Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN ANAK I

Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan konginental pada


sistem respirasi bronkomalasia dan dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia ( dalam konteks keluarga)

Disusun oleh :
Tutor Anak Kelas D

Dosen mata kuliah : Ns. Herlina, M.Kep, Sp.Kep.An


Jurusan : S-1 Keperawatan
Fakultas : Ilmu-ilmu Kesehatan

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jakarta


Tahun 2019
Pengertian Bronkomalasia
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan).
Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan
memperpanjang waktu, atau mencegah
dahak dan sekresi mnejadi terperangkap.Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun.(Children’s NationalHealth System,2016)

Klasifikasi Bronkomalasia
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran
pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.

Prevalensi Bronkomalasia

Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga saat ini
tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik. Bronchomalacia dapat
digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran pernapasan. Malasia kongenital saluran
udara besar adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran napas ireversibel pada
anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi berulang dan infeksi saluran udara bawah
berulang untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan. Ini juga dapat diperoleh di kemudian
hari karena peradangan kronis atau berulang akibat infeksi atau penyakit saluran napas lainnya.

Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus utama dan atau
divisi lobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi karena cacat yang melekat pada
4 kartilago atau dari kompresi extinsik. Bronkomalasia lebih sering muncul dengan
trakeomalasia dibandingkan dengan lesi yang terisolasi. bronchomalacia terlihat dominan di
sisi kiri (35,7%) dibandingkan dengan kanan (22%). Bronkomalasia paling sering terlihat
pada bronkus batang utama kiri, bronkus lobus kiri atas, bronkus lobus kanan tengah, dan
bronkus batang utama kanan, dalam urutan prevalensi menurun. ada juga dominasi laki-laki
pada lesi ini.

Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak ini akan membaik ketika
saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan berjalannya waktu. Ketika Bronkomalasia
parah dan berkembang menjadi kompromi pernapasan, tracheostomy dan ventilasi tekanan
positif dapat diindikasikan. Selain itu, perawatan bedah dari sumber kompresi eksternal,
seperti dengan aortopeksi dapat membantu. Stent juga dapat digunakan, seperti yang
didiskusikan dengan Traakomalasia, tetapi mereka memiliki komplikasi serius termasuk
caut, penghilangan yang sulit, pembentukan jaringan granulasi. Dengan demikian ini harus
disediakan untuk situasi yang muncul dan bukan untuk terapi jangka panjang saat ini.

Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal dari
prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari ketiadaan kongenital
cincin tulang rawan di bronkus subsegmental seperti yang terlihat dengan sindrom
Williamscampbell.Rembesan saluran napas distal pada sindrom William-Campbell dapat
menyebabkan bronkiektasis. bronchomalacia sekunder terjadi dari kompresi eksternal oleh
struktur jantung diperbesar atau anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder.
Bronchomalacia juga dapat dikaitkan dengan emfisema lobus kongenital yang menyebabkan
hiperinflasi pada jaringan yang terkena.

Secara simtomatik, pasien datang dengan gambaran yang mirip dengan trakeomalasia.
Pasien dapat mengalami stridor, mengi, batuk terus-menerus, infeksi pernapasan berulang,
gangguan pernapasan, dan sianosis. Mereka sering hadir pada masa bayi dengan infeksi
pernafasan pertama mereka. Bronchomalacia sering salah didiagnosis sebagai asma dan
dengan demikian dapat terjadi keterlambatan diagnosis. Diagnosis dan diferensiasi dari asma
dilakukan oleh bronkoskopi dengan pernapasan spontan di mana karakteristik dinamis dari
saluran napas dapat disaksikan. (Laberge, 2008)

Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui
kontak suara(Laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang
(bronkus kanan dan kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari
cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat
mendukung jalan nafas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari
tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau
tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini
mungkin terjadi saat mengembusankan nafas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan
mengi, batuk, sesak napas, dan/atau napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan
sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalasia tidak lagi masalah. Sementara lebih
umum pada bayi, tracheomalasia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang
sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru
yang pelunakan (dinding saluran kemih)

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Bronkomalasia (Firdiansyah, 2017) antara lain:
1. Batuk dengan suara brassy (seperti alat musik tiup) atau barking (sesak napas)
2. Sesak napas.
3. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang,
4. Ditemukan suara wheezing (mengi).
5. Kelelahan.
6. Apnea
Komplikasi
Komplikasi dari Bronkomalasia (Firdiansyah, 2017) diantaranya berupa:
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma
Bronkomalasia adalah ketidakstabilan/kelemahan kartilago pada dinding
bronkus biasanya pada bayi/anak usia dibawah 6 tahun

BRONKOMALASIA

Kelainan kongenital

Defisiensi pada cincin kartilago

Menutup saluran pernafasan kecil (bronkus)

Sesaknafas

RESIKO ASPIRASI Batuk tidak efektif KETIDAKEFEKTIFAN


POLA NAFAS

Akumulasi mucus

Mudah terinfeksi di tulangrawan


KETIDAKSEIMBANGAN Pengeluaran energy
NUTRISI KURANG DARI berlebihan
KEBUTUHAN TUBUH
RESIKO INFEKSI

kelelahan
Anoreksia
Intoleransi aktivitas

Cemas DEFISIT PENGETAHUAN

ANSIETAS
Penatalaksanaan Medis Bronkomalasia
Penatalaksanaan medis untuk Bronkomalasia (Wikipedia, 2018) berupa:
1. Time
Invasisf minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang kontinu.
2. Tekanan Udara Positif Kontinu
Metode menggunakan respiratory ventilation CPAP
(Continuous Positive Airway Pressure). CPAP
merupakan sebuah mesin yang memberikan tekanan
udara ringan secara terus-menerus untuk menjaga
saluran udara terbuka terus-menerus pada seorang yang
tidak dapat bernafas sendiri. CPAP dapat
meningkatkan tekanan pada paru-paru dan membuat
alveoli terbuka sehingga mengambil lebih banyak area
permukaan pau-paru untuk ventilasi dan mendorong
banyaknya oksigen yang masuk.
3. Trakheostomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka
atau membuat saluran udara langsung melalui
sebuah insisi di trakhe (the windpipe). Hal ini akan
mempermudah pemberian ventilasi dan menaikkan
tekanan pada saluran nafas pada seseorang yang sulit
dalam bernafas. Namun ada beberapa komplikasi
yang perlu
diperhatikan akibat tindakan ini;
a. Kerusakan kelenjar tiroid yang ada dileher
b. Adanya jaringan parut di trakea
c. Kebocoran atau gagal fungsi paru-paru
d. Infeksi
e. Udara terjebak di jaringan sekitar
f. Gangguan fungsi menelan dan vokal
4. Prostesis
Penyisipan protesis untuk menjaga tabung bronkus terbuka. Protesis sendiri merupakan
alat buatan yang menyerupai bentuk bagian tubuh yang hilang atau rusak.

Pemeriksaan penunjang
1. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah suatu prosedur yang bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi
secara langsung sistem saluran napas manusia termasuk anak. Prosedur ini dilakukan mulai
dari saluran napas atas (faring, laring, trakea) hingga saluran napas bawah (bronkus dan
cabang-cabangnya). Alat yang digunakan untuk prosedur ini adalah bronkoskop, sebuah alat
seperti pipa kecil yang terdiri dari banyak serat optik yang berfungsi mirip dengan teropong.
Indikasi prosedur bronkoskopi pada anak diantaranya adalah bayi/anak dengan suara
napas mengi yang selalu ada (persistent wheezing), suara napas kasar seperti berlendir/grok-
grok yang selalu ada (stridor), kecurigaan adanya benda asing di saluran napas, batuk
berdarah, infeksi paru yang berat, gambaran kelainan di foto rontgen paru seperti kecurigaan
adanya sumbatan saluran napas (atelektasis paru), pengambilan cairan saluran napas bawah
untuk dibiakkan (dikultur) di laboratorium, dan sebagainya.
2. MRI Dada
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan suatu alat diagnostik mutakhir untuk
memeriksa dan mendeteksi tubuh anda dengan menggunakan medan magnet yang besar dan
gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif.
selama pemeriksan MRI akan memungkinkan molekul-molekul dalam tubuh bergerak dan
bergabung untuk membentuk sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh antena dan
dikirimkan ke komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar monitor menjadi sebuah
gambaran yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian dalam.
3. CT Scan Dada
CT scan dada, atau computed tomography scan pada dada, adalah tindakan pemindaian
yang non-invasif, tidak menyebabkan rasa sakit, dan bertujuan untuk mendapatkan gambar
yang akurat dari dada seseorang. Tindakan ini bersifat non-invasif karena tidak
membutuhkan operasi dan tidak ada alat yang harus dimasukkan ke tubuh pasien. Pemindaian
ini menggunakan teknologi sinar-X yang telah ditingkatkan dan mampu menghasilkan
gambar dada yang lebih rinci dibandingkan pemindaian sinar-X biasa. CT scan dapat
menghasilkan gambar yang meliputi tulang, otot, lemak, dan organ tubuh, sehingga dokter
dapat melihat bagian dalam tubuh dengan lebih jelas, suatu hal yang penting dalam
pembuatan diagnosis yang akurat.

Dampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks


keluarga)
Konsep Kebutuhan Dasar Pada Manusia
Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Dalam hal ini Abraham Maslow
mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki
lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan perlindungan;
kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki; kebutuhan harga diri; serta kebutuhan aktualisasi
diri (Potter dan Perry 1997)
Untuk keluarga :

 Sangat penting untuk memastikan bahwa anak Anda tidak mengalami lingkungan yang
dipenuhi asap karena hal ini dapat memperburuk kondisinya. Jika Anda merokok, maka
sebaiknya berhentilah demi kesehatan anak anda.
 Jaga selalu kebersihan lingkungan disekitar anak agar tetap bersih dan terhindar dari
debu dan polusi, agar tidak memperburuk kondisi anak anda.
 Jaga selalu asupan nutrisi anak anda, karena anak yang mengalami gizi yang kurang
akan berisiko 27,5 kali untuk mengalami ISPA dibanding balita yang mempunyai gizi
baik.
 Jika anak masih memerlukan ASI, sebaiknya berikan ASI eksklusif .
 Aliran udara dalam rumah harus cukup baik
 Tubuh anak dijaga agar tetap bersih
 Hindari anak dari kegiatan berat agar dia tidak kelelahan
 Memberikan Imunisasi sangat di perlukan baik pada anak–anak maupun orang dewasa.
imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang
berbagai macam penyakit yang di sebabkan oleh virus atau bakteri.
 Periksakan selalu anak secara teratur kerumah sakit.
 Berikan obat-obatan yang tepat sesuai resep yang telah diberikan.
 Selalu berikan dukungan keluarga terhadap anak agar dia tidak murung dan tetap
semangat untuk sembuh.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
· Keletihan, kelelahan, malaise.
· Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
· Ketidakmampuan untuk tidur.
· Dispnoe pada saat istirahat.
b. Kelemahan umum/kehilangan massa otot. Gejala
: Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda
· Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.

· Distensi vena leher.


· Edema dependent
· Bunyi jantung redup.
· Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
· Pucat, dapat menunjukkan anemi.
c. Integritas Ego
Gejala :
· Peningkatan faktor resiko
· Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala :
· Mual/muntah.
· Nafsu makan buruk/anoreksia
· Ketidakmampuan untuk makan
· Penurunan berat badan, peningkatan berat badan Tanda :
· Turgor kulit buruk
· Edema dependen
· Berkeringat.
· Penurunan berat badan
· Palpitasi abdomen
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala :
Batuk brassy
Episode batuk terus menerus
Tanda :
· Pernafasan biasa cepat.
· Penggunaan otot bantu pernafasan
· Bunyi nafas ronchi/wheezing
· Perkusi hyperresonan pada area paru.
· Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala :
· Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
· Adanya/berulangnya infeksi.
h. Interaksi sosial
Gejala :
· Hubungan ketergantungan
· Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
i. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Nanda 2015- 2017, kemungkinan diagnose yang mungkin
muncul pada klien bronkomalasia yaitu :

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus, dilatasi pembulu darah.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas tulang rawan,
Konpensasi pemenuhan O2 dengan peningkatan frekuensi pernafasan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret berlebih
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu, anoreksia,
mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi dan peningkatan
metabolism tubuh
7. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi,
fetique atau kelemahan
8. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Kerusakan Setelah dilakukan • Kaji frekuensi, kedalaman
pertukaran gas asuhan keperawatan pernafasan.
berhubungan selama 1 x 24 jam • Tinggikan kepala tempat
dengan obstruksi diharapkan masalah tidur, dorong nafas dalam
jalan nafas oleh dapat teratasi dengan • Auskultasi bunyi
sekresi, spasme kriteria hasil : nafas.
bronchus, Status Pernafasan : • Awasi tanda vital
dilatasi pembulu • Menunjukkan dan irama jantung
darah. perbaikan • Awasi GDA
ventilasi dan • Berikan O2 tambahan
oksigenasi sesuai dengan indikasi
jaringan yang hasil GDA
adekuat dengan • Auskultasi suara
GDA dalam nafas, catat adanya
rentang normal suara tambahan
dan bebas gejala • Berikan
distress bronkodilator bila
pernafasan. perlu
• Tanda-tanda • Atur intake untuk
vital normal cairan
• Memelihara mengoptimalkan
kebersihan paru keseimbangan
paru dan bebas • Atur posisi tidur semi
dari tanda- tanda fowler
distress
pernafasan Ttv
dalam rentang
normal
• Tidak ada
dipsneu saat
2. Ketidakefektifan - Setelah dilakukan o Ajarkan pasien pernafasan
pola napas asuhan keperawatan diafragma dan bibir
berhubungan selama 1 x 24 jam o Berikan dorongan untuk
dengan diharapkan masalah menyelingi aktivitas dan periode
deformitas dapat teratasi dengan istirahat
tulang rawan, kriteria hasil : o Berikan dorongan penggunaan
Konpensasi - Status pernafasan : pelatihan otot-otot pernafasan
pemenuhan O2 jika diharuskan
dengan - Tanda-tanda vital o Auskultasi suara nafas, catat
peningkatan dalam rentang normal adanya suara tambahan
frekuensi ( nadi, pernafasan ) o Berikan bronkodilator bila perlu
pernafasan - Tidak dipsneu saat o Atur intake untuk cairan
tidur dan aktivitas mengoptimalkan keseimbangan
ringan o Monitor , nadi, suhu, dan RR
- Pernafasan cuping o Posisikan pasien semi fowler
hidung tidak ada
- Akumulasi sekret
tidak ada
3. Bersihan jalan Setelah dilakukan • Pastikan kebutuhan oral / tracheal
nafas tidak asuhan keperawatan suction
efektif selama 1 x 24 jam • Auskultasi suara nafas sebelum dan
berhubungan diharapkan masalah sesudah suctioning
dengan dapat teratasi dengan • Monitor status oksigen pasien
akumulasi secret kriteria hasil : • Identifikasi pasien perlunya pemasangan
berlebih • Menunjukan alat jalan nafas buatan
jalan nafas yang • Auskultasi suara nafas , catac adanya
paten (klien suara nafas tambahan
tidak merasa • Monitor respirasi dan status O2
tercekik,irama
nafas, frekuensi
nafas dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
• Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
factor yang
dapat
menghambat
jalan nafas
4. Perubahan Setelah dilakukan 1) Kaji kebiasaan diet.
nutrisi kurang asuhan keperawatan Rasional : Pasien distress pernafasan akut,
dari kebutuhan selama 3 x 24 jam anoreksia karena dispnea, produksi
diharapkan masalah
berhubungan sputum.
dapat teratasi dengan
dengan dispneu, kriteria hasil : 2) Auskultasi bunyi usus
anoreksia, mual Status nutrisi : Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan
muntah. penurunan motilitas gaster.
- Menunjukkan 3) Berikan perawatan oral
peningkatan Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah
berat badan pencegahan utama yang dapat membuat
- Nafsu makan mual dan muntah.
bertambah
4) Timbang berat badan sesuai indikasi.
- Tidak ada mual
muntah Rasional : Berguna menentukan kebutuhan
kalori dan evaluasi keadekuatan rencana
nutrisi.
5) Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan
pada kebutuhan individu memberikan
nutrisi maksimal.
5. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1) Awasi suhu.
terhadap infeksi asuhan keperawatan Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi
selama … x 24 jam atau dehidrasi.
diharapkan masalah 2) Observasi warna, bau sputum.
dapat teratasi dengan Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan
kriteria hasil : menunjukkan adanya infeksi.
- Mengidentifikasi 3) Tunjukkan dan bantu pasien
intervensi untuk tentang pembuangan
mencegah resiko sputum. Rasional :
tinggi mencegah penyebaran
patogen.
4) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi
adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan menurunkan tekanan
darah terhadap infeksi.
5) Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme
khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
6. Resiko Setelah dilakukan - Pertahankan catatan intake dan output
kekurangan asuhan keperawatan yang akurat
volume cairan selama … x 24 jam - Monitor status hidrasi
berhubungan diharapkan masalah - Monitor tanda-tanda vital
dengan dapat teratasi dengan - Monitor masukan makanan/ cairan
hipertermi dan kriteria hasil :
peningkatan - Tidak ada dehidrasi
metabolism - Status nutrisi
tubuh
- Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia, BB Bj
urine normal, HT
normal
- TTV normal
- Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi ,
elastisitas turgo
kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
7. Intoleran Setelah dilakukan 1. Dukung pasien dalam menegakkan latihan
aktifitas asuhan keperawatan teratur dengan menggunakan exercise,
berhubungan selama … x 24 jam berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
dengan diharapkan masalah Rasional : Otot-otot yang mengalami
insufisiensi dapat teratasi dengan kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.
ventilasi dan kriteria hasil : 2. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic
oksigenasi, - Menunjukkan dalam merencanakan program terapi yang
fetique atau perbaikan dengan tepat
kelemahan aktivitas intoleran
- Tidak adanya
kelemahan.
8. Ansietas Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang,
berhubungan asuhan keperawatan berat).
dengan selama … x 24 jam Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan
perubahan status diharapkan masalah klien, sehingga memudahkan tindakan
kesehatan. dapat teratasi dengan selanjutnya.
kriteria hasil : 2) Berikan dorongan emosional.
- Pasien akan Rasional : Dukungan yang baik memberikan
mengalami penurunan semangat tinggi untuk menerima keadaan
rasa ketakutan dan penyakit yang dialami.
ansietas 3) Beri dorongan mengungkapkan
ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang
dirasakan akan mengurangi beban pikiran
yang dirasakan
4) Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami
penyakitnya sehingga mau bekerjasama
dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
5) Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi
untuk menjalani perawatan dan menyerahkan
pada TYME atas kesembuhannya.

9. Kurang Setelah dilakukan 1) Jelaskan proses penyakit individu


pengetahuan asuhan keperawatan Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat
berhubungan selama … x 24 jam menimbulkan partisipasi pada rencana
dengan diharapkan masalah pengobatan.
kurangnya dapat teratasi dengan 2) Instruksikan untuk latihan nafas, batuk
informasi kriteria hasil : efektif dan latihan kondisi umum. Rasional :
tentang proses - Mengatakan Nafas bibir dan nafas abdominal membantu
penyakit. pemahaman meminimalkan kolaps jalan nafas dan
kondisi/proses meningkatkan toleransi aktivitas
penyakit dan tindakan 3) Diskusikan faktor individu yang
meningkatkan kondisi misalnya udara,
serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat
menimbulkan iritasi bronchial dan
peningkatan produksi sekret jalan nafas.

Anda mungkin juga menyukai