Anda di halaman 1dari 9

UJME 7 (1) 2018: 910-918

Unnes Journal of Mathematics Education


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/
ISSN: 2252-6927 (print); 2460-5840 (online)

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau Dari Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas
VII Dalam Creative Based Learning Berbantuan Smart Card

F. Z. Si’adilla , Rochmad, A. Agoestanto


Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

ARTICLE INFO Abstract

Article history: Tujuan penelitian ini adalah (1) menguji keefektifan model pembelajaran Creative
Received 7 July 2019 Based Learning berbantuan Smart Card terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa kelas VII serta (2) mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
Received 2018
matematis ditinjau dari rasa ingin tahu siswa kelas VII pada Creative Based Learning
Accepted 1 January 2018
berbantuan Smart Card. Penelitian ini merupakan penelitian metode campuran (mixed
methods) dengan sequential explanatory strategy. Populasi adalah siswa kelas VII
Keywords: SMP Negeri 2 Demak tahun pelajaran 2017/2018. Pengambilan sampel dengan teknik
Kemampuan Berpikir Kritis random sampling dan penentuan subjek dengan teknik purposive sampling. Teknik
Matematis; Rasa Ingin Tahu pengumpulan data menggunakan tes tertulis, angket respon siswa, angket rasa ingin
Matematika; Creative Based tahu, dan wawancara. Hasil penelitian adalah pembelajaran Creative Based Learning
Learning; Smart Card.
berbantuan Smart Card efektif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa
kelas VII serta deskripsi kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari rasa ingin
tahu siswa pada model pembelajaran Creative Based Learning berbantuan Smart Card
yaitu (a) siswa pada kategori rasa ingin tahu tinggi mampu memenuhi subindikator
pada semua tahap berpikir kritis matematis; (b) siswa pada kategori rasa ingin tahu
sedang hanya mampu memenuhi subindikator pada tahap klarifikasi, sedangkan
subindikator pada tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap strategi kurang
terpenuhi; dan (c) siswa pada kategori rasa ingin tahu rendah hanya mampu memenuhi
subindikator pada tahap klarifikasi, sedangkan subindikator pada tahap asesmen, tahap
penyimpulan, dan tahap strategi belum terpenuhi.
© 2017 Published by Mathematics Department, Universitas Negeri Semarang

kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai


PENDAHULUAN sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan
disekolah agar peserta didik mampu dan terbiasa
Matematika merupakan salah satu mata menghadapi berbagai permasalahan disekitarnya.
pelajaran pokok di sekolah, yaitu dari Sekolah Dengan demikian berpikir kritis matematis adalah
Dasar, Sekolah Lanjutan hingga Perguruan Tinggi. proses berpikir kritis yang melibatkan pengetahuan
Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika, penalaran matematika dan pembuktian
matematika di sekolah, bahwa tujuan diberikannya matematika.
matematika antara lain agar siswa mampu Untuk berpikir kritis, menggunakan tahap
menghadapi perubahan keadaan di dunia yang berpikir kritis yang dikemukakan oleh Jacob & Sam
selalu berkembang ini melalui latihan bertindak atas (2008): klarifikasi, asesmen, penyimpulan, dan
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, strategi. Indikator yang digunakan pada penelitian
cermat, jujur, dan efektif. ini yaitu menganalisis dan mendiskusikan ruang
Berpikir kritis sebagai salah satu bentuk lingkup masalah pada tahap klarifikasi,
kemampuan berpikir, harus dimiliki oleh setiap mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan
orang termasuk siswa (Setyaningsih, Agoestanto, & pada tahap asesmen, merangkai hubungan diantara
Kurniasih, 2014: 181). Hal itu menunjukan bahwa bagian-bagian yang berbeda dari permasalahan
salah satu kemampuan berpikir yang menjadi fokus pada tahap penyimpulan, dan menilai langkah-
pembelajaran matematika adalah berpikir kritis. langkah penyelesaian yang telah dilakukan pada
Sumarni, Sugiarto, & Sunarmi (2016) berpendapat tahap strategi. Dari setiap indikator terdapat
bahwa mengajarkan dan mengembangkan subindikator yang digunakan pada penelitian ini

To cite this article:


Author, F., Author, S., & Author, T. (2019). Click here, type the title of your paper, Capitalize first letter. Unnes
Journal of Mathematics Education, 7(1), 910-918. doi: 10.15294/ujme.v7i1.xxxxx
F. Author, S. Author, T. Author 911

yaitu (1) menuliskan informasi yang terdapat pada


permasalahan dan merumuskan pertanyaan
permasalahan, (2) menggunakan fakta untuk
diterapkan di konsep atau rumus secara tepat, (3)
menarik simpulan awal dalam setiap langkah
penyelesaian dengan benar, dan (4) menuliskan
langkah pengerjaan berdasarkan fakta secara runtut
dan berkesinambungan dan menemukan
penyelesaian akhir secara tepat.
Menurut National Council of Teachers of
Mathematics atau NCTM kemampuan berpikir
kritis dan logis harus dikembangkan oleh semua
peserta didik di setiap jenjang pendidikan (NCTM,
2000). Marin & Halpern sebagaimana dikutip oleh
Isti, Agoestanto, & Kurniasih (2017)
pengembangan kemampuan berpikir kritis sering
terdaftar sebagai alasan yang paling penting untuk
pendidikan formal karena kemampuan berpikir
kritis sangat penting bagi keberhasilan dalam dunia Gambar 1. Soal Tes dan Jawaban Siswa pada Soal
kontemporer. Nomor 1 dan 2 pada Tes Observasi
Tidak hanya untuk permasalahan yang Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
kompleks, berpikir kritis selalu digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah Berdasarkan pada Gambar 1, siswa belum
(Agoestanto, Sukestiyarno, & Rochmad, 2016). Hal mampu menuliskan informasi yang terdapat pada
ini menunjukkan bahwa pentingnya memberikan permasalahan dan merumuskan pertanyaan
pelajaran matematika tidak hanya melalui teori permasalahan. Siswa hanya menulis apa yang
namun juga dengan melatih kemampuan berpikir diketahui dari soal tetapi tidak lengkap karena
kritis. Selain itu, berpikir kritis adalah hobi berpikir masih ada bagian yang seharusnya siswa tuliskan
yang bisa dikembangkan oleh setiap orang, maka pada diketahui dan siswa juga belum menuliskan
hobi ini harus diajarkan di sekolah dasar, SMP dan apa yang akan dicari pada masalah tersebut.
SMA (Johnson sebagaimana dikutip oleh Sehingga siswa belum memenuhi subindikator
Wulandari, Dwijanto, & Sunarmi, 2015). menuliskan informasi yang terdapat pada
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa permasalahan dan merumuskan pertanyaan
kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan permasalahan. Selain itu, siswa juga belum optimal
yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa untuk untuk menyelesaikan masalah pada soal nomor 2,
memecahkan masalah matematika tak terkecuali karena siswa belum sepenuhnya menuliskan konsep
siswa sekolah Menengah Pertama (SMP). Akan atau rumus yang akan digunakan untuk mencari
tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan justru penyelesaian dan menuliskan langkah pengerjaan
sebaliknya. Peningkatan kemampuan berpikir kritis yang runtut dan berkesinambungan, sehingga siswa
siswa SMP masih belum sesuai dengan yang belum memenuhi subindikator menggunakan fakta
diharapkan. untuk diterapkan di konsep atau rumus secara tepat.
Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti Kemudian siswa belum memenuhi subindikator
lakukan di kelas VII SMP Negeri 2 Demak, menarik simpulan awal dalam setiap langkah
kemampuan berpikir kritis matematis siswanya penyelesaian dengan benar, karena siswa belum
belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes mampu menggeneralisasi simpulan awal sesuai
salah satu siswa kelas VII SMP Negeri 2 Demak fakta. Serta siswa belum memenuhi subindikator
pada Gambar 1 sebagai berikut. menuliskan langkah pengerjaan berdasarkan fakta
secara runtut dan berkesinambungan dan belum
mampu menemukan penyelesaian akhir secara tepat
dimana siswa belum menggeneralisasi simpulan
sesuai fakta. Dari hasil tersebut terbukti bahwa
siswa belum memenuhi keempat subindikator
kemampuan berpikir kritis matematis, sehingga dari
satu contoh tersebut dapat dikatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
VII belum optimal.
Selain berpikir kritis, hal yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918


