Panduan Pelayanan Anestesi Revisi
Panduan Pelayanan Anestesi Revisi
DEFINISI
Tim pengelola pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tim yang
dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi dengan anggota dokter peserta
program pendidikan dokter spesialis anestesiologidan/atau dokter lain dan
perawat anestesia dan/atau perawat.
Kepala Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah seorang dokter yang
diangkat oleh Direktur Rumah Sakit.
Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan perawat anestesi dan perawat dalam
ruang lingkup medis dalam melaksanakan instruksi dokter.
1
Kewenangan klinik adalah proses kredensial pada tenaga kesehatan yang
dilakukan di dalam rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan medis
tertentu sesuai dengan peraturan internal rumah sakit.
Pelayanan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit kritis.
2
Pelayanan anestesia rawat jalan adalah subspesialisasi dari anestesiologi yang
dikhususkan kepada perawatan, pra operatif, intraoperatif, dan pasca operatif pada
pasien yang menjalani prosedur pembedahan rawat jalan.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
BAB III
5
Lama Lokasi Tes
Operasi Perdarahan Umur
Operasi Operasi Laboratorium
Kecil < 1 jam Minimal Bukan di < 40 thn Hb, Leco, CT,
jalan nafas BT
Khusus - Canggih >1jam >30% EBV Dimanapun < 40 thn Hb, Leco,
EBV = 70 GOT/GPT,
ml/kgBB Creatinin,
Albumin,Gula
darah. EKG,
Hemotosis
Trombosis (K,
Na,) CT, BT
Status fisik 1 Pasien yang tidak mempunyai Seorang pasien dewasa sehat
penyakit sistemik atau menjalani herniotomi
kelainan yang perlu.
Pembedahannya terlokalisir
Status fisik 2 Pasien yang menderita Pasien Diabetes tetapi tidak ada
penyakit sistemik penyulit organ lain
ringan/sedang.
6
Karena alasan medik maka
perlu dilakukan pembedahan
Status fisik 4 Pasien dengan penyakit yang Pasien dengan gagal jantung berat
mengancam jiwa
Status Fisik 5 Pasien yang 50% akan Pasien coma, tekanan darah 70/40
meninggal dalam waktu 24 MmHg
jam
1) Penghentian perdarahan
2) Membuang sumber infeksi
3) Melahirkan janin dan sebagainya
Tindakan Meliputi:
7
d. Puasa, Infusi dan Pengosongan Usus
1) Instruksi puasa dijelaskan lisan dan tertulis kepada pasien dan atau
keluarga serta diketahui oleh perawat.
2) Obat-obat tertentu dapat diberikan bersama minum air putih terakhir.
8
3) Obat antidiabetes oral harus diganti dengan injeksi insulin jika pada paska
bedah tidak dapat/tidak boleh makan.
4) Untuk bedah darurat diperlukan pengosongan lebih cepat dan lebih pasti
dengan pemasangan pipa lambung
5) Pengosongan usus besar dilakukan dengan obat pencahar, perangsang
peristaltik kolon atau lavamen
6) Infusi cairan pengganti puasa dan pencahar diberikan pada periode 24 jam
pra anestesi/pra bedah berupa larutan natrium clorida dan atau ringer lactat
dan atau dextrose, atau cairan lain yang diinstruksikan dokter penanggung
jawab sesuai kebutuhan pasien
7) Untuk pasien resiko tinggi, rencana pembedahan besar, gizi pra bedah
buruk, maka perlu perbaikan imbang cairan da nutrisi yang dilakukan jauh
sebelum pembedahan.
1. Pra-Anestesia
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi harus
dilakukan sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa
pasien berada dalam kondisi yang layak untuk prosedur
anestesi.Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk
menilai dan menentukan status medis pasien pra-anestesia
berdasarkan prosedur sebagai berikut :
9
1) Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
2) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan
konsultasi yang diperlukan untuk melakukan anestesia.
3) Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesia yang akan
dilakukan.
4) Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani
persetujuan tindakan.
5) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan
obat-obat yang akan dipergunakan.
b. Pemeriksaan penunjang pra-anestesia dilakukan sesuai Standar Profesi
dan Standar Prosedur Operasional.
c. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
d. Pelayanan pra-anestesia ini dilakukan pada semua pasien yang akan
menjalankan tindakan anestesia. Pada keadaan yang tidak biasa,
misalnya gawat darurat yang ekstrim, langkah-langkah pelayanan
praanestesia sebagaimana diuraikan di atas, dapat diabaikan dan
alasannya harus didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
2. Masa Anestesi
Pelayanan Intra Anestesia
a. Dokter spesialis anestesiologi dan tim pengelola harus tetap berada di
kamar operasi selama tindakan anestesia umum dan regional serta
prosedur yang memerlukan tindakan sedasi.
b. Selama pemberian anestesia harus dilakukan pemantauan dan evaluasi
secara kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan
perfusi jaringan, serta didokumentasikan pada catatan anestesia.
10
c. Pengakhiran anestesia harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi,
sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
Induksi Anestesi
1) Pasien diberi preoksigenisasi dengan O2 100% ( 8-10 Lpm) selama 3-5 menit
2) Periksa jalan intravena ( infus) terpasang dan berjalan lancar
3) Obat-obat darurat sudah tersedia dalam spuit suntik
4) Tensimeter dan stetoscope precordial telah terpasang
5) Tindakan anestesia harus dimulai dengan cepat dan nyaman bagi pasien dan
fungsi vital pasien harus tetap terjaga
6) Stadium eksitasi harus dilewati secepat mungkin agar pasien segera berada
pada stadium maintanance yang lebih aman
7) Jalan nafas buatan harus dipasang dan pernafasan buatan harus diberihan bila
diperlukan
8) Dokter dan perawat anestesi harus mampu mengenali dan mengatasi
sumbatan jalan nafas atas dengan tehnik ” Chin lift, head tilt dan Jaw Thrust”,
Memasang nasopherynk tube, intubasi tracea dan cricothyrotomy
9) Jaga stabilitas sirkulasi dengan bantuan infus, obat-obat inotropik dan obat
anti aritmia jantung
11
Rumatan Anestesi
12
c. Pengakhiran anestesi
1) Anestesi harus dihentikan tepat waktu agar pasien segera sadar
kembali sehingga refleks perlindungan dan fungsi vitalnya kembali
normal
2) Efek analgesi harus tetap terkendali
3) Oksigen dan bantuan nafas harus tetap diberikan dan pasien tetap
dipantau penuh sampai sisa obat habis.
Pelayanan Pasca-Anestesia
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke
ruang pulih (Unit Rawat Pasca-anestesia/PACU) atau ekuivalennya
kecuali atas perintah khusus dokter spesialis anestesiologi atau
dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien
juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis
(ICU/HCU).
b. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi
persyaratan yang berlaku.
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi
beberapa di antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan
kritis (ICU/HCU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter
spesialis anestesiologi atau anggota tim pengelola anestesia.
Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai secara kontinual
dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada
perawat ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.
g. Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien
dari ruang pulih
13
Masa Pasca Anestesia
a. Pasang alat pemantau fungsi vital pasien yang datang dari kamar
bedah, karena umumnya belum stabil
b. Timbang terima dengan perawat anestesi/tim yang menangani
pasien dikamar bedah tentang kejelasan data operasi, anestesia,
jumlah perdarahan, jumlah infusi dan penyulit yang telah terjadi,
dan wajib dicatat dalam rekam medik.
c. Oksigenasi dan bantuan nafas harus tetap diberikan
d. Paisen tetap dipantau penuh sampai sisa obat anestesi habis
e. Bersihkan cairan dari ringga mulut dan jalan nafas untuk
mencegah terjadinya gangguan nafas seperti: Hipoventilasi karena
depresi pernafasan atau obstruksi pangkal lidah, Aspirasi cairan
lambung dan henti nafas
f. Paisen yang belum sadar dan belum stabil harus tetap berada di
ruang pulih sadar sampai semua resiko/ancaman keselamatan jiwa
lewat.
g. Pasien rawat jalan tidak boleh dipulangkan sebelum memenuhi
kriteria keamanan pulang tertentu ( Aldrette’s score )
14
Pedoman Pemulihan Aldret’s Skor Pasca Anestesi
15
A. Pelayanan Kritis
1. Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pada pasien dengan kegagalan
organ yang terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele
dari regimen terapi yang diberikan.
2. Pelayanan pasien kondisi kritis dilakukan oleh dokter spesialis
anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi.
3. Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi harus senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang
timbul sampai pasien tidak dalam kondisi kritis lagi.
4. Penyakit kritis sangat kompleks atau pasien dengan komorbiditi perlu
koordinasi yang baik dalam penanganannya. Seorang dokter anestesiologi
atau dokter lain yang memiliki kompetensi diperlukan untuk menjadi
koordinator yang bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai semua
aspek penanganan pasien, komunikasi dengan pasien, keluarga dan dokter
lain.
5. Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan
tetapi prognosis pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesiologi
atau dokter lain yang memiliki kompetensi harus melakukan pembicaraan
kasus dengan dokter lain yang terkait untuk membuat keputusan
penghentian upaya terapi dengan mempertimbangkan manfaat bagi pasien,
faktor emosional keluarga pasien dan menjelaskannya kepada keluarga
pasien tentang sikap dan pilihan yang diambil.
6. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam catatan medis.
7. Karena tanggung jawabnya dan pelayanan kepada pasien dan keluarga
yang memerlukan energi pikiran dan waktu yang cukup banyak maka
dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
berhak mendapat imbalan yang seimbang dengan energy dan waktu yang
diberikannya.
16
8. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
berperan dalam masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien
dan keluarganya dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang
pengobatan dan hak pasien untuk menentukan nasibnya terutama pada
kondisi akhir kehidupan.
9. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi mempunyai peran penting dalam manajemen unit terapi
intensif, membuat kebijakan administratif, kriteria pasien masuk dan
keluar, menentukan standar prosedur operasional dan pengembangan
pelayanan intensif.
17
Pelayanan Anestesia Rawat Jalan
18
6. Pemantauan fungsi vital selama tindakan analgesia regional dilakukan
sesuai standar pemantauan anestesia.
7. Analgesia regional dapat dilanjutkan untuk penanggulangan nyeri pasca
bedah atau nyeri kronik.
8. Pemantauan di luar tindakan pembedahan/di luar kamar bedah dapat
dilakukan oleh dokter atau perawat anestesia/perawat yang mendapat
pelatihan anestesia dibawah supervisi dokter spesialis anestesiologi.
19
6. Selama pemulihan dari anestesia regional, setelah bedah sesar dan atau
blok regional ekstensif diterapkan standar pengelolaan pascaanestesia.
7. Pada pengelolaan pasca persalinan, tanggung jawab utama dokter spesialis
anestesiologi adalah untuk mengelola ibu, sedangkan tanggung jawab
pengelolaan bayi baru lahir berada pada dokter spesialis lain. Jika dokter
spesialis anestesiologi tersebut juga diminta
untuk memberikan bantuan singkat dalam perawatan bayi baru lahir, maka
manfaat bantuan bagi bayi tersebut harus dibandingkan dengan risiko
terhadap ibu.
20
h. pasien dengan ketergantungan pada opioid atau obat/bahan
lainnya.
3. Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan
standar prosedur operasional penanggulangan nyeri akut dan kronis yang
disusun mengacu pada standar pelayanan kedokteran.
21
kegagalan jantung, paru atau organ yang lain, atau dalam tingkat akhir
penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
c. Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien
yang jika diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan
memperpanjang kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan
penghentian atau penundaan bantuan hidup. Pasien yang masih sadar
tapi tanpa harapan, hanya dilakukan tindakan terapeutik/paliatif agar
pasien merasa nyaman dan bebas nyeri.
d. Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan fungsi
batang otak yang ireversibel. Setelah kriteria Mati Batang Otak
(MBO) yang ada terpenuhi, pasien ditentukan meninggal dan
disertifikasi MBO serta semua terapi dihentikan. Jika
dipertimbangkan donasi organ, bantuan jantung paru pasien
diteruskan sampai organ yang diperlukan telah diambil. Keputusan
penentuan MBO dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu dokter spesialis
anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi, dokter
spesialis saraf dan 1 (satu) dokter lain yang ditunjuk oleh komite
medis rumah sakit.
22
BAB IV
DOKUMEN
23
3. Formulir Rekam medis Pasien (terlampir)
Form rekam medis berfungsi untuk identifikasi pasien saat serah terima
dikamar bedah dimana harus diperhatikan : Identitas dan keadaan umum
pasien, Kelengkapan status/rekam medik, Surat persetujuan tindakan,
surat konsultasi dengan spesialis lain, catatan dokter operator dan dokter
anestesi, Data laboratorium, rontgent, EKG, Barang pasien yang tidak
boleh di bawa seperti; Gigi palsu, perhiasan, lensa kontak, cat kuku, lipstik
dan lain-lain. Contoh Formulir terlampir
24