Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika profesi sebagai sesuatu yang penting, karena merupakan aturan-


aturan khusus yang harus ditaati untuk menjalankan suatu profesi. Etika profesi
merupakan tolak ukur kepercayaan terhadap suatu profesi (Jusup, Al Haryono,
2001: 90). Berkembangnya profesi akuntan telah mendapat banyak pengakuan
dari berbagai kalangan seperti dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas.
Hal ini disebabkan karena makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya jasa akuntan. Namun, belakangan ini etika profesi akuntan
menjadi diskusi berkepanjangan di tengah-tengah masyarakat. Lebih
lanjut dikatakan bahwa adanya akuntan yang bertindak menyimpang dari
peraturan yang ada dan tidak berperilaku etis yaitu melakukan pemalsuan catatan
keuangan, penggelapan, penipuan, distress bank, dan lain-lain.

Seperti kasus pelanggaran etika profesi akuntan yang terjadi akhir-akhir


yaitu kasus Garuda Indonesia, April 2019 yang dikutip dalam www.kompas.com
“Laporan keuangan Garuda Indonesia menjadi polemik setelah komisaris
perusahaan yaitu Chairul Tanjung dan Dony Oskaria melihat adanya keganjilan
dalam pencatatan akuntan pada laporan kinerja keuangan Garuda Indonesia pada
tahun 2018. Menurut mereka, perusahaan ini seharusnya mencatatkan kerugian
tahun berjalan sebesar US$ 244,95 juta. Namun, dari laporan keuangan tersebut
malah tercatat memiliki laba tahun berjalan mencapai US$ 5,01 juta. Dengan
keganjilan itu, maka keduanya menolak menandatangani laporan keuangan
tersebut. Kementerian Keuangan menemukan adanya pelanggaran dalam
laporan keuangan tahun buku 2018. Temuan itu diketahui setelah Kemenkeu
memeriksa KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional) selaku pengaudit laporan keuangan Garuda Indonesia. Terdapat
pelanggaran yang dilakukan oleh audit dari KAP yang berpengaruh terhadap opini
laporan auditor independen, KAP tersebut belum melakukan pengendalian mutu
terhadap laporan keuangan Garuda Indonesia.
Selain itu kasus pelanggaran etika profesi akuntan lainnya adalah PT
Sunprima Nusantara Pembiayaan .Pihak SNP Finance tidak menyampaikan
laporan keuangan dengan benar alias fiktif, perusahaan pemeringkat dan auditor
tidak mengeluarkan peringatan atau warning sebelum gagal bayar terjadi. Dan
OJK menjatuhkan sanksi administratif kepada dua akuntan publik (AP) dan satu
kantor akuntan publik (KAP). Pangkal soalnya, AP Marlinna dan AP Merliyana
Syamsul serta KAP Satrio, Bing, Eny (SBE) dan Rekan yang merupakan salah
satu entitas Deloitte dinilai tidak memberikan opini yang sesuai dengan kondisi
sebenarnya dalam laporan keuangan tahunan audit milik PT Sunprima Nusantara
Pembiayaan (SNP Finance). Kedua AP dan satu KAP itu memberikan opini ‘Wajar
Tanpa Pengecualian’ dalam hasil audit terhadap laporan keuangan tahunan SNP
Finance. Padahal, hasil pemeriksaan OJK mengindikasikan SNP Finance
menyajikan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang
sebenarnya secara signifikan. Sehingga, menyebabkan kerugian banyak pihak
termasuk perbankan. Kasus SNP ini jelas melibatkan profesi akuntan, baik dari
manjeman dan auditor.

Dari beberapa contoh kasus tersebut, jelas menunjukkan pelanggaran


akuntan terhadap etika profesinya telah melanggar kode etik akuntan karena
akuntan telah memiliki seperangkat kode etik tersendiri yang disebut sebagai
aturan tingkah laku moral bagi akuntan dalam masyarakat. Profesi ini berperan
sebagai penjaga kualitas pelaporan keuangan yang digunakan oleh publik atau
stakeholders sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan ini mengalami tekanan maka
pengaruh signifikan dari keterlibatan etika dalam organisasi sangat diperlukan.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah
penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para
pelaku bisnis. Para pelaku bisnis ini diharapkan mempunyai integritas dan
kompetensi yang tinggi (Abdullah dan Halim, 2002). Secara umum, isu-isu etika
dalam akuntansi berkisar pada prinsip-prinsip objektivitas, independensi,
kerahasiaan, integritas, perilaku khusus, kompetensi dan hati-hati.

Pemangku kepentingan seperti pemerintah, lembaga keuangan,


pemegang saham, kreditur, pemegang saham potensial, karyawan, masyarakat
tuan rumah, pesaing dan berbagai pengguna lain dari laporan keuangan sangat
bergantung pada keandalan, kejujuran dan integritas dari laporan keuangan yang
dihasilkan secara teratur oleh organisasi. Oleh karena itu para pemangku
kepentingan mengharapkan akuntan yang menyiapkan laporan keuangan untuk
mengamati standar etis tinggi karena mereka bergantung pada laporan keuangan
untuk membuat pilihan informasi dan keputusan investasi.

Dengan Menanamkan praktek etika dalam akuntansi akan menghilangkan


praktek-praktek negatif dan skandal akuntansi (Ofurum & Ogbonna, 2014). Etika
dalam akuntansi terutama berlaku sebagai etika terapan, dan karena itu
didefinisikan sebagai prinsip-prinsip moral dan penilaian yang diterapkan dalam
akuntansi. praktek etika menyenangkan memiliki kapasitas untuk meningkatkan
standar dan nilai-nilai profesional dan sosial, sehingga menghasilkan ke sosial,
kesetaraan, perdamaian dan keadilan.

Beberapa penelitian tentang etika profesi akuntansi telah dilakukan, hasil


penelitan Cletus (2014) di Nigeria menunjukkan bahwa ada tingkat yang rendah
dalam implementasi etika akuntansi oleh akuntan profesional di Nigeria. Penelitian
ini mengungkapkan beberapa alasannya meliputi keserakahan dan kepentingan,
tekanan dari pengusaha / klien, nilai perilaku etis, nilai-nilai sosial yang buruk,
kurangnya informasi yang lengkap, kurangnya perilaku etis yang jelas, kurangnya
kompetensi di lingkungan, efek dari perubahan budaya, kegiatan perlindungan diri
sendiri, dan penipuan diri serta rasionalisasi. Yang paling umum dari faktor-faktor
ini adalah keserakahan dan kepentingan pribadi akuntan sedangkan faktor lainnya
adalah kurangnya perilaku etis yang jelas.

Selain itu, menurut studi yang dilakukan Azona (2019) di Sudan


menyimpulkan bahwa kompetensi akuntan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan di bank-bank komersial di Sudan Selatan.
Kompetensi akuntan dianggap tinggi dalam hal pengetahuan profesional mereka,
bersikap proaktif dan memberikan bimbingan profesional dalam hal-hal mengenai
pelaporan keuangan dan sedang dipertimbangkan sebagai profesional oleh
karyawan lain di bank. Independensi akuntan juga memiliki efek positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Akuntan di bank-bank komersial
berpartisipasi dalam proses kontrol dan pembangunan di bank, disediakan akses
ke data dan sumber daya manusia, dan dilaporkan ke tingkat tertinggi dalam bank.
Pendapat yang diungkapkan dalam laporan keuangan oleh akuntan berisi obyektif
sehingga menunjukkan tingkat kemandirian yang tinggi. Objektivitas akuntan
memiliki efek positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, bahwa
laporan atau opini yang diberikan oleh akuntan di bank diverifikasi dan dapat
dikonfirmasi. Integritas akuntan memiliki efek positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Khususnya, akuntan di bank-bank komersial yang
handal, janji mereka dan memiliki prinsip-prinsip moral yang kuat. Demikian pula,
tingkat tinggi akuntabilitas mereka yang memungkinkan mereka menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas tinggi.

Federasi Internasional Akuntan-IFAC (2006) mengidentifikasi prinsip-


prinsip etika profesi akuntansi berikut : integritas, objektivitas, kompetensi
profesional dan kehati-hatian, kerahasiaan, kemandirian profesional, kesetiaan
perilaku profesional, standar teknis dan kepentingan umum. Pedoman lainnya
termasuk pedoman biaya profesional, menyelesaikan konflik kepentingan,
keterlibatan profesional, akuntansi dan perpajakan layanan, tanggung jawab
kepada anggota lain dan non-anggota dan lain-lain. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Selain itu, masyarakat
pun berharap bahwa para akuntan mematuhi standar dan tata nilai yang berlaku
dilingkungan profesi akuntan, sehingga masyarakat dapat mengandalkan
kepercayaannya terhadap pekerjaan yang diberikan. Dengan demikian unsur
kepercayaan memegang peranan yang sangat penting dalam hubungan antara
akuntan dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan latar belakang diatas kami menyajikan pembahasan tentang


Etika Profesi Akuntansi.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Etika Profesi Akuntansi

2.1.1 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Ethos yang berarti
“karakter”. Nama lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata mores yang berarti “kebiasaan”. Moralitas berfokus pada perilaku
manusia yang “benar” dan “salah” (HaryonoYusuf,2001). Etika adalah merupakan
seperangkat aturan/ norma/ pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok/
segolongan manusia masyarakat/ profesi. DiIndonesia etika diterjemahkan
menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su
berarti baik, benar, dan bagus (Jaka Winarna, 2004).
Yang diungkapkan Warddkk (1993) dalam Unti Ludigdo (1999)
mengungkapkan bahwa etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang
komplek tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu.
Dimana proses itu sendiri meliputi penyeimbangan pertimbangan sisi dalam
(inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan
pembelajaran masing-masing individu.
Chua dkk (1994) dalam Unti Ludigdo (1999) mengungkapkan bahwa etika
profesional juga berkaitan dengan perilaku moral. Dalam hal ini perilaku moral
lebih terbatas pada pengertian yang meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan
untuk profesi tertentu.
Kata etika memiliki beberapa makna, Webster’s Collegiate Dictionary yang
dikutip oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethicsmemberi empat makna
dasar dari kata etika, yaitu:
1. Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral
serta kewajiban.
2. Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai
3. Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral
4. Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau kelompok
2.1.2 Pengertian Profesi Akuntansi

Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan


keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik,
akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang,
akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.

Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang


dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari
pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen. Profesi akuntansi
merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi maupun non atestasi
kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada.

Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,
1. Pra Revolusi Industri
2. Masa Revolusi Industri tahun 1900
3. Tahun 1900 – 1930
4. Tahun 1930 – sekarang
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan
bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut
yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh
setiap profesi. Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa etika profesional juga
berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika
yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus
memiliki kode etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur
tentang etika professional (Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam
etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa
akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di dalam kode etik terdapat muatan-
muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan masyarakat yang
menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik ini
yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan
dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum
profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut
dari perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional
(Keraf, 1998).
Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan
antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara
profesi dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor,
bekerja di lingkungan usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan
dunia pendidikan.Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000).
Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus
dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode
perilaku IAI, berkaitan dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh
seorang akuntan. Jenis Profesi yang ada antara lain :
1. Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang
menyediakan jasa audit yang bersifat independen. Yaitu memberikan jasa
untuk memeriksa, menganalisis, kemudian memberikan pendapat / asersi
atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
2. Akuntan Manajemen
Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa
bertugas atau bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen
bertugas untuk membuat laporan keuangan di perusahaan
3. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas
atau bekerja di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuh
Universitas, atau lembaga pendidikan lainnya. Akuntan manajemen bertugas
memberikan pengajaran tentang akuntansi pada pihak – pihak yang
membutuhkan.
4. Akuntan Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas
audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen
perusahaan tempat dimana ia bekerja.
5. Konsultan SIA / SIM
Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar
pekerjaan utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan sistem informasi dalam sebuah perusahaan.
Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus mampu menguasai sistem
teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi yang menjadi
makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang disediakan oleh Konsultan
SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang menggunakan jasanya ini.
6. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan
yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang
bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan
pemerintah adalah akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan
Pembagian (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan instansi
pajak.

2.1.3 Pengertian Etika Profesi Akuntansi

Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku


perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi,
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan
bagisetiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi
tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati
oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa etika
profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada
kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu. Setiap profesi yang
memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode
etik yangmerupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang
perilaku profesional(Agoes, 1996). Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada
karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan
keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.

Para pelaku bisnis ini diharapkan memiliki integritas dan kompetensi yang
tinggi (Abdullah dan Halim, 2002). Pihak- pihak yang berkepentingan
terhadap etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi
dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakannya


dengan profesi lain yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya
(Boynton dan Kell, 1996). Kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang
berlaku untuk suatu profesi, terdapat empat prinsip di dalam etika profesi (Keraf,
1998) yaitu :

1. Prinsip tanggung jawab

2. Prinsip keadilan

3. Prinsip otonomi

4. Prinsip integritas moral

Dalam dunia lembaga akuntansi, seorang akuntan profesional harus memiliki


Etika Profesi Akuntansi. Tujuan dari kode etik profesi akuntansi ini diantaranya
adalah:
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
 Untuk meningkatkan mutu profesi.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
 Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standar
2.2 Kode Etik Akuntan

Kode Etik Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan


bagi seluruh anggota yang bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan
tanggungjawab profesionalnya. Tujuan profesi akuntan adalah memenuhi
tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat
kinerja tertinggi, dengan orientasi pada kepentingan publik.

Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

1) Profesionalisme. Diperlakukan individu yang dengan jelas


dapatidentifikasikan oleh pemakai jasa teknisi akuntansi sebagai
professional di bidang akuntansi.
2) Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari teknisi akuntansiikan pada standar kinerja tertinggi.
3) Kepercayaan. Pemakai jasa teknisi akuntansi harus dapat merasa yakin
bahwaterdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian
jasa oleh teknisi akuntansi.

Kode Etik Teknisi Akuntansi terdiri dari tiga bagian:

1) Prinsip Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan


Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberi jasa pofesional oleh anggota.
Prinsip Etika disahkan dan berlaku bagi seluruh anggota.
2) Aturan Etika. Aturan Etika disahkan dan hanya mengikat anggota
Himpunan yang bersangkutan.
3) Interpretasi Aturan Etika. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam menerapkan Aturan
Etiks, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interprestasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interprestasi baru untuk menggantikannya. Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti
juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama
sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adannya pemaksaan oleh sesama
anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme
pemerosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan,
terhadap anggota yang tidak mentaatinya.

Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan
oleh badan pemerintah yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporan
untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2.3 Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi

2.3.1 IFAC

Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International
Federations of Accountants(IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan
merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi
dari sumber IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik
SAP dan IFAC.

Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan
Indonesia untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional
seperti yang disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan
secara global profesi akuntan dengan standard harmonis sehingga memberikan
pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik.

Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang
kurang tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional
harus memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi,
kecuali dilarang oleh hukum atau perundang-undangan

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC :

1. Integritas
Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua
hubungan bisnis dan profesionalnya.
2. Obyektivitas
Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain
sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
3. Kompetensi Profesional dan kehati-hatian
Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan profesional
mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan
profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk
menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang
kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan
teknik terkini.
4. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta
tidak boleh mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa
izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau
terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya.
5. Perilaku Profesional
Perilaku Profesional. Seorang akuntan profesional harus patuh pada
hukum dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

2.3.2 AICPA

Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian; bagian pertama berisi prinsip-
prinsip Etika dan pada bagian kedua berisi Aturan Etika

Prinsip-prinsip perilaku profesional dibagi menjadi 6:

1. Tanggung Jawab
Anggota hendaknya berperilaku profesional dan bermoral dalam tindakan
profesinya.
2. Kepentingan Publik

Anggota berkewajiban untuk bertindak dalam lingkungan publik seperti


melayani, menghormati, dan menunjukan komitmennya pada tingkat
profesional.
3. Integritas

Anggota hendaknya memiliki jiwa integritas yang tinggi sehingga dapat


memperluas dan meyakinkan keyakinan publik.

4. Objektivitas dan Indepedensi

Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik


penugasan dalam pelaksanaan tanggung jawab profesional.

5. Kecermatan dan Keseksamaan

Anggota hendaknya mengamati standar teknis dan standar etik profesi.

6. Lingkup dan sifat jasa

Anggota dalam praktik publik harus mengamati Prinsip prinsip Perilaku


Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.

2.3.3. IAI

Etika professional bagi praktik akuntan diIndonesia disebut dengan istilah


kode Etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai organisasi
profesi akuntan. Prinsip etika profesi akuntansi yang tercantum dalam kode etik
akuntan Indonesia terdiri dari :

a. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap


anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.

b. Kepentingan Publik

Dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan
pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota
mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang
diberikan publik kepadanya, anggota harus menunjukkan dedikasi untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

c. Integritas

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan


berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan
dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

d. Obyektivitas

Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota dalam praktek
publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen.
Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan,
melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan
manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik
dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan
kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara
obyektivitas.

e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-


hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi menunjukkan
terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan
pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi
kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai
apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk
bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

f. Kerahasiaan

Setiap Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan


informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional
yang diberikannya, anggota bisa saja mengungkapkan kerahasiaan bila ada hak
atau kewajiban professional atau hukum yang mengungkapkannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau
pemberi jasa berakhir.

g. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi


yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

h. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan


standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya
dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus
ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan
perundang-undangan yang relevan.
2.4 Aturan Dan Interpretasi Etika Dalam Kode Etik Akuntan
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh
Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari
anggota, dan pihak – pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai
sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.

1. Aturan
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
- Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
- Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang
akuntansi.
- Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
- Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh
akuntan.
2. Interpretasi
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
a) Prinsip Etika,
b) Aturan Etika, dan
c) Interpretasi Aturan Etika.

2.5 Fungsi dari etika profesi Akuntansi adalah sebagai berikut :


1. Sebagai sarana dalam memperoleh orientasi kritis yang berhadapan
dengan berbagai moralitas yang membingungkan.
2. Etika profesi akuntansi yang ingin menampilkan berbagai ketrampilan
intelektual yaitu ketrampilan dalam berargumentasi secara rasional dan
kritis.
3. Orientasi secara etis ini sangat diperlukan dalam mengabil sikap yang
wajar dalam menghadapi suasana dan situasi pluralisme.

2.6 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelanggaran etika profesi


Akuntansi adalah sebagai berikut :
• Kebutuhan dari setiap individu.
• Sama sekali tidak memiliki Pedoman.
• Perilaku dan kebiasaan dari para individu yang terakumulasi dan sam
sekali tidak dikoreksi.
• Lingkungan yang tidak mendukung dan tidak etis.
• Perilaku dari komunitas.

Sanksi Pelanggaran dari etika profesi Akuntansi :


1. Sanksi Sosial : adalah sanksi dengan skala yang relatif kecil, dapat
dipahami sebagai kesalahan yang tentu saja dapat “dimaafkan”.
2. Sanksi Hukum adalah sanksi dengan skala besar, banyak merugikan hak
dari pihak lain.

2.7 Peran Akuntan Profesional

Beikut ini empat peran akuntan profesional dalam bisnis adalah sebagai
berikut:

1. Menyediakan Informasi dan Jawaban Terkait Keuangan


Peran akuntan dalam bisnis yang paling mendasar tentu saja adalah
kemampuannya dalam menyediakan berbagai informasi dan jawaban
yang berhubungan dengan segala macam kegiatan keuangan. Segala
data terkait keuangan akan tercatat dalam sistem akuntansi,
memudahkan Anda dan karyawan untuk mengukur kondisi perusahaan.
Untuk itu, sebaiknya Anda menyusun pembukuan dan rutin meng-
updatedatanya. Hal ini akan lebih mudah dilakukan apabila
Anda menggunakan softwarekhusus seperti Myob dan Zahir
Accounting yang sudah menerapkan sistem cloud.Dengan begitu, setiap
karyawan atau tim akuntansi bisa mengakses data akuntansi secara real
time kapan pun dan di mana pun mereka berada.
2. Alat Pengontrol dan Pengendali Keuangan
Melalui akuntansi, Anda dapat mengetahui segala data terkait keuangan.
Dari data tersebut, informasi apa saja yang Anda dapatkan? Apakah
ternyata keuntungan perusahaan mengalami peningkatan selama
beberapa tahun belakangan ini? Atau justru malah mengalami
penurunan? Apakah seluruh klien telah melakukan pembayaran tepat
waktu? Berapa jumlah saldo yang Anda miliki sekarang? Informasi-
informasi tersebut secara tidak langsung menempatkan akuntansi
sebagai alat pengontrol dan pengendali keuangan. Melalui identifikasi
informasi keuangan yang didapat, Anda jadi bisa melakukan evaluasi
atau menilai performa bisnis Anda selama ini.
3. Membantu Stakeholders Mengambil Keputusan
Berkat adanya hasil identifikasi dan evaluasi informasi
keuangan, stakeholderatau para pemegang saham dapat melakukan
pengambilan keputusan. Hal ini sangat masuk akal mengingat
bahwa stakeholder tidak bisa melakukan investasi tanpa adanya
informasi finansial yang up-to-date dan akurat. Dalam hal ini, akuntanlah
yang menyiapkan segala informasi terkait. Lebih penting lagi, akuntan
juga harus memastikan bahwa stakeholder memahami data keuangan
yang disediakan perusahaan. Kedua belah pihak harus bekerja sama
memanfaatkan informasi keuangan untuk menangani berbagai masalah
dalam bisnis.
4. Berhubungan dengan Pihak Ketiga
Dari berbagai penjelasan di atas, ada satu poin yang perlu di-
highlight, bahwa akuntansi tidak selalu berhubungan dengan ranah
internal perusahaan, tetapi juga pihak ketiga di luar
perusahaan. Stakeholder mungkin dapat menjadi salah satunya.
Namun, akuntansi, lebih tepatnya lagi para akuntan, dapat menjadi
jembatan untuk melakukandeal dengan vendor atau pihak-pihak ketiga
lain. Berdasarkan data keuangan perusahaan, akuntan bisa
memutuskan apakah harga yang ditentukan sudah masuk akal atau
belum. Tidak hanya itu, seorang akuntan juga bisa menjadi penghubung
antara perusahaan dengan pemerintah untuk membayar pajak dan para
auditor.

2.8 Beberapa Profesi Akuntansi

2.8.1 Etika Dalam Akuntan Publik

Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah:

1. Independensi, integritas, dan obyektivitas


 Independensi. Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP / seorang akuntan
publik harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam
memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in facts) maupun dalam penampilan
(in appearance)
 Integritas dan Objektivitas. Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP
/ seorang akuntan publik harus mempertahankan integritas dan objektivitas,
harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang
diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya
kepada pihak lain.

2. Standar umum dan prinsip akuntansi


Standar Umum. Anggota KAP harus mematuhi standar umum beserta
interpretasi yang terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang
ditetapkan IAI, antara lain ;
 Kompetensi Profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian
jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat
diselesaikan dengan kompetensi profesional.
 Kecermatan dan Keseksamaan Profesional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan
profesional.
 Perencanaan dan Supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan
mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa
profesional.
 Data Relevan yang Memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan
yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi kesimpulan atau
rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
 Kepatuhan terhadap Standar. Anggota KAP yang melaksanakan penugasan
jasa auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultansi manajemen, perpajakan
atau jasa profesional lainnya, wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.

Prinsip-Prinsip Akuntansi. Anggota KAP tidak diperkenankan:


 Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan
atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau
 Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang
harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat
penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara
keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan
pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau
data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi
tersebut anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama
anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta
alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan
menghasilkan laporan yang menyesatkan.

3. Tanggung jawab kepada klien

A. Rahasia Informasi Klien . Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan


informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak
dimaksudkan untuk:
 Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi
 Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi
penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP
terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
 Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAI atau menghalangi Anggota dari pengajuan
pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan
oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan disiplin
Anggota. Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review diatas, tidak
boleh memanfaatkannya untuk keuntungan diri pribadi mereka atau
mengungkapkan informasi klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya
dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan ini tidak boleh membatasi Anggota
dalam pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan atau
penegakan disiplin sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) di atas
atau review praktik profesional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam
butir (3) di atas.
B. Fee Profesional
 Besaran Fee.
Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang
bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak
diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat
merusak citra profesi.
 Fee Kontinjen.
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu
tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau
badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil
penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut
dapat mengurangi indepedensi.

4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Anggota wajib memelihara citra


profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat
merusak reputasi rekan seprofesi.
 Komunikasi antar akuntan publik. Anggota wajib berkomunikasi tertulis
dengan akuntan publik pendahulu bila menerima penugasan audit
menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang
berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis
permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai. Akuntan
publik tidak diperkenankan menerima penugasan atestasi yang jenis atestasi
dan periodenya sama dengan penugasan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk
klien, kecuali apabila penugasan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi
ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang
berwenang.
5. Tanggung jawab dan praktik lain

 Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan. Anggota tidak


diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
 Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam menjalankan
praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan
iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya
sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
 Komisi dan Fee Referal.
>Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya
yang diberikan atau diterima kepada/dari klien/pihak lain untuk memperolah
penugasan dari klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut
dapat mengurangi independensi.
>Fee Referal (Rujukan).
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari
sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya
diperkenankan bagi sesama profesi.

2.8.2 Etika Dalam Akuntansi Manajeman


Akuntan manajemen dan akuntan keuangan adalah akuntan yang bekerja
pada suatu perusahaan, baik sebagai kepala bagian akuntansi, kepala bagian
keuangan, maupun sebagai auditor interen. Akuntan manajemen dan akuntan
keuangan berpengaruh besar terhadap potret keuangan perusahaan.
ISB (the Independence Standards Board) menjelaskan tanggungjawab
manajemen, termasuk akuntan manajemen dan akuntan keuangan, sebagai
berikut:•Manajemen bertanggungjawab atas laporan keuangan, termasuk
bertanggungjawab atas pilihan metode akutansi dan judgmentdalam penyajian
laporan keuangan. Tanggungjawab ini tidak bisa dialihkan kepada siapapun.

Standards of Ethical Conduct for Practitioners of Management Accounting


and Financial Management, yang merupakan bagian dari Institute of Management
Accountants’ Code of Ethics, mendeskripsikan cakupan tanggungjawab sebagai
berikut:
Praktisi akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan memiliki
tanggungjawab kepada publik, kepada profesi, kepada organisasi yang
dilayaninya, dan kepada dirinya sendiri, untuk menjaga standard tertinggi
dari etika profesi.

Salah satu contoh kasus skandal akuntan manajemen dan akuntan


keuangan:Gateway, sebuah perusahaan di US, dikenai denda oleh SEC (the
Securities Exchange Commission) karena telah memanipulasi pelaporan laba
sebesar US$70 juta, dalam rangka kontrak bisnis dengan AOL.Skandal semacam
ini merupakan bentuk penipuan bisnis melalui manipulasi informasi akuntansi,
yang jelas akan merugikan orang lain.
Etika akuntan manajemen dan akuntan keuangan mencakup empat
standard sebagai berikut:
1. Kompeten (Competence). Akuntan manajemen harus menjaga pengetahuan
dan keterampilan pada tingkat yang tepat; mengikuti hukum, aturan, dan
standard teknis; dan menyajikan laporan secara jelas dan lengkap
berdasarkan informasi yang terpercaya dan relevan, yang telah dianalisis
secara memadai.
2. Kerahasiaan (confidentiality). Akuntan manajemen harus mencegah
pengungkapan informasi rahasia, kecuali dituntut oleh kewajiban legal untuk
mengungkapkannya.
3. Integritas (Integrity). Akuntan manajemen harus menghindari konflik
kepentingan, baik yang bersifat nyata maupun tidak nyata (actual or
apparent), dan juga menghindari aktivitas yang bisa meragukan
kemampuannya dalam melaksanakan tanggungjawab etika. Akuntan harus
menolak hadiah dan semacamnya, yang dapat mempengaruhi tugas
profesinya, dan tidak boleh mengganggu tujuan organisasi.Selanjutnya,
standard juga menuntut akuntan untuk mengakui keterbatasan profesional,
mengkomunikasikan informasi yang menguntungkan dan yang tidak
menguntungkan, dan juga mencegah tindakan yang mendeskreditkan
profesi.
4. Objektivitas (objectivity). Inti dari standar kode etik adalah objektivitas, yang
menuntut akuntan manajemen untuk “mengkomunikasikan informasi secara
wajar (fairly) dan secara objektif (objectively), dan juga untuk mengungkap
secara penuh seluruh informasi relevan yang dipandang dapat
mempengaruhi pemahaman pengguna informasi atas laporan, komentar,
serta rekomendasi yang disajikannya.
Makna penyajian informasi secara wajar (fairly) adalah:
1.Tidak memihak (impartially) dan jujur (honest).
2.Bebas dari prasangka (prejudice), “asal bapak suka” (favoritism), dan
kepentingan pribadi (self ingterest).
3.Sebatas penyajian informasi (just)
4.Seimbang (equitable)
5.Benar-benar bebas dari kepentingan kelompok (evenhended).
6.Seimbang terhadap konflik kepentingan.
Mengatasi Konflik Etika Anjuran “the Standards of Ethical Conduct for
Practitioners of Management Accounting and Financial Management”:
Ketika berhadapan dengan permasalahan etika yang serius, harus dicari
solusi sesuai dengan kebijakan organisasi dalam mengatasi konflik. Dalam hal
kebijakan organisasi tidak mampu memberikan solusi, langkah yang harus
ditempuh adalah:
1. Mendiskusikan isu dengan atasan langsung, jika tetap tidak diperoleh
solusi, maka problem didiskusikan dengan level manajemen yang lebih
tinggi lagi.
2. Klarifikasi permasalahan etika secara rahasia (confidential) dengan pihak-
pihak yang memiliki otoritas dan kompetensi, untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang kemungkinan solusinya.
3. Konsultasi dengan kuasa hukum tentang hak dan kewajiban legal
sehubungan dengan problem etika yang sedang dihadapi.
4. Jika problem tetap tidak bisa diatasi, dan eskalasinya semakin tinggi, solusi
terakhir adalah mengundurkan diri.

2.8.3 Etika Dalam Akuntansi Perpajakan


Salah satu isu etika akuntansi pajak adalah terbongkarnya kasus
pelanggaran pajak oleh KAP KPMG pada tahun 2005.
The Department of Justice dan the Internal Revenue Service (IRS), US pada
tanggal 29 Agustus 2005, melaporkan pelanggaran pajak KPMG sebagai berikut:
“KPMG telah mengakui tindakan kriminal perpajakan, dan bersedia membayar
denda dan pengembalian pajak US$436 juta. Di samping itu, KPMG juga
menyetujui 9 stafnya, termasuk 6 partner KPMG dinyatakan telah melakukan
tindakan kriminal dalam bentuk konspirasi kejahatan perpajakan”.

Apa yang dilakukan petinggi KPMG? Para wajib pajak dengan pendapatan besar
atau dengan capital gain besar dapat menurunkan kewajiban pajaknya dengan
biaya 5 s.d. 7% dari jumlah kewajiban pajak yang akan dihindari. Komisioner IRS
Mark Everson mengatakan “Profesional pajak seharusnya membantu orang
membayar kewajiban pajak dengan benar, tidak lebih dan tidak kurang”.

Beragam kasus konspirasi kriminal perpajakan di US dilakukan oleh para


profesional dan orang-orang berpendapatan besar, mulai dari pengacara,
akuntan, bankir, penasihat investasi, sampai dengan wajib pajaknya sendiri.
Kasus kriminal bidang perpajakan tersebut di atas, adalah contoh dari
pelanggaran etika bisnis dan etika profesi yang justru dilakukan oleh para
profesional di bidang akuntansi dan perpajakan.

Akuntan Pajak memiliki tanggungjawab publik yang besar, misalnya:


 Jujur dalam melaporkan kewajiban pajak.
 Tidak menjadi bagian dari pelaku konspirasi kejahatan pajak.
 Tanda tangan akuntan adalah bukti pernyataan, yang siap di meja hijaukan,
bahwa kewajiban pajak telah dihitung dengan ketelitian tinggi, berdasarkan
bukti pendukung yang valid dan lengkap.
Dalam pernyataan AICPA nomor 10 dan 11, tentang Standards for Tax Services,
dikatakan sebagai berikut:
10 Sistem perhitungan pajak sendiri (self-assessment tax system), hanya dapat
berfungsi efektif jika pembayar pajak melaporkan pendapatannya dengan benar
dan lengkap.
11 Sebagai pendamping atas kewajiban pembayar pajak, akuntan memiliki
kewajiban untuk mematuhi sistem, serta memastikan bahwa wajib pajak tidak
membayar pajak lebih dari kewajiban legalnya.
Pada standar nomor 11 dinyatakan dengan jelas bahwa akuntan memiliki
tanggungjawab :
 tidak hanya kepada klien tetapi juga kepada sistem, untuk mematuhi
sistem.
 Tanggungjawab akhir atas penyajian fakta dan kewajiban pajak ada di
tangan wajib pajak, tetapi akuntan memiliki kewajiban untuk menunjukkan
kewajiban legal wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Tanggungjawab ini sesuai dengan sifat dari sistem perpajakan, yaitu self-
assessment system, wajib pajak dituntut untuk menghitung sendiri dengan
jujur dan benar kewajiban pajaknya.
Akuntan pajak, sebagai fasilitator dalam pemenuhan kewajiban pajak,
dituntut untuk bekerja dengan spirit hukum secara kontekstual, dan bukannya
dengan spirit hukum secara tekstual untuk kemudian disiasatinya.
Hukum pajak dikembangkan untuk mencapai tujuan yang dipandang penting
untuk dicapai, yaitu pemerataan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian dalam
setiap hukum selalu ada celah (loopholes) yang dapat dieksploitasi untuk
kepentingan pribadi, dan jika setiap orang memanfaatkan celah hukum, maka
tujuan hukum tidak akan pernah bisa dicapai, dan yang akan terjadi adalah
kekacauan dan kebangkrutan. Hanya karena mayoritas orang tunduk pada spirit
hukum secara kontekstual dan tidak mengeksploitasi celah hukum, maka hukum
dapat tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Orang-orang yang memanfaatkan celah hukum adalah punumpang gelap yang
mengambil keuntungan orang lain. AICPA membantu anggotanya untuk dapat
memenuhi tanggungjawab etikanya dengan mengembangkan standard yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja profesional anggota.
Ringkasan dari Statement on Standards Tax Services (SSTS) yang
dikembangkan oleh AICPA adalah sebagai berikut:
 Akuntan tidak boleh merekomendasikan jumlah pajak, kecuali jumlah pajak
tersebut menggambarkan jumlah realistis kewajiban pajak wajib pajak.
 Akuntan harus melakukan upaya yang memadai untuk mendapatkan data
dari wajib pajak, yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan
pajak yang kemungkinan bisa terjadi.
 Akuntan bisa mengandalkan informasi yang disajikan oleh wajib pajak atau
oleh pihak ke tiga tanpa verifikasi. Tetapi akuntan harus
mempertimbangkan dengan cermat implikasi dari informasi yang diperoleh,
dan harus mengajukan pertanyaan jika informasi yang diperoleh dipandang
salah, tidak lengkap, atau tidak konsisten. Akuntan juga harus
membandingkan dengan jumlah kewajiban pajak periode-periode
sebelumnya.
 Jika tidak dilarang oleh undang-undang atau peraturan, akuntan dapat
menggunakan estimasi pajak yang dibuat oleh wajib pajak, terutama jika
dipandang tidak praktis untuk mendapatkan bukti-bukti pendukung,
sepanjang estimasi tersebut dipandang wajar berdasarkan data-data dan
keadaan yang difahami oleh akuntan.
 Akuntan bisa merekomendasikan posisi kewajiban pajak atau membuat
atau menandatangani laporan pajak yang mengandung elemen yang
menyimpang dari ketentuan perlakuan pajak sesuai dengan administratif
proceeding atau keputusan pengadilan pajak, dalam hubungannya dengan
kewajiban pajak periode sebelumnya. Tetapi, akuntan harus
mempertimbangkan terpenuhi tidaknya SSTS no. 1
 Akuntan harus segera memberitahu wajib pajak jika ditemukan kesalahan
perhitungan pajak baik untuk kewajiban pajak periode yang lalu maupun
untuk periode yang sedang berjalan. Akuntan harus memberikan
rekomendasi tentang koreksi pajak yang harus dilakukan.
 Akuntan harus menggunakan kompetensi profesionalnya dengan cermat
dan seksama untuk memastikan keandalan pelayanan jasa konsultasi
pajaknya kepada klien.
Sesuai dengan standard, tidak etis bagi akuntan untuk memenuhi
permintaan klien menurunkan secara signifikan kewajiban pajaknya, karena
menandatangani Surat Pemberitahuan Pajak sama dengan menjamin bahwa
jumlah pajak terutang adalah benar dan lengkap. Akuntan yang menandatangani
Surat Pembertahuan Pajak yang salah adalah nyata-nyata melakukan
kebohongan dan juga melakukan pelanggaran etika.

2.9 Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Etika Profesi


Akuntansi
Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa
atestasi maupun non-atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang
ada.
Akuntansi yang dimana dalam profesi menjalankan sebagai seorang akuntan
harus mematuhi kode etik yang. Seorang akuntan yang profesional sudah
mengetahui kode etik dalam menjalankan tugasnya dan tidak boleh mengambil
keuntungan dengan mengedepankan kepentingan pribadi. sebagai akunatan
profesional mereka mempunyai tiga kewajiban yaitu kompetensi dimana dia
kompeten atau ahli dibidang tersebut dan sudah mempunyai bekal ilmu yang
handal, selanjutnya adalah objektif, maksudnya adalah seorang akuntan dalam
mengambil keputusan tidak boleh dipengaruhi oleh pihak mana pun karena
apabila dia tidak objektif maka opini yang dihasilkan juga tidak objektif dan dapat
merugikan para stakeholders dan yang terakhir dimana harus diutamakan yaitu
integritas seorang profesional akuntan.
Peran akuntan dalam perusahaan tidak bisa terlepas dari penerapan prinsip
Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan. meliputi prinsip
kewajaran (fairness), akuntabilitas (accountability), transparansi (transparancy)
dan responsibilitas (responsibility). dalam hubungannya dengan prinsip GCG ,
peran akuntan secara signifikan diantaranya:
1. Transparancy (Transparansi)
Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang
disampaikan perusahaan. kepercayaan investor akan sangat tergantung pada
kualitas penyajian informasi yang disampaikan perusahaan.
Dalam hal ini laporan keuangan yang disajikan oleh para profesional akuntan
haruslah terbuka dan tidak ada yang di sembunyikan dari laporan keuangan
tersebut, misalkan contohnya perusahan Enron yang sudah bangkrut akibat dari
para akuntan yang membuat laporan keuangan terlihat baik dimana labanya
dinaikkan sehingga kondisi perusahaan terlihat bagus padahal kenyataan yang
ada dilaporan keuangan, perusahaan Enron memiliki hutang dalam jumlah yang
sangat besar dibandingkan labanya, contoh tersebut merukapan bentuk tidak
adanya tranparansi dari para profesional akuntan.
Peran akuntan menejemen, internal auditor, dan komite audit menjadi
penting terutama dalam hal penyajian informasi akuntansi dalam laporan
keuangan perusahaan secara trasnparan kepada pemakainya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Merupakan tanggung jawab menajemen melalui pengawasan yang efektif,
dengan dibentuknya komite audit. komite audit mempunyai tugas utama
melindungi kepentingan pemegang saham ataupun pihak lain yang
berkepentingan dengan melakukan tinjauan atas reliabilitas dan intergritas
informasi dalam laporan keuangan, laporan operasional serta parameter yang
digunakan untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan penyajian laporan tersebut.
Dengan kata lain komite audit sebagai ujung tombak pihak yang dapat
dipercaya atas penyajian laporan keuangan oleh para pemegang saham tersebut
karena komite audit beperan untun melindungi dan mengawasi auditor dalam
mengaudit laporan keuangan apabila agar tidak terjadi fraud atau bentuk
kecurangan yang merugikan pemegang saham atau pemakai laopran keuangan
tersebut.
3. Fairness (Keandalan)
Laporan keuangan dikatakan wajar bila memperoleh opini atau pendapat
wajar tanpa pengecualian dari akuntan publik. laporan keuangan yang wajar
berarti tidak mengandung salah saji material, disajikan secara wajar sesuai prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia (dalam hal ini SAK).
Para akuntan diharapkan memberikan hasil sajian/ opini sesuai dengan
bukti-bukti yang ada dan membantu pihak stakeholder mengambil keputusan
dengan sajian yang wajar tanpa pengecualian atau unqualified opinion
4.Responsibility
Prinsip ini berhubungan dengan tanggung jawab perusahaan sebagai
anggota masyarakat. prinsip ini juga berkaitan dengan kewajiban perusahaan
untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku.
Para akuntan khususnya akuntan publik karena pendapatnya/ opini yang
digunakan oleh para stakeholers mengharapkan agar menjaga keseimbangan
GCG dalam profesinya sebagai akuntan yang profesional dan menjunjung tinggi
etika profersi mereka.
Keberhasilan GCG dalam diri seorang akuntan publik terlihat dari
independensi yang kuat dan memberikan dampak-dampak positif baik dalam hal
berperilaku ataupun hasil kerjanya yang maksimal sebagai seorang profesional
akuntan.

2.9 Peran Akuntansi dalam Good Corporate Governance (GCG)


Agency problem lahir dari adanya pemisahan antara menejemen dan
penyandang dana, dimana menajer berusaha untuk meningkatkan incentive
mereka dalam rangka memakmurkan dirinya dan mengabaikan tugas utamanya
yaitu memaksimumkan kemakmuran pemilik.sistem akuntansi keuangan
menyediakan informasi yang penting untuk Governance Mechanisme, yang
membantu memecahkan masalah keagenan.
Sistem akuntansi keuangan merupakan informasi untuk membantu
masalah keagenan. informasi akuntansi keuangan merupakan produk dari proses
governance. informasi keuangan dihasilkan oleh manajemen dan manajemen
mengetahui informasi ini digunakan sebagai input dalam proses governance.
Jadi informasi keungan yang diperoleh oleh pihak menejemen bisa
digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah keagenan atau manajer
yang nakal dan tidak profesinal dimana memanfaatkan segala kesempatan dan
mengambil benefit untuk kepentingan pribadi agar hidupnya lebih makmur dan
tujuannya sama sekali bukan untuk mengembangkan perusahaan lebih maju
tetapi sebagai parasit atau ancaman didalam pihak internal perusahaan dan itu
merupakan sikap yang tidak terpuji, sehingga pihak manajemen bisa
menggunakan data informasi akuntansi untuk mencari kecurangan yg dilakukan
oleh agency tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika merupakan seperangkat aturan/ norma/ pedoman yang mengatur


perilaku manusia, baikyang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang
dianut oleh sekelompok/ segolongan manusia masyarakat/profesi.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan


penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus serta menyangkut keterampilan
intelektual. Sedangkan definisi profesi secara umum, profesi adalah suatu
pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk
kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Ini dapat diartikan bahwa profesi
sangat mementingkan kesejahteraan orang lain.

Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku


perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.

Profesi akuntan dan khususnya para auditor sangatlah berarti. Kantor


Akuntan Publik (KAP) dan auditor seharusnya bisa bersikap independen, dan
jangan sampai kehilangan objektivitasnya dalam mengaudit laporan keuangan
dan mengevaluasi metode akuntansi perusahaan yang diauditnya, juga
menjunjung tinggi independensi, profesionalisme dan tidak melakukan
pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi
maupun masyarakat.

Praktik kecurangan akuntansi dalam perusahaan hanya bias dicegah dan


dibasmi apabila ada komitmen tinggi untuk tidak melakukan berbagai bentuk
kecurangan dari masing-masing individu pelaku, manajemen maupun pihak lain
yang terlibat. Krisis moral pada saat ini memang menjadi masalah utama dan
berbagai cara memang bias ditempuh untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan termasuk dengan mengefektifkan pengendalian internal, penegakan
hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan
sikap komitmen yang tinggi terhadap pemberantasan segala praktik kecurangan
tidak terlaksana maka semua langkah pemberantasan yang ditempuh tidak akan
berguna.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Salemba Empat: Jakarta.

Boda, Zsolt and Zsolnai, Laszlo. 2016. The Failure of Business Ethics. Society and
Business Review Journal Vol. 11 No. 1, Hal. 93-104.

Brooks, Leonard J. Dunn, Paul. 2014. Etika Bisnis & Profesi (untuk Direktur,
Eksekutif, dan Akuntan). Salemba Empat: Jakarta.

Duska, Ronald F. And Brenda Shay Duska, Accounting Ethics, Blackwell


Publishing, 2003, atau edisi terbaru. (DD)

Anda mungkin juga menyukai