Anda di halaman 1dari 24

9

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS untuk
menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan jasmani dan
kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan kesamaptaan mental, dan tata
upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada
hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan
bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan
kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan
tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang ada dalam
Pembukaan UUD 1945) melalui:

a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan negara


Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang mendiami
banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke,
dengan beragam bahasa dan adat istiadat kebudayaan yang
berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam konsep wawasan
nusantara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk


menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan beragama
dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai agama masing-
masing, saling menghormati dengan sesama dan menjaga
keamanan lingkungan.

9
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan


bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab bersama.
Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara
Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat
dapat diwujudkan. Hal yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa
dan bernegara bagi PNS yang perlu di cermati secara seksama adalah
semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak
persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS
dalam setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial,
ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua
lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi
bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun,
karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan jangan
sampai mengalami penderitaan. Di situ PNS telah melakukan langkah
konkrit dalam melakukan bela negara.

Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk


mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah
air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme
dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain
sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga
negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung
jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap
tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya


dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:

10
1) Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan
pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu
semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan
pastinya menjaga nama baik negara kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang
harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya
dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar
kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat
nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita
tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada
di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-
lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap
ancaman, tantangan, dan hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban
untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa
mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan
untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui
bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga
memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama
menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi
mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan

11
nama bangsa.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan
tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi
masing-masing.

2. Analisis Isu Kontemporer

Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017)


ada empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi
kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas
masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level
lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia
(Global).

Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa


semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus
perubahan tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan semua
yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai dengan hancurnya
batas (border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman dunia ini
satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Hal yang menjadi pemicunya
adalah berkembang pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap
informasi dari satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak
lama berselang oleh orang di penjuru dunia lainnya.

Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan


kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan masuknya
kepentingan global (Negara-negara lain) ke dalam negeri dalam aspek
hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan lain sebagainya. Perubahan
cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan bernegara
(wawasan kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat
dalam memahami pola kehidupan dan budaya yang selama ini
dipertahankan/diwariskan secara turun temurun. Perubahan lingkungan
masyarakat juga mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai

12
miniature dari kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang
keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam anggota
keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di lingkungan
keluarga maka secara tidak langsung membentuk sikap ego dan apatis
terhadap tuntutan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan


lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan factor utama yang
akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi
pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya
Saing Nasional, Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami
berbagai dampak positif maupun negatifnya; perkembangan demokrasi
yang akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
politik Bangsa Indonesia; desentralisasi dan otonomi daerah perlu
dipahami sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh pelosok
Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk wawasan strategis
bagaimana semua hal tersebut bermuara pada tantangan penciptaan
dan pembangunan daya saing nasional demi kelangsungan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam lingkungan pergaulan
dunia yang semakin terbuka, terhubung, serta tak berbatas.

PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga


internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika)
sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-
fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi saat
ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut diantaranya; bahaya
paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money
laundry, korupsi, proxy war. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut sebagai
isu-isu strategis kontemporer.

13
3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada


beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau
tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang dihadapi bangsa
negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah percaya dengan
barita gossip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh dengan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa lainnya,
dan yang lebih penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan mental untuk
turut bela negara.

Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan kepada


semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara. Dalam hal
ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga masyarakat tentu memiliki hak
dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela Negara sebagaimana
diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara


dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara itu sangat
luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan
baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman
nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :

a. Cinta Tanah Air.


b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman
sekarang di berbagai lingkungan:

14
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).

b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).

c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)


Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).

d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat


(lingkungan masyarakat).

e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan


masyarakat).

f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).

g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu


kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau
kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana menanamkan jiwa
kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga kelestarian hayati),
menjaga aset bangsa, menggunakan produksi dalam negeri, dan tentu ada
beberapa kegiatan yang bersifat fisik dalam rangka menunjang
kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran fisik saja.

Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS
akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :

15
Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
a. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
b. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
c. Keprotokolan;
d. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
e. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai-nilai Dasar ASN


1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang


harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Dengan demikian kepercayaan masyarakat (public trust)
kepada birokrasi akan semakin menguat karena aparaturnya mampu
berperan sebagai kontrol demokrasi, mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu


:

a Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari


atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.

b Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan


kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.

C Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak


tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.

16
d Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.

e Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral


mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.

f Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada


sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang
akan melahirkan akuntabilitas.

g Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam


lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

h Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan


tanggungjawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.

i Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus


melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.

Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas yang
lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.

17
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder

2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya


sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara.
Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara.
Nasionalisme merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. PNS dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi
sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus


diperhatikan, yaitu :

a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

18
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit
dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

19
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan

20
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik

Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta


keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan
keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk
serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang
dianut

21
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :


a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

22
4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu
terhadap produk/ jasa berupa ukran baik/ buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan
secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-
nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target
(rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber
daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi
diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, uang dan manusia yang dibutuhkan
untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mindset baru sebagai aparatur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.

23
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu
alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk
kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi puas dalam
pelayanan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.

Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level
puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu layanan institusi
secara keseluruhan untuk membangun citra kelembagaan dan
keunggulan bersaing. Pada level strategic business unit level tanggung
jawab mutu berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu pada setiap
unit kerja sesuai dengan target masing-masing. Pada level fungsional
bertanggung jawab atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di unit-
unit pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu
berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di masing-
masing unit kerja.

24
5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema Andrea:


1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata “corrumpere”, suatu
bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal
istilah “coruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi secara harafiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Korupsi
menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan sebagai tindakan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok
tindak pidana korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.

Nilai-Nilai Anti Korupsi


Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a. Kejujuran

25
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak
curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam
kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam
kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab
f. Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang
salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab
tersebut berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban
menerima dan menyelesaikan semua masalah yang telah dilakukan.
g. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
h. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup
sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan parameter penting
dalam menjalin hubungan antara sesama karena prinsip ini akan
mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egosi
dan juga menghindari dari keinginan yang berlebihan.

26
i. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk
berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain sebagainya.
j. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.

C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu


1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.

2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan


Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan Intervensi
semua Golongan serta Parpol.

3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun


demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan


yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN berperan
sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas pemerintahan dan
penyelenggaraan pembangunan tugas umum nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang
dilakukan PNS pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban kita di

27
kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang
Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban selaku PNS sebagai
berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

28
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu
jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari
tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014).

2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk
kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan
di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara Pelayanan
Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa
publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor
swasta karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable,

29
serta cara mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.
Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public Administration (OPA),
New Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public
Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:

a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat


konstitusi

b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara

c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai


hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan
datang

d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-


kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi

3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu WoG dikenal
sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan
(Suwarno & Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan

30
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu (Shergold &
lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia
adalah:

a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam


mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih baik,
selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG.

b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan


kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan.

c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta


bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.

D. Tinjauan Umum tentang Ruang Laktasi


ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Fasilitas Khusus
Laktasi dan/atau Memerah ASI yang selanjutnya disebut dengan Ruang ASI
adalah ruangan yang dilengkapi dengan prasarana laktasi dan memerah ASI
yang digunakan untuk laktasi bayi, memerah ASI, menyimpan ASI perah,
dan/atau konseling laktasi/ASI.
Penyediaan Ruang ASI bertujuan untuk:
a. memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan
memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif; dan
b. meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah
Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif

31
Persyaratan kesehatan Ruang ASI sebagaimana dimaksud meliputi:
a. tersedianya ruangan khusus dengan ukuran minimal 3x4 m2 dan/atau
disesuaikan dengan jumlah pekerja perempuan yang sedang laktasi;
b. ada pintu yang dapat dikunci, yang mudah dibuka/ditutup;
c. lantai keramik/semen/karpet;
d. memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup;
e. bebas potensi bahaya di tempat kerja termasuk bebas polusi;
f. lingkungan cukup tenang jauh dari kebisingan;
g. penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan;
h. kelembapan berkisar antara 30-50%, maksimum 60%; dan
i. tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tangan dan mencuci
peralatan.

32

Anda mungkin juga menyukai