SKRIPSI
Disusun oleh:
Annas Alatas Sukmahadi
14524062
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
v
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
vi
ABSTRAK
Proses perubahan energi mekanis menjadi energi listrik yang dilakukan oleh generator akan
berlangsung jika sistem eksitasi ada. Sistem eksitasi merupakan salah satu bagian terpenting dari
generator sinkron, dimana sistem ini berfungsi untuk menyediakan daya DC ke kumparan medan
generator. Dalam penelitian ini, sistem eksitasi statis yang terdiri dari transformator dan thyristor
terhubung dalam konfigurasi jembatan telah diimplementasikan dalam mesin sinkron yang
beroperasi sebagai generator berkapasitas 206,1 MVA, 16,5 kV dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak MATLAB Simulink R2017b. Dengan menyesuaikan beban yang diberikan pada
generator, variasi arus eksitasi dapat mempengaruhi besarnya tegangan keluaran yang dihasilkan
oleh generator sehingga dapat menaikkan dan menurunkan tegangan induksi. Dalam kondisi beban
penuh yaitu P = 175 MW, Q = 100 MVAR, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika simulasi
dijalankan pada sudut alfa 0°, diketahui bahwa nilai rata-rata tegangan DC diperoleh sebesar
496,4 V, arus eksitasi sebesar 1057 A dan tegangan keluaran generator telah meningkat
melampaui tegangan nominalnya yaitu sebesar 16,72 kV. Dalam hal ini, untuk mempertahankan
tegangan terminal maka arus eksitasi harus dikurangi yaitu dengan meningkatkan sudut
penembakkan thyristor menjadi sudut alfa 45°, sehingga nilai rata-rata tegangan DC dapat
berkurang menjadi 479,3 V, begitu juga arus eksitasi menjadi 985,9 A. Tegangan keluaran
generator pada sudut alfa 45° diperoleh sesuai dengan nilai nominalnya yaitu 16,5 kV.
Kata kunci: Generator sinkron, sistem eksitasi statis, arus eksitasi, tegangan keluaran.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... iv
viii
BAB 3 METODOLOGI ................................................................................................................ 12
4.2.2 Hasil Simulasi Pengaruh Perubahan Beban Daya Reaktif (Induktif) .................... 19
4.2.3 Hasil Simulasi Pengaruh Perubahan Beban Daya Reaktif (Kapasitif) .................. 21
4.3 Analisis Perhitungan Variasi Arus Eksitasi Terhadap Tegangan Induksi ..................... 22
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 26
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Perihal meningkatnya kebutuhan listrik di Indonesia menjadi masalah yang harus segera
diatasi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik tersebut, maka keandalan suatu sistem operasi
pembangkit untuk dapat menghasilkan energi listrik memiliki peranan yang sangat penting. Salah
satu komponen yang penting dalam sistem tenaga adalah generator, karena peranannya sebagai
sumber utama energi listrik. Daya mekanis dalam generator biasanya berasal dari turbin kemudian
diubah menjadi energi listrik. Dalam hal ini, perubahan energi tersebut hanya dimungkinkan jika
sistem eksitasi pada generator ada [1].
Berdasarkan catu daya yang digunakan sebagai sumber eksitasi, model sistem eksitasi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yaitu sistem eksitasi DC, sistem eksitasi AC dan
sistem eksitasi statis [2]. Sistem eksitasi merupakan salah satu bagian terpenting dari generator.
Sistem eksitasi dimaksudkan untuk menyediakan arus searah ke kumparan medan generator.
Selain itu, sistem eksitasi juga bertanggung jawab untuk fungsi kontrol dan proteksi dari sistem
tenaga. Sebagai unit kontrol penting generator, sistem eksitasi memiliki dampak langsung pada
stabilitas dan keandalan generator.
Dalam penelitian ini akan dibahas tentang sistem eksitasi statis yang akan
diimplementasikan dalam generator sinkron. Sistem eksitasi statis diracang untuk memenuhi
semua mode operasi generator berkapasitas besar [3]. Salah satu pembangkit listrik di Indonesia
yang menerapkan sistem eksitasi statis adalah PLTA Saguling, Jawa Barat. PLTA ini
menghasilkan daya sebesar 700,72 MW yang terdiri dari empat unit generator, dimana masing-
masing generator mempunyai keluaran daya sebesar 175,18 MW. Dengan diperolehnya keluaran
daya yang cukup besar, maka perubahan beban yang terjadi pada pembangkit listrik dapat
menyebabkan fluktuasi tegangan keluaran generator, dimana hal ini akan berdampak pada
ketidakstabilan sistem secara keseluruhan. Faktor yang mempengaruhi dalam proses
pembangkitan energi listrik oleh generator dikarenakan adanya perubahan kebutuhan daya reaktif
pada sisi beban, dimana kenaikan daya reaktif ini dapat menyebabkan penurunan besarnya
tegangan terminal. Dalam rangka menciptakan kestabilan tegangan yang dihasilkan oleh
generator, maka dalam penelitian ini sistem eksitasi statis pada generator sinkron dimodelkan dan
disimulasikan dengan menggunakan MATLAB Simulink R2017b yang nantinya dapat diketahui
besarnya arus eksitasi dan tegangan keluaran generator yang dipengaruhi oleh perubahan beban.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana simulasi pemodelan sistem eksitasi statis pada generator sinkron dan
menjaga tegangan keluaran generator supaya tetap stabil terhadap perubahan beban
dengan menggunakan MATLAB Simulink R2017b?
2. Bagaimana pengaruh perubahan beban daya reaktif terhadap arus eksitasi dan tegangan
keluaran generator dengan menggunakan MATLAB Simulink R2017b?
3. Bagaimana variasi besarnya arus eksitasi terhadap tegangan induksi generator?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan sistem eksitasi statis pada
generator sinkron dan menjaga tegangan keluaran generator tetap stabil serta mengetahui pengaruh
perubahan beban daya reaktif terhadap arus eksitasi dan tegangan keluaran generator dengan
menggunakan MATLAB Simulink R2017b.
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya arus eksitasi dan tegangan
keluaran generator terhadap perubahan beban daya reaktif dalam rangka menciptakan kestabilan
tegangan yang dihasilkan oleh generator.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini berisi penelitian ilmiah yang diperoleh dari beberapa jurnal sebagai
ulasan dan pertimbangan mengenai sistem eksitasi dari generator sinkron. Berbagai metode telah
dilakukan dengan studi perbandingan mengenai pengaruh arus eksitasi dan salah satu diantaranya
mensimulasikan sistem eksitasi AC dengan menggunakan penyearah masukan untuk kumparan
medan pada generator.
Imron Ridzki [4] dengan penelitiannya berdasarkan data operasi harian yang telah diperoleh
di lapangan yaitu mengenai pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap daya reaktif generator.
Hasil penelitian diperoleh bahwa daya reaktif yang disuplai oleh generator ke sistem daya
dikontrol oleh arus medan generator, nilai eksitasi awal diperoleh berkisar ±3,27 % dan nilai
fluktuasi tegangan diperoleh berkisar ±0,66 % dari nilai nominal tegangannya. Hasil dari nilai
tersebut menyimpulkan bahwa tegangan yang dihasilkan cenderung konstan, hal ini dikarenakan
untuk menjaga sinkronisasi dengan sistem.
Basofi, Ir. Syamsul Amien [5] melakukan analisis pengaruh arus eksitasi terhadap perubahan
faktor daya pada operasi paralel dari generator sinkron. Komponen utama yang digunakan terdiri
dari generator sinkron tiga fase dan motor DC sebagai penggerak utama serta sumber daya DC.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan mengatur arus eksitasi pada operasi paralel dari
generator sinkron maka akan mengatur daya reaktif yang dibutuhkan oleh generator sehingga
perubahan faktor daya pada masing-masing generator dapat ditentukan. Percobaan pada generator
pertama yaitu dengan menggunakan beban resistif-induktif, ketika arus eksitasi dikurangi maka
diperoleh daya reaktif sebesar −0,002 kVAR dengan faktor daya 0,098 leading, sedangkan pada
generator kedua ketika arus eksitasi diperbesar, daya reaktif diperoleh sebesar 0,173 kVAR dengan
faktor daya 0,64 lagging.
Armansyah, Sudaryanto [6] yaitu tentang pengaruh penguatan medan terhadap tegangan
terminal generator sinkron tiga fase 600 kVA, 400 V. Pengujian dilakukan untuk menganalisis
hubungan arus eksitasi terhadap keluaran generator dengan cara mengatur arus eksitasi. Pada saat
arus eksitasi dinaikkan sebesar 5 %, tegangan yang dibangkitkan diperoleh sebesar 291,73 V dan
pada saat arus eksitasi dinaikkan 10 %, tegangan yang dibangkitkan diperoleh sebesar 305,62 V
kemudian pada saat arus eksitasi dinaikkan 15 %, tegangan yang dibangkitkan diperoleh sebesar
3
319,51 V. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin besar perubahan arus eksitasi (𝐼𝑓𝑑 ) maka
semakin besar juga tegangan yang dibangkitkan generator (𝐸𝑎 ).
Gerha Terimananda [7] melakukan perbandingan terhadap pengaturan arus eksitasi sesuai
dengan sudut penyalaan thyristor untuk mengatur tegangan keluaran generator. Penelitian ini
dimodelkan dan disimulasikan dengan menggunakan MATLAB Simulink yang terdiri dari
rangkaian sistem eksitasi UBP Kamojang. Pengujian sistem eksitasi generator dijalankan pada
kondisi beban penuh (P = 55 MW, Q = 41,25 MVAR). Hasil penelitian berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh sudut penyalaan thyristor bekerja pada batas maksimal 𝛼 = 120,96° dan
batas minimal 𝛼 = 116,57°. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh sudut penyalaan thyristor
bekerja pada batas maksimal 𝛼 = 127,15° dan batas minimal 𝛼 = 100,71°. Dalam hal ini bahwa
sudut penyalaan thyristor berbanding terbalik dengan tegangan keluaran generator, dimana
semakin besar nilai sudut penyalaan thyristor pada rangkaian semi konverter akan menghasilkan
tegangan eksitasi pada exciter dan tegangan keluaran generator mengecil.
Generator merupakan sumber utama energi listrik dalam sistem tenaga, sehingga kinerja dari
generator mempengaruhi operasi jaringan listrik [8]. Generator adalah mesin listrik berputar yang
mengubah energi mekanis menjadi energi listrik berdasarkan induksi magnet. Unsur utama untuk
membangkitkan listrik secara induksi adalah:
1. Medan magnet
2. Penghantar (kumparan)
3. Kecepatan relatif
Generator sinkron (juga disebut dengan alternator) terdiri dari dua bagian utama yaitu stator
dan rotor. Stator adalah bagian dari generator sinkron yang diam, yang mana stator ini merupakan
tempat dibangkitkannya tegangan induksi. Sedangkan rotor adalah bagian dari generator sinkron
yang berputar secara mekanis yang digunakan untuk menghasilkan medan magnet dan
menginduksi tegangan disekitar kumparan stator.
Dalam pemodelan mesin sinkron, medan magnet diciptakan oleh arus eksitasi karena melalui
gulungan eksitasi. Oleh karena itu dapat dianggap sebagai masukan ke dalam mesin. Masukan
lainnya adalah daya mekanis yang disediakan oleh turbin [9].
4
Gambar 2.1 menunjukkan skema dari generator sinkron tiga fase yang mempunyai tiga
kumparan dan memiliki rangkaian magnetis stator yang terbuat dari laminasi yang dilengkapi
dengan slot-slot dan rotor [10].
5
2.2.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron
Generator sinkron tiga fase mempunyai kumparan jangkar yang terletak pada stator dan
kumparan medan terletak pada rotor. Ketika kumparan medan pada rotor dialiri arus searah (DC)
maka akan menimbulkan medan magnet. Penggerak utama yang terhubung dengan rotor akan
beroperasi dan memutarkan rotor. Perputaran rotor akan menghasilkan medan putar yang
diinduksikan pada kumparan jangkar, sehingga menghasilkan fluks magnet yang memotong
kumparan jangkar pada stator dan menimbulkan gaya gerak listrik bolak-balik tiga fase, dimana
gaya gerak listrik tersebut akan dialirkan melalui terminal menuju beban listrik.
Dalam karakteristik generator sinkron berbeban terdapat arus yang mengalir pada kumparan
jangkar, sehingga arus jangkar yang dihasilkan akan membentuk fluks jangkar. Terbentuknya
fluks jangkar dapat mempengaruhi fluks arus medan yang menyebabkan besarnya tegangan
terminal berubah-ubah. Terjadinya proses tersebut dikenal sebagai reaksi jangkar yang bersifat
reaktif, dimana reaksi jangkar ini akan menimbulkan reaktansi bocor jangkar (𝑋𝐿 ) dan reaktansi
magnet (𝑋𝑚 ) yang dinyatakan sebagai reaktansi sinkron (𝑋𝑠 ).
Tegangan keluaran generator sinkron adalah selisih antara tegangan induksi dengan total
rugi-rugi tegangan akibat reaksi jangkar (𝑗𝑋𝐼𝑎 ), rugi tegangan akibat induktansi diri (𝑗𝑋𝑎 𝐼𝑎 ) dan
penurunan tegangan akibat resistansi lilitan stator (𝑅𝑎 𝐼𝑎 ). Tegangan keluaran generator sinkron
dinyatakan dengan persamaan:
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐸𝑎 − 𝑗𝑋𝑠 𝐼𝑎 − 𝑅𝑎 𝐼𝑎 (2.2)
Dimana:
𝑉𝑜𝑢𝑡 = Tegangan keluaran generator (V)
𝐸𝑎 = Tegangan induksi pada kumparan jangkar (V)
𝑋𝑠 = Reaktansi sinkron (Ω)
𝐼𝑎 = Arus jangkar (A)
𝑅𝑎 = Resistansi jangkar (Ω)
Resistansi jangkar (𝑅𝑎 ) yang dialiri arus jangkar (𝐼𝑎 ) akan menyebabkan jatuh tegangan.
Namun pada praktiknya, jatuh tegangan ini diabaikan karena nilainya sangat kecil. Dari pernyataan
tersebut diperoleh bahwa untuk menentukan tegangan induksi dinyatakan dengan persamaan:
𝐸𝑎 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 + 𝑗𝑋𝑠 𝐼𝑎 (2.3)
6
2.2.4 Daya Tiga Fase
Konsumsi total daya terdiri dari daya aktif dan reaktif. Dalam beban tiga fase seimbang,
daya total tiga fase sama dengan tiga kali daya satu fase. Bentuk hubungan antara daya yang telah
disebutkan dapat dinyatakan dengan merepresentasikan daya-daya tersebut sebagai vektor yang
disebut dengan representasi segitiga daya.
Secara dinamis mempertahankan tegangan konstan dalam sistem daya adalah persyaratan
mendasar dalam kualitas daya. Beban pasif (resistif-induktif, resistif-kapasitif) dan beban aktif
membutuhkan daya aktif dan daya reaktif dalam sistem tenaga listrik.
Daya reaktif merupakan daya penyeimbang untuk mempertahankan batas-batas nilai
tegangan keluaran pada generator. Pada waktu peralihan saat terjadinya perubahan beban, daya
reaktif pada generator sinkron sangat diperlukan untuk menstabilkan tegangan agar tegangan
tersebut mampu mendorong arus ke beban.
Kontrol tegangan erat kaitannya dengan keseimbangan daya reaktif dalam sistem daya,
dikarenakan ketergantungan beban daya reaktif pada tegangan sangat penting. Daya reaktif dapat
dihasilkan atau diserap oleh kontrol tegangan eksitasi dari generator sinkron dengan menggunakan
Automatic Voltage Regulator (AVR).
7
2.2.6 Sistem Eksitasi
Bagian penting dari generator sinkron adalah sistem eksitasi. Fungsi dasar dari sistem
eksitasi yaitu menyediakan sumber DC ke kumparan medan generator sinkron. Gambar 2.4
menjelaskan rangkaian ekivalen dari sistem eksitasi, dimana tegangan eksitasi (𝑉𝑓 ) sebagai input
ke dalam sebuah rangkaian. Kumparan medan memiliki resistansi medan (𝑅𝑓 ) yang menghasilkan
hubungan fluks dengan stator (𝜆𝑓 ).
8
Gambar 2.6 menunjukkan skema dari sistem eksitasi statis, sesuai dengan namanya bahwa
semua komponen didalamnya bersifat statis atau stasioner. Sistem ini terdiri dari jembatan
penyearah thyristor dan transformator yang dirancang untuk memenuhi semua mode operasi
generator berkapasitas besar. Daya DC untuk elektromagnet berasal dari keluaran generator utama
itu sendiri atau sumber tambahan melalui transformator [13]. Jembatan penyearah thyristor
menjadi bagian vital dalam sistem ini karena berfungsi untuk menyearahkan AC ke DC yang akan
diumpankan ke kumparan medan generator melalui slip ring.
9
2.2.7 Jembatan Penyearah Daya
Sistem penyearah dalam sistem eksitasi merupakan komponen yang sangat penting karena
peranannya mencatu daya DC ke kumparan medan. Dalam sistem tiga fase yang terhubung ke
𝜋
jembatan enam pulsa, thyristor akan menyala dengan selang waktu 3 . Jenis pengaturan tersebut
Substitusi tegangan AC line-to-line (𝑉𝐿𝐿 ) dengan nilai tegangan rms (𝑉𝑟𝑚𝑠 ) dihitung dalam
persamaan:
𝜋
𝛼+
3
3 (2.5)
𝑉𝑑𝑐 = ∫ √3 𝑉𝑝𝑒𝑎𝑘 cos(𝜔𝑡 − 30) 𝑑𝜔𝑡
𝜋
𝛼
3√3
𝑉𝑑𝑐 = 𝑉 cos 𝛼 (2.6)
𝜋 𝑝𝑒𝑎𝑘
3
Dengan diberikannya syarat nilai tegangan line-to-line (𝑉𝐿𝐿 = √2 𝑉𝑝𝑒𝑎𝑘 ), hasil keluaran
Generator sinkron selalu dilengkapi dengan Automatic Voltage Regulator (AVR) yang
bekerja pada tegangan DC (𝑉𝑓 ) yang mensuplai eksitasi ke kumparan medan pada generator [14].
Eksitasi DC dan AC mengandung generator listrik yang ditempatkan pada poros utama (turbin-
10
generator) dan memiliki kontrol elektronika daya rendah dari arus eksitasi. Variasi arus eksitasi
pada generator dapat menaikkan atau menurunkan tegangan induksi. Dengan menyesuaikan beban
yang diberikan pada generator, maka tegangan generator dikontrol sesuai kebutuhan.
AVR mengumpulkan informasi tentang arus dan tegangan generator serta pada arus medan
berdasarkan kesalahan kontrol tegangan medan (𝑉𝑓 ) melalui tegangan kontrol yang bertindak pada
variabel yang dikontrol dalam exciter. Gambar 2.9 merupakan sistem eksitasi dari suatu generator
sinkron dengan exciter dan AVR.
11
BAB 3
METODOLOGI
Generator sinkron yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah generator
sinkron PLTA Saguling, Jawa Barat. Berikut merupakan data teknis generator sinkron seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Teknis Generator Sinkron
Parameter Nilai
Input source 16,5 kV, 3 𝑝ℎ𝑎𝑠𝑒
Daya nominal transformator 850 kVA
Transformator primer 16,5 kV
Transformator sekunder 420 V
Jembatan penyearah daya 3 𝑎𝑟𝑚𝑠
Field resistance 1Ω
Field inductance 4,20 mH
12
3.2 Alur Penelitian
Secara garis besar alur penelitian ini akan menggambarkan bagaimana penelitian dilakukan.
Berikut merupakan diagram alir penelitian seperti pada Gambar 3.1.
Mulai
Jalankan Tidak
simulasi
Ya
Analisis dan penulisan
laporan
Selesai
13
4. Melakukan analisis dan pembahasan berdasarkan hasil simulasi berupa pengaturan sudut
penembakkan thyristor (sudut alfa) yang tepat untuk memperoleh tegangan yang sesuai
dengan nilai nominalnya dan pengaruh perubahan beban daya reaktif terhadap arus
eksitasi dan tegangan keluaran generator. Berdasarkan analisis tersebut kemudian
hasilnya disajikan dalam bentuk laporan.
Berikut akan dijelaskan beberapa model blok utama yang akan diimplementasikan dalam
proses simulasi pemodelan sistem eksitasi statis pada generator sinkron dengan menggunakan
MATLAB Simulink R2017b.
14
3.4.1 Mesin Sinkron
Blok mesin sinkron dapat beroperasi dalam mode generator atau motor. Mode pengoperasian
ditentukan oleh tanda daya mekanis (positif untuk mode generator, negatif untuk mode motor).
Dalam penelitian ini, blok mesin sinkron beroperasi dalam mode generator.
Penjelasan input dan output dari blok mesin sinkron adalah:
1. Input simulink pertama dari blok adalah daya mekanis pada poros mesin (𝑃𝑚 ).
2. Input simulink kedua adalah tegangan medan (𝑉𝑓 ). Tegangan ini berupa tegangan DC
(𝑉𝑑𝑐 ) yang dihasilkan dari keluaran jembatan penyearah daya.
3. Output simulink dari blok adalah vektor yang berisi sinyal keluaran (𝑚) yaitu arus
eksitasi (𝐼𝑓𝑑 ).
Blok three-phase voltage source merupakan sumber tegangan tiga fase sebagai sumber statis
dari sistem eksitasi yang akan diimplementasikan pada generator sinkron.
Blok pulse generator (thyristor, 6-pulse) digunakan untuk menembak thyristor dan
mengontrol konverter thyristor dari jembatan penyearah daya.
Penjelasan input dan output dari blok pulse generator adalah:
1. Input pertama alpha_deg adalah sinyal pengaktifan alpha yang dihubungkan ke blok
konstan.
2. Input selanjutnya yaitu AB, BC, CA merupakan tegangan sinkronisasi fase ke fase
(𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑐𝑎 ).
3. Input terakhir yaitu Block yang berfungsi untuk memblokir pengoperasian sinyal pulsa
(pulsa di non-aktifkan ketika sinyal yang diberikan lebih besar dari nol).
15
4. Output dari blok ini adalah vektor yang berisi enam sinyal pulsa yang terhubung ke input
gerbang (𝑔) pada jembatan penyearah daya.
Blok RLC parallel load mengimplementasikan beban seimbang tiga fase. Blok ini terhubung
ke generator melalui blok model pengukuran tegangan dan arus generator tiga fase.
3.4.7 Powergui
Blok powergui merupakan sebuah antarmuka grafis yang berguna untuk menyelesaikan
sebuah pemodelan atau rangkaian yang telah dibuat dengan berbagai metode yang telah
disediakan. Selain itu blok ini dapat menyetel jenis simulasi, parameter simulasi dan preferensi.
Jenis metode yang diterapkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode continuous
(default) yaitu berupa variable-step solver otomatis dari simulink.
16
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seluruh sistem telah dimodelkan dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB Simulink
R2017b seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, dimana sistem ini terdiri dari generator sinkron
tiga fase dengan nilai nominal 206,1 MVA, 16,5 kV dihubungkan ke beban dengan jenis sistem
eksitasi yang diterapkan adalah sistem eksitasi statis.
Perlu diketahui bahwa nilai tegangan nominal generator sinkron dalam penelitian ini adalah
16,5 kV. Untuk menentukan nilai rata-rata tegangan DC dalam pemodelan ini dilakukan oleh blok
multimeter dimana blok ini menghitung tegangan yang ditentukan dalam parameter perhitungan
dalam model yang telah dibuat.
Dengan menyatakan tidak adanya titik netral pada koneksi transformator dalam mode delta,
maka besarnya tegangan saluran dan tegangan fase mempunyai besar magnitude yang sama yaitu
𝑉𝐿𝐿 = 420 V. Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata tegangan DC (𝑉𝑑𝑐 ) yang dihasilkan pada
keluaran jembatan penyearah pada sudut alfa 30°. Sudut 30° ini merupakan besarnya pergeseran
fase pada koneksi transformator dengan keterangan gulungan sekunder dalam mode delta (∆).
Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Tegangan DC
Berdasarkan Tabel 4.2, bahwa dalam kondisi beban P = 175 MW, Q = 100 MVAR
pengaturan nilai sudut penembakkan thyristor yang tepat untuk memperoleh tegangan generator
berada pada nilai nominalnya yaitu pada sudut alfa 45°.
Hasil simulasi pemodelan sistem eksitasi statis pada generator sinkron selanjutnya yaitu
dengan menyesuaikan beban yang diberikan pada generator sehingga nantinya dapat diketahui
besarnya arus eksitasi (𝐼𝑓𝑑 ) yang dapat mempengaruhi besarnya tegangan keluaran generator
(𝑉𝑜𝑢𝑡 ) terhadap perubahan beban.
19
Simulasi pengaruh perubahan beban pada generator yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah hanya mengubah nilai beban daya reaktif yang diperoleh dari hasil percobaan dan untuk
nilai beban daya aktif ditetapkan sama yaitu sebesar P = 175 MW. Sudut penembakkan thyristor
ditetapkan pada sudut alfa 30°. Hasil data pengujian perubahan beban daya reaktif (induktif)
ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Data Pengujian Perubahan Beban Daya Reaktif (Induktif)
Generator
Arus eksitasi
Data ke- Beban Arus Tegangan
MW MVAR A kV A
1. 175 10 6211 16,54 770,2
2. 175 15 6252 16,5 783,3
3. 175 20 6301 16,46 796,1
4. 175 25 6358 16,42 808,7
5. 175 30 6422 16,38 820,9
6. 175 35 6490 16,34 832,7
7. 175 40 6561 16,3 844,1
8. 175 45 6634 16,26 855
9. 175 50 6706 16,21 866,5
10. 175 55 6778 16,17 875,5
Berdasarkan Tabel 4.3, pengujian pertama yang dilakukan dalam simulasi adalah pada saat
beban daya reaktif (induktif) Q = 10 MVAR, arus eksitasi diperoleh sebesar 770,2 A dan tegangan
keluaran generator diperoleh sebesar 16,54 kV. Hubungan kenaikan beban daya reaktif (induktif)
terhadap arus eksitasi dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Berikut merupakan hasil data pengujian perubahan beban daya reaktif (kapasitif) seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4.4, dan untuk pengaturan sudut penembakkan thyristor ditetapkan
pada sudut alfa 30°.
Tabel 4.4 Hasil Data Pengujian Perubahan Beban Daya Reaktif (Kapasitif)
Generator
Arus eksitasi
Data ke- Beban Arus Tegangan
MW MVAR A kV A
1. 175 10 6216 16,72 725,8
2. 175 15 6250 16,78 716,9
3. 175 20 6289 16,84 708
4. 175 25 6333 16,89 699
5. 175 30 6383 16,95 690
Berdasarkan Tabel 4.4, kenaikan beban daya reaktif (kapasitif) dapat menyebabkan kenaikan
tegangan keluaran generator. Hubungan kenaikan beban daya reaktif (kapasitif) terhadap tegangan
keluaran generator dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4.
21
Selain itu, dalam hasil pengujian beban daya reaktif (kapasitif) pada pengaturan sudut alfa
30°, diperoleh bahwa semua nilai tegangan generator telah meningkat melampaui nilai
nominalnya, sehingga untuk memperoleh tegangan nominalnya, maka pengaturan sudut
penembakkan thyristor perlu dinaikkan.
Pada saat nilai sudut alfa dinaikkan dari 30° menjadi 60°, hasil pengujian dalam kondisi
beban P = 175 MW, Q = 10 MVAR, arus eksitasi (𝐼𝑓𝑑 ) berkurang menjadi 684,6 A dan nilai
tegangan keluaran (𝑉𝑜𝑢𝑡 ) diperoleh hampir mendekati nilai tegangan nominalnya yaitu 16,46 kV.
Kenaikan beban daya reaktif berupa induktif ataupun kapasitif, diketahui bahwa nilai arus
jangkar (𝐼𝑎 ) juga semakin besar. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya beban, maka generator
membutuhkan injeksi arus yang lebih besar.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan menyesuaikan beban yang diberikan pada
generator, maka variasi arus eksitasi dapat meningkatkan dan menurunkan tegangan induksi (𝐸𝑎 ).
Berdasarkan data standar generator sinkron yang ditunjukkan pada Tabel 3.1, diketahui bahwa
reaktansi sinkron 𝑋𝑠 = 1,32 Ω. Dari hasil data pengujian perubahan beban daya reaktif (induktif)
dari simulasi pemodelan sistem eksitasi statis, tegangan yang dibangkitkan generator dapat
dihitung sebagai berikut:
𝐸𝑎 = 16420 + (j1,32 × 6358)
𝐸𝑎 = 18440,48 ∠27,07°
𝐸𝑎 = 18,440 kV
Sesuai perhitungan berdasarkan Persamaan (2.3), maka hasil perhitungan tegangan induksi
yang diperoleh dari hasil simulasi pengaruh perubahan beban daya reaktif (induktif) ditunjukkan
pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Tegangan Induksi
Beban
Data ke- 𝐼𝑎 (A) 𝑉𝑜𝑢𝑡 (kV) 𝐼𝑓𝑑 (A) 𝐸𝑎 (kV)
MW MVAR
1. 175 10 6211 16,54 770,2 18,431
2. 175 15 6252 16,5 783,3 18,433
3. 175 20 6301 16,46 796,1 18,437
4. 175 25 6358 16,42 808,7 18,440
5. 175 30 6422 16,38 820,9 18,443
6. 175 35 6490 16,34 832,7 18,449
7. 175 40 6561 16,3 844,1 18,457
8. 175 45 6634 16,26 855 18,468
9. 175 50 6706 16,21 866,5 18,469
10. 175 55 6778 16,17 875,5 18,480
22
Dalam perhitungan tegangan yang dibangkitkan generator sesuai dengan Tabel 4.5, dapat
diperoleh bahwa semakin besar arus eksitasi (𝐼𝑓𝑑 ) maka tegangan induksi (𝐸𝑎 ) semakin besar.
Kenaikan arus eksitasi ini memiliki peranan yang penting untuk menyesuaikan dan
mempertahankan tegangan keluaran generator yang nilainya berubah-ubah. Tegangan keluaran
generator yang awalnya sesuai dengan nilai nominalnya pada beban P = 175 MW, Q = 15 MVAR,
kemudian dikarenakan perubahan beban daya reaktif berupa induktif terus meningkat maka
tegangan terminal mengalami penurunan, sehingga nilai arus eksitasi semakin besar, begitu juga
dengan sebaliknya. Penjelasan tersebut dapat membuktikan bahwa arus eksitasi berguna untuk
menjaga kestabilan tegangan terminal generator agar tetap pada batas toleransi dan cenderung
konstan meskipun dalam kondisi beban yang sifatnya berubah-ubah.
23
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh maka kesimpulan dari penelitian
simulasi pemodelan sistem eksitasi statis pada generator sinkron terhadap perubahan beban adalah:
1. Apabila tegangan keluaran generator telah meningkat melampaui tegangan nominalnya,
maka arus eksitasi harus dikurangi dengan cara meningkatkan sudut penembakkan
thyristor, begitu juga dengan sebaliknya.
2. Kenaikan beban daya reaktif (induktif) dapat menyebabkan tegangan keluaran generator
mengalami penurunan sehingga arus eksitasi harus diperbesar. Sedangkan kenaikan
beban daya reaktif (kapasitif) dapat menyebabkan tegangan keluaran generator
meningkat sehingga arus eksitasi perlu dikurangi.
3. Arus eksitasi berbanding lurus dengan tegangan yang dibangkitkan generator, dimana
semakin besar arus eksitasi maka semakin besar juga tegangan yang dibangkitkan
generator.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran dalam pengembangan penelitian
selanjutnya adalah:
1. Dalam hal pengoperasian generator perlu diperhatikan kelayakan dari sistem kontrol
generator guna memperoleh pengaturan yang tepat bagi generator sehingga kestabilan
generator tetap terjaga.
2. Untuk lebih menjelaskan kontrol tingkat eksitasi, maka perlu memiliki pemahaman
tentang karakteristik sistem eksitasi dan kemampuan untuk mengontrol arus eksitasi
pada generator.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 3. Tab Blok Pulsa Generator
27
Lampiran 5. Tab Blok Generator Sinkron
28
Lampiran 7. Tab Blok Beban
29