F. Author, S. Author, T. Author 912

matematis siswa adalah rasa ingin tahu mereka peranan penting dalam mengembangkan
terhadap soal yang diberikan guru. Menurut kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Permendikbud (2013: 55) salah satu tujuan Sintaks model Creative Based Learning ini
pembelajaran matematika adalah memiliki rasa yaitu (1) orientasi siswa kepada masalah, (2)
ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada mengorganisasi siswa untuk belajar, (3)
matematika, yang terbentuk melalui pengalaman membimbing penyelidikan individual maupun
belajar. Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2011: kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan
24) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam proses pemecahan masalah (Trianto, 2007).
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, Untuk mendukung penerapan pembelajaran
dan didengar. model Creative Based Learning, maka diperlukan
Berdasarkan hal di atas, kemampuan berpikir media pembelajaran. Menurut Widyaningrum,
kritis matematis dan rasa ingin tahu siswa Pujiastuti, & Wijayanti (2016) media pembelajaran
merupakan tujuan pembelajaran matematika yang mempunyai arti penting dalam pembelajaran karena
sangat penting. Dengan kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa menggali pengetahuan,
matematis, siswa dapat menyelesaikan masalah- menambah motivasi belajar dan menjadikan
masalah yang berkaitan dengan matematika yang pembelajaran lebih menarik. Salah satu media yang
dalam prosesnya siswa akan membangun dapat digunakan dalam penyampaian masalah
pengetahuannya sendiri. Sementara itu, dengan kepada siswa dalam penelitian ini adalah dengan
adanya rasa ingin tahu akan membuat siswa terus menggunakan media pembelajaran berupa smart
berupaya untuk terus mempelajari dengan lebih card. Media smart card merupakan media
mendalam dan meluas sesuatu yang dipelajari, pembelajaran yang didalamnya berisi soal-soal
dilihat, didengar, dirasakan dan dialaminya. untuk membantu guru mengajar. Adanya berbagai
Berdasarkan hal di atas, guru sebagai macam variasi soal di smart card diharapkan siswa
pembimbing siswa perlu memilih model dapat tertarik dan aktif untuk menemukan solusi
pembelajaran yang tepat. Salah satu model yang pemecahannya sehingga dapat membantu
dapat digunakan adalah model Creative Based mengasah kemampuan berpikir kritis dan rasa ingin
Learning. Creative Based Learning adalah suatu tahu siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
model pembelajaran yang serupa dengan model oleh Rahmawati (2013) menunjukkan bahwa kartu
pembelajaran Problem Based Learning yang masalah dapat menarik perhatian siswa dan hasil
diawali dengan pemberian masalah kepada siswa, belajar siswa dengan kartu masalah lebih tinggi,
selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut sehingga peneliti tertarik menggunakan smart card.
untuk menemukan pengetahuan baru kemudian Untuk memperkuat bahwa model pembelajaran
siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses belajar Creative Based Learning berbantuan smart card
mengajar. Permasalahan yang disajikan dapat adalah model yang tepat untuk mengembangkan
melatih siswa untuk bepikir kritis melalui proses kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari
pemecahan masalah. Hal tersebut selaras dengan rasa ingin tahu siswa, maka perlu untuk menguji
pendapat Hosnan (2014: 299) yang menyebutkan efektivitas dari Creative Based Learning
bahwa tujuan utama PBL adalah mengembangkan berbantuan smart card untuk mengetahui apakah
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan tujuan dari model pembelajaran Creative Based
pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan Learning berbantuan smart card dapat tercapai.
kemampuan siswa untuk secara aktif membangun Menurut Hidayah & Sugiarto (2015: 45) efektivitas
pengetahuan sendiri. Menurut Fathiya, Agoestanto, model ditunjukkan oleh kesesuaian dari tujuan atau
& Kurniasih (2014: 76) model pembelajaran ini target dan hasil dari implementasi model.
memberikan ruang kepada peserta didik untuk bisa Sedangkan menurut Akhmad & Masriyah (2014:
menemukan dan membangun konsep sendiri dan 98) efektivitas pembelajaran ialah suatu ukuran
dapat mengembangkan kemampuan berpikir untuk menentukan seberapa jauh tujuan
peserta didik. PBL memberikan tantangan kepada pembelajaran telah tercapai. Menurut Rochmad
siswa, bekerja bersama dalam suatu kelompok (2012: 71) komponen-komponen untuk mengukur
untuk menyelesaikan permasalahan (Khoiri, keefektifan dapat berbeda antara penelitian yang
Rochmad, & Cahyono, 2013: 115). Hal ini dapat satu dengan lainnya bergantung pada pendefinisian
dikuatkan pula dengan hasil penelitian oleh (penegasan istilah) yang disebut efektif dalam
Akinoglu & Tandogan (2007) yang menjelaskan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini
bahwa implementasi model PBL dapat pembelajaran creative based learning berbantuan
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat smart card dikatakan efektif jika: (1) kemampuan
tinggi siswa diantaranya yakni kemampuan berpikir berpikir kritis matematis siswa mencapai kriteria
kritis dan kemampuan berpikir secara ilmiah. ketuntasan aktual sebesar 69, (2) ada peningkatan
Dengan demikian, model PBL dianggap memiliki

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918


F. Author, S. Author, T. Author 913

kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara mengelompokkan rasa ingin tahu siswa yaitu
sebelum dan sesudah memperoleh model kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok
pembelajaran creative based learning berbantuan rendah, dan (4) wawancara digunakan untuk
smart card, (3) pembelajaran menggunakan model memperoleh data secara langsung mengenai
creative based learning berbantuan smart card kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam
lebih baik daripada pembelajaran menggunakan menyelesaikan masalah pada post-test.
model konvensional, dan (4) respon siswa terhadap Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk
pembelajaran creative based learning berbantuan menguji apakah pembelajaran Creative Based
smart card baik. Jika model pembelajaran creative Learning berbantuan smart card efektif terhadap
based learning berbantuan smart card efektif, maka kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Terdiri
diharapkan deskripsi dari kemampuan berpikir dari pengujian sebagai berikut: (1) pengujian
kritis matematis dintinjau dari rasa ingin tahu siswa hipotesis I untuk menguji kemampuan berpikir
dapat lebih baik. kritis matematis siswa pada pembelajaran Creative
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Based Learning berbantuan smart card dapat
bahwa (1) model pembelajaran Creative Based mencapai kriteria ketuntasan aktual sebesar 69
Learning berbantuan Smart Card efektif terhadap menggunakan dua jenis pengujian yaitu uji rata-rata
kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dan (2) pihak kanan dan uji proporsi pihak kanan; (2)
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis pengujian hipotesis II untuk menguji adanya
matematis ditinjau dari rasa ingin tahu siswa. peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa antara sebelum dan sesudah memperoleh
METODE pembelajaran Creative Based Learning berbantuan
smart card serta peningkatannya lebih baik
Penelitian ini merupakan penelitian metode daripada peningkatan pada pembelajaran
campuran (mixed methods) dengan sequential konvensional menggunakan tiga jenis pengujian
explanatory strategy. Menurut Cresswell (2014) yaitu uji gain ternormalisasi, uji perbedaan dua rata-
ciri-ciri sequential explanatory strategy adalah rata berpasangan, dan uji perbedaan dua rata-rata
pengumpulan dan analisis data kuantitatif dalam selisih hasil pre-test dan post-test; serta (3)
tahap awal penelitian, kemudian diikuti oleh pengujian hipotesis III dilakukan untuk menguji
pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
dibangun melalui hasil analisis kuantitatif. Desain pembelajaran Creative Based Learning berbantuan
yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yaitu smart card lebih baik daripada kemampuan berpikir
true experimental design. kritis matematis siswa pada pembelajaran
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas konvensional menggunakan dua pengujian yaitu uji
VII SMP Negeri 2 Demak tahun pelajaran perbedaan dua rata-rata hasil post-test dan uji
2017/2018. Dari populasi tersebut diambil sampel perbedaan dua proporsi hasil post-test.
dengan teknik random sampling yaitu kelas VII C Selain menggunakan analisis kuantitatif, untuk
sebagai kelas eksperimen yang memperoleh menguji keefektifan pembelajaran Creative Based
pembelajaran model Creative Based Learning Learning berbantuan smart card dilakukan analisis
berbantuan smart card dan kelas VII D sebagai angket respon siswa terhadap pembelajaran
kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran Creative Based Learning berbantuan smart card.
konvensional yang biasa dilakukan di dalam kelas Analisis angket respon siswa bertujuan untuk
yaitu model Discovery Learning. Untuk mengetahui pada kategori apa respon siswa kelas
menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis eksperimen terhadap pembelajaran Creative Based
ditinjau dari rasa ingin tahu siswa diambil subjek Learning berbantuan smart card. Skala yang
penelitian dengan teknik purposive sampling dari digunakan pada angket respon siswa yaitu skala
kelas eksperimen sebanyak sembilan siswa masing- Likert dengan skor 1, 2, 3, 4, atau 5 untuk setiap
masing tiga siswa dari kelompok rasa ingin tahu butir pernyataan.
siswa yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang, dan Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk
kelompok rendah. memperoleh jawaban atas rumusan masalah dalam
Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini yaitu bagaimanakah deskripsi
dalam penelitian ini yaitu: (1) tes tertulis berupa kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari
pre-test dan post-test kemampuan berpikir kritis rasa ingin tahu siswa kelas VII pada pembelajaran
matematis digunakan untuk memperoleh data hasil Creative Based Learning berbantuan smart card.
kemampuan berpikir kritis matematis siswa, (2) Data kualitatif ini diperoleh melalui wawancara
angket respon siswa digunakan untuk mengetahui dengan sembilan subjek penelitian yang
respon siswa terhadap pembelajaran Creative memperoleh pembelajaran Creative Based
Based Learning berbantuan smart card, (3) angket Learning berbantuan smart card dan telah
rasa ingin tahu siswa digunakan untuk mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918


