Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bidan di komunitas dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa


nifas melalui kunjungan rumah, yang dapat dilakukan pada hari ketiga, minggu
kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu ibu dalam proses
pemulihan ibu dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir
melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan,
menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000
gram.Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua system.

Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula


miniature anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam
rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba
mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72
pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting
bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu
sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu
anastesi terhadap neonatus (BBL).
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian neonatus ( BBL ) ?
2) Kapan jadwal kunjungan bayi baru lahir ?
3) Apa saja managemen bayi baru lahir ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang Pengertian Neonatus
2) Untuk mengethui Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir di Komunitas
3) Untuk mengetahui Managemen Bayi Baru Lahir dan Neonatus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Neonatus

Menurut Dep. Kes. RI, (2007) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000
gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit
kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada
30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada
bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi,
2010).

a. Klasifikasi neonatus

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut
Marmi (2015) , yaitu :

1) Neonatus menurut masa gestasinya :


a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
2) Neonatus menurut berat badan lahir :
a) Berat lahir rendah : < 2500 gram
b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c) Berat lahir lebih : > 4000 gram

3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).

B. Jadwal Kunjungan

Kunjungan Neonatus (KN)

Kunjungan Penatalaksanaan

Kunjungan Neonatal  Mempertahankan suhu tubuh bayi


ke-1 (KN 1) dilakukan  Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam
dalam kurun waktu 6- jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi
48 jam setelah bayi masalah medis dan jika suhunya 36.5 Bungkus
lahir. bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala
bayi harus tertutup.
 Pemeriksaan fisik bayi
 Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih
untuk pemeriksaan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
lakukan pemeriksaan
 Telinga : Periksa dalam hubungan letak dengan
mata dan kepala
 Mata :. Tanda-tanda infeksi
 Hidung dan mulut : Bibir dan langitanPeriksa
adanya sumbing Refleks hisap, dilihat pada saat
menyusu
 Leher :Pembekakan,Gumpalan
 Dada : Bentuk,Puting,Bunyi nafas,, Bunyi jantung
 Bahu lengan dan tangan :Gerakan Normal, Jumlah
Jari
 System syaraf : Adanya reflek moro
 Perut : Bentuk, Penonjolan sekitar tali pusat pada
saat menangis, Pendarahan tali pusat ? tiga
pembuluh, Lembek (pada saat tidak menangis),
Tonjolan
 Kelamin laki-laki : Testis berada dalam skrotum,
Penis berlubang pada letak ujung lubang
 Kelamin perempuan :Vagina berlubang,Uretra
berlubang, Labia minor dan labia mayor
 Tungkai dan kaki : Gerak normal, Tampak
normal, Jumlah jari
 Punggung dan Anus: Pembekakan atau cekungan,
Ada anus atau lubang
 Kulit : Verniks, Warna, Pembekakan atau bercak
hitam, Tanda-Tanda lahir
 Konseling : Jaga kehangatan, Pemberian ASI,
Perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-
tanda bahaya
 Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu
: Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah
hisapan, Kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat
> 60 x/m atau menggunakan otot tambahan,
Letargi –bayi terus menerus tidur tanpa bangun
untuk makan,Warna kulit abnormal – kulit biru
(sianosis) atau kuning, Suhu-terlalu panas (febris)
atau terlalu dingin (hipotermi), Tanda dan perilaku
abnormal atau tidak biasa, Ganggguan gastro
internal misalnya tidak bertinja selama 3 hari,
muntah terus-menerus, perut membengkak, tinja
hijau tua dan darah berlendir, Mata bengkak atau
mengeluarkan cairan
 Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa tali
pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara
dan dengan kain bersih secara longgar, Lipatlah
popok di bawah tali pusat ,Jika tali pusat terkena
kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan
keringkan dengan benar
 Gunakan tempat yang hangat dan bersih
 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan
 Memberikan Imunisasi HB-0
Kunjungan Neonatal  Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan
ke-2 (KN 2) dilakukan kering
pada kurun waktu  Menjaga kebersihan bayi
hari ke-3 sampai  Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
dengan hari ke 7 infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah
setelah bayi lahir. dan Masalah pemberian ASI
 Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal
10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca
persalinan
 Menjaga keamanan bayi
 Menjaga suhu tubuh bayi
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan Buku KIA
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Kunjungan Neonatal  Pemeriksaan fisik
ke-3 (KN-3) dilakukan  Menjaga kebersihan bayi
pada kurun waktu  Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi
hari ke-8 sampai baru lahir
dengan hari ke-28  Memberikan ASIBayi harus disusukan minimal
setelah lahir. 10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca
persalinan.
 Menjaga keamanan bayi
 Menjaga suhu tubuh bayi
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan Buku KIA
 Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan
mengalami hipotermi,meskipun berada dalam ruangan yang relative hangat.
Mekanisme Kehilangan panas pada bayi baru lahir ;

a. Evaporasi : kehilangan panas pada tubuh terjadi karena menguapnya cairan


ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak
segera dikeringkan
b. Konduksi : Kehilangan panas melalui kontak langsung antar tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin
c. Konveksi : Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara
sekitar yang lebih dingin
d. Radiasi : Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda
yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperature tubuh bayi
Upaya untuk mencegah kehilangan panas:

a) Keringkan bayi secara seksama


b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
c) Tutupi kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir setidak-tidaknya 6
jam setelah lahir
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehensif,


Manajemen Terpadu Bayi Muda, yang meliputi :

a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksl bakteri, ikterus, diare,


berat badan rendah.
b. Perawatan tali pusat.
c. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
d. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberlkan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dangan menggunakan Buku KIA
e. Penanganan dan rujukan kasu

Perawatan kesehatan pada balita

Balita merupakan anak usia 1-5 tahun. Pelayanan kesehatan pada anak
balita, meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala


2. Penyuluhan pada orang tua, mengenai:
a) Kebersihan anak
b) Perawatan gigi
c) Perbaikan gizi/pola pemberian makan anak
d) Kesehatan lingkungan
e) Pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenalidentitasnya
sebagai laki-laki atau perempuan)
f) Perawatan anak sakit
g) Jauhkan anak dari bahaya
h) Cara menstimulasi perkembangan anak
3. Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit
4. Pemberian vitamin A, kapsul vit.A berwarna merah diberikan 2 kali dalam
setahun
5. Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan
cara menanggulanginya

Kunjungan anak balita

Bidan berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya ataupun yang


ditolong oleh dukun di bawah pengawasan bidan di rumah. Kunjungan ini
dilakukan pada:

a) Minggu pertama setelah persalinan. Untuk selanjutnya bayi bisa dibawa


ketempat bidan bekerja.
b) Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan.
c) Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12
bulan
d) Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24
bulan
e) Selanjutnya pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun.

Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita antara lain:

a) Pemeriksaan fisik pada ana


b) Penyuluhan atau nasehat pada ibu dan keluarga
c) Dokumentasi pelayanan
C. Managemen Bayi Baru Lahir dan Neonatus

Selama kehamilan ibu hamil harus memeriksakan kehamilan minimal empat


kali di fasilitas pelayanan kesehatan, agar pertumbuhan dan perkembangan janin
dapat terpantau dan bayi lahir selamat dan sehat.

1) Tanda-tanda bayi lahir sehat:

a. Berat badan bayi 2500-4000 gram


b. Umur kehamilan 37-40 minggu
c. Bayi segera menangis
d. Bayi segera menangis
e. Bergerak aktif, kulit kemerahan
f. Mengisap ASI dengan baik
g. Tidak ada cacat bawaan
h. Tatalaksana Bayi Baru Lahir

2) Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:

Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam
jam sampai 28 hari

a. Asuhan bayi baru lahir normal, a. Pemeriksaan neonatus pada periode


dilaksanakan segera setelah lahir, ini dapat dilaksanakan di puskesmas
dan diletakkan di dekat ibunya atau pustu atau polindes atau
dalam ruangan yang sama poskesdes dan atau melalui
b. Asuhan bayi baru lahir dengan kunjungan rumah oleh tenaga
komplikasi dilaksanakan satu kesehatan
ruangan dengan ibunya atau di b. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan
ruangan khusus di dekat ibu, bayi didampingi ibu
c. Pada proses persalinan, ibu dapat atau keluarga pada saat diperiksa
didampingi suami atau diberikan pelayanan kesehatan
3) Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
1. Asuhan bayi baru lahir

Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan


Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru
lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi
baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat
gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu
selama 24 jam).

4) Asuhan bayi baru lahir meliputi:


a. Pencegahan infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di
paha kiri
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
h. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis
tunggal
i. Pemeriksaan bayi baru lahir
j. Pemberian ASI eksklusif

5) Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah


transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan
tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam
pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan,
tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada
setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari
setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah
potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant
death syndrome (SIDS) (Lissauer, 2013).

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk


membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan
suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi (Saifuddin, 2008).

Asuhan bayi baru lahir meliputi :

a) Pencegahan Infeksi (PI)


b) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :
 Apakah kehamilan cukup bulan?
 Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga


harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak
dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

c) Pemotongan dan perawatan tali pusat

Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai
dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu.
Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu
tangan melindungi perut bayi.

Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara, membersihkan
dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat,
dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).

d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung
selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).

Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60
menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian
vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan
lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan) :

a. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin


b. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix,
kemudian tali pusat diikat.
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan
KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu
ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
d. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri
mencari puting susu ibu.
e. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum
menyusu.
f. Biarkan KULIT bayi bersentuhan dengan KULIT ibu minimal selama SATU
JAM; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu
sampai 1 jam
g. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi
lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit
ibu selama 30 MENIT atau 1 JAM berikutnya.

e) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan
RI, 2013).

f) Pemberian salep mata/tetes mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau 11 antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus
tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

g) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis tunggal di paha


kiri

Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1


(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan
BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis
melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang
memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan
beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang
kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat diberikan dalam waktu
6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).
h) Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi
Hepatitis B (HB 0)

Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah


IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh
dokter, bidan atau perawat.

a. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg


intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
b. Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata
(Oxytetrasiklin 1%).
c. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.

i) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan


pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di
fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada
24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada
umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan


ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu
atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.

Waktu pemeriksaan bayi baru lahir:

Bayi lahir di fasilitas kesehatan Bayi lahir di rumah

Baru lahir sebelum usia 6 jam Baru lahir sebelum usia 6 jam
Usia 6-48 jam Usia 6-48 jam

Usia 3-7 hari Usia 3-7 hari

Minggu ke 2 pasca lahir Minggu ke 2 pasca lahir

Langkah langkah pemeriksaan:

a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).


b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan
dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.
c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi.

j) Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman


tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan
dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian
ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan.
Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

k) Pencatatan dan Pelaporan

Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga kesehatan harus dicatat pada:

1. Buku KIA (buku kesehatan ibu a. Pencatatan pada ibu meliputi


dan anak) keadaan saat hamil, bersalin dan
nifas
b. Pencatatan pada bayi meliputi
identitas bayi, keterangan lahir,
imunisasi, pemeriksaan neonatus,
catatan penyakit, dan masalah
perkembangan serta KMS

2. Formulir Bayi Baru Lahir a. Pencatatan per individu bayi baru


lahir, selain partograph
b. Catatan ini merupakan dokumen
tenaga kesehatan

3. Formulir pencatatan bayi muda a. Pencatatan per individu bayi


(MTBM) b. Dipergunakan untuk mencatat
hasil kunjungan neonatal yang
merupakan dokumen tenaga
kesehatan puskesmas

4. Register kohort bayi a. Pencatatan sekelompok bayi di


suatu wilayah kerja puskesmas
b. Catatan ini merupakan dokumen
tenaga kesehatan puskesmas

l) Fasilitas

Peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan bayi baru lahir


harus tersedia dalam satu ruangan dengan ibu, meliputi: Tempat (meja) resusitasi
bayi, diletakkan di dekat tempat ibu bersalin

a. Infant warmer atau dapat digunakan juga lampu pijar 60 watt dipasang
sedemikian rupa dengan jarak 60 cm dari bayi yang berfungsi untuk
penerangan dan memberikan kehangatan di atas tempat resusitasi
b. Alat resusitasi (balon sungkup) bayi baru lahir
c. Air bersih, sabun dan handuk bersih dan kering
d. Sarung tangan bersih
e. Kain bersih dan hangat
f. Stetoskop infant dan dewasa
g. Stop watch atau jam dengan jarum detik
h. Termometer
i. Timbangan bayi
j. Pengukur panjang bayi
k. Pengukur lingkar kepala 30
l. Alat suntik sekali pakai (disposible syringe) ukuran 1 ml/cc
m. Senter
n. Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
o. Salep mata Oxytetrasiklin 1%
p. Vaksin Hepatitis B (HB) 0
q. Form pencatatan (Buku KIA, Formulir BBL, Formulir register kohort bayi)

Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan kunjungan neonatal meliputi:

a. Tempat periksa bayi


b. Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
c. Air bersih, sabun dan handuk kering
d. Sarung tangan bersih
e. Kain bersih
f. Stetoskop
g. Stop watch atau jam dengan jarum detik
h. Termometer
i. Timbangan bayi
j. Pengukur panjang bayi
k. Pengukur lingkar kepala
l. Alat suntik sekali pakai (disposable syringe) ukuran 1ml/cc
m. Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
n. Salep mata Oxytetrasiklin 1%
o. Vaksin Hepatitis B (HB 0)
p. Form pencatatan (Buku KIA, Formulir bayi baru lahir, formulir MTBM,
Partograf, Formulir register kohort bayi).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi
kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan
teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.

Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan


laboratorium, namun kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi
tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu

Obat profilaksis yang rutin diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan,
kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat Alimul, A.Aziz.2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Belita


. Buku Praktikum Kebidanan.EGC. Jakarta
2. Prawihardjo Sarwono.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Ed.1.Cet 11. Tridasar Printer. Jakarta
3. Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai