PENDAHULUAN
Ada suatu azas yang berbunyi “Nullum delictum nulla poena sine praevia lege
poenali” yang artinya : peristiwa pidana tidak ada dan tidak akan dijatuhkan pidana
terhadap pelakunya, jika ketentuan pidana dalam undang-undang tidak ada terlebih
dahulu.
Sesuai dengan bunyi azas nullum delictum diatas, maka setiap warga negara
Indonesia (termasuk dokter) seyogyanya mengetahui bagaimana peraturan hukum yang
berlaku di Indonesia, sehingga dengan demikian dia dapat mengetahui tindakan apa
yang dilarang menurut hukum dan apa sanksinya. Sebab tanpa mengetahui hal-hal
tersebut diatas, dia akan berbuat sekehendak hatinya karena tidak mengetahui bahwa hal
tersebut secara yuridis (hukum) dilarang dan ada sanksinya (akibat hukumnya).
Demikian pula halnya dengan dokter yang tunduk kepada hukum yang berlaku
di Indonesia, seharusnya mengetahui tentang hukum yang berlaku di Indonesia supaya
mengerti sejauh mana jangkauan hukum tersebut terhadap profesi kedokteran, apa hak
dan kewajiban pasien serta hak dan kewajiban dokter dalam merawat pasien, serta hak
dan kewajiban dokter dalam memberikan bantuannya kepada pihak
penyidik/pengadilan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pengertian tentang sistim hukum
di Indonesia perlu diberikan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan harapan
bila mereka telah menyelesaikan pendidikannya dan terjun ke masyarakat dapat
bertindak lebih berhati-hati didalam menjalankan tugas sesuai dengan profesinya.
Catatan: Peraturan yang mengikat dan dijadikan Undang-undang itu harus disesuaikan
dengan kaidah-kaidah tersebut diatas dan kalau kaidah tersebut tidak ditaati maka
pemerintah (karena berkuasa) wajib memberikan hukuman atas dasar pelanggaran
peraturan itu.
2. Hukum keluarga:
Yaitu hukum yang mengatur hubungan dan perpisahan antara suami dan istri.
Misalnya: tentang perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, perwakilan,
pemutusan perkawinan, kewajiban memberi nafkah, dll.
3. Hukum harta kekayaan:
Yaitu hukum yang berisikan peraturan-peraturan mengenai akibat dari hubungan-
hubungan antara seseorang dengan orang lain mengenai harta kekayaan.
Misalnya: Suatu perikatan\hubungan antara seseorang dengan orang lain sehingga
keduanya terikat pada suatu peraturan, misalnya kesediaan seseorang
dokter untuk mengobati pasiennya dan kesediaan pasien untuk
diobati/dirawat oleh dokter tersebut dengan honorarium yang telah
disetujui bersama.
4. Hukum waris:
Yaitu hukum yang mengatur peralihan harta kekayaan setelah seseorang meninggal
dunia.
Catatan:
Hingga saat ini undang-undang yang telah dibukukan dalam bentuk Kitab
Undang-undang ialah:
1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
3. Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Kepailitan (KUHD dan Kepailitan).
Namun demikian, berhubung ketiga kitab undang-undang tersebut merupakan
terjemahan dari Kitab Undang-undang dari negeri Belanda (Wetboek van Strafrecht)
yang tadinya berasal dari Prancis (Code Penal untuk KUHP, 1886). Maka Pemerintah
Republik Indonesia memberi tugas kepada Badan pembinaan Hukum Nasional untuk
menyusun Kitab Undang-undang yang sesuai dengan keadaan di Indonesia dan dapat
dipergunakan untuk jangka waktu yang lama.
Masing-masing golongan tersebut masih dapat dibagi dalam delik-delik tertentu, yaitu:
1. Pembunuhan
2. Penganiayaan
3. Pencurian
4. Penghinaan.
Catatan: Dalam pasal ini perlu diperhatikan bahwa antara delik yang dilakukan dan
penyakit yang diderita harus ada kaitan yang erat.
Misalnya:
seorang penderita kleptomani yang selalu mempunyai keinginan untuk memiliki
benda milik orang lain, dibebaskan dari tuntutan pidana dalam kasus yang telah
dilakukan olehnya, dengan syarat bahwa ada visun et repertum psikiatri yang
meyatakan bahwa dia benar-benar sakit. Akan tetapi dia tidak dapat dibebaskan
dari tuntutan pidana apabila dia telah melakukan tindak pidana pembunuhan,
karena perbuatan tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan penyakit
yang dideritanya.
Catatan:
► Ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh pasal ini ialah:
a. Waktu dituntut, orang tersebut harus belum dewasa (belum berumur 21 tahun
dan belum kawin. Jika umurnya belum 21 tahun tetapi sudah kawin atau
belum bercerai, maka dianggap sudah dewasa.
b. Tuntutan mengenai peristiwa pidana yang telah dilakukan oleh orang
tersebut pada waktu sebelum ia berumur 16 tahun.
► Jika kedua syarat dipenuhi, maka hakim dapat memutuskan salah satu dari tiga
kemungkinan antara lain:
a. Anak tersebut dikembalikan kepada orang tua atau walinya, tanpa dijatuhi
pidana.
b. Anak tersebut dijadikan anak Negara, artinya tidak dijatuhi pidana, tetapi
diserahkan kepada rumah pendidikan anak-anak nakal untuk mendapat
pendidikan dari negara sampai anak tersebut berumur 18 tahun. Hal ini
hanya dapat dilakukan bila anak tersebut telah berbuat suatu kejahatan atau
pelanggaran yang tersebut dalam pasal ini dan sebagai residive.
c. Anak tersebut dijatuhi hukuman seperti biasa. Dalam hal ini ancaman pidana
dikurangi sepertiganya. Jika kejahatan itu diancam dengan pidana mati atau
seumur hidup, maka ia dijatuhi pidana penjara paling lama 15 tahun.
menembak sampai mati seorang pencuri, apabila dengan sebuah pukulan saja
dapat membuat sipencuri menyerah karena dia tidak bersenjata, atau si pencuri
terus memberikan perlawanan meskipun sebetulnya perlawanan itu tidak perlu).
Contohnya:
Seorang dokter yang ditodong di kamar tempat praktek, tidak akan dipidana
karena melakukan pembelaan terpaksa, walaupun si penodong mengalami luka.
Contoh:
Seorang dokter menjadi saksi/ahli dan membuka rahasia jabatan pasiennya
dimuka sidang pengadilan dengan seijin hakim, tidak dapat dipidana, karena dia
melaksanakan ketentuan Undang-undang yang mewajibkan dokter untuk
menjadi saksi/ahli apabila dikehendaki oleh pihak pengadilan.
Seorang dokter yang melaporkan kelahiran, penyakit menular dan kematian,
tidak dapata dipidana karena hal itu memang merupakan suatu kewajiban
baginya.
Contohnya :
Seorang dokter yang menjadi saksi/ahli didepan sidang pengadilan, tidak dapat
dipidana walaupun dia membuka rahasia jabatan pasiennya, apabila tindakan itu
dilakukan atas perintah hakim yang memang mempunyai wewenang untuk itu.
Seorang dokter yang melakukan bedah jenazah dan membuat visum et repertum,
tidak dapat dipidana karena tindakan itu dilakukan atas permintaan penyidik
yang memang mempunyai wewenang untuk itu.
Delik percobaan.
Disamping delik yang sudah selesai dilakukan, ada pula delik yang tidak sampai selesai
dilakukan. Dalam hal ini delik tersebut dinamakan delik percobaan.
Unsur-unsur delik percobaan yaitu:
1. Pelaku delik mempunyai niat hendak menyelesaikan perbuatannya.
2. Ada awal/permualaan dari perbuatan tersebut
3. Pelaksanaan tersebut tidak selesai bukan karena kehendak sipelaku.
► Pasal 140:
(1).Jika saksi dipanggil demikian itu tidak datang pada hari yang ditentukan, maka ia dihukum
oleh pengadilan negeri, membayar segala biaya yang dikeluarkan dengan sia-sia itu.
(2).Ia harus dipanggil lagi dengan biaya sendiri.
2. Peradilan perdata:
Menyelesaikan perkara-perkara:
Percerainan
Perikatan
Warisan dan sejenisnya.
3. Peradilan agama:
Menyelesaikan perkara-perkara:
Perkawinan
Perceraian
Warisan.
Pidana mati.
Di Indonesia, peraturan tentang pidana mati ini semula tercantum didalam
pasal 11 KUHP, yang berbunyi: Pidana mati dijalankan oleh Algojo ditempat
gantungan dengan menjeratkan tali yang terikat ditiang gantungan pada leher
terpidana, kemudian menjatuhkan papan tempat terpidana berdiri.
Catatan: Berdasarkan pertimbangan bahwa tata cara pelaksanaan pidana mati
tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan kemajuan keadaan serta
jiwa revolusi Indonesia. Maka dengan penetapan Presiden Republik
Indonesia No. 2 tahun 1964, pelaksanaan pidana mati dijatuhkan oleh
pengadilan dilingkungan peradilan umum atau peradilan militer, dilakukan
dengan ditembak sampai mati
Pidana penjara.
Pasal 12 KUHP, berbunyi:
(1) Pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu.
(2) Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek satu hari dan paling lama lima
belas tahun.
(3) Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk 20 tahun berturut-turut
dalam hal kejahatan yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana mati, pidana
seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu, begitu juga dalam hal batas
lima belas tahun dilampaui sebab tambahan pidana karena pembarengan, pengulangan
atau karena ditentukan pasal 52.
(4) Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh melebihi dua tahun.
Pidana kurungan.
Pasal 18 KUHP, berbunyi :
(1) Pidana kurungan paling sedikit satu hari dan paling lama satu tahun.
(2) Jika ada pemberatan pidana yang disebabkan karena pembarengan atau pengulangan atau
karena ketentuan pasal 52, pidana kurungan dapat ditambah menjadi saru tahun empat bulan.
(3) Pidana kurungan sekali-kali tidak boleh lebih dari satu tahun empat bulan.
Pidana denda.
a. Undang-undang tidak menentukan berapa jumlah maksimum denda, tetapi
jumlah minimunnya ditentukan yaitu dua puluh lima rupiah.
b. Tidak ditentukan dengan tegas, siapa yang harus membayar.
c. Jika denda tidak dibayar, maka dapat diganti dengan pidana kurungan.
d. Lamanya pidana kurungan pengganti denda, ditentukan dalam putusan.
Minimun pidana kurungan pengganti denda adalah satu hari dan maksimum
enam bulan, yang dapat dinaikkan menjadi delapan bulan dalam hal
pembarengan, pengulangan dan seperti apa yang ditentukan dalam pasal 52 dan
53 bis ( pasal 30 ayat (5) ).
e. Terpidana mempunyai hak untuk membebaskan dirinya dari pidana kurungan
pengganti dengan jalan membayar dendanya.
Pidana tambahan.
Pidana tambahan yaitu pidana yang pada umumnya dijatuhkan bersama-sama
dengan pidana pokok.
Sehubungan dengan tujuan penjatuhan pidana antara lain ialah untuk memperbaiki
tabiat si pelaku delik, maka ada dua peraturan tentang pidana, yaitu:
1. Pelepasan bersyarat, yaitu:
Apabila terpidana dapat membuktikan bahwa selama dalam rumah tahanan negara
(Rutan) dia insyaf akan kesalahannya dan selalu berkelakuan baik, maka setelah
menjalani pidana selama waktu tertentu ia dapat dilepaskan dengan perjanjian
sebagai berikut:
Kalau ia menepati janjinya, ia akan bebas untuk seterusnya, akan tetapi apabila
ia mengulangi perbuatannya, maka ia harus kembali ke Rutan dan menjalani
pidananya sampai habis.
2. Pidana bersyarat, yaitu:
Pelaksanaan pidana ditangguhkan, dengan syarat pidana tersebut akan dihapus bila
si pelaku delik dalam waktu yang telah ditentukan (masa percobaan) tidak
melakukan delik.
DAFTAR PUSTAKA
Admodirono, A.H, 2001 Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan, Penerbit Komite Etik
Rumah Sakit, RSU. Dr. Soetomo Surabaya
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.