F. Author, S. Author, T. Author 914

matematis. Dari sembilan subjek tersebut tiga pembelajaran Creative Based Learning berbantuan
subjek memiliki rasa ingin tahu tinggi, tiga subjek smart card lebih dari KKM. KKM yang telah
memiliki rasa ingin tahu sedang, dan tiga subjek ditetapkan berdasarkan hasil observasi kemampuan
memiliki rasa ingin tahu rendah. berpikir kritis matematis siswa yaitu sebesar 69.
Sedangkan berdasarkan uji proporsi pihak kanan
HASIL & PEMBAHASAN diperoleh 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,041 dan 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,64
sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Artinya,
Analisis Angket Respon Siswa proporsi siswa yang mencapai KKM lebih dari
Analisis angket respon siswa terhadap 75%. Berdasarkan hasil uji rata-rata pihak kanan
pembelajaran Creative Based Learning berbantuan dan uji proporsi pihak kanan, dapat disimpulkan
smart card bertujuan untuk mengetahui pada bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa
kategori apa respon siswa kelas eksperimen pada pembelajaran Creative Based Learning
terhadap pembelajaran Creative Based Learning berbantuan smart card mencapai ketuntasan aktual
berbantuan smart card. Berdasarkan perhitungan sebesar 69.
hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran Uji hipotesis II dalam penelitian ini adalah uji
Creative Based Learning berbantuan smart card peningkatan hasil belajar. Uji peningkatan hasil
diperoleh persentase sebesar 82,857%, yang artinya belajar menggunakan tiga jenis pengujian yaitu: (1)
respon siswa kelas eksperimen terhadap uji gain ternormalisasi hasil pre-test dan post-test
pembelajaran Creative Based Learning berbantuan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
smart card baik. eksperimen yang memperoleh < 𝑔 > = 0,715.
Artinya, peningkatan kemampuan berpikir kritis
Analisis Data Awal matematis siswa antara sebelum dan sesudah
Data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran Creative Based
diperoleh dari nilai PTS semester gasal. Learning Berbantuan Smart Card berada pada
Berdasarkan uji normalitas dengan bantuan SPSS kategori tinggi; (2) uji perbedaan dua rata-rata
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan berpasangan antara hasil pre-test dan post-test
taraf nyata 5%, data awal kelas eksperimen dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
kelas kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan uji ekperimen yang memperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 19,490
homogenitas dengan bantuan SPSS menggunakan
dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,7 sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1
uji Lavene’s Test dengan taraf nyata 5%, varians
diterima. Artinya, terjadi peningkatan kemampuan
kelas eksperimen sama dengan varians kelas
berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen
kontrol.
secara signifikan; (3) uji perbedaan dua rata-rata
selisih hasil gain pre-test dan post-test kemampuan
Analisis Data Kuantitatif
berpikir kritis matematis siswa antara kelas
Berdasarkan uji normalitas dengan SPSS
eksperimen dan kelas kontrol yang memperoleh
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,645 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,67 sehingga 𝐻0
taraf nyata 5%, hasil nilai post-test kemampuan
ditolak dan 𝐻1 diterima. Artinya, peningkatan
berpikir kritis matematis kelas eksperimen dan nilai
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
post-test kelas kontrol berdistribusi normal.
eksperimen lebih baik daripada peningkatan pada
Berdasarkan uji homogenitas dengan SPSS
kelas kontrol. Berdasarkan hasil ketiga pengujian
menggunakan uji Lavene’s Test dengan taraf nyata
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
5% varians nilai post-test kelas eksperimen sama
yang tinggi dan signifikan pada kemampuan
dengan varians post-test kelas kontrol.
berpikir kritis matematis siswa antara sebelum dan
Uji hipotesis I dalam penelitian ini adalah uji
sesudah memperoleh pembelajaran Creative Based
ketuntasan aktual sebesar 69. Pengujian hipotesis
Learning berbantuan smart card, serta
ketuntasan belajar menggunakan hasil post-test
peningkatannya lebih baik daripada peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
pada pembelajaran konvensional.
eksperimen. Uji ketuntasan aktual sebesar 69
Uji hipotesis III dalam penelitian ini adalah
dilakukan dengan dua pengujian yaitu uji rata-rata
pengujian hipotesis kemampuan kelas eksperimen
pihak kanan dan uji proporsi pihak kanan.
lebih baik daripada kemampuan kelas kontrol.
Berdasarkan uji rata-rata pihak kanan diperoleh
Pengujian hipotesis ini menggunakan dua
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,7 sehingga 𝐻0 ditolak
pengujian yaitu uji perbedaan dua rata-rata dan uji
dan 𝐻1 diterima. Artinya, rata-rata hasil post-test
perbedaan dua proporsi. Berdasarkan uji perbedaan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918


F. Author, S. Author, T. Author 915

dua rata-rata hasil post-test kemampuan berpikir S3 untuk rasa ingin tahu kategori sedang, dan R1,
kritis matematis siswa antara kelas eksperimen dan R2, R3 untuk rasa ingin tahu kategori rendah.
kelas kontrol diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,414 dan Selanjutnya berdasarkan data hasil tes kemampuan
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,67 sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. berpikir kritis matematis perindikator dan hasil
Artinya, hasil post-test kemampuan berpikir kritis wawancara dengan kesembilan subjek penelitian
matematis siswa kelas eksperimen lebih baik maka dapat dilaksanakan teknik triangulasi. Teknik
daripada hasil post-test kemampuan berpikir kritis triangulasi tersebut merupakan upaya peneliti
matematis siswa kelas kontrol. Sedangkan menggunakan teknik pengumpulan data yang
berdasarkan uji perbedaan dua proporsi hasil berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
post-test kemampuan berpikir kritis matematis yang sama.
siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,336 dan 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,64 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Artinya, Ditinjau Dari Rasa Ingin Tahu Kategori Tinggi
proporsi siswa kelas eksperimen yang hasil post- Hasil analisis kemampuan berpikir kritis
test kemampuan berpikir kritis matematisnya matematis pada siswa dengan kategori rasa ingin
mencapai KKM lebih baik daripada proporsi siswa tahu tinggi yaitu siswa cenderung lebih teliti dalam
kelas kontrol yang hasil post-test kemampuan memahami soal dan cermat dalam penyelesaian
berpikir kritis matematisnya mencapai KKM. masalah, sehingga jawaban cenderung benar. Pada
Berdasarkan hasil dua pengujian tersebut, dapat tahap klarifikasi, siswa kategori rasa ingin tahu
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis tinggi mampu menuliskan informasi yang terdapat
matematis siswa pada pembelajaran Creative Based pada permasalahan dan merumuskan pertanyaan
Learning berbantuan smart card lebih baik daripada permasalahan. Kemudian pada tahap asesmen,
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada siswa mampu menggunakan fakta untuk diterapkan
pembelajaran konvensional. di konsep atau rumus secara tepat meskipun masih
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas ada kekurangan pada subjek T2 pada soal nomor 2
dapat disimpulkan bahwa (1) kemampuan berpikir yang kurang mampu untuk menggunakan semua
kritis matematis siswa pada pembelajaran Creative informasi yang tersedia untuk menyelesaikan soal.
Based Learning berbantuan smart card mencapai Pada tahap penyimpulan, siswa kategori rasa
ketuntasan belajar, (2) peningkatan kemampuan ingin tahu tinggi sudah mampu menarik simpulan
berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran awal dalam setiap langkah penyelesaian dengan
Creative Based Learning berbantuan smart card benar meskipun subjek T2 pada soal nomor 2
tinggi dan signifikan serta lebih baik daripada kurang mampu untuk menentukan langkah-langkah
peningkatan pada pembelajaran konvensional, (3) dalam pengerjaan. Kemudian pada tahap strategi,
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada siswa kategori rasa ingin tahu tinggi mampu
pembelajaran Creative Based Learning berbantuan menuliskan langkah pengerjaan berdasarkan fakta
smart card lebih baik daripada kemampuan berpikir secara runtut dan berkesinambungan dan
kritis matematis siswa pada pembelajaran menemukan penyelesaian akhir dengan tepat.
konvensional, serta (4) respon siswa terhadap Jadi dapat dikatakan siswa pada kategori rasa
pembelajaran Creative Based Learning berbantuan ingin tahu tinggi memenuhi semua tahap berpikir
smart card baik. Dengan demikian pembelajaran kritis. Hal tersebut dikarenakan subjek pada
Creative Based Learning berbantuan smart card kategori rasa ingin tahu tinggi mampu bekerja
efektif dalam mendukung kemampuan berpikir sendiri selama pembelajaran dan tidak banyak
kritis matematis siswa. membutuhan bimbingan guru. Selain itu, subjek
pada kategori rasa ingin tahu tinggi mampu
Analisis Data Kualitatif memahami materi yang diajarkan dengan sangat
Analisis kualitatif membahas deskripsi baik sehingga mampu menyelesaikan soal-soal
kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari permasalahan matematisan yang diberikan guru.
rasa ingin tahu siswa dilakukan pada sembilan
subjek penelitian. Pemilihan subjek penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
dipilih dari siswa kelompok eksperimen Ditinjau Dari Rasa Ingin Tahu Kategori Sedang
berdasarkan skor angket rasa ingin tahu yang telah Hasil analisis kemampuan berpikir kritis
diperoleh. Kesembilan subjek tersebut adalah T1, matematis pada siswa dengan kategori rasa ingin
T2, T3 untuk rasa ingin tahu kategori tinggi, S1, S2, tahu sedang yaitu siswa cenderung tergesa-gesa dan
kurang teliti dalam menghitung hasil akhir jawaban,

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918


F. Author, S. Author, T. Author 916

sehingga jawaban cenderung ada yang salah. Pada informasi yang terdapat pada permasalahan dan
tahap klarifikasi, siswa kategori rasa ingin tahu mampu merumuskan pertanyaan permasalahan
sedang mampu menuliskan informasi yang terdapat meskipun masih ada kekurangan pada soal nomor 2
pada permasalahan dan mampu merumuskan oleh subjek R1 dan R3. Kemudian pada tahap
pertanyaan permasalahan meskipun masih ada asesmen, ada beberapa soal dimana siswa belum
kekurangan dalam mengerjakan soal nomor 5 oleh mampu menggunakan fakta untuk diterapkan di
subjek S2 dan soal nomor 2 oleh subjek S3. konsep atau rumus secara tepat. Sehingga siswa
Kemudian pada tahap asesmen, ada soal dimana dengan kategori rasa ingin tahu rendah belum
siswa kurang mampu memenuhi subindikator pada memenuhi subindikator pada tahap ini.
tahap asesmen ini dikarenakan hanya fokus dengan Pada tahap penyimpulan, ada beberapa soal
rumus yang akan dicari saja. Sehingga hanya dimana siswa belum mampu menarik simpulan
menggunakan sebagian dari informasi yang telah awal dalam setiap langkah penyelesaian dengan
ditentukan di soal. Sehingga pada tahap asesmen benar dikarenakan bingung untuk menentukan
siswa kategori rasa ingin tahu sedang kurang langkah-langkah yang akan digunakan untuk
mampu untuk menggunakan fakta untuk diterapkan menyelesaikan soal. Sehingga siswa dengan
di konsep atau rumus secara tepat. kategori rasa ingin tahu rendah belum memenuhi
Pada tahap penyimpulan, ada 2 soal dimana subindikator pada tahap ini. Pada tahap strategi,
subjek S2 dan S3 tergesa-gesa dalam menentukan siswa dengan kategori rasa ingin tahu rendah masih
langkah-langkah yang akan digunakan, sehingga salah dalam menuliskan rumus yang harus
menyebabkan ada yang salah dalam algoritma digunakan dan belum bisa menerapkannya. Siswa
penyelesaiannya. Namun, pada saat menentukan juga kurang teliti dalam menghitung dan masih
rumus yang digunakan, siswa dengan rasa ingin belum menuliskan kesimpulan akhir dengan rinci.
tahu sedang sudah dapat menentukannya dengan Sehingga siswa dengan kategori rasa ingin tahu
benar. Sehingga siswa dengan rasa ingin tahu rendah belum memenuhi subindikator pada tahap
sedang kurang mampu untuk menarik simpulan ini.
awal dalam setiap langkah penyelesaian dengan Dengan demikian, siswa pada kategori rasa
benar. Kemudian pada tahap strategi, siswa dengan ingin tahu rendah hanya memenuhi subindikator
rasa ingin tahu sedang hanya kurang teliti dalam pada tahap klarifikasi sedangkan subindikator pada
menghitung. Sehingga siswa dengan rasa ingin tahu tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap
sedang kurang mampu untuk menuliskan langkah strategi belum terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan
pengerjaan berdasarkan fakta secara runtut dan siswa pada kategori rasa ingin tahu rendah masih
berkesinambungan dan kurang mampu untuk banyak membutuhkan bimbingan dari guru agar
menemukan penyelesaian akhir dengan tepat. mampu mengikuti pembelajaran dengan baik.
Jadi dapat dikatakan siswa pada kategori rasa Dengan kata lain, siswa pada kategori rasa ingin
ingin tahu sedang hanya mampu memenuhi tahu rendah masih belum dapat belajar secara
subindikator pada tahap klarifikasi, sedangkan mandiri, masih banyak bergantung dan
subindikator pada tahap asesmen, tahap membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat
penyimpulan, dan tahap strategi kurang terpenuhi. memahami materi yang diajarkan.
Hal tersebut dikarenakan meskipun siswa pada Hal ini sejalan dengan teori menurut
kategori rasa ingin tahu sedang mampu memahami Kemendiknas (2010) menjelaskan bahwa rasa ingin
materi yang diajarkan guru dengan baik namun tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu
siswa pada kategori rasa ingin tahu sedang berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
seringkali kurang teliti dalam melakukan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
penghitungan sehingga penyelesaian yang didengar. Hal itu terbukti pada subjek dengan
diperoleh masih salah. kategori rasa ingin tahu tinggi yang dapat
menyelesaikan permasalahan kemampuan berpikir
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa kritis matematis dengan baik karena aktif bertanya
Ditinjau Dari Rasa Ingin Tahu Kategori Rendah kepada guru dan aktif berperan dalam kegiatan
Hasil analisis kemampuan berpikir kritis diskusi kelompok. Maka hasil dari penelitian ini
matematis pada siswa dengan kategori rasa ingin dapat dilihat bahwa sikap rasa ingin tahu terhadap
tahu rendah yaitu siswa masih kurang teliti dalam pembelajaran matematika dapat mempengaruhi
menghitung hasil akhir jawaban, sehingga jawaban hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
cenderung salah. Pada tahap klarifikasi, siswa
kategori rasa ingin tahu rendah mampu menuliskan

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918


F. Author, S. Author, T. Author 917

SIMPULAN MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan


Matematika, 3(2), 97-102.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh simpulan
sebagai berikut: (1) Pembelajaran Creative Based Akinoglu, O., & Tandogan, R. O. 2007. The Effect
Learning berbantuan Smart Card efektif terhadap of Problem-Based Active Learning in
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas Science Education on Students’s Academic
VII dengan indikator (a) kemampuan berpikir kritis Achievement, Attitude and Concept
matematis siswa pada pembelajaran Creative Based Learning. Eurasia Journal of Mathematics,
Learning berbantuan smart card mencapai Science & Technology Education, 3(1): 71-
ketuntasan aktual sebesar 69; (b) ada peningkatan 81.
yang tinggi dan signifikan pada kemampuan
berpikir kritis matematis siswa antara sebelum dan Creswell, J. W. 2014. Research Design :
sesudah memperoleh pembelajaran Creative Based Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
Learning berbantuan smart card, serta dan Campuran. Translated by Fawaid, A.,
peningkatannya lebih baik daripada peningkatan & Pancasari, R. K. 2016. Yogyakarta:
pada pembelajaran konvensional; (c) kemampuan Pustaka Belajar.
berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran
Creative Based Learning berbantuan smart card Fathiya, R. N., Agoestanto, A., & Kurniasih, A. W.
lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis 2014. Identifikasi Tahap Berpikir Kreatif
matematis siswa pada pembelajaran konvensional; Menggunakan PBL Dengan Tugas
dan (d) respon siswa terhadap pembelajaran Pengajuan Masalah. Unnes Journal of
Creative Based Learning berbantuan smart card Mathematics Education, 3(1), 75-80.
baik. (2) deskripsi kemampuan berpikir kritis
matematis ditinjau dari rasa ingin tahu siswa pada Hidayah, I. & Sugiarto. 2015. Model of
model pembelajaran Creative Based Learning Independent Working Group of Teacher
berbantuan Smart Card: (a) siswa pada kategori and Its Effectiveness towards the
rasa ingin tahu tinggi mampu memenuhi semua Elementary School Teacher’s Ability in
tahap berpikir kritis matematis yaitu tahap Conducting Mathematics Learning.
klarifikasi, tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan Procedia - Social and Behavioral, 214, 43-
tahap strategi; (b) siswa pada kategori rasa ingin 50.
tahu sedang hanya mampu memenuhi subindikator
pada tahap klarifikasi, sedangkan subindikator pada Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan
tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
strategi kurang terpenuhi. Karena subindikator pada Bogor: Ghalia Indonesia.
tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap
strategi belum terlaksana secara lengkap; dan (c) Isti, N. A., Agoestanto, A., & Kurniasih, A. W.
siswa pada kategori rasa ingin tahu rendah mampu 2017. Analisis Tahap Berpikir Kritis Siswa
memenuhi subindikator pada tahap klarifikasi, Kelas VIII dalam Setting PBL dan
sedangkan subindikator pada tahap asesmen, tahap Scaffolding untuk Menyelesaikan Masalah
penyimpulan, dan tahap strategi belum terpenuhi. Matematika. Unnes Journal of
Mathematics Education, 6(1), 52-62.
DAFTAR PUSTAKA
Jacob, S. M., & Sam, H. K. 2008. Measuring
Critical Thinking in Problem Solving
Agoestanto, A., Sukestiyarno, YL., & Rochmad.
through Online Discussion Forums in First
2016. Analysis of Mathematics Critical
Year University Mathematics. In
Thinking Students in Junior High School
Proceedings of the International
Based on Cognitive Style. The 3rd
MultiConference of Engineers and
International Conference on Mathematics,
Computer Scientists (IMECS), Hong Kong,
Science and Education.
19-21 Maret 2008, ISSN: 978-988-98671-
8-8.
Akhmad, G.P.A. & Masriyah. 2014. Efektifitas
Pembelajaran Matematika dengan
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan
Pendekatan Model Elicting Activities
Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta:
(MESa) pada Materi Persamaan dan
Kementerian Pendidikan Nasional.
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di
Kelas VII-A SMP Negeri 1 Lamongan.
Kemendiknas. 2011. Pendidikan Nilai-nilai Budaya
Dan Karakter Bangsa Dalam

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918


F. Author, S. Author, T. Author 918

Pembelajaran Matematika di SMP. VIII. Unnes Journal of Mathematics


Jogjakarta: Pusat Pengembangan Dan Education, 5(3), 207-216.
Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan. Wulandari, N. C., Dwijanto, & Sunarmi. 2015.
Pembelajaran Model React dengan
Khoiri, W., Rochmad, & Cahyono, A. N. 2013. Pendekatan Saintifik terhadap Kemampuan
Problem Based Learning Berbantuan Berpikir Kritis dan Kerjasama. Unnes
Multimedia Dalam Pembelajaran Journal of Mathematics Education, 4(3),
Matematika Untuk Meningkatkan 265-274.
Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes
Journal of Mathematics Education, 2(1),
114-121.

National Council of Teachers of Mathematics.


2000. Principles and Standards for School
Mathematics. United States of America:
The National Council of Teachers of
Mathematics, Inc.

Permendikbud. 2013. Standar Isi Pendidikan Dasar


dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Rahmawati, N. T. 2013. Keefektifan Model


Pembelajaran Search, Solve, Create, And
Share (SSCS) Berbantuan Kartu Masalah
Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa Kelas VII.
Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas
Negeri Semarang.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan


Perangkat Pembelajaran Matematika.
Kreano, 3(1), 59-72.

Setyaningsih, T. D., Agoestanto, A., & Kurniasih,


A. W. 2014. Identifikasi Tahap Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan PBL dalam
Tugas Pengajuan Masalah Matematika.
Kreano, 5(2), 180-187.

Sumarni, Sugiarto, & Sunarmi. 2016. Implementasi


Pembelajaran Auditory Intellectualy
Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan
Berfikir Kritis Dan Disposisi Matematis
Peserta Didik Pada Materi Kubus Dan
Balok. Unnes Journal of Mathematics
Education, 5(2), 109-117.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif


Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya:
Prestasi Pustaka.

Widyaningrum, P. S., Pujiastuti, E., & Wijayanti,


K. 2016. Keefektifan Pembelajaran Model
POGIL Berbantuan Kartu Masalah
Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Dan Karakter Bangsa Siswa Kelas

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-918

Anda mungkin juga menyukai