Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
Pemasaran merupakan hal yang begitu mendasar sehingga tidak dapat
dipandang sebagai suatu fungsi yang terpisah. Pemasaran merupakan keseluruhan
bisnis yang dilihat dari hasil akhirnya, yaitu dari sudut pandang pelanggan. Oleh
karena itu, keberhasilan usaha tidak ditentukan oleh produsen melainkan oleh
pelanggan. Pemasaran juga umumnya dipandang sebagai tugas untuk
menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada
konsumen. Sesungguhnya, orang-orang pemasaran melakukan pemasaran lebih
kompleks dari hal-hal tersebut. Seorang pemasar dituntut untuk dapat lebih sigap
membaca situasi dan kondisi seorang konsumen.
Pemasaran adalah salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan di
dalam sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan kegiatan usahanya secara
berkesinambungan. Pemasaran mencakup semua kegiatan perusahaan untuk
beradaptasi dengan lingkungannya secara kreatif dan menguntungkan.
1. Product
Product (produk) berarti barang dan jasa yang dikombinasikan oleh
perusahaan yang akan disampaikan kapada target market.
2. Price
Price (harga) adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau
pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan.
3. Place/Distribution
Place (tempat/saluran distribusi) termasuk aktifitas dari perusahaan untuk
membuat produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen.
4. Promotion
Promotion (promosi) adalah aktifitas untuk mengkomunikasikan berbagai
keunggulan yang dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi target market
untuk membeli produk tersebut.
5. People
People (orang) adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam pengujian
jasa dan dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk
elemen inni adalah personel perusahaan dan konsumen.
6. Physical Evidence
Physical evidence adalah bukti fisik jasa mencakup semua hal yang berwujud
berkenaan dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format laporan, dan
peralatan.
7. Process
Process adalah semua prosedur actual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan
mana jasa disampaikan yang merupakan system pengujian atau operasi.
2.2 Brand
Merek adalah salah satu atribut yang penting dari suatu produk, karena
selain alat identifikasi merek mempunyai banyak manfaat bagi para konsumen
dan produsen, maupun middleman atau perantara. Pentingnya merek bagi
konsumen yaitu dengan adanya merek maka akan memudahkan bagi konsumen
untuk membedakan produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
Merek juga memberikan jaminan akan kestabilan kualitas yang berarti bahwa
suatu produk dengan merek yang sama maka kualitasnya pun akan sama walau
dibeli dimanapun juga. Sedangkan penggunaan merek bagi penjual adalah bahwa
dengan adanya merek maka penjual dapat mempromosikannya untuk
menumbuhkan citra terhadap perusahaan. Merek dari sebuah produk juga berarti
memberikan nilai tambah produk tersebut.
Ketika orang-orang berfikir tentang suatu produk atau jasa, mereka
biasanya memikirkan sifat-sifat dan keistimewaan, serta manfaat praktis yang
akan diberikan dari produk atau jasa itu kepada konsumen. Namun, ketika mereka
memikirkan suatu merek, mereka berfikir melampaui hal ini dan dengan suatu
cara yang benar-benar berbeda, karena pemberian merek menambahkan suatu
dimensi emosional pada hubungan produk-pelanggan.
Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu
merupakan identitas untuk membedakan produk yang dihasilkan perusahaan dari
produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk
tertentu akan lebih mudah dikenali oleh konsumen.
Tujuan perusahaan menciptakan pembelian terhadap produk yang
dihasilkan dan pemberian merek memberikan kesempatan untuk mengembangkan
hubungan yang baik dengan konsumen. Dengan demikian hubungan ini
diharapkan dapat menghasilkan pangsa pasar yang lebih besar dan meningkatkan
kemampuan untuk menghasilkan laba sesuai yang diharapkan oleh perusahaan.
Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau
mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon
konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual.
Menurut Soehadi (2005) kekuatan suatu merek/brand equity dapat diukur
berdasarkan 7 indikator, yaitu:
1. Leadership: kemampuan untuk mempengaruhi pasar, baik harga maupun
atribut non-harga.
2. Stability: kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.
3. Market: kekuatan merek untuk meningkatkan kinerja toko atau distributor.
4. Internationality: kemampuan merek untuk keluar dari area geografisnya atau
masuk ke negara atau daerah lain.
5. Trend: merek menjadi semakin penting dalam industri.
6. Support: besarnya dana yang dikeluarkan untuk mengkomunikasikan merek.
7. Protection: merek tersebut mempunyai legalitas.
Suatu nama merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak
mengalami penyusutan. Hal itu membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan
kesadaran merek, mutu, dan fungsi yang diyakini dari merek itu. Ekuitas merek
dapat menambah atau mengurangi nilai produk bagi konsumen, ekuitas merek
juga mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian.
1. Kinerja
2. Pelayanan
3. Ketahanan
4. Keandalan
5. Karakteristik Produk
6. Kesesuaian dengan spesifikasi
7. Hasil
3. Brand Association
Brand Association adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan
mengenai sebuah produk. Asosiasi ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki
suatu tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengkomunikasikannya.
Menurut Darmadi, Sugiarto dan TonySitinjak (2001;67) brand
association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait
dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait merek akan
semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam
mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek
tersebut dalam strategi komunikasinya.
Berikut ini merupakan berbagai fungsi dari asosiasi merek :
1. Help process/retrieve information (Membantu proses penyusunan informasi)
2. Differentiate
3. Reason to buy (Alasan pembelian)
4. Create positive attitude/feelings (Menciptakan sikap atau perasaan positif)
5. Basis for extensions (Landasan untuk perluasan)
4. Brand Loyalty
Menurut Darmadi, Sugiarto dan TonySitinjak (2001;126) brand loyalty
merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Brand
loyalty memiliki tingkatan sebagaimana dapat dilihat di bawah ini :
Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama
sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan
demikian, merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan
pembelian. Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini suka berpindah-
pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer
(konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).
Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang
digunakan, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya,
tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk
mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain
memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut
pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).
Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun memikul biaya
peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan
dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini
biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu
pengorbanan apabila melakukan penggantian ke merek lain. Para pembeli
tipe ini disebut satisfied buyer.
Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.
Pilihan konsumen terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi,
seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan
kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek,
karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Para pelanggan
mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna
suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi pelanggan baik dari segi
fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa pelanggan
sebenarnya(commited buyers).
Perceived quality juga berlaku bukan hanya untuk produk tetapi juga
berlaku untuk jasa layanan yang melibatkan dimensi kualitas jasa seperti waktu
tunggu, saat check out, keramahan petugas, kenyamanan ruangan dan lainnya.
Mengingat kepentingan dan keterlibatan pelanggan berbeda-beda, perceived
quality perlu dinilai berdasarkan sekumpulan criteria yang berbeda. Perceived
quality yang tinggi bukan berarti harapan pelanggan rendah (pelanggan
merasakan kepuasan yang tinggi jika harapannya jauh lebih rendah dari kinerja
atau kenyataan). Perceived quality mencerminkan perasaan pelanggan secara
menyeluruh mengenai suatu merek. Untuk memahami perceived quality suatu
merek diperlukan pengukuran terhadap dimensi yang terkait dengan karakteristik
produk.
1. Kinerja.
2. Pelayanan
3. Ketahanan
4. Keandalan
Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian
ke pembelian berikutnya.
5. Karakteristik Produk
7. Hasil
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi :
a. Motivasi
Mendapatkan kepuasaan atas barang dan jasa merupakan motivasi terkuat
yang dilandasi rasa butuh atas barang dan jasa.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
informasi guna membentuk gambaran yang berarti tentang dunia. Orang
yang memperoleh rangsangan yang sama dapat membentuk persepsi yang
berbeda- beda.
c. Pembelajaran
Pembelajaran terjadi karena saling pengaruh antara dorongan, stimulant,
tanggapan dan penguatan. Signifikan secara praktis teori pembelajaran bagi
pemasar adalah teori itu bisa membangun permintaan akan produk dengan
mengaitkan permintaan tersebut dengan dorongan yang kuat dan
memberikan penguatan yang positif.
d. Keyakinan dan Sikap
Adanya sikap yakin setelah melakukan pertimbangan akan membawa
konsumen untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa
2.6.3 Klasifikasi Model Perilaku Konsumen
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis
keputusan pembelian. Pembelian yang rumit dan mahal mungkin membutuhkan
lebih banyak pertimbangan dan melibatkan banyak peserta. Pengambilan
keputusan oleh konsumen akan berbeda menurut jenis keputusan pembelian.
Kotler dan Armstrong yang dialihbahasakan oleh Sabran (2008;177),
membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat
keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek, seperti diilustrasikan
gambar di bawah ini :
Gambar. 2.2
Empat Tipe Perilaku Pembelian
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Banyak perbedaan Perilaku pembelian kompleks Perilaku pembelian yang mencari
antar merek keragaman
1. Kinerja.
2. Pelayanan
3. Ketahanan
4. Keandalan
Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian
ke pembelian berikutnya.
5. Karakteristik Produk
7. Hasil