Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah alfisol yaitu tanah-tanah yang menyebar di daerah-daerah semiarid
(beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap).Tanah ini terbentuk dari
proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-
unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah
bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk
tanaman.Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas
tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat
kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. PH-nya rata-rata mendekati netral. Di
seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Pengertian tanah alfisol ?
2) Ciri – ciri tanah alfisol ?
3) Bagaimana proses pembentukan tanah alfisol ?
4) Bagaimana pemanfaatan tanah alfisol ?

1.3 Tujuan Masalah


1) Untuk mengetahui definisi tanah alfisol.
2) Untuk mengetahui ciri-ciri tanah alfisol.
3) Untuk mengetahui pembentukan tanah alfisol.
4) Untuk mengetahui manfaat tanah alfisol.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanah Alfisol


Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat tergantung dengan
umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak
memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan bercak-bercak
gloy, pH dan kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K yang rendah.
Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak dan
mempunyai liat pada pod surfaces (Hakim, dkk, 1986).
Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada
banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya
diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam
Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya
yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P
berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison
dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal yang
menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Lopulisa, 2004).
Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang cukup tebal yaitu antara 90-200
cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna tanah adalah coklat
sampai merah. Tekstur agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur
gumpal bersusut. Kandungan unsure hara tanaman seperti N, P, K dan Ca
umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat tinggi (Sarief, 1985).
Kapasitas Tukar Kation tanah adalah jumlah muatan negatif tanah baik yang
bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) muatan koloid organik (humus)
yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Baha organik tanah Kation adalah
ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+ dan sebagainya. Di
dalam tanah kation-kation tersebut terlarut dalam air tanah atau dijerap oleh
koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekuivalen) yang dapat diserap
oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 gram) dinamakan Kapasitas
Tukar Kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut
sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat
di dalam larutan tanah (Foth, 1991). Kapasitas tukar kation menunjukkan

2
kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-
kation tersebut. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun
untuk genesis tanah. Beberapa pengukuran KTK tanah telah dilaksanakan dengan
hasil yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena o KTK bervariasi sesuai
dengan pH. Oleh karena itu dalam menentukan KTK di laboratorium harus
dijelaskan pada pH berapa KTK tersebut ditentukan. Beberapa tanah
menunjukkan KTK rendah pada pH lapang (pH rendah) tetapi tinggi pada pH
tinggi, misalnya pada pH 8,2. Hal ini disebabkan karena perbedaan daya reaksi
kation-kation dengan koloid tanah yang ada apakah kolid-koloid tersebut berupa
mineral liat kristalin, hidroksida, senyawa amorf atau bahan organic. Penentuan
KTK pada pH 7 banyak dilakukan. o Hasil analisis KTK dapat berbeda karena
kation yang dipergunakan untuk mengganti kation-kation dalam koloid tanah
(bahan pengekstrak) berbeda (Hardjowigeno, 1985).

2.2 Ciri- Ciri Tanah Alfisol


1. Memiliki tekstur tanah yang liat.
2. Terdapat penimbunan liat di horizon bawah (horizon argilik)
3. Mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35 % pada kedalaman
180 cm dari permukaan tanah.
4. Tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik.
5. Warna tanah Alfisol adalah coklat kemerahan hingga merah gelap

2.3 Proses Pembentukan Tanah Alfisol


Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih
tua dari pleistosin. Di daerah dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk
berkapur yang masih muda. Di daerah basah, bahan induk biasanya lebih tua dari
pada di daerah dingin. Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur
meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. (Darmawijaya, 1990). Alfisol
pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa, dan lahar. Bentuk
wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara
sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak
masamhingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah
hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Mempunyai
sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol sebagian ditemukan di daerah beriklim

3
kering dan sebagian kecil di daerah beriklim basah. Alfisol ini dapat pula
ditemukan pada wilayah dengan temperatur sedang dan sub tropika dengan
adanya pergantian musim hujan dan musim kering. (Munir, 1996).
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B (Horison
argilik) dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan Ultisol
(pelapukan lanjut). Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang,
tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-
tempa dengan tingkat pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993).
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses
pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya
proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di
bawah tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993). Alfisol terbentuk dari
bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di
daerah dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk berkapur yang masih
muda. Di daerah basah bahan induk biasanya lebih tua daripada di daerah dingin
(Munir, 1984).

2.4 Rekomendasi Pemanfaatan Tanah


Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian,
rumput ternak, atau hutan. Untuk pertanian dapat dimanfaat kan pada persawahan
padi, baik yang tadah hujan atau pengairan, pekebunan buah-buahan,serta kacang
- kacangan. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation
tinggi, cadangan unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 1993).

4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa makalah ini :

1. Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah


(terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
2. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran
Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
3. Faktor-faktor pembentuk alfisol yang terpenting adalah bahan induk, relief, iklim,
organism, dan waktu.
4. Proses pembentukan alfisol adalah meliputi urutan sebagai berikut: pencucian
karbonat, pencucian besi, pembentukan epipedon ochrik ( horizon A1),
pembentukan horizon albik dan pengendapan argilan.
5. Tanah alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan
solum tanah yang cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon
tidak begitu jelas. Warna tanah adalah coklat sampai merah. Struktur gumpal
bersusut pH bervariasi sekitar 6,5-7,0, KTK 25-35 me/100 g tanah dan kandungan
unsure hara tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah.
6. Penyebaran tanah alfisol di Indonesia antara lain di pulau jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Kalimantan, Irian Jaya, Bali, NTB, Dan NTT.

5
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., Y. E. Widyastuti 2008. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan


Kering,Sawah dan Pasang Surut. Jakarta: Penebar Swadaya.

Arnon, I 1975. Mineral Nutrition of Maize. Bern Switzerland: Int. Potash. Ints.
Worbloufen.

Askari, Wahyu 2011. Perspektif Kapasitas Tukar kation. http://wahyuaskari.wor


dpress.com/about/perspektif-kapasitas-tukar-kation/. Diakses pada 29 April 2013.

Dewanto, Frobel G. dkk 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik


terhadap Produksi Tanaman Jagung sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek Vol. 32.

Hairiah dkk 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. Bogor: ICRAF.

Handayani 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah : I. Agihan Ukuran dan
Dispersitas Agregat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3.

Hermanto dkk 2011. Penetapan Bahan Diagnosis Status Hara NPK pada Jaringan
Tanaman Pegagan. Jurnal Bul. Littro. Vol. 22.

Isrun 2009. Perubahan Status N, P, K Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata sturt) Akibat Pemberian Pupuk Cair Organik pada Entisols. Jurnal
Agroland 16.

Anda mungkin juga menyukai