Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah alfisol yaitu tanah-tanah yang menyebar di daerah-daerah semiarid
(beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap).Tanah ini terbentuk dari
proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-
unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah
bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk
tanaman.Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas
tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat
kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. PH-nya rata-rata mendekati netral. Di
seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-
kation tersebut. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun
untuk genesis tanah. Beberapa pengukuran KTK tanah telah dilaksanakan dengan
hasil yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena o KTK bervariasi sesuai
dengan pH. Oleh karena itu dalam menentukan KTK di laboratorium harus
dijelaskan pada pH berapa KTK tersebut ditentukan. Beberapa tanah
menunjukkan KTK rendah pada pH lapang (pH rendah) tetapi tinggi pada pH
tinggi, misalnya pada pH 8,2. Hal ini disebabkan karena perbedaan daya reaksi
kation-kation dengan koloid tanah yang ada apakah kolid-koloid tersebut berupa
mineral liat kristalin, hidroksida, senyawa amorf atau bahan organic. Penentuan
KTK pada pH 7 banyak dilakukan. o Hasil analisis KTK dapat berbeda karena
kation yang dipergunakan untuk mengganti kation-kation dalam koloid tanah
(bahan pengekstrak) berbeda (Hardjowigeno, 1985).
3
kering dan sebagian kecil di daerah beriklim basah. Alfisol ini dapat pula
ditemukan pada wilayah dengan temperatur sedang dan sub tropika dengan
adanya pergantian musim hujan dan musim kering. (Munir, 1996).
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B (Horison
argilik) dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan Ultisol
(pelapukan lanjut). Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang,
tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-
tempa dengan tingkat pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993).
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses
pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya
proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di
bawah tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993). Alfisol terbentuk dari
bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di
daerah dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk berkapur yang masih
muda. Di daerah basah bahan induk biasanya lebih tua daripada di daerah dingin
(Munir, 1984).
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa makalah ini :
5
DAFTAR PUSTAKA
Arnon, I 1975. Mineral Nutrition of Maize. Bern Switzerland: Int. Potash. Ints.
Worbloufen.
Hairiah dkk 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. Bogor: ICRAF.
Handayani 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah : I. Agihan Ukuran dan
Dispersitas Agregat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3.
Hermanto dkk 2011. Penetapan Bahan Diagnosis Status Hara NPK pada Jaringan
Tanaman Pegagan. Jurnal Bul. Littro. Vol. 22.
Isrun 2009. Perubahan Status N, P, K Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata sturt) Akibat Pemberian Pupuk Cair Organik pada Entisols. Jurnal
Agroland 16.