Anda di halaman 1dari 8

Masa Laktasi

MASA LAKTASI

Disampaikan Pada,
Penyuluhan Kesehatan di PIH
Kepanitraan Klinik Senior Bagian Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Oleh,

FITRIN SIRAIT
NIM. 98021029

Pembimbing,

Dr. M. OKY PRABUDI

Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUPM

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 0


Masa Laktasi

Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indomesia


Medan 2004
MASA LAKTASI

Masa laktasi adalah suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi dan
penggunaan ASI (air susu ibu), yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk
pemeliharaan kesehatan ibu dan bayinya. Managemen laktasi ini harus dipahami oleh
tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan tugas sebagai promotor penggunaan ASI. 1

PERIODE PRE-NATAL

1. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat menyusui.


2. Adanya dukungan dari pihak keluarga.
3. Adanya dukungan dari petugas kesehatan. 1
4. Pemeriksaan payudara
Sejak kehamilan 6 – 8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa pembesaran
payudara, payudara terasa padat, kencang, sakit, tampak pelebaran pembuluh darah
di permukaan kulit. Kelenjar Montgomery daerah areola tampak nyata dan
menonjol. 2
5. Persiapan payudara dan putting susu

Mengganti BH dengan ukuran yang sesuai.

Latihan gerak otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk
menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai
masa laktasi.

Menjaga hygiene sehari-hari terutama daerah putting dan areola.

Setiap mandi, puting susu dan areola tidak disabun untuk menghindari
keadaan kering dan kaku akibat hilangnya pelumas yang dihasilkan oleh
kelenjar Montgomery.

Mengoreksi putting susu yang datar/terbenam agar menyembul ke luar
dengan bantuan pompa putting.

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 1


Masa Laktasi


Lakukan persiapan putting susu agar lentur dengan mengompres
masing-masing putting selama 2 – 3 menit dengan kapas dibasahi minyak.
Tarik dan putar putting ke arah luar 20 kali dan ke dalam 20 kali. Pijat daerah
areola untuk membuka saluran susu. Bila keluar cairan oleskan ke putting dan
sekitarnya. 2
6. Gizi yang bermutu

Kebutuhan tambahan kalori 300 kalori/hari terutama protein.

Pemberian preparat besi dan asam folat.

Tidak melakukan diet untuk menurunkan berat badan.

Cara hidup sehat. 1

PERIODE NIFAS DINI

1. Ibu dan bayi harus siap menyusui.


2. Segera menyusu setelah bayi lahir.
3. Tekhnik menyusui yang benar.
4. Menyusui harus sering, berdasarkan kebutuhan, sebaiknya tidak usah pakai jadwal.
5. Tidak memberikan susu formula.
6. Tidak memakai putting buatan atau pelindung.
7. Pergunakan kedua payudara, mulai menyusui dengan putting yang berganti-
gantian.
8. Perawatan payudara
• Membersihkan putting susu sebelum dan sesudah menyusui dengan air.
• Setelah menyusui payudara dikeringkan.
• Memakai BH yang memadai.
9. Memelihara psikis dan fisik.
10. Makan makanan yang bermutu
• Ekstra 500 kalori/hari
• Kalsium 1.200 mg/hari
• Minum yang banyak

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 2


Masa Laktasi

• Vitamin
• Tidak ada pembatasan makanan
• Penurunan berat badan jangan lebih dari 500 gram/minggu
11. Istirahat yang cukup. 1

PERIODE NIFAS LANJUT

1. Sangat ideal bila dalam 7 hari setelah pulang dari rumah sakit, si ibu dihubungi atau
dikunjungi untuk melihat perkembangan atau situasi rumahnya, persoalan biasanya
timbul pada minggu pertama.
2. Adanya sarana pelayanan atau konsultasi bila secara mendadak si ibu mendapat
persoalan dengan laktasi dan menyusui.
3. Adanya keluarga atau teman yang membantu di rumah. 1

POSISI SAAT MENYUSUI

Posisi ibu/bayi yang benar saat menyusui dapat dicapai bila bayi menyusui dengan
tubuh yang menempel betul pada ibu. Mulut bayi membuka lebar, sebagian areola tertutup.
Mulut dan dagu menempel betul pada payudara. ASI dihisap pelan-pelan dan kuat. Putting
susu ibu tidak terasa sakit dan putting dan lengan bayi berada pada satu garis lurus. 1,2

PENILAIAN KECUKUPAN ASI

Penilaian kecukupan ASI dari sejak lahir sampai dengan usia 4 – 6 bulan adalah:
1. Beart badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan.
2. Bayi banyak mengompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari. Tiap menyusui
dengan kuat, kemudian melemah dan tertidur. 2
3. Bayi sering buang air besar berwarna kuning berbiji.
4. Bayi setidaknya menyusui 10 – 12 kali/hari
5. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap selesai menyusui.
6. Bayi tampak puas, sewaktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. 3

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 3


Masa Laktasi

REFLEKS DALAM LAKTASI

1. Pada ibu:
• Refleks prolaktin
Sewaktu menyusui rangsangan dari saraf sensorik putting dikirim ke hypothalamus
yang memacu keluarnya prolaktin yang kemudian merangsang sel kelenjar
memproduksi ASI.
• Let down refleks
Keluar ASI karena kontrol mioepitel sekeliling duktus laktiferus dengan pengaruh
oksitosin. Melalui refleks ini terjadi kontraksi rahim membantu lepasnya plasenta
dan mengurangi perdarahan. 2

2. Pada Bayi

Rooting Refleks, bila bibirnya dirangsang akan membuka mulut dan
berusaha mencari putting untuk menyusu.

Refleks menghisap, bila ada sesuatu yang merangsang langit-langitnya.

Refleks menelan, timbul bila ada cairan di rongga mulut. 2

MASALAH DALAM LAKTASI

1. Pembendungan Air Susu

Selama 24 – 48 jam pertama sesudah melihatnya sekresi laktal, payudara


mengalami distensi, menjadi keras berbenjol-benjol. Keadaan ini dikenal sebagai
pembendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri cukup hebat dan
bisa disertai kenaikan suhu sepintas. Kelainan tersebut menyebabkan aliran darah pada
vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang
merupakan precursor regular untuk terjadinya laktasi. 4
Bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk dalam payudara sehingga areola menjadi
lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara nampak lebih
merah, ibu demam dan payudara terasa nyeri sekali. 2

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 4


Masa Laktasi

Tindakan memompa air susu atau memerahnya secara manual mungkin diperlukan
untuk pertama kalinya, namun dalam beberapa hari kemudian ini biasanya mereda dan
bayi sudah dapat menetek kembali secara normal.

2. Mastitis

Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan Staphylococcus


5
aureus melalui luka putting susu, atau peredaran darah. Timbul reaksi sistemik seperti
demam, terjadi 1 – 3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu.
Payudara menjadi mengeras kemerahan, pasien mengeluhkan rasa nyeri. 2,4,5
Biasanya mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara
yang bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya
adalah payudara membesar, keras dan nyeri, kulit memerah dan membisul. 5
Profilaksis dengan mengadakan pemeriksaan antenatal care dan perawatan putting
susu selama kehamilan. 5

Penanganan

1. Bila terjadi mastitis, penyusuan bayi dihentikan.


2. Antibiotika penisilin dosis tinggi, sambil menunggu uji kepekaan air susu.
3. Kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara.
4. Bila terjadi abses lakukanlah insisi radial sejajar dengan jalannya ductus
lactiferous. 5

3. Air Susu Ibu Kurang

Hal ini paling penting dalam menilai kecukupan bayi terhadap ASI adalah kenaikan
berat badan bayi. Bila gizi ibu cukup, cara menyusui benar, percaya diri akan kemauan dan
kemampuan menyusui bayinya, serta tidak memiliki kelainan payudara, pada 4 – 6 bulan
pertama usia bayi akan terjadi kenaikan berat badan yang baik. 2

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 5


Masa Laktasi

4. Bayi Bingung Puting

Terjadi karena bayi diberi susu formula dalam botol bergantian dengan menyusui
pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol sangat berlainan. Bayi yang minum
susu botol tidak perlu berusaha keras karena air susu dapat keluar tanpa diisap. Oleh
karena itu, bayi terbiasa minum susu botol enggan menyusu dari ibunya.
Untuk mencegah bayi bingung putting, usahakan bayi hanya menyusu ibu dengan
cara menyusui yang benar, lebih sering dan lama, sesuai keinginan bayi. Ibu perlu lebih
sabar dan telaten waktu menyusui dan melakukan perawatan pasca persalinan. 2

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 6


Masa Laktasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Managemen Laktasi Rawat Gabung. Buku Catatan Kuliah


Obstetri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1997; 264-68.
2. Managemen Laktasi. Kapita Selekta. Jilid I. Edisi II. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1998; 324-25.
3. Safuddin AB. Managemen Laktasi. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawirohardjo. Jakarta; N39.
4. Prichard, Mac Donald. Masalah dalam Periode Masa Nifas. Williams Obstetri.
Edisi ke-17. Airlangga University Press. Surabaya. 1991; 565-70.
5. Mochtar RR. Periode Masa Nifas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi II. EGC. Jakarta;
422-25.

KKS SMF Obstetri & Ginekologi RSUPM Ema Suranta Sitepu 7

Anda mungkin juga menyukai