PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Ethos yang berarti
“karakter”. Nama lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata mores yang berarti “kebiasaan”. Moralitas berfokus pada perilaku
manusia yang “benar” dan “salah” (HaryonoYusuf,2001). Etika adalah merupakan
seperangkat aturan/ norma/ pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok/
segolongan manusia masyarakat/ profesi. DiIndonesia etika diterjemahkan
menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su
berarti baik, benar, dan bagus (Jaka Winarna, 2004).
Yang diungkapkan Warddkk (1993) dalam Unti Ludigdo (1999)
mengungkapkan bahwa etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang
komplek tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu.
Dimana proses itu sendiri meliputi penyeimbangan pertimbangan sisi dalam
(inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan
pembelajaran masing-masing individu.
Chua dkk (1994) dalam Unti Ludigdo (1999) mengungkapkan bahwa etika
profesional juga berkaitan dengan perilaku moral. Dalam hal ini perilaku moral
lebih terbatas pada pengertian yang meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan
untuk profesi tertentu.
Kata etika memiliki beberapa makna, Webster’s Collegiate Dictionary yang
dikutip oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethicsmemberi empat makna
dasar dari kata etika, yaitu:
1. Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral
serta kewajiban.
2. Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai
3. Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral
4. Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau kelompok
2.1.2 Pengertian Profesi Akuntansi
Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,
1. Pra Revolusi Industri
2. Masa Revolusi Industri tahun 1900
3. Tahun 1900 – 1930
4. Tahun 1930 – sekarang
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan
bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut
yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh
setiap profesi. Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa etika profesional juga
berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika
yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus
memiliki kode etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur
tentang etika professional (Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam
etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa
akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di dalam kode etik terdapat muatan-
muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan masyarakat yang
menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik ini
yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan
dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum
profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut
dari perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional
(Keraf, 1998).
Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan
antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara
profesi dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor,
bekerja di lingkungan usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan
dunia pendidikan.Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000).
Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus
dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode
perilaku IAI, berkaitan dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh
seorang akuntan. Jenis Profesi yang ada antara lain :
1. Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang
menyediakan jasa audit yang bersifat independen. Yaitu memberikan jasa
untuk memeriksa, menganalisis, kemudian memberikan pendapat / asersi
atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
2. Akuntan Manajemen
Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa
bertugas atau bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen
bertugas untuk membuat laporan keuangan di perusahaan
3. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas
atau bekerja di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuh
Universitas, atau lembaga pendidikan lainnya. Akuntan manajemen bertugas
memberikan pengajaran tentang akuntansi pada pihak – pihak yang
membutuhkan.
4. Akuntan Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas
audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen
perusahaan tempat dimana ia bekerja.
5. Konsultan SIA / SIM
Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar
pekerjaan utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan sistem informasi dalam sebuah perusahaan.
Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus mampu menguasai sistem
teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi yang menjadi
makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang disediakan oleh Konsultan
SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang menggunakan jasanya ini.
6. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan
yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang
bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan
pemerintah adalah akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan
Pembagian (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan instansi
pajak.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi,
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan
bagisetiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi
tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati
oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa etika
profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada
kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu. Setiap profesi yang
memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode
etik yangmerupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang
perilaku profesional(Agoes, 1996). Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada
karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan
keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.
Para pelaku bisnis ini diharapkan memiliki integritas dan kompetensi yang
tinggi (Abdullah dan Halim, 2002). Pihak- pihak yang berkepentingan
terhadap etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi
dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).
2. Prinsip keadilan
3. Prinsip otonomi
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interprestasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interprestasi baru untuk menggantikannya. Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti
juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama
sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adannya pemaksaan oleh sesama
anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme
pemerosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan,
terhadap anggota yang tidak mentaatinya.
Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan
oleh badan pemerintah yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporan
untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2.3.1 IFAC
Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International
Federations of Accountants(IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan
merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi
dari sumber IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik
SAP dan IFAC.
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan
Indonesia untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional
seperti yang disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan
secara global profesi akuntan dengan standard harmonis sehingga memberikan
pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang
kurang tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional
harus memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi,
kecuali dilarang oleh hukum atau perundang-undangan
1. Integritas
Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua
hubungan bisnis dan profesionalnya.
2. Obyektivitas
Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain
sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
3. Kompetensi Profesional dan kehati-hatian
Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan profesional
mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan
profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk
menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang
kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan
teknik terkini.
4. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta
tidak boleh mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa
izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau
terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya.
5. Perilaku Profesional
Perilaku Profesional. Seorang akuntan profesional harus patuh pada
hukum dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
2.3.2 AICPA
Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian; bagian pertama berisi prinsip-
prinsip Etika dan pada bagian kedua berisi Aturan Etika
1. Tanggung Jawab
Anggota hendaknya berperilaku profesional dan bermoral dalam tindakan
profesinya.
2. Kepentingan Publik
2.3.3. IAI
b. Kepentingan Publik
Dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan
pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota
mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang
diberikan publik kepadanya, anggota harus menunjukkan dedikasi untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
c. Integritas
d. Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota dalam praktek
publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen.
Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan,
melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan
manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik
dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan
kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara
obyektivitas.
f. Kerahasiaan
g. Perilaku Profesional
h. Standar Teknis
1. Aturan
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
- Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
- Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang
akuntansi.
- Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
- Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh
akuntan.
2. Interpretasi
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
a) Prinsip Etika,
b) Aturan Etika, dan
c) Interpretasi Aturan Etika.
Beikut ini empat peran akuntan profesional dalam bisnis adalah sebagai
berikut:
Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah:
Apa yang dilakukan petinggi KPMG? Para wajib pajak dengan pendapatan besar
atau dengan capital gain besar dapat menurunkan kewajiban pajaknya dengan
biaya 5 s.d. 7% dari jumlah kewajiban pajak yang akan dihindari. Komisioner IRS
Mark Everson mengatakan “Profesional pajak seharusnya membantu orang
membayar kewajiban pajak dengan benar, tidak lebih dan tidak kurang”.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agoes, Sukrisno. I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Salemba Empat: Jakarta.
Boda, Zsolt and Zsolnai, Laszlo. 2016. The Failure of Business Ethics. Society and
Business Review Journal Vol. 11 No. 1, Hal. 93-104.
Brooks, Leonard J. Dunn, Paul. 2014. Etika Bisnis & Profesi (untuk Direktur,
Eksekutif, dan Akuntan). Salemba Empat: Jakarta.