Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

Pola Bilangan

1. Pola Persegi

Dilihat dari namanya saja sudah terlihat bahwa pola ini akan membentuk
susunan pola persegi. Yap, pola persegi adalah suatu pola yang tersusun
dari beberapa angka berdasarkan rumus:

Coba Squad perhatikan gambar pola di atas. Di dalam bentuk persegi


terdapat lingkaran yang mempunyai jumlah yang berbeda-beda. Jumlah
lingkaran ini adalah bilangan pola persegi. Di suku pertama terdapat 1
lingkaran yang merupakan suku pertama pola persegi yaitu 1. Di suku kedua
terdapat 4 lingkaran yang membentuk bangun persegi. Jumlah lingkaran ini
merupakan suku-suku dari pola-pola bilangan persegi tersebut, dan
jumlahnya akan bertambah mengikuti rumus pola bilangan persegi.

Tetapi bagaimana nih Squad kalau kamu disuruh menentukan suku pola
bilangan persegi yang ke 25? Maka dari itu, daripada kamu menghitung
jumlah lingkaran yang membentuk bangun persegi, kamu bisa
menggunakan rumusnya. Kamu hanya tinggal memasukkan angka 25 ke
dalam rumus. Jadi misalnya kamu ingin menentukan suku bilangan ke- 25,
maka n2 = 252 = 625. Gimana? Lebih simpel, kan?

Tapi, jika kamu lebih suka menghafal, kamu bisa


juga lho menghafal bilangan-bilangan pola persegi, yaitu 1, 4, 9, 16, 25,
36, 49, 64, 81, 100, 121, … Tetapi disarankan untuk menggunakan rumus ya
Squad, karena dengan menggunakan rumus kamu bisa menentukan suku
pola bilangan yang besar seperti misalnya suku ke- 200.

2. Pola Persegi Panjang


Untuk pola yang ini, pola bilangan akan tersusun seperti bentuk persegi
panjang. Jadi, Pola persegi Panjang adalah suatu pola yang tersusun dari
beberapa angka berdasarkan rumus:

Sama halnya seperti penjelasan yang ada di pola sebelumnya, jumlah


lingkaran yang ada dalam bentuk persegi panjang merupakan suku-
suku pada pola bilangan persegi panjang. Perbedaan dengan pola
sebelumnya adalah kalau pola persegi mempunyai bentuk persegi,
sedangkan kalau pola persegi panjang mempunyai bentuk persegi panjang.
Ingat, jangan sampai tertukar ya Squad!

Untuk rumusnya pun berbeda, rumusnya yaitu n (n + 1). Contohnya yaitu


jika kamu ingin menentukan suku ke-5 pola bilangan persegi panjang kamu
hanya tinggal memasukkan ke dalam rumusnya yaitu n (n + 1) = 5 (5 + 1) =
30. Gampang, kan! Berikut adalah pola bilangan persegi panjang: 2, 6, 12,
20, 30, 42, 56, 72, 110, …

3. Pola Segitiga

Seperti halnya pola-pola diatas, pola segitiga juga akan membentuk susunan
pola seperti segitiga. Pola Segitiga adalah suatu pola yang tersusun dari
beberapa angka berdasarkan rumus:
Yap, untuk pola yang ini, jumlah lingkaran yang membentuk bangun
segitiga merupakan pola bilangan segitiga. Di suku pertama terdapat 1
lingkaran yang merupakan suku pertama pola bilangan segitiga. Di suku
kedua terdapat 3 lingkaran yang merupakan suku kedua dari pola bilangan
segitiga, dan begitupun seterusnya. Kamu juga bisa menggunakan rumusnya
agar lebih mudah mengerjakannya. Sudah paham, kan?

Berikut merupakan pola bilangan segitiga: 1, 3, 6, 10, 15, 21, 28, 36, 55, ...

4. Pola Bilangan Pascal

Apa itu bilangan pascal? Sebenarnya bilangan ini ditemukan oleh seorang
penemu Prancis yang bernama Blaise Pascal. Oleh karena itu namanya jadi
bilangan pascal karena diambil dari namanya, yaitu Pascal. Bilangan ini
terbentuk dari sebuah aturan geometri yang berisi susunan koefisien
binomial yang bentuknya menyerupai segitiga. Di dalam segitiga pascal,
bilangan yang terdapat pada satu baris yang sama dijumlahkan
menghasilkan bilangan yang ada di baris bawahnya.

Itulah tadi sekilas penjelasan mengenai bilangan pascal itu sendiri, ya.
Sekarang kita bahas pola bilangan pascalnya. Jadi, Pola bilangan
pascal adalah suatu pola yang tersusun dari beberapa angka
berdasarkan rumus:
Berdasar gambar diatas, pola bilangan pascalnya yaitu jumlah seluruh
bilangan yang ada pada baris yang sama. Coba lihat baris terakhir (baris
ke 5) pada segitiga pascal di atas. Setelah dijumlahkan hasilnya 16. 16 inilah
yang merupakan suku bilangan ke 5 (karena terdapat pada baris ke-5) dari
pola bilangan pascal. Atau kamu juga dapat langsung menggunakan
rumusnya, yaitu 2n-1. Misalnya kamu ingin mencari suku ke 10, kamu bisa
langsung masukkan ke dalam rumusnya saja. Jadi, 2 10-1 = 29 = 512. Berikut
pola bilangan pascal: 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, ...Seperti itu ya Squad
penjelasannya.

Menentukan Pola Bilangan dan Suku Bilangan jika Belum Diketahui


Bentuk Polanya
Pada contoh di atas, kamu diperintahkan untuk menentukan suku ke 5 dan 6.
Jadi, langkah pertama kamu harus melihat dulu pola dari bilangan-
bilangan sebelumnya. Coba kamu lihat selisih dari tiap bilangannya.
Selisih dari bilangan pertama ke bilangan kedua adalah 5. Selanjutnya
selisih dari bilangan kedua ke bilangan ketiga adalah 6, dan begitu
seterusnya. Ternyata selisihnya selalu bertambah satu nih, Squad! Langkah
kedua yaitu kamu harus melakukan operasi yang sama dengan pola yang
tadi telah ditemukan. Jadi, untuk menentukan bilangan yang ke-5, kamu
harus menambahnya dengan angka 8, sehingga 23 + 8 = 31. Sedangkan
untuk menentukan suku ke 6, kamu harus menambahnya dengan angka 9.
Jadi, 31 + 9 = 40. Mudahkan?

BAB 2

Koordinat Kartesius
BAB 3

Relasi dan Fungsi

Relasi

Menyatakan hubungan antara suatu anggota himpunan dengan anggota


himpunan lainnya. Himpunan A dan himpunan B dikatakan memiliki
relasi jika ada anggota himpunan yang saling berpasangan. Relasi
antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu dengan
diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram Cartesius.

1. Diagram Panah

Diagram panah merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan suatu
relasi. Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi ke dalam bentuk
gambar arah panah yang menyatakan hubungan antara anggota
himpunan A dengan anggota himpunan B.

Misalnya, ada 4 orang anak yaitu Ali, Siti, Amir dan Rizki. Mereka diminta
untuk menyebutkan warna favorit mereka. Ali menyukai warna merah, Siti
menyukai warna ungu, Amir menyukai warna hitam, dan Rizki menyukai
warna merah. Dari hasil uraian tersebut, terdapat dua buah himpunan.
Himpunan pertama adalah himpunan anak, kita sebut himpunan A dan
himpunan yang kedua adalah himpunan warna, kita sebut himpunan B.
Hubungan antara himpunan A dan himpunan B dapat di ilustrasikan dengan
diagram panah seperti berikut:

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagram panah di atas merupakan relasi


antara anak dengan warna yang mereka sukai. Relasi antara kedua himpunan
tersebut dapat dinyatakan dengan panah-panah yang memasangkan anggota
himpunan A dengan anggota himpunan B.

2. Himpunan Pasangan Berurutan

Selain dengan diagram panah, suatu relasi juga dapat dinyatakan dengan
menggunakan himpunan pasangan berurutan. Caranya
dengan memasangkan himpunan A dengan himpunan B secara
berurutan. Kita dapat mengambil contoh dari contoh diagram panah tadi.

Ali menyukai warna merah

Siti menyukai warna ungu

Amir menyukai warna hitam

Rizki menyukai warna merah

Dari uraian di atas kita dapat menyatakan relasinya dengan himpunan


pasangan berurutan seperti berikut:

(Ali, merah), (Siti, ungu), (Amir, hitam), (Rizki, merah).

Jadi, relasi antara himpunan A dengan himpunan B dinyatakan sebagai


himpunan pasangan berurutan (x,y) dengan x ∈ A dan y ∈ B.

3. Diagram Cartesius

Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan


yang kemudian dituliskan dalam bentuk dot (titik-titik). Contoh dari
relasi antara anak dengan warna kesukaannya yaitu himpunan A = {Ali, Siti,
Amir, Rizki} dan himpunan B = {merah, ungu, hitam}, dapat digambarkan
dalam bentuk diagram Cartesius seperti di bawah ini:
Fungsi

Fungsi (pemetaan) merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B,


jika setiap anggota himpunan A berpasangan tepat satu dengan anggota
himpunan B. Semua anggota himpunan A atau daerah asal disebut domain,
sedangkan semua anggota himpunan B atau daerah kawan disebut
kodomain. Hasil dari pemetaan antara domain dan kodomain disebut range
fungsi atau daerah hasil. Sama halnya dengan relasi, fungsi juga dapat
dinyatakan dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan
dengan diagram Cartesius.

Jadi, dari diagram panah di atas dapat disimpukan:

Domain adalah A = {1,2,3}

Kodomain adalah B = {1,2,3,4}


Range fungsi = {2,3,4}

Sebuah fungsi dapat dinotasikan dengan huruf kecil sepeti f, g, h. Misal,


fungsi f memetakan himpunan A ke himpunan B dinotasikan f(x) dengan
aturan f : x → 3x+3. Artinya fungsi f memetakan x ke 3x+3. Jadi daerah
bayangan x oleh fungsi f adalah 3x+3 sehingga dapat dinotasikan dengan
f(x) = 3x+3. Dari uraian ini dapat dirumuskan:

Jika fungsi f : x → ax +b dengan x anggota domain f , maka rumus


fungsif adalah f(x) = ax+b

Dengan menghitung nilai fungsi, kita dapat mengetahui nilai fungsi yang
dapat menghasilkan himpunan kawan (kodomain) dari himpunan asal
(domain). Supaya lebih jelas, coba kerjakan contoh soal di bawah ini ya.

 Diketahui fungsi f : x → 3x + 3 pada himpunan bilangan bulat.


Tentukan:

1. f(3)
2. bayangan (-2) oleh f
3. nilai f untuk x = -4
4. nilai x untuk f(x) = 6
5. nilai a jika f(a) = 12

Jawab:

Fungsi f : x → 3x + 3

Rumus fungsi: f(x) = 3x+3

1. f(3) = 3(3)+3 = 12
2. bayangan (-2) oleh f sama dengan f (-2), jadi f(-2) = 3(-2)+3 = -3
3. nilai f untuk x = -4 adalah f (-4) = 3(-4)+3 = -9
4. nilai x untuk f(x) = 6 adalah

3x + 3 = 6

3x = 6-3

3x = 3

x=1

5. nilai a jika f(a) = 12

3a + 3 = 12
3a = 12 – 3

3a = 9

a=3

BAB 4

Persamaan Garis Lurus

BAB 5

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Tentunya kamu sudah mempelajari materi tentang Persamaan Linear Satu


Variabel (PLSV) di kelas 7 tahun lalu, ya. Lalu, apa sih bedanya PLSV dengan
PLDV yang sedang kita bahas kali ini? Yup! Bedanya, kalau pada PLSV,
persamaannya hanya memiliki satu variabel saja, sedangkan pada PLDV,
persamaannya memiliki dua variabel. Nah, variabel-variabel ini hanya
memiliki pangkat atau derajat bernilai satu, Squad. Bingung? Yuk, coba
kamu perhatikan contoh di bawah ini!
Bagaimana, Sudah paham kan letak perbedaannya? Apabila terdapat dua
atau lebih PLDV yang memiliki hubungan satu sama lain dan memiliki
satu buah penyelesaian, maka itulah yang dinamakan dengan SPLDV.
Bentuk umum SPLDV adalah sebagai berikut:

SPLDV ini biasanya digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-


hari yang membutuhkan penggunaan Matematika Squad, seperti
menentukan harga suatu barang, mencari keuntungan penjualan, sampai
menentukan ukuran suatu benda seperti masalah Kumamon, lho. Oh iya,
seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, terdapat langkah-
langkah tertentu untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan
SPLDV, yaitu:

1. Mengganti setiap besaran yang ada di masalah tersebut dengan


variabel (biasanya dilambangkan dengan huruf atau simbol).
2. Membuat model Matematika dari masalah tersebut. Model
Matematika ini dirumuskan mengikuti bentuk umum SPLDV.
3. Mencari solusi dari model permasalahan tersebut dengan
menggunakan metode penyelesaian SPLDV.
Penyelesaian:

 Langkah pertama yang dapat kita lakukan adalah mengganti semua


besaran yang ada di dalam soal dengan variabel. Kita misalkan:

x = panjang tali (dalam cm) dan y = tinggi badan (dalam cm)


 Membuat model Matematika dari permasalahan.

Panjang tali 70 cm lebih pendek dari tinggi Kumamon → x = y - 70 atau -x


+ y = 70

Dua kali panjang tali 30 cm lebih panjang dari tinggi Kumamon → 2x = 30


+ y atau 2x - y = 30

Model Matematika:

Persamaan I : -x + y = 70

Persamaan II : 2x - y = 30

Anda mungkin juga menyukai