Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi
sehat sejahtera baik secara fisik, mental maupun sosial yang ditandai dengan
tidak adanya gangguan-gangguan atau simptom-simptom penyakit, seperti
keluhan sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Friedman, 1998;
Sarafino, 1994).
Menurut Duvall dan Logan ( 1986 ), Keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Keluarga seperti pada individu , mengalami perubahan dan
pertumbuhan sepanjang waktu. Setiap tahap perkembangan memiliki
tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-masing termasuk tugas yang perlu
diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat ketahap berikutnya dengan
sukses.

B. Tujuan
Tujuan diberikannya asuhan keperawatan kepada keluarga denagn
anak dewasa awal (pelepasan) adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Keluarga mampu melakukan tugas-tugas perkembangan sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai
dewasa) agar dapat menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota
keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Keluarga mampu mempertahankan keintiman pasangan.

1
c. Anak mampu membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Orang tua mampu membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap Perkembangan Dewasa Muda Awal


Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan
tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung
secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka
justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya sebagai seorang pribadi
dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun masalah yang dialami dalam
hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain,
termasuk orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang
gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran
berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan
bertanggung jawab terhadap masa depannya.
Profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan
perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka
memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam
melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan
proaktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah
mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi
perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi,
baik transisi secarafisik (physically trantition), transisi secara intelektual
(cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

B. Perkembangan Fisik Dewasa Muda Awal


1. Dewasa Muda sebagai Masa Transisi
a. Transisi Fisik
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui
bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja

3
untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi
disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong
sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak
lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana
layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-
benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang
dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la
dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang
lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-
kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi
pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum
(misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini
ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-
bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.

b. Transisi Intelektual
Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993;
Santrock, 1999; Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif
dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan kadang-
kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995).
Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah
yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional.
Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU
dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian,
setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk
meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan
perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang
bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,
misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan
kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah
yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.

4
c. Transisi Peran Sosial
Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan
pacarnya (dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan
memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, yakni terpisah dari
kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru
inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa,
memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga
pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknya. Seorang
laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita
sebagai ibu rumah tangga, tanpa meninggalkan tugas karier tempat
mereka bekerja. Namun demikian,ntak sedikit seorang wanita mau
meninggalkan kariernya untuk menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai
ibu rumah tangga, agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya
dengan baik. Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam
aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam kegiatan pen-didikan
kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.

2. Aspek-aspek Perkembangan Fisik


Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi:
a. Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda
berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri
melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian
dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang
merintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri
dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah hams rnemikirkan
kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi
yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila
asyik dengan pekerjaannya.

5
b. Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis seseorang harus
memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika
menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar
belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan
tanggung jawab pekerjaannya dengan baik, Ketekunan merupakan
salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan.
Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi
keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram (gagal),
kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sediki seorang
individu yang belum cocok dengan pekerja. Dan dan penghasilan yang
diperoleh, tak segan-segan mereka segera pindah dan mencari
pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya dilakukan
mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka
telah menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun
hasil gajinya masih pas-pasan, dengan alasan sulimya mencari jenis
pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan.

c. Motivasi
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari
kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu
pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi
internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai
dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal,
seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai
suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri memperoleh
hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal.

6
3. Kesehatan Dewasa Muda

a. Pengertian Kesehatan
Organisasi bangsa-bangsa yang mengurusi masalah kesehatan
dunia (WHO), memberi definisi mengenai kesehatan. Menurut WHO
yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera
baik secara fisik, mental maupun sosial yang ditandai dengan tidak
adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti
keluhan sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Feldman,
1998; Sarafino, 1994). Kondlsi kesehatan seseorang berhubungan erat
dengan beberapa kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan. Untuk
mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan kebiasaan-kebiasaan
perilaku yang sehat pula. Ada beberapa perilaku sehat yang dapat
menopang kesehatan seseorang, di antaranya (1) makan secara teratur
(tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak termasuk
snack); (2) perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat
(mengandung gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat
besi), misalnya empat sehat lima sempuma; (3) melakukan aktivitas
secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan
olahraga; (4) pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam; (5)
membiasakan diri untuk tidak merokok; (6) membiasakan diri untuk
tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan); (7)
tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi
{daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi). Individu yang
secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumn ya akan
memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada individu yang
tidak melakukannya.

b. Perilaku dan Status Kesehatan


Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa
jauh pola kebiasaan perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang

7
sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya
kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya,
individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam Sarafino,
1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu
penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni (1} health
behavior; (2) illness behavior; (3) sick-role behavior .

c. Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang


diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah
suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya.

d. Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang


sakit, guna memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya
agar dirinya sehat kembali.

e. Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk


proses penyembuhan dari rasa sakitnya.

4. Perkembangan Kognitif Dewasa Muda Awal


Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai
dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang
dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).
Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi
(mapan). Karena itu, mereka beriomba dan bersaing dengan orang lain
guna mem-buktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi
untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab
dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup
di mata orang lain.

8
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah
mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang.
Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian
tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan
mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu
mengembangkan daya inisiatif - kreatimya sehingga ia akan memperoleh
pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman - pengalaman tersebut,
akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.

C. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi


pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas
tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan
sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

Tahap-tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang


dianggap stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap
keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum
seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)

1. Tahap I - Pasangan Baru

9
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru
yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk
keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-
masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri
dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya

Tugas Perkembangan

a. Membina hubungan intim danmemuaskan.

b. membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

c. mendiskusikan rencana memiliki anak.


Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga
suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.

2. Tahap II - Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut


sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.

Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:

a. Persiapan menjadi orang tua

b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,


hubungan sexual dan kegiatan.

c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.


Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman
orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi

10
hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan
kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.

3. Tahap III - Keluarga dengan anak pra sekolah.

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.

Tugas perkembangn

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat


tinggal, privasi dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain


juga harus terpenuhi.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun


dengan masyarakat.

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV- Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya

11
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri.
Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga.

a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

b. Mempertahankan keintiman pasangan.

c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,


termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di
sekolah maupun di luar sekolah.

5. Tahap V- Keluarga dengan anak remaja

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun


kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan

a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.

b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.


Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.


Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan

12
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik
orang tua dan remaja.

6. Tahap VI- Keluarga dengan anak dewasa

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir


pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini
tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tugas perkembangan

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b. Mempertahankan keintiman pasangan.

c. Membantu orang tua memasuki masa tua.

d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Tahap VII- Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan


rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut,
perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan

a. Mempertahankan kesehatan.

13
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.

c. Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan


pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup,
pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Tahap VIII- Keluarga usia lanjut

Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan


meninggal dan keduanya meninggal.

Tugas perkembangan

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik


dan pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e. Melakukan life review.

f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama


keluarga pada tahap ini.

D. Peran dan Fungsi Perawat


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi
pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa

14
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta
tugas tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat
dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat
dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:
1. Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga
2. Nasehat untuk hidup mandiri
3. Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

E. Masalah Kesehatan
1. Masalah Fisiologis
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan
utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan
mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah
atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap
penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia
keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada
usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas
juga meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa
sehat lain, banyak klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan
Jensen, 1993)

a. Faktor Risiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari
komunitas, gaya hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini
mempunyai kategori sebagai berikut ;

15
1) Kematian dan Cedera karena kekerasan
Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan
morbilitas pada populasi dewasa awal. Kematian dan cedera dapat
terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan bermotor atau
kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.
Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang
mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu :
a) Kemiskinan
b) keretakan keluarga
c) penganiayaan
d) pengabaian anak
Penting sekali bila seseorang perawat melakukan
pengkajian psikososial secara keseluruhan termasuk faktor seperti :
pola perilaku, riwayat penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat,
pendidikan, riwayat pekerjaan dan system pendukung sosial untuk
mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan personal dan
lingkungan.

2) Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak
langsung berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa
awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera
berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan
pada obat stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan
system kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas
sehingga menyebabkan kematian.
Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya
pada tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh
dengan membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis
di masa lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah

16
labilitas emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat
intoksikasi, penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang
melanggar peraturan untuk memeriksa kemungkinan
penyalahgunaan obat secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods,
1992).

3) Kehamilan yang tidak diinginkan


Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum
terjadi pada masa remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada
wanita dewasa awal dan tengah ( Alan Guttmacher Institute).
Kehamilan yang tidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik
dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa. Kehamilan
yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan.
Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan pendidikan,
karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya. Gangguan
pada tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa depan
dan hubungan orang tua-anak nantinya.

4) Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore,
herpes genital dan AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai
efek yang cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan
infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan
penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau
bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi
pada orang yang aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua
pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-24 tahun
(Killion,1994).
5) Faktor Lingkungan dan Pekerjaan
Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu :
paparan terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit

17
paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis berasal dari
inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena kanker
disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati,
otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan
terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin
pengkajian perawat.

b. Gaya hidup
Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan
higiene personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa
depan. Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal,
endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran
perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor
yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.
Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan
vaskular yang diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang
menghisap asap rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko
kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada
tembakau adalah vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah
meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner.
Nikotin juga menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan
memicu masalah vaskular.
Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif
tubuh. Pola latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang
dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15
sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal
dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain
itu latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia,
ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian
muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus

18
otot, dan pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap
stres dalam menentukan efek-efek latihan.
Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada
dewasa awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan
makan dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah
menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk
meningkatkan risiko penyakit periodontal.
Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal
pada risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau
dewasa akhir. Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari
ayahnya yang mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia
50-an mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya
penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi
anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit
keluarga jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan
untuk pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko
penyakit berat karena kegagalan deteksi dini.

c. Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada
pria, wanita atau pasangan.

BAB III

19
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus
mempertimbangkan perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga
membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan baik psikologi dan
biologis.
1. Perkembangan Fisiologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20
tahun. Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui.
Perubahan fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada
wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas.
Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak
sesering kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala
fisik dan sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan.
Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan
pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai
penyakit.
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat
mengambil manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya
hidup dapat membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang
meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit
kronik lainnya.
Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian
kepuasan hidup secara umum, yaitu:
a. Hobi dan Minat
b. Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan
penggunaan kafein, alcohol dan obat terlarang
c. Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi
kesehatan dan hewan peliharaan

20
d. Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap
fisik dan mental.

2. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa
dewasa awal dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal,
pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan secara
dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah dan
keterampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas
utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan
pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan
pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas
dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber
dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau
pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi
pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan
yang terbatas.

3. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan
kemampuan individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan
social. Dewasa awal kadang terjebak antara keinginan untuk
memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan memikul
tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif
dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa memperbaiki
perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang
dewasa mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan
penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang
besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam
kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini

21
mengakibatkan “krisi usia baya” ketika pasangan dalam pernikahan, gaya
hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian
pada pengejaran pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba
untuk membuktikan status sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi
didapat melalui pilihan karier. Akan tetapi adanya kecenderungan saat ini
terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan posisi yang tinggi lebih
sedikit. Kemudian banyak dewasa awal menghadapi peningkatkann stress
karena persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk mencapai dan
mempertahankan status kelas-menengah. Konseling karier dan kepribadian
dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan menentukan
tujuan yang realistik.
Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan
psikologis dalam kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan
tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus
membuat keputusan mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang tua.
Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan faktor
individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup dalam
aspek pengembangan psikososial dewasa awal.

4. Stres Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu.
Kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres
situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki
tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi
tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis
saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang memicu
peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit
dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang
tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu
menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap

22
klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi
pekerjaan yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda.
Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja,
perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan
iritabilitas dan kegugupan.

5. Stres Keluarga
Stresor keluarga dapat terjadi setiap waktu dalam kehidupan
keluarga. Kehidupan keluarga ada puncaknya, karena setiap orang dalam
keluarga bekerja sama, dan sampai pada lembahnya, ketika setiap orang
dalam keluarga memisahkan diri. Stresor situasi terjadi pada peristiwa
seperti pertengkaran, kematian, penyakit, perkawinan dan kehilangan
pekerjaan. Ketika seorang klien mencari perawatan kesehatan dan
menunjukkan gejala terkait-stesor, perawat harus mengkaji terjadinya
peristiwa perubahan kehidupan.
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang
dapat diprediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan
keluarga berfungsi dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah
satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga,
salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua
berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau
adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga.
Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi.
Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem
pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota
keluarga.

B. Diagnosa dan Intervensi


Daftar masalah yang dapat digunakan sebagai berikut :
Masalah yang sering muncul :
Gangguan proses keluarga

23
1. Gangguan penampilan
2. Gangguan proses berpikir
3. Gangguan pemeliharaan kesehatan
4. Gangguan peyalahgunaan zat
5. Gangguan pola seksual
6. Konflik peran keluarga
7. Konflik pengambilan keputusan
8. Ketidakefektifan koping keluarga
9. Hambatan interaksi social
10. Ketidakberdayaan
11. Defisit pengetahuan
12. Defisit perawatan diri
13. Perubahan kebutuhan nutrisi

Masalah risiko :
1. Risiko perubahan peran orang tua
2. Risiko penularan infeksi
3. Risiko kesepian
4. Risiko cedera

1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan


sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah,
pilihan karier
Analisa data :
Data mayor :
a. pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima
bantuan
b. penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
c. ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan

24
Data minor :
a. rasa khawatir, ansietas
b. melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
c. ketidaefektifan partisipasi social
d. ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
e. perubahan pola komunikasi yang biasa

Intervensi
a. kaji status koping individu saat ini
b. berikan dukungan jika individu berbicara
c. dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
d. bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang
konstruktif
e. bicarakan alternative yang mungin timbul ( misalnya membicarakan
dengan orang terdekat )
f. berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan
stress ( misalnya jogging, yoga )

2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota


keluarga (misalnya pernikahan )
Analisa data :
Data mayor :
a. tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota
keluarga

Data minor :
a. tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua
anggota keluarga
b. tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka

25
Intervensi :
a. bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut
b. dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah,
menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya
dalam anggota keluarga
c. bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk
mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
d. bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang pencegahan penyakit
Analisa data :
Data mayor
a. melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat
(misalnya penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang
berlebihan, diet tinggi lemak )

Data minor :
a. melaporkan atau memperlihatkan

Intervensi :
a. kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
b. ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
c. tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi
penyakit
d. kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi
asuhan, keuangan, peralatan)

26
4. konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam
system pendukung
Analisa Data :
Data mayor :
a. mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi
alternative tindakan yang diinginkan
b. kebimbangan tentang alternative pilihan menunda pengambilan
keputusan

Data minor
a. mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan
b. berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan
(peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat
keputusan menjadi focus perhatian
c. mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan
suatu pengambilan keputusan

Intervensi :
a. jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling
pengertian dan perhatian
b. fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
c. beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan
proses pengambilan keputusan
d. dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya
ditangannya dan menjadi haknya untuk melakukan itu
e. libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang
waktu. Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber
masing-masing termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat
meningkat ke tahap berikutnya dengan sukses. Dengan asuhan keperawatan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan telah membantu keluarga dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan lancar sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai dewasa) sehingga
dapat menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga.

28
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC :


Jakarta
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep,
proses, dan praktik Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa,
Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester.
Jakarta : EGC.
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan II: konsep,
proses, dan praktik Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa,
Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2000. Keperawatan Medikal
Bedah, EGC : Jakarta
Suprayitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik.
EGC : Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai