Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH

PADA ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Ditunjukan untuk Memenuhi tugas Komunitas Kebidanan

Dosen pengampu,

Ida Sutyani S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :

Mia Suryaningsih (4004170062) Wimvi Nuralfah (4004170015)

Nurlelah Aprilia S. Iskandar (4004170053) Hestyyani (4004170004)

Cahyani Berliani (4004170011) Deti Sulastri (4004170009)

Riri Restiyuni (4004170012) Regina Dwi Yolanda (4004170047)

Suci Wulandari (4004170049) Enda Nuryana (4004170035)

Siti Yulianti (4004170060) Neneng Lina (4004170017)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh Alam Atas Rahmat dan Hidayah-Nya.Penulis
dapat menyelesaikan makalah sederhana dengan judul perilaku sosial budaya yang
berpengaruh Pada asuhan kebidanan komunitas.

makalah ini ditulis sebagai salah satu tugas mata kuliah Komuntas. Terima kasih yang
sebesar besarnya kepada dosen mata kuliah Ibu Ida Suryani S.ST., M.Keb dan seluruh pihak
yang berperan serta memotivasi penulis agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.Penulis selalu
membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan yang membangun, demi
penyempurnaan makalah ini.Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi mahasiswa
dan pembaca lainnya.

Bandung . Juni 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan
berbagai budaya ada, itulah sebabnya semboyan Negara kita adalah “Bhinneka Tunggal Ika”.
Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan,
persalinan dan nifas. Mitos-mitos yang lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak
masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan serta untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (Antenatal Care) adalah penting
untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.Faktanya, masih banyak ibu-ibu
yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah, dan kodrati. Masih banyak ibu-
ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui saat persalinan karena kasusnya sudah terlambat sehingga mengakibatkan
kematian. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi,
kurangnya pengetahuan dan pentingnya perawatan kehamilan, serta permasalahan-
permasalahan pada kehamilan. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada
kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan
dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan sementara kegiatan mereka sehari-hari
tidak berkurang, sehingga akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi,
tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan
komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin?
2. Bagaimana peran bidan dalam kondisi tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan
kebidanan komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin.
2. Untuk memahami peran bidan bila ditemukan kondisi-kondisi tersebut.
3. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan V (Kebidanan
Komunitas)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat
memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan duniamakna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup
mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek social budaya ini
mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu
banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan.
Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian.
Perilaku sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang
biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan,
norma, nilai, dan segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan
budaya. Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan
kebidanan di komunitas diantaranya :
1. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian makanan bayi.
Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa
dengan tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di
lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial budaya).
3. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit
tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau
mendatangi dukun.

2.2Perilaku dan Sosial Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan Kebidanan


Komunitas pada Ibu Hamil dan Ibu Bersalin
1. Hamil
a. Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan,
antara lain:
1) Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam
prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan
dan brokohan.
2) Mengidam, dikotomi panas dingin.
3) Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan baunya harum
sehingga mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.
4) Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau
roh jahat.
5) Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
6) Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
7) Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar
dempet atau siam.
8) Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar, karena anak
yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang buntung.
9) Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
10) Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan
berdempet menjadi satu.
11) Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamilkarena orang tua percaya bahwa daun
kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga
dikhawatirkan bayi yang lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.
12) Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing
atau cacat fisik lainnya.
13) Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah,
membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.
14) Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
15) Manggunakan jimat saat bepergian.

b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama hamil, antara lain yaitu:
1) KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan
bergizi, batasi aktivitas fisik, tidak perlu pantang makan.
2) KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak
benar ditinggalkan.
3) Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau
berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
4) Bekerjasama dengan dukun setempat.
5) KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca
persalinan.
6) KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan.

Pengertian pantangan-pantangan ini dimasudkan agar sang bayi kelak lahir dengan
lancar dan dalam keadaan sehat.Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3
macam faktor; antara lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu
tersebut. Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke
pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil
dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau
gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat
mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu
menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan
mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri,
lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan
dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena
dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus
diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang
dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu
hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi
yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di
tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan
persalinan dapat berjalan dengan baik.
2. Persalinan
Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah. Data survey kesehatan Rumah
Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.
Bebrapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek
praktek persalinan oleh dukun yang membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar, dkk
menunjukkan beberapa tindakan dan praktek yang membawa resiko infeksi seperti “ngolesi”
(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok”
( memasukkan tangan ke vagina dan uterus untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda”
( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama
berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan
karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat
memabantu upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi
sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan
kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek-
praktek tradisional tertentu masih dilakukan. Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil
dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau
bertahan hidup.
a. Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya selama persalinan yang ada di
masyarakat, antara lain:
1) Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
2) Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3) Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
4) Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
5) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
6) Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
7) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
8) Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.
9) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.

Sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung pada faktor mental dan fisik si ibu.
Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi.
Sedangkan faktor mental berhubungan dengan kondisi psikologis ibu, terutama kesiapannya
dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga
harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama
persalinan. Faktor lain yang juga harus diperhatikan, seperti riwayat kesehatan ibu, gizi ibu
selama hamil dan lingkungan sekitar apakah mensupport atau tidak karena ada kaitannya
dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya.
Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif,
sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang dan tidak bisa kerja
sama.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
1) Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan,
proses persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.
2) Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan
peralatan.
3) Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.

2.3 Contoh Kasus Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas Yang Positif

Selamatan 7 Bulanan (pada ibu hamil)


Di desa Payaman Kabupaten Nganjuk, ada ibu yang sedang hamil 7 bulan. Pada Hari
Minggu tanggal 30 maret mengadakan selamatan 7 bulanan yang dalam adat jawa disebut “
TINGKEPAN”. Kata orang jawa tingkepan ini bertujuan untuk meminta keselamatan ibu dan
bayi agar mendapatkan kehamilan yang sehat dengan kegiatan mandi kembang dengan 7
sumber mata air dan bunga 7 rupa beserta uang.
Dalam proses siraman itu, ibu dan suami memakai kain jarik. Kemudian keduanya
duduk bersebelahan dan yang menyiram dimulai dari kedua orang tua, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan seluruh keluarga yang ingin menyiram. Setelah acara siraman selesai, ibu
ganti baju dan calon bapak memecah buah kelapa. Setelah itu apabila buah kelapa langsung
pecah, orang jawa beranggapan bahwa calon bayi berjenis kelamin laki-laki, tapi apabila
kelapa tidak langsung pecah, maka orang jawa beranggapan calon bayi berjenis kelamin
perempuan.
Setelah memecahkan kelapa, kelapa yang digunakan untuk memandikan juga dipecah
dan ditumpahkan beserta uang yang ada di air tadi. Dan masyarakat pun berebut mengambil
uang dan kelapa yang mitosnya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Setelah itu,
kedua orang tua jualan rujak dan yang membeli masyakat. Jika masyarakat bilang rujak
tersebut enak, mitosnya anaknya perempuan dan cantik di liat. Dan jika rujaknya kurang enak
maka mitosnya anaknya laki-laki. Setelah itu, orang tua membagikan nasi yang ada ayam,
telur, sayur/mie, tahu, tempe dan ikan bandeng. Setelah acara tersebut, pada malam hari juga
diadakan syukuran kembali dan biasanya juga dibacakan surat Yusuf. Jika anaknya laki-laki
agar ganteng seperti Nabi Yusuf, dan jika surat Mariam, maka anaknya cantik seperti
Mariam. Acara ini juga dibagikan nasi,ikan/ayam, sayur/mie, telur, tahu, tempe, ikan bandeng
dan juga rujak.
Dalam acara selamatan 7 bulanan ini dapat kita ambil positifnya, yaitu bisa berbagi rizki
lebih pada orang lain. Ibu bisa makan-makanan bergizi, seperti telur, ayam, ikan bandeng dan
juga dibacakan do’a oleh banyak orang agar kehamilannya lancar dan tidak ada halangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan yang
meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian.
Ada beberapa perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan, baik yang tidak memiliki pengaruh maupun yang berpengaruh bagi ibu yang
sedang hamil ataupun bersalin. Peran seorang bidan atau tenaga kesehatan disini sangatlah
penting untuk bisa meluruskan mana kebiasaan yang sebaiknya perlu diubah dan mana yang
masih bisa diperbolehkan untuk dilakukan.

3.2 Saran
1. Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan
sebelum melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak
membahayakan bagi kondisinya.
2. Budayayang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan ibu hamil dan
bersalin. Jika kita lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut
tidak baik, maka tidak boleh diikuti lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Social Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Erdila, Mita. 2013. Budaya Kehamilan dan Persalinan.
Ola. V, Meninda. 2013. SOSIAL BUDAYA PADA KEHAMILAN.
Retna Ambarwati, Eny. 2011. ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Zahro. 2012. Perilaku Sosial Budaya yang Mempengaruhi PelayananKebidanan.

Anda mungkin juga menyukai