Anda di halaman 1dari 14

Rhodamin B

Merupakan zat warna sintetis, berwarna merah keunguan, yang digunakan sebagai zat warna
untuk kertas dan tekstil. Sering disalah gunakan untuk pewarna pangan dan kosmetik. Misalnya :
sirup, terasi, kerupuk, lipstik, dll. Ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan
yang terang mencolok. Biasanya makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu
merah terang mencolok. Bahaya utama terhadap kesehatan : pemakaian dalam waktu lama (kronis)
dapat menyebabkan radang kulit alergi, dan gangguan fungsi hati/kanker hati.
Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :
 Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
 Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
 Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
 Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
Zat Kimia Rhodamin B dalam Pewarnaan Makanan
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dapat memperbaiki
tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan
sintetis. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Ironisnya,
di Indonesia terutama industri kecil dan industri rumah tangga makanan masih banyak menggunakan
pewarna nonmakanan atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto, 2006).
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan difenelalanin yang
berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada
konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B sering
disalahgunakan untuk pewarna pangan (kerupuk, makanan ringan, es dan minuman yang sering dijual
di sekolahan), serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen.
Rhodamin B dan methanil yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang
penggunaannya dalam makanan (Peraturan Menkes No.1168/Menkes/ PER/ X/ 1999). Sementara itu
uji coba pada tikus yang diberi Rhodamin B selama satu minggu menunjukkan adanya pembesaran
organ berupa peningkatan berat hati, ginjal, dan limpa.
Kita dapat mengenali ciri makanan yang menggunakan Rhodamin B, yaitu biasanya makanan
yang diberi zat pewarna ini lebih terang atau mencolok warnanya dan memiliki rasa agak pahit.
Disamping itu, apabila kita ingin melakukan pewarnaan makanan yang murah namun dengan tidak
melibatkan zat-zat kimia yang dapat merusak kesehatan, kita dapat menggunakan daun suji (untuk
pewarna hijau), daun jambu atau daun jati (warna merah), dan kunyit (untuk pewarna kuning).
Namun pada kenyataannya, kewaspadaan dari diri individu masing-masing dalam memilih
makanan tidaklah cukup. Pengawasan dari pemerintah setempat untuk mengawasi perdagangan
serta keluar-masuknya bahan kimia juga sangat diperlukan. Sampurno-Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan, “Untuk mengantisipasi dampak keracunan dan
meningkatkan keamanan pangan, rencana badan POM kedepan, akan membentuk Pusat
Kewaspadaan dan Penanggulangan Keamanan Makanan di Indonesia (National Center Food Safety
Alert and Respons). Tak kalah penting, badan POM perlu meningktkan koordinasi lintas sektor tentang
pengelolaan dan pengamanan bahan kimia.”
Analisis zat aditif Rhodamin B dapat diidentifikasi bahan volatilnya pada suhu 135°C dan
bahan tak larut dengan metode gravimetri, serta warna total dalam pelarut air dengan metode
spektrofotometri. Selain itu, ada juga cara uji pewarna makanan sesuai SNI 01-2895-1992, Cara Uji
Pewarna Tambahan Makanan.
Dalam makalah ini dijelaskan cara analisis terhadap bahan pangan. Bahan Tambahan Pangan
adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, salah
satunya adalah zat pewarna Rhodamin B.
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan difenilalanin yang
berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada
konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Zat pewarna Rhodamin B
merupakan zat warna sintetis, berwarna merah keunguan, yang digunakan sebagai zat warna untuk
kertas dan tekstil. Sering disalah gunakan untuk pewarna pangan dan kosmetik. Misalnya : sirup,
terasi, kerupuk, lipstik, dll. Ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan yang
terang mencolok. Biasanya makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu
merah terang mencolok. Bahaya utama terhadap kesehatan yaitu pemakaian dalam waktu lama
(kronis) dapat menyebabkan radang kulit alergi, dan gangguan fungsi hati/kanker hati.
Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :
 Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
 Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
 Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, dan udem pada kelopak
mata.
 Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
Kita dapat mengenali ciri makanan yang menggunakan Rhodamin B, yaitu biasanya makanan
yang diberi zat pewarna ini lebih terang atau mencolok warnanya dan memiliki rasa agak pahit.
Disamping itu, apabila kita ingin melakukan pewarnaan makanan yang murah namun dengan tidak
melibatkan zat-zat kimia yang dapat merusak kesehatan, kita dapat menggunakan daun jambu atau
daun jati (warna merah).
Analisis zat aditif Rhodamin B dapat diidentifikasi bahan volatilnya pada suhu 135°C dan
bahan tak larut di dalamnya dengan metode gravimetri, serta warna total dalam pelarut air dengan
metode spektrofotometri. Uji kualitatif dilakukan dengan cara sampel yang tak larut dalam air,
digunakan pelarut air panas, aseton, alkohol, xilena, atau larutan alkali. Prosedur kerja yang dilakukan
sebenarnya adalah metode gravimetri (uji kuantitatif) tetapi metode ini merupakan metode awal (uji
pendahuluan) terhadap sampel yang mengandung Rhodamin B. Selebihnya bisa dilakukan uji
kuantitatif, yaitu penimbangan. Selain uji kuantitatif dengan metode gravimetri, dapat juga digunakan
metode spektrofotometri. Dalam metode ini dilakukan penbuatan standarisasi sampel sebagai koreksi
atau kalibrator. Selanjutnya, dapat ditentukan kandungan zat aditif (Rhodamin B) dalam sampel
menggunakan rumus berikut :
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam makanan yang kita konsumsi, kita tidak mengetahui apakah di dalam makanan tersebut
terdapat zat pewarna sintetis yang dilarang atau tidak, khususnya Rhodamin B merupakan zat aditif
yang sangat berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Berdasarkan makalah ini,
dapat disimpulkan bahwa makanan yang mengandung zat pewarna Rhodamin B memiliki warna
makanan yang terang mencolok. Selain itu, memiliki rasa agak pahit. Apabila kita ingin melakukan
pewarnaan makanan yang murah namun dengan tidak melibatkan zat-zat kimia yang dapat merusak
kesehatan, kita dapat menggunakan daun jambu atau daun jati (warna merah). Analisis untuk zat
aditif Rhodamin B yaitu menggunakan reaksi warna metode gravimetri (kualitatif) dan metode
spektrofotometri (kuantitatif).
5.2 Saran
Bagi masyarakat, perlu adanya pengetahuan dan informasi yang cukup tentang zat-zat kimia
yang terkandung dalam makanan (Rhodamin B) pada masyarakat serta pengawasan keluar-
masuknya (perdagangan) zat kimia sangat penting untuk meminimumkan penyalahgunaan zat-zat
kimia tersebut. Oleh sebab itu, respon dan tindakan dari pemerintah sangatlah diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1970. Analysis Method Second Edition. Association of Official Agriculture Chemists. United State of
America.
http://www.republika.co.id/. Diakses tanggal 11 Juni 2010.
http://www.dkp.co.id/. Diakses tanggal 11 Juni 2010.
http://www.pikiran-rakyat.com/. Diakses tanggal 11 Juni 2010.
http://www.kimianet.lipi.go.id/. Diakses tanggal 11 Juni 2010.
http://www.kompas.com www.pin2.usm/. Diakses tanggal 11 Juni 2010.
http://www.media.or.id/. Diakses tanggal 11 Juni 2010.
Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan.
Pengertian Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk
serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi
tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan
kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri
Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamin dalam makanan masih
terdapat di lapangan. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna
dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang
berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar
matahari.
Rhodamin B memiliki nama lain, di antaranya acid butirat pink B. ADC rhodamin B, brilliant pink B,
calcozine rhodamin BL, aizen rhodamin BH, aizen rhodamin BHC, akiriku rhodamin B, calcozine rhodamin
BX, calcozin rhodamin BXP, cerise toner, certiqual rhodamin, cogilor red 321.10, cosmetic briliant pink
bluish D conc, edicol supra rose B, elcozine rhodamin B, geranium lake N, hexacol rhodamin B extra,
rheonin B, symulex magenta, takaoka rhodamin B, tetraetil rhodamin.

Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang
sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah-
merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi
kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam
laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan
titik leburnya pada suhu 1650C.

B. Sumber Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan difenelalanin yang berbentuk
serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi
tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B digunakan sebagai zat warna
untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu dan kulit; sebagai reagensia di laboratorium untuk
pengujian antimon, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium dan tungsten; untuk
pewarna biologik.

Rhodamin B sering disalahgunakan untuk pewarna pangan (kerupuk, makanan ringan, es dan
minuman yang sering dijual di sekolahan), serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen.
Zat ini dapat memicu terjadinya kanker karena zat pewarna tekstil atau cat biasanya mengandunglogam
berat seperti As,Pb, dan Hg yang bersifat racun sehingga membahayakan kesehatan konsumen.

Ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan yang terang mencolok. Biasanya
makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu merah terang mencolok. Bahaya
utama terhadap kesehatan yaitu pemakaian dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan radang kulit
alergi, dan gangguan fungsi hati/kanker hati
C. Mekanisme Racun Rhodamin B
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat
racun yang terdapat dalam Rhodamin B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi
juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B
terkontaminasai oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen. Dengan terkontaminasinya
Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam
makanan.

Didalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini
merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Reaksi untuk mengikat ion klorin disebut
sebagai sintesis zat warna. Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B berwarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara rhodamin B dan klorin membuat adanya kesimpulan bahwa
atom klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksis bila masuk kedalam
tubuh manusia.

Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata,
menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hamper mirip dengan sifat dari klorin yang
seperti disebutkan diatas berkaitan dalam sturktur Rhodamin B. Klorin (senyawa halogen) dalam
Rhodamin B adalah senyawa radikal yang akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan
berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada
manusia.

Rhodamin B bersifat lokal dan sistemik jika masuk ke dalam tubuh. Lokal maksudnya, zat langsung
merusak zat yang dilaluinya. Sedangkan sistemik maksudnya, zat kimia sudah memiliki target organ yang
akan dirusak jika masuk dalam tubuh. Untuk rhodamin B biasanya jika masuk ke tubuh akan mengganggu
fungsi kerja hati. Awalnya hanya terganggu namun karena Rhodamin memiliki sifat karsinogenik maka
lama-kelamaan akan memicu tumbuhnya sel kanker di hati.

D. Gejala Klinis
Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamine B termasuk karsinogen
yang kuat. Efek negatif lainnya adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan
timbulnya kanker hati. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat pewarna tersebut memang
berbahaya bila digunakan pada makanan. Hasil suatu penelitian menyebutkan bahwa pada uji terhadap
mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan
jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya
piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis
dari sitoplasma.

Secara kimia adanya ikatan dengan klorin (-Cl) pada struktur molekulnya menyebabkan rhodamin B
berbahaya jika dikonsumsi. Hal ini dikarenakan klorin merupakan senyawa anorganik sangat reaktif,
toksik, dan bersifat karsinogenik (memicu kanker).

Bahaya rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan
kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas
berikatan dalam struktur rhodamin B. Ganguan fungsi hati atau kanker hati. Rhodamin B bisa menumpuk
dilemak sehingga lama – lama jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B bisa memicu kanker jika di
produksi tahunan.

Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa
atom Klorin yang ada pada rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam
tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada
dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.

Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa
yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur rhodamin B kita ketahui
mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas
yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan
berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita
sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.

Rhodamin B memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar
maupun berulang-ulang dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tubuh, antara lain :

1. Sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran
pencernaan, keracunan, dan gangguan hati/liver.
2. Jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada
saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati
Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, pada kelopak mata.
3. Jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau
merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
4. Jika sudah masuk dalam tubuh kita dia akan mengendap pada jarigan hati dan lemak,tidak dapat di
keluarkan. dalam jangka waktu lama bisa bersifat karsinogenik (penyebab kanker).
5. Bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengonsumsi
makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-
kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian.

Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :

1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.


2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.

E. Sampel Yang Digunakan Untuk Pemeriksaan Rhodamin B


Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan rhodamin b adalah sampel makanan dan minuman yang
diduga mengandung rhodamin b seperti kerupuk, makanan ringan, es dan minuman yang sering dijual di
sekolahan dan kosmetik.

Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata,
menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin.
Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa
yang radikal. Pemeriksaannya dilakukan dengan cara sebagai berikut;

a. Alat

1. Cawan petri
2. Spet
3. Mortal
4. Pipet tetes
5. Tabung reaksi & rak tabung reaksi

b. Bahan
1. Pereaksi Rhodamin - B ( Test kit )
2. Sampel
 Sirup merah cap bintang
 Kue kukus dengan warna merah terang
3. Air mineral
4. Kapas

c. Cara kerja

1. Persiapkan sampel yang akan di periksa ( sirup merah dan kue kukus warna merah terang );
2. Sampel padat dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mortal;
3. Tambahkan sedikit air agar sampel menjadi lebih halus atau menjadi homogen dengan air;
4. Kemudian tuangkan masing-masing sampel ke dalam cawan petri;
5. Ambil air yang telah homogen dengan sampel menggunakan spet sebanyak 1 ml; ( note : Tanpa ada
padatannya )
6. Kemudian masukkan kedalam tabung reaksi;
7. Lalu tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi I rhodamin - b ke dalam tabung reaksi tersebut secara hati – hati
tetes demi tetes dan segera tutup botolnya;
8. Setelah itu tambahkan 5 tetes pereaksi II rhodamin – b;
9. Kemudian tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi III rhodamin – b (gunakan pipet tetes yang ada);
10. Dikocok dengan hati – hati;
11. Jika terbentuk warna ungu (violet) pada lapisan atas, sampel positif mengandung rhodamin – b.

F. Metode Pemeriksaan

Adapun metode pemeriksaan rhodamin b, yaitu sebagai berikut :

Teknik analisa sederhana


Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN Hyderabad India, telah melaporkan hasil penelitiannya, bahwa
deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan peralatan yang
sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan adanya pelarut ataupun
memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan.
Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena cara analisisnya tidak
membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun.

Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda dengan
zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air yang berbeda. Zat
pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning), dan Malachite Green
(hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Pada Tabel 1, dapat dilihat daftar beberapa pewarna sintetik
yang mudah larut dan tidak mudah larut dalam air.

Kromatografi

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua
cara kromatografi menggunakan dua fase tetap ( stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile);
pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini.

Kromatografi kertas

Prinsip kerjanya adalah kromatography kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah
zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat
pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.

Sejumlah cuplikan 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100 ml, ditambahkan asam asetat encer kemudian
dimasukan benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit
sambil diaduk. Benang wool dipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air dingin berulang-ulang hingga
bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% di atas penangas air
hingga bebas ammonia.

Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding yang cocok (larutan pekatan yang
berwarna merah gunakan pewarna zat warna merah). Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas.
Elusi dengan eluen 1 (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan eluen II (2 gr NaCl dalam 100 ml
etanol 50%)

Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul
Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut,
dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut.

Kromatografi Lapis Tipis

Kualitatif

1. Pembuatan larutan uji (Larutan A)

Ditimbang sebanyak 2 g sampel, kemudian ditambahkan 4 tetes HCl 4 M dan 5 ml methanol.


Dipanaskan selama 5 menit hingga sampel melarut. Selanjutnya ditambahkan methanol ad 30 ml, disaring
dengan kertas saring, dan ditambahkan Na-sulfat anhidrat kedalamnya. Filtrat diambil dan dimasukkan
kedalam botol vial.
2. Pembuatan larutan baku (Larutan B)

Ditimbang sebanyak 5 mg pewarnaa rhodamin B baku pembanding. Dilarutkan dalam 10 mL


methanol, dikocok hingga larut.

3. Pembuatan larutan C
Dipipet sejumlah volume yang sama antara larutan A dan larutan B. dicampur dan dihomogenkan.
4. Uji identifikasi sampel

Plat KLT disiapkan, kemudian ditotolkan larutan baku dan larutan sampel secara terpisah. Didiamkan
plat KLT hingga mongering. Kemudian plat KLT dimasukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan
dengan propanol : ammonia (90 : 10). Dibiarkan fasa gerak nya naik hingga batas pelat, dan dikeringkan.
Selanjutnya diamati noda dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Warna merah
berfluoresensi kuning menunjukkan adanya rhodamin B.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk
serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi
tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.

Rhodamin B digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu dan
kulit; sebagai reagensia di laboratorium untuk pengujian antimon, kobal, niobium, emas, mangan, air
raksa, tantalum, talium dan tungsten; untuk pewarna biologik.

Rhodamin B bersifat lokal dan sistemik jika masuk ke dalam tubuh. Lokal maksudnya, zat langsung
merusak zat yang dilaluinya. Sedangkan sistemik maksudnya, zat kimia sudah memiliki target organ yang
akan dirusak jika masuk dalam tubuh. Untuk rhodamin B biasanya jika masuk ke tubuh akan mengganggu
fungsi kerja hati. Awalnya hanya terganggu namun karena Rhodamin memiliki sifat karsinogenik maka
lama-kelamaan akan memicu tumbuhnya sel kanker di hati. Bahaya rhodamin B seperti menyebabkan
iritasi bila terkena mata.

Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan rhodamin b adalah sampel makanan dan minuman yang
diduga mengandung rhodamin b seperti kerupuk, makanan ringan, es dan minuman yang sering dijual di
sekolahan dan kosmetik.

Adpun metode pemeriksaan rhodamin b yaitu teknik analisa sederhana dengan menggunakan
kromatografi.

B. Saran
Bagi masyarakat, perlu adanya pengetahuan dan informasi yang cukup tentang zat-zat kimia yang
terkandung dalam makanan (Rhodamin B) pada masyarakat serta pengawasan keluar-masuknya
(perdagangan) zat kimia sangat penting untuk meminimumkan penyalahgunaan zat-zat kimia tersebut.
Oleh sebab itu, respon dan tindakan dari pemerintah sangatlah diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/6849864/Zat_Pewarna_Berbahaya_Rhodamin_B
http://dinazainuddin.blogspot.com/2012/12/dampak-penggunaan-zat-pewarna-tekstil.html

http://amelyaputeri.blogspot.com/2014/05/bahaya-pewarna-tekstil-rhodamin-b-pada.html

https://informasisehat.wordpress.com/2009/05/21/bahaya-zat-pewarna-pada-makanan/

http://filediplomafarmasi.blogspot.com/2013/09/kimia-organik-rhodamin-b.html

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-identifikasi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai