alat bantu seperti kruk atau tongkat
akibat hipertensi yang dialami
6) Apakah tingkat energy menurun selama mengalami hipertensi
7) Lingkungan kerja pasien
e. Pola Istirahat-Tidur
Yang perlu dikaji :
1) Kebiasaan tidur pasien sehari-hari
2) Keyakinan budaya
3) Apakah pasien menggunakan obat-obatan yang mempermudahkan
pasien untuk istirahat atau tidur
4) Jadwal istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh pasien
5) Apakah ada gejala gangguan pola tidur yang muncul
6) Kaji factor yang berhubungan misalnya proses penuaan
f. Pola Persepsi-Kognitif
Yang perlu dikaji :
1) Gambaran panca indra pasien
2) Apakah ada pengaruh hipertensi dengan gambaran panca indera
3) Penggunaan alat bantu pendukung panca indera misalnya
kacamata, alat bantu dengar, dsb.
4) Persepsi ketidaknyamanan
5) Tingkat pendidikan
6) Kemampuan pasien dan keluarganya dalam mengambil keputusan
7) Saat mana pasien merasakan pusing

21
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Yang perlu dikaji ;
1) Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
2) Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
3) Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh, yang
disukai atau yang tidak disukai
4) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
5) Ancaman terhadap diri sendiri akibat hipertensi yang dialami
misalnya perubahan peran
6) Apa yang pasien rasakan saat menderita hipertensi
h. Pola Hubungan-Peran
Yang perlu dikaji :
1) Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, dan
rekan kerja
2) Kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran
3) Efek terhadap perubahan status kesehatan
4) Pentingnya dukungan keluarga kepada pasien yang menderita
hipertensi
5) Hubungan pasien dengan orang lain
6) Apakah masalah kesehatan yang dialami pasien mempengaruhi
perubahan peran dan tanggungjawab dalam keluarga, sahabat,
dalam pekerjaan, atau aktivitas social.
i. Pola Reproduksi-Seksualitas
Yang perlu dikaji :
1) Masalah atau perhatian seksual
2) Gambaran perilaku seksual
3) Apakah hipertensi yang diderita pasien mengganggu aktivitas
seksualnya
4) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi

22
5) Apakah masalah hipertensi yang sedang pasien alami mengganggu
peran pasien sebagai seorang wanita atau pria
j. Pola Toleransi terhadap Koping-Stress
Yang perlu dikaji :
1) Sifat pencetus stress yang dialami baru-baru ini
2) Tingkat stress yang dipersepsikan
3) Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress yang muncul
4) Strategi yang biasa digunakan untuk mengatasi stress serta
keefektifannya
5) Perubahan kehidupan dan kehilangan
6) Strategi koping yang bisa digunakan
7) Penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian yang dialami
oleh pasien
8) Pengetahuan dan penggunaan manajemen stress
9) Hubungan manajemen stress dengan dinamika keluarga pasien
10) Riwayat yang berhubungan dengan masalah psikologis
11) Siapa yang membantu pasien dalam penyesuaian diri terhadap
penyakit hipertensi yang dialaminya saat ini
12) Apakah pasien mengalami stress karena menderita hipertensi
k. Pola Keyakinan-Nilai
Yang perlu dikaji :
1) Latarbelakang budaya atau etnik
2) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya atau etnik
3) Tujuan kehidupan pasien
4) Apa yang dijadikan penting bagi pasien dan keluarga
5) Dampak kesehatan terhadap spiritual
6) Harapan kedepannya terkait dengan masalah yang pasien hadapi

23
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pola
jantung menurun
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang
proses penyakit hipertensi

24
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan

1 Penurunan NOC : NIC :


curah jantung 1. Cardiac Pump 1. Cardiac Care
berhubungan effectiveness 2. Evaluasi adanya nyeri dada
dengan 2. Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
kemampuan 3. Vital Sign Status 3. Catat adanya disritmia
pola jantung jantung
menurun Kriteria Hasil: 4. Catat adanya tanda dan
1. Tanda Vital dalam gejala penurunan cardiac
output
rentang normal
5. Monitor status
(Tekanan darah, kardiovaskuler
Nadi, respirasi) 6. Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal
2. Dapat mentoleransi
jantung
aktivitas, tidak ada 7. Monitor abdomen sebagai
kelelahan indicator penurunan
perfusi
3. Tidak ada edema
8. Monitor balance cairan
paru, perifer, dan 9. Monitor adanya perubahan
tidak ada asites tekanan darah
4. Tidak ada 10. Monitor respon pasien
penurunan terhadap efek pengobatan
kesadaran antiaritmia
11. Atur periode latihan dan
istirahat untuk
menghindari kelelahan
12. Monitor toleransi aktivitas
pasien
13. Monitor adanya dyspneu,
fatigue, takipneu dan
ortopneu
14. Anjurkanuntuk

25
menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus
paradoksus
8. Monitor adanya pulsus
alterans
9. Monitor jumlah dan
irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

26
2 Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas 1. Energy Activity Therapy
berhubungan conservation 1. Kolaborasikan dengan
dengan 2. Activity tolerance Tenaga Rehabilitasi Medik
kelemahan 3. Self Care : ADLs dalammerencanakan progran
atau stroke terapi yang tepat.
Kriteria Hasil : 2. Bantu klien untuk
1. Berpartisipasi mengidentifikasi aktivitas
dalam aktivitas yang mampu dilakukan
fisik tanpa disertai 3. Bantu untuk memilih
peningkatan aktivitas konsisten
tekanan darah, yangsesuai dengan
nadi dan RR kemampuan fisik, psikologi
2. Mampu dan social
melakukan 4. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas sehari dan mendapatkan sumber
hari (ADLs) yang diperlukan untuk
secara mandiri aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

27
3 Nyeri akut NOC : NIC :
sakit kepala 1. Pain Level,
2. Pain control, Pain Management
berhubungan
3. Comfort level
dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria Hasil : secara komprehensif
peningkatan
1. Mampu termasuk lokasi,
tekanan karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri
vaskuler (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan faktor
serebral nyeri, mampu presipitasi
menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal
tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi 3. Gunakan teknik komunikasi
untuk mengurangi terapeutik untuk mengetahui
nyeri, mencari pengalaman nyeri pasien
bantuan) 4. Kaji kultur yang
2. Melaporkan mempengaruhi respon nyeri
bahwa nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri
berkurang dengan masa lampau
menggunakan 6. Evaluasi bersama pasien dan
manajemen nyeri tim kesehatan lain tentang
3. Mampu mengenali ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri (skala, masa lampau
intensitas, 7. Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan untuk mencari dan
tanda nyeri) menemukan dukungan
4. Menyatakan rasa 8. Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah dapat mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang seperti suhu ruangan,
5. Tanda vital dalam pencahayaan dan kebisingan
rentang normal 9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri

28
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

5 Ansietas NOC : NIC :


berhubungan 1. Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan krisis 2. Coping 1. Gunakan pendekatan yang
situasional 3. Vital Sign Status menenangkan
sekunder 2. Nyatakan dengan jelas
adanya Kriteria Hasil : harapan terhadap pelaku
hipertensi yang 1. Menunjukan teknik pasien
diderita klien untuk mengontrol 3. Jelaskan semua prosedur dan
cemas teknik nafas apa yang dirasakan selama
dalam prosedur
2. Postur tubuh 4. Temani pasien untuk
pasien rileks dan memberikan keamanan dan
ekspresi wajah mengurangi takut
tidak tegang 5. Berikan informasi faktual
3. Mengungkapkan mengenai diagnosis,
cemas berkurang tindakan prognosis
4. TTV dalam batas 6. Dorong keluarga untuk
normal menemani anak
TD = 110-130/ 70- 7. Lakukan back / neck rub
80 mmHg 8. Dengarkan dengan penuh

29
RR = 14–24 x/mnt perhatian
N = 60-100 x/mnt 9. Identifikasi tingkat
S = 365 – 375 0C kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg.
(Sudoyo dkk, 2012)
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik,
Usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat,
Hormonal, Neurologik ,dll.Orang yang sudah terkena hipertensi dapat
juga mengalami banyak komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke,
kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal ginjal, infark miokard, dan lainnya.

A. Saran
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit hipertensi yang
berguna bagi profesi dan orang sekitar kita.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah
pengetahuan tentang penyakit hipertensi yang marak terjadi di sekitar
mereka.
3. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan penanganan dan asuhan keperawatan
yang tepat dan sesuai dengan standar operasional prosedur tindakan
dalam menangani klien dengan hipertensi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T. 2010. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 3. Dialih

bahasakan oleh Agus Sutama, Suharyati Samba. Jakarta : EGC

Binarupa Aksara Publisher

Dongoes, Maryllin E, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :

EGC

Elizabeth, J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya

Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Lyndon, Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid I. Tangerang Selatan :

Media

Riset Kesehatan Dasar (Rikesda). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan

secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sjaifoellah, Noer. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3. Jakarta :

Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &

Suddart Edisi 8, Vol 1, Alih Bahasa Kuncara Monica Ester. Jakarta : EGC

Sudoyo, A, dkk. 2012. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi

Universitas Indonesia

32

Anda mungkin juga menyukai