Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu
hal yang berkaiatan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan
keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut
profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek
pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita
tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacar, dan semacamnya, tetapi meluas sampai
mencakup pula bidang seperti manager, wartawan, pelukus, penyanyi, artis,
sekretaris dan sebagainya. Seseorang yang memakai suatu profesi tertentu,
disebut professional. Walaupun begitu, istilah professional juga digunakan untuk
suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Menjadi
professional dalam suatu profesi adalah tuntutan yang akhirnya mampu
meningkatkan kualitas keprofesian yang kita miliki. .

1.2 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian dari profesionalisme
b) Untuk mengetahui kriteria pekerj
c) Mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar profesionalisme

1.3 Manfaat penulisan


Dari penulisan makalah ini dapat memotivasi bagi para pembaca untuk
lebih dapat meningkatkan profesionalisme dibidang kerja nya masing-
masing sehingga dapat menciptakan suatu kondisi pekeraan yang lebih
efisien dalam pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekejaan adalah profesi.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya. Daftar karakteristik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi :
 Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis : professional
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bias
diterapkan dalam praktek.
 Asosiasi professional : profesi biasanya memiliki badan yang
diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut
biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
 Pendidikan yang ekstensif : profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
 Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya
ada persyaratan istitusional dimana calon professional mendapatkan
pengalaman melalui pengembangan professional juga dipersyaratkan.
 Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses seritfikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bias dianggap bias
dipercaya.
 Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
 Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan
 Mengatur diri : Organisasi profesi harus bias mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Professional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang
berkualifikasi paling tinggi.
 Layanan public dan alturisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
public, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
 Status dan imbalan tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestisi, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bias dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.

CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-
tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu
ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Dengan
melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku
yang berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang
sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola
perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya
semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu estándar
profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas
masyarakat yang semakin baik.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal
yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan
dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi
dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuaruan, juga
belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis
yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan
penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istiah profesi untuk
bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan
semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula dibidang seperti
manager, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya.
Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGIE, timbul kebingungan
mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi
dan profeional. Kebingungan itu timbul karena banyak orang yang
professional tidak atau belum termasuk dalam pengertian profesi. Berikut
pengertian profesi dan professional menurut DE GEORGE : Profesi adalah
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESIONAL,
adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.
Atau seorang profesional adalah seorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlain tertentu atau dengan terlibat dalam suatu
kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan
hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk
mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan / Profesi” dan
“Profesional” terdapat beberapa perbedaan.
B. Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai


makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari
seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa
setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai
keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Menurut Supriadi,
penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan
seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai
suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.
Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik
profesinya.

Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa


Indonesia, karangan J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme
adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional
sendiri berarti (1) bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan
keterampilan karena pendidikan dan latihan, (3) beroleh bayaran karena
keahliannya itu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme memiliki dua kriteria pokok, yaitu keahlian dan
pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki
profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu
keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan
pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Hal itu berlaku pula
untuk profesionalisme guru
Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai
makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan
profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan
seseorang yang professional (Longman, 1987).

Konsep profesionalisme, seperti dalam penelitian yang


dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan peneltiti
untuk melihat bagaimana para profesional memandang profesinya, yang
tercermin dari sikap dan perilaku mereka.

Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa


ia memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu :
1) Afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan
profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau
kelompok-kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui
ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.
2) Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu
pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka
yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi)
yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian
secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang
memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja
tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan
melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi
khusus.
3) Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak
mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
4) Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional
dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan
sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani
dan setelah itu baru materi.
5)Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang
pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat
maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan


untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi
tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang mengaccu pada sikap
seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur
tersebut secara sempurna.

Profesional adalah :

 Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilan


 Meluangkan seluruh waktunya unuk pekerjaan atau kegiatan itu.
 Hidup dari situ
 Bangga akan pekerjaannya.
Profesional itu adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok dalam
dirinya,Skill,Knowledge,dan Attitude!
 Skill disini berarti adalah seseorang itu benar-benar ahli di bidangnya.
 Knowledge, tak hanya ahli di bidangnya..tapi ia juga menguasai, minimal
tahu dan berwawasan tentang ilmu2 lain yang berhubungan dengan
bidangnya.
 Dan yang terakhir Attitude, bukan hanya pintar dan cerdas…tapi dia juga
punya etika yang diterapkan dalam bidangnya.

Berikut ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang bisa
dianggap sebagi orang yang Profesional.
1. Ahli di bidangnya (mampu menghasilkan karya dan kerja yang baik)
2. Selalu Up-to-date (terkait dengan bidangnya, pengetahuan selalu
terbarukan)
3. Bisa dilakukan dengan Meng-aktualisasi diri
4. Sosialisasi (berkumpul dengan komunitas di bidang terkait)

Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin
jadi seorang profesional.
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang layak disebut profesional apabila ia tahu betul apa yang harus ia
kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan
dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang profesional tidak
hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu
mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran
yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk
menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga
hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi
persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.

Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan
liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma
setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia
kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan
dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi
trouble maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.

2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam
melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia
kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu
prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi
merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja
sungguh-sungguh.

Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan


untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi
pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan
dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan
adanya loyalitas seorang profesional akan selalu berpikir proaktif, yaitu
selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak
terjadi.

3. Mempunyai integritas
Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi
prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang
tingi, seorang profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang
baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang
professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi
mental seorang profesional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas
hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional,
tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator ?

Integritas yang dipunyai oleh seorang profesional akan membawa kepada


penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani
harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena
tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya
akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap
saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang profesional diuji, yaitu sejauh
mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang
tidak menentu.
4. Mampu bekerja keras
Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan
dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, seorang profesional tidak dapat begitu saja mengandalkan
kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap
membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di
sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan
berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya
ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan
pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau


menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan
bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa
pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam
diri seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap
orang yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun
lingkungan yang lebih luas.

Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila
ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status
lebih rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang
yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan
pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai
apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama
dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan
masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki
dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan
perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional
akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang
dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah
mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.

Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan "macan


ompong", dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak
mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak
mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas,
seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang
ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.

Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal,


sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia
capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa
mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan
Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya.
Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai
penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena
dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap
profesinya.

Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap


apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa
bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang
profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa
memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.

7. Mempunyai komitmen
Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga
profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah
tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi.
Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh
nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.

Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang


profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan.
Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan
harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak
hilang.

Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan


konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa
adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya
sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-
perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi
Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus
bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu
memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang
maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang profesional harus mampu menjadi
motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya
sendiri, seorang profesional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang
disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan
di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya
sendiri.
Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh
dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak
mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan
dengan optimis. Motivasi membantu seorang profesional mempunyai
harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak
ada ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.

Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme :


1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect
result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang
hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak
mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan
oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan
hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan,
sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.
6.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok


untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian
yang tinggi. Atau seorang profesional adalah kegiatan seseorang yang hidup
dengan mempraktekkan suatau keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian tertentu atau dengan terliabat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau
mengisi waktu luang.
Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi,
karena hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa menjadi profesional
dalam menjalankan profesi yang dimiliki.
Daftar Pustaka

 Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh


Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja, Tesis, Undip, 2001.
 http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/02/kriteria-profesional.html
 http://rizal.blog.undip.ac.id/files/2009/07/dipakai_siskom_etika-profesi.pdf
 Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah, (Yogyakarta:
Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP], 2003), hal 37.

Anda mungkin juga menyukai