Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 menyebutkan

bahwa kesehatan adalah keadaan sehat seseorang, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomi (Kemenkes, 2009). Meningkatnya jumlah kasus

penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia mengharuskan pemerintah untuk terus

fokus dalam pengendalian PTM. Salah satu penyebab PTM di Indonesia adalah

pola hidup masyarakat yang tidak sehat, dimana dapat menyebabkan beberapa

penyakit seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini merupakan

penyakit penyumbang terbesar penyakit yang di karenakan oleh gaya hidup yang

tidak sehat, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, ateriosklerosi dan

penyakit arteri perifer (PAP) (Kemenkes RI, 2011).1

Penyakit arteri perifer ini mengacu pada penyakit aterosklerotik pada

ekstremitas bawah. Dalam istilah lain digunakan penyakit pembuluh darah perifer,

penyakit oklusif arteri perifer, dan penyakit arteri ekstremitas bawah, dalam

epidemiologi PAP berasal dari negara-negara maju. Diperkirakan bahwa> 200

juta orang memiliki PAP di seluruh dunia, dengan spektrum gejala dari tidak ada

yang menjadi parah (Fowkes FG at all, 2013:382)2

Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah salah suatu kondisi medis yang dimana

disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang menyuplai darah ke bagian
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah khususnya tungkai tangan dan kaki. Arteri

dalam kondisi ini tersumbat karena adanya aterosklerosis. Aterosklerosis ini dapat

melibatkan hampir semua cabang arteri utama pada tubuh yang dikenal sebagai

PAP (Gornik & Backman, 2005:111).2

Penyebab awal dari penyakit ini yaitu ditandai oleh timbulnya nyeri, kram,

sakit pada otot saat melakukan aktivitas. Sejalan dengan bertambah buruknya

penyumbatan karena kolesterol ini, otot pun akan terasa sakit walaupun

beristirahat dan dapat memungkinkan pula terjadinya kematian pada jaringan yang

ada.

Saat ini, diperkirakan lebih dari 202 juta orang di dunia menderita PAP

(Fowkes at all, 2013:382).2 Hasil ini didapatkan dari penelitian American Society

of Cardiology pada tahun 2006, dimana Indonesia diikut sertakan sebagai subyek

penelitian dari 24 negara yang tergabung dalam penelitian ini. Data prevalensi

PAP lainya didapat dari sebuah penelitian di beberapa Negara, yang dimana

Indonesia menjadi salah satu subjek penelitian ini. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa setiap satu juta orang Indonesia, 13.807 diantaranya

menderita PAP (Rhee SY at all, 2007:76).2

Hasil prevelensi dari Framingham Offspring Study mendefinisikan

Peripheal Artery Disease (PAD) sebagai indeks pergelangan kaki-brakialis < 0,9

yang dimana 3,9% dari 1554 pria dan 3,3% dari 1759 wanita (Murabito 2002).4

PAP berdampak buruk bagi penderitanya, karena PAP dapat menurunkan

status fungsional, menyebabkan terjadinya amputasi, infark miokard, stroke, dan

bahkan kematian pada penderitanya. Pasien dengan PAP juga memiliki risiko
lima kali lebih besar dan terjadinya serangan jantung dan memiliki kemungkinan

terjadinya stroke dan kematian hingga 2-3 kali lebih besar (Regensteiner JG at

all, 2008:13).2

Salah satu dari faktor resiko terjadinya PAP adalah hipertensi yang

patogenesisnya terkait dengan aterosklerosis yang dibuktikan berdasarkan nilai

Ankle Brachial Index (ABI) (Thendria T at all, 2014:2).2

Sedangkan faktor risiko PAP lainnya yang telah dikenal mencakup

aterosklerosis akibat usia, merokok, dislipidemia dan diabetes melitus (DM).

Menurut Thendria at all (2014)3, keberlangsungan hipertensi dapat

mengakibatkan komplikasi makro- dan mikrovaskuler dengan (PAP) sebagai

salah satu manifestasinya dan terdapat 21% di antara penderita hipertensi yang

mengalami PAP. Dan sebanyak 17% penderita PAP di Asia PAP.

Untuk saat ini di Indonesia belum banyak studi yang membahas masalah

PAP, khusunya di Aceh-Sabang. Dan dilaporkan dari pusat kesehatan, tentang

PAP yang berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas penderitanya.

Hasil telusur ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang, penulis tidak

menemukan data jumlah pasien yang menderita PAP karena rekam medik Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Sabang hanya berfokus kepada penyakit besar seperti

diabetes mellitus (DM) dan tidak menghitung berapa jumlah pasien yang

mengidap PAP karena komplikasi penyakit DM tersebut atau penyakit pembuluh

darah perifer lainnya. Hal ini menyebabkan sulitnya untuk mengetahui secara

pasti berapa jumlah kasus pasien dengan PAP di Kota Sabang. Selain itu diyakini

juga bahwa dengan tidak fokusnya manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Sabang terhadap penyakit tersebut berakibat kurangnya informasi kepada pasien

bagaimana cara pencegahan penyakit PAP tersebut.

Dengan melihat fenomena pada kasus PAP dan belum banyaknya studi yang

membahas masalah PAP khususnya di Aceh dan di Kota Sabang. Oleh karena itu

penulis sangat tertarik untuk mendalami tentang pencegahan dan penanganan

penyakit PAP, karena menurut penulis banyak hal yang dapat dilakukan untuk

mengurangi atau mencegah resiko tejadinya PAP. Salah satunya dengan cara

menerapkan pola hidup sehat seperti tidak merokok, istirahat yang cukup,

olahraga dan makan makanan yang rendah lemak dan garam.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengulas dan memperdalam pemahaman

tentang kasus ini dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Post Operasi

Amputasi Pedis Sinistra ec. PAP di Ruang Kelas II Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Sabang”.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan permasalahan di atas, maka muncul pertanyaan penelitian yaitu

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Post Operasi Amputasi

Pedis Sinistra ec. PAP di Ruang Kelas II Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Sabang?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien PAP untuk mendapatkan

gambaran umum, pengalaman, kemampuan dan untuk meningkatkan keterampilan

sebagai perawat.
1.3.2 Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.S dengan post operasi

amputasi pedis sinistra ec. PAP di Ruang Kelas II Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Sabang?”.

b. Melakukan analisa data dan merumuskan diagnosa asuhan keperawatan

pada Ny.S dengan post operasi amputasi pedis sinistra ec. PAP di Ruang

Kelas II Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang.

c. Menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan post

operasi amputasi pedis sinistra ec. PAP di Ruang Kelas II Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Sabang.

d. Melaksanakan implementasi/tindakan asuhan keperawatan pada Ny.S

dengan post operasi amputasi pedis sinistra ec. PAP di Ruang Kelas II

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang.

e. Melakukan evaluasi hasil dari tindakan asuhan keperawatan pada Ny.S

dengan post operasi amputasi pedis sinistra ec. PAP di Ruang Kelas II

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang.

1.4 Ruang Lingkup Penulis

Penulis membatasi karya tulis ilmiah ini pada kasus post operasi amputasi

pedis sinistra ec. PAP di Ruang Kelas II Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang

yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.
1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Bagi Penulis

Penulis mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan asuhan

keperawatan pada pasien dengan post operasi amputasi pedis sinistra ec. PAP dan

juga untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penerapan

asuhan keperawatan medical bedah pada pasien dengan post operasi amputasi

pedis sinistra ec. PAP.

1.5.2 Manfaat Bagi Institusi

Adapun manfaat bagi institusi adalah sebagai lahan baca untuk menambah

wawasan. Dan juga sebagai referensi dalam pembelajaran di institusi.

1.5.3 Manfaat Bagi Pasien Dan Keluarga

Manfaat bagi pasien dan keluarga adalah untuk mengurangi dampak buruk

dari PAP bagi pasien dan meningkatkan derajat kesehatan pasien dan dapat

menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit PAP.

Anda mungkin juga menyukai