Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah PDF
Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah PDF
1. 2014
Oleh :
*) **)
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani
*) Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT**) Universitas Mulawarman
Abstrak
Prosespengolahan air limbah yang mengandungpolutanorganikyang banyak
digunakandiIndonesiaterutama di Jakartaadalahproses lumpur aktif. Masalahnya adalahkualitas
airolahannya seringbelummemenuhistandarbaku mutu.Beberapafaktor yang
mempengaruhiadalahwaktutinggalhidrolik(HRT) terlalu pendek, fluktuasilaju alirair
limbah,prosesaerasi yang tidak berfungsidengan baikdanjugayang tidakkalah pentingnya
adalahkesalahanoperasionalyang disebabkan olehkurangnya pengetahuanoperator. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut diperlukaninovasi teknologiuntuk meningkatkanefisiensiproses
pengolahan air limbahterutamaproses lumpur aktif.
Teknologi Moving BedBiofilmReaktor(MBBR) merupakan salah satualternatif yang
efektifuntukmengolah air limbah yang mengandungpolutanorganik. Pada prinsipnya,
MBBRmerupakan modifikasi dariproseslumpur aktif yang ditingkatkandengan
menambahkanmediake dalam bak aerasi.
Makalah ini menjelaskan tentang studipengolahan airlimbah
domestikmenggunakanprosesMBBRyang diisi denganmediaplastikbioballyang memiliki luas
2 3
permukaan spesifik 210m /m sebanyak 20% darivolumetangkiaerasisebagaitempat melekatnya
mikroorganismeuntuk meningkatkan efisiensiserta menjagastabilitasproses.
Hasil penelitianmenunjukkan bahwadengan waktu tinggal hidrolik(HRT) dalam tangkiaerasi 12
jam, 8jam, 6jam dan4, serta rasiosirkulasilumpurR=1,0Q, efisiensipenghilanganamoniakmasing-
3
masingadalah94,05%, 03,42%, 89%,dan79,6%. Dengan beban amoniak0,106-0,302kg/m .hari, di
dapatkan efisiensipenghilanganamoniak 95,54-83,01%. Semakin besarbeban amoniak, efisiensi
penghilanganamoniaksemakin kecil.Waktu tinggal yang optimal adalah 6 jam dengan efisiensi
penghilangan amoniak mencapai 89 %, dan konsentrasi amoniak di dalam efluen rata-rata 8,3
mg/l.
Abstract
The treatment process of wastewater contains organic pollutant which used in Indonesia
especially in Jakarta is generaly activated sludge process. The problem is its treated water quality
which frequently does not yet fulfilled to effluent standard of wastewater. Some affecting factors
are hydraulic retention time (HRT) too short, the fluctuation of wastewater flow rate, unfavorable
function of aeration process and also which do not less important is operational mistake caused
by insufficient knowledge of operator. To overcome the mentioned problems it is needed
technological innovation to increase efficiency of wastewater treatment process especially
activated sludge process.
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) technologyisone of
theeffectivealternativefortreatingwastewatercontainingorganicpollutants. In principle, MBBRis
amodification ofthe activated sludgeprocessisenhancedby addingthe mediainto theaerationtank.
This paper describes the study of domestic waste water treatment using MBBR process which is
2 3
filled with bioball plastic media which has specific surface 210 m /m as much as 20%ofthe
volume ofthe aeration tank for attaching microorganism to increase efficiency and keep stability
of process.
Result of the study shows that within 12 hours, 8 hours, 6 hours and 4 hours of hydraulic retention
time (HRT) in aeration tank and sludge circulation ratio 0f R= 1.0 Q, the removal efficiency of
ammonia were 94.05 %, 93.42 %, 89 %, and 79.6 % respectively. In ammonia loading 0.106 –
3
0.302 kg/m .day, the removal efficiency of ammonia were 95.54 – 83.01 %. The greater ammonia
44
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
45
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
meningkatkan jumlah mikroorganisme yang Kehidupan air terpengaruh oleh amoniak pada
menguraikan polutan juga suplai oksigen akan lebih konsentrasi 1 mg/l dan dapat menyebabkan mati
merata sehingga kemampuan penyerapan oksigen lemas karena dapat mengurangi kapasitas oksigen
menjadi lebih besar serta optimal dalam dalam air.
penghilangan kadar polutan terutama amoniak. Senyawa amoniak dapat mengurangi
Lebih lanjut diharapkan, perlakuan khusus ini efektifitas khlorin yang biasanya digunakan sebagai
dapat memperbesar kontak biologis antara air limbah tahap akhir dalam pengolahan air untuk
dengan mikroorganisme, sehingga pada volume dan menghilangkan bahan organik yang tersisa serta
kapasitas pengolahan yang sama dengan proses untuk proses desinfeksi. Asam hipoklorid dapat
lumpur aktif konvensional, akan didapatkan Hydrolic bereaksi dengan amoniak membentuk khloramin,
Retention Time (HRT) yang optimum dan tentunya dimana kurang efektif sebagai desinfektan sehingga
akan dapat menghemat volume reaktor, sehingga amoniak dapat dikatakan memakai “kebutuhan
aktifitas pengolahan akan lebih efisien baik dalam klorin” pada proses khlorinasi (Benefiled & Randall,
penurunan kadar polutan pencemarnya maupun dari 1980). Di dalam air limbah, senyawa amoniak ini
segi ekonomisnya. dapat diolah secara mikrobiologis dengan cara aerasi
melalui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit dan
1.2 Tujuan Penelitian nitrat.
46
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
Siklus nitrogen yang terjadi di Lingkungan nitrat relatif rendah, tetapi kadar ini dapat menjadi
perairan secara sederhana dapat diilustrasikan tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang
seperti pada Gambar 1 (Hikami,1992). Senyawa nitrat diberi pupuk yang mengandung nitrat.
dan amoniak dalam air digunakan oleh tumbuhan
dan mikroorganisme dalam proses biosintesis 2.3 Penghilangan Amoniak Secara Biologis
(asimilasi) untuk membentuk sel baru yang akan
menghasilkan nitrogen organik. 2.3.1 Nitrifikasi
-
4NO3 + 8H2O 4NH3 + 4O2 + 4OH
- Proses nitrifikasi menurut Grady & Lim (1980)
didefinisikan sebagai konversi nitrogen ammonium
NH3 + CO2 + tumbuhan hijau + cahaya matahari (NH4-N) menjadi nitrit (NO2-N) yang kemudian
protein menjadi nitrat (NO3-N) yang dilakukan oleh bakteri
autotropik dan heterotropik. Proses nitrifikasi ini
Setelah hewan dan tumbuhan mati, maka dapat dilihat dalam dua tahap yaitu :
akan didekomposisi oleh proses biokimia dan bahan- Tahap nitritasi, merupakan tahap oksidasi ion
+ -
bahan nitrogen organik akan diubah kembali dalam ammonium (NH4 ) menjadi ion nitrit (NO2 ) yang
bentuk amoniak. Proses ini dinamakan sebagai dilaksanakan oleh bakteri nitrosomonas menurut
proses mineralisasi. Sebagian besar amoniak di alam reaksi berikut :
-
akan dioksidasi menjadi bentuk nitrit (NO2 ) dan Nitrosomonas
-
kemudian menjadi nitrat (NO3 ) yang dilakukan oleh + - - +
NH4 + ½O2 + OH NO2 + H + 2H2O + 59,4 Kcal
dua macam bakteri autotrof dalam proses yang
disebut nitrifikasi. Reaksi ini memerlukan 3,43 gr O2 untuk mengoksidasi
1 gr nitrogen menjadi nitrit.
47
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
menjadi nitrat. Tetapi mengingat kebutuhan O2 yang Beberapa senyawa di dalam air yang bersifat
cukup besar, maka akan terjadi penurunan oksigen di racun sangat sensitif terhadap proses nitrifikasi.
dalam perairan tersebut sehingga akan terjadi kondisi Beberapa senyawa racun yang dapat menghambat
septik. proses nitrifikasi antara lain: cianida, thiourea,
Pada proses pengolahan senyawa NH4-N phenol, aniline dan logam berat seperti perak (Ag),
secara biologis kebutuhan O2 cukup besar, sehingga merkuri (Hg), Nikel (Ni), Krom (Cr), Tembaga (Cu) dan
kebutuhan O2 yang tinggi dapat dipenuhi dengan Seng (Zn). Konsentrasi Logam berat di dalam air tidak
cara memperbesar transfer O2 ke dalam instalasi boleh melebihi 5 mg/l (Bitton, 1994). Senyawa
pengolahan. Pada reaktor lekat ini, transfer O2 yang organik tidak secara langsung dapat menghambat
besar dapat diperoleh dengan cara menginjeksikan proses nitrifikasi, tetapi secara tidak langsung dapat
udara ke dalam reaktor. Dengan adanya injeksi udara menyebabkan berkurangnya konsentrasi oksigen
diharapkan kontak antara gelembung udara dan air terlarut di dalam air oleh mikroorganisme
yang akan diolah dapat terjadi. heterotroph sehingga dapat menghambat proses
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nitrifikasi.
proses nitrifikasi dalam pengolahan air adalah :
2.3.2 Denitrifikasi
Konsentrasi Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Proses nitrifikasi merupakan proses aerob, Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat dan
maka keberadaan oksigen sangat penting dalam nitrit dimana nitrat digunakan sebagai terminal
proses ini. Benefield (1980) mengatakan bahwa hydrogen pada saat potensial oksigen rendah dalam
proses nitrifikasi akan berjalan dengan baik jika DO limbah. Produk akhir yang dihasilkan dari penguraian
minimum 1 mg/l. Bitton (1994) mengatakan agar nitrat dan nitrit tