Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Syarat-Syarat (RKS)
SYARAT-SYARAT TEKNIS
1. UMUM
Persyaratan Teknis ini berlaku untuk seluruh Pekerjaan, secara umum persyaratan ini bisa ditetapkan dan
merupakan kesatuan dengan dokumen lainnya.
2. REFERENSI
2.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain, berlaku ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahannya.
a) Peraturan Presiden nomor 54 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
b) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
39/KPTS/M/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa
Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
c) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
d) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor :
10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
e) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor :
11/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan
Kebakaran di Perkotaan.
f) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
g) Standar/pedoman teknis yang berlaku seperti :
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971, SK-SNI T-
15.1991.03
Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesian Loading
Code 1987 (SKBI-1.2.53.1987)
Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen
Tenaga Kerja
Peraturan Semen Potland Indonesia NI 8 tahun 1972
Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan NI 10
Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah
Daerah setempat yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
Petunjuk-petunjuk dan peringatan tertulis yang diberikan
Direksi Teknis Pekerjaan.
h) Peraturan Daerah tentang Tata Bangunan
2.2 Apabila ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknis tidak diatur dalam persyaratan teknis
umum/khusus maka Penyedia Barang/Jasa harus mengajukan salah satu persyaratan berikut ini guna
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
2.3 Standar/Normal/Pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan yang bersangkutan yang
diterbitkan oleh instansi, asosiasi, lembaga pengujian ataupun badan lainnya yang berwenang.
2.4 Brosur Teknis dari produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari lembaga pengujian
3. PENJELASAN GAMBAR-GAMBAR
1. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar kerja adalah ukuran jadi meliputi ukuran :
a. As - as
b. Luar - luar
c. Dalam - dalam
d. Luar - dalam
2. Perbedaan Gambar
2.1 Bila gambar kerja tidak sesuai dengan RKS, maka yang mengikat adalah RKS atau ditentukan
kemudian oleh Direksi Pekerjaan.
1
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
2.2 Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar
yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku/mengikat.
2.3 Bila ada beberapa gambar dengan tanggal pengeluaran yang berbeda untuk satu masalah,
maka gambar dengan gambar yang termuda/terbaru yang mengikat/berlaku.
2.4 Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dengan struktur, maka yang berlaku/
mengikat adalah gambar kerja arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi konstruksi dan
kekuatan struktur.
2.5 Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dan gambar kerja elektrikal & mekanikal,
maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja arsitektur.
2.6 Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidakjelasan maupun kesimpangsiuran menimbulkan keragu-
raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka Penyedia Jasa
diwajibkan menyampaikan kepada Direksi Teknis Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
2.7 Ketentuan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Penyedia Jasa untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya pekerjaan tambah.
4. PEKERJAAN-PEKERJAAN
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
Lingkup Pekerjaan
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Penyedia Barang/Jasa harus melaksanakan mobilisasi
peralatan dan tenaga kerja yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Mobilisasi dilakukan sesuai dengan
lingkup pekerjaan meliputi:
Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Mempersiapkan fasilitas seperti kantor proyek, bengkel, gudang dan sebagainya.
Mendatangkan personil-personil.
Pekerjaan demobilisasi dilaksanakan apabila pekerjaan dianggap telah selesai dan dengan
persetujuan dari Pihak Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan.
1.2 Pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Barak Pekerja
Untuk gudang dan bangsal kerja dibuat bangunan sementara yang dapat melindungi pekerja dari
panas dan hujan. Untuk direksi Keet digunakan bahan rangka kayu, dinding papan atau triplex dicat,
atap seng BJLS 20, lantai rabat beton. Bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan. Untuk Direksi Keet, dibuat dengan konstruksi semi permanen dengan ukuran sesuai
gambar, luas = 21 M2, dilengkapi mobiler sederhana 1 meja tulis, beberapa buah kursi duduk, dan 1
lembar triplek tempat menempel gambar. Pembuatan direksi keet ini juga dilengkapi dengan
pengadaan daya listrik untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan menggunakan genset/power suplly
dengan kapasitas daya yang mencukupi.
1.3 Pengadaan Air Untuk Pelaksanan Pekerjaan
Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi kualitas yang
ditentukan dalam PBI 1991. Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air
terdekat, kemudian ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan. Kebutuhan air ini harus
disediakan dalam jumlah yang cukup selama pelaksanaan pekerjaan. Air harus memenuhi syarat
yang tercantum dalam PBI NI 2.
1.4 Pembuatan Papan Plank Nama Proyek
Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan papan tebal 2,5 cm dicat putih, dengan
ukuran 200 x 100 cm. Didirikan tegak diatas kayu 5/10 cm setinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat
yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat :
Nama Proyek
Pemilik Proyek
Lokasi Proyek
Jumlah Biaya (Nilai Kontrak)
Nama Konsultan Perencana
Nama Konsultan Pengawas
Nama Penyedia Jasa (Kontraktor)
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dimulai tanggal, bulan, tahun
1.5 Pekerjaan Pengukuran
2
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
IV.Pekerjaan Plasteran
4.1 Lingkup Pekerjaan
4.1.1 Pekerjaan Plasteran dilakukan pada seluruh pasangan dinding.
V. Pekerjaan Lantai
5.1. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian Jalan. Pekerjaan lantai terdiri dari :
5.1.1 Urugan Tanah
5.1.2 Pekerjaan Urugan Pasir
5.1.3 Pasangan Adesit
5
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
Pekerjaan Beton bertulang terbuat dari beton dengan campuran disesuaikan dengan analisa pada
perhitungan anggaran biaya, Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran beton Penyedia Jasa
harus mengajukan sampel bahan yang akan digunakan dan mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Pekerjaan beton bertulang terdiri :
7.1.1 Kolom
7.1.2 Coran Lantai Beton
7.1.3 Pondasi Palat
7.3.2 Agregat
Agregat yang digunakan harus sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
SKSNI-1991. Penyedia Jasa harus mengajukan sample dan hasil test material yang
akan digunakan sebelum agregat tersebut dikirim ke lokasi pekerjaan
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan no. 5, agregat halus adalah
agregat yang lolos saringan no. 5. Kedua jenis agregat ini harus dikombinasikan dalam
suatu proporsi yang baik, sehingga menghasilkan beton dengan mutu terbaik.
Agregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat
mempengaruhi mutu beton, memiliki ukuran yang beragam, keras dan memiliki bentuk
yang baik
Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis kerak,
silk, clay, garam dan bahan-bahan lain. Apabila kadar lumpur agregat halus melebihi 5%
dan agregat kasar melebihi 1%, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan. Sesuai dengan trial mix yang dilaksanakan agregat yang digunakan untuk
campuran beton harus berasal dari satu sumber yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah satu sama lain berdasarkan ukurannya
di atas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan tercampur dengan
lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air di sekitar tempat penyimpanan
agar kadar air dari agregat tidak berubah terlalu banyak.
Penyedia Jasa harus melakukan pengujian laboratorium dari agregat yang akan
digunakan, dari sumber yang telah disetujui. Pengujian dilakukan oleh badan yang
independen. Test periodik dapat dilakukan terhadap permintaan Direksi Pekerjaan untuk
melakukan cek terhadap kadar aiar dari agregat. Seluruh biaya pengujian ini merupakan
tanggung jawab Penyedia Jasa.
7.3.3 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, bahan kimia, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum yang
6
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
berasal dari PAM atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991.
Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di tempat kerja, tetapi harus terjaga dari
pencemaran.
7.3.4 Bahan Tambahan
Bahan tambahan campuran beton harus digunakan sesuai dengan petunjuk dari
produsen bahan tersebut.
Apabila Penyedia Jasa menganggap perlu menggunakan bahan tambahan campuran
beton, maka harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan. Metode
pemakaian, jumlah yang akan digunakan dan jenis bahan tambahan campuran beton ini
harus diajukan oleh Penyedia Jasa pada Direksi Pekerjaan.
7.3.5 Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam SKSNI T-15-1991-03.
7.3.6 Baja Tulangan
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan
bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin.
Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta
persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Jika Pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang
ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang
terdekat dengan catatan: harus ada persetujuan Direksi Pekerjaan Jumlah besi
persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang
tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya
tambahan yang diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggungjawab
pemborong.
Baik baja tulangan polos maupun baja ulir yang digunakan harus sesuai dengan SII
(Standar Industri Indonesia), Baja U-24 digunakan untuk penulangan geser/sengkang.
7.3.7 Cetakan dan Acuan
Bahan yang digunakan untuk kayu bekisting digunakan papan klas II tebal minimal 2,5
cm atau triplek tebal 9 mm dengan tulangan-tulangan kayu 4/6 cm yang cukup
jumlahnya. Untuk penyangga/stoot werk digunakan kayu balok 5/7 cm. Cetakan dan
acuan harus dipasang rapi dan teliti sehingga pada waktu pembongkaran, beton
menghasilkan bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit finishing/penghalusan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal
5.1. SK SNI T-15.1991.03.
7.3.8 Campuran Beton
Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan kekuatan karakteristik BO untuk
pekerjaan beton tumbuk digunakan untuk struktur, sesuai dengan yang tercantum dalam
gambar dan bestek. Kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Beton Bertulang SKSNI T-15-1991-03.
Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan kekentalannya yang
perlu diperhatikan pula peruntukan beton tersebut dan ukuran potongan beton yang
akan dicor, agar beton dapat dipadatkan dengan baik dan tidak terjadi pemisahan
agregat.
Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak mengalami pengendapan selama
pengangkutan dan pengecorannya. Beton yang mudah mengendap tidak diperkenankan
dipergunakan.
Ukuran maksimum agregat untuk beton struktur adalah 2 cm. Untuk struktur-struktur
dengan penampang tipis, ukuran agregat maksimum yang dipakai adalah 1 cm,
sedangkan untuk struktur yang memiliki ukuran penampang dan jarak antar tulangan
yang besar, ukuran agregat yang dapat dilihat pada tabel.
7
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
Setiap M³ Beton
Beton di dalam ruang bangunan dengan
keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton di luar ruang bangunan terlindung dari
hujan terik matahari langsung 275
7.5.4 Setiap bagian pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus
sampai selesai untuk mendapatkan struktur konstruksi yang monolit. Apabila pengecoran
beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh Direksi. Untuk
melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras
harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses
pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari
ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m
7.5.5 Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Penyedia Jasa harus menyediakan
pelindung, atau metode lain pada saat hujan.
7.5.6 Untuk pengecoran kolom atau struktur lain yang tinggi, pengecoran harus di bantu dengan
menggunakan talang atau pintu pengecoran untuk mencegah segregasi beton karena jatuh
bebasnya material campuran beton.
9
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
11
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton decking) sesuai dengan gambar.
Apabila hal tersebut tidak tercantum dalam gambar atau dalam spesifikasi ini, maka dapat
digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 sesuai dengan tabel berikut :
7.15 Acuan
7.15.1 Umum
Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk membentuk
struktur-struktur beton dengan segala detailnya. Acuan yang dibuat harus dapat
dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan maupun pengecoran beton
Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku, balok, pengikat dan tiang,
juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk memikul acuan tanpa
menimbulkan settlement. Baik acuan maupun perancah harus direncanakan oleh Penyedia
Jasa untuk menyangga berat maupun tekanan dari beton dalam keadaan basah dan
peralatan yang mungkin ada di atasnya serta beban-beban kejut dan getaran. Kesemuanya
ini harus direncanakan dengan metode ereksi dan pembongkaran yang sederhana sehingga
memudahkan pemasangan, penambahan maupun pembongkarannya.
Defleksi (lendutan) yang diizinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan balok kantilever
lendutan yang dizinkan adalah 1/300 bentang. Bracing-bracing harus dipasang untuk
menghindari pergerakan horizontal, transversal maupun longitudinal yang terjadi. Gambar-
gambar yang menunjukkan detail dari acuan maupun perancah, perhitungan perancah,
elevasi dari acuan maupun perancah harus diajukan oleh Penyedia Jasa untuk disetujui
oleh Direksi Pekerjaan
7.15.2 Bekisting yang Digunakan
Acuan dibuat dari multiplek dengan ketebalan minimum 10 mm atau material lain yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Acuan yang dipakai harus bersih dari segala macam
kotoran, apabila akan digunakan kembali acuan harus bersih, acuan yang sudah rusak dan
tidak lurus lagi tidak diperkenankan dipakai kembali.
Untuk mempercepat pekerjaan pengecoran, disyaratkan agar Penyedia Jasa membuat
panel-panel bekisting yang standar untuk acuan bagian konstruksi yang tipikal.
12
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
13
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
dibersihkan dengan cara disikat hati-hati untuk mencegah ikut terbawanya agregat yang
sudah dicorkan.
Apabila plat tidak difinishing dengan adukan, permukaan beton tersebut harus dibuat kasar
sesuai dengan schedule finishing yang ada. Permukaan beton tersebut harus diratakan
sehingga memiliki level yang sama, tidak melewati batas toleransi yang diizinkan.
14
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
9 Pekerjaan Pengecatan
9.1 Lingkup Pekerjaan
9.1.1 Cat tembok untuk dinding yang diplester,
15
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)
(i) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatunya
yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam kontrak.
(ii) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika
diminta oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-
waktu dapat diserahkan.
(iii) Dokumen Foto :
KONTRAKTOR diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum pekerjaan dimulai
sampai pada pekerjaan selesai 100 % dan tiap tahap permintaan angsuran disertai
keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaskanaan pembangunan serta disusun
secara rapih dan diketahui oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan Pengelola Teknis.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
a) Tiap Unit Bangunan diambil dari empat arah,
b) Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah,
c) Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan
tersebut pada butir (a).
Gambar dimasukkan dalam album diserahkan kepada PEMILIK melalui DIREKSI
PEKERJAAN rangkap 5 (lima).
Biaya dokumen merupakan tanggung jawab Kontraktor, Foto-foto tersebut harus
dibuat dan menjadi lampiran setiap permohonan angsuran pembayaran.
Segala laporan atau catatan tersebut dalam Ayat (i) dan (ii) Pasal ini, dibuat dalam
bentuk buku harian rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang telah disetujui oleh
DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan harus selalu berada di tempat pekerjaan.
9.2 Penyedia Jasa harus menyerahkan pada Pengguna Jasa as built drawing.As built drawing adalah
gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan yang harus diselesaikan 4 minggu
setelah serah terima pekerjaan untuk pertama kali, dalam bentuk kalkir.
9.3 Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ii, yang ternyata pekerjaan tersebut
harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis Pemimpin Bagian Proyek.
9.4 Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh Kontraktor dan
Pemimpin Bagian Proyek dalam melaksanakan pekerjaan ini.
X. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pekerjaan direncanakan selama 21 minggu dengan asumsi pelaksanaan patung
tembaga yang di perkirakan antara 3 bulan sampai 5 bulan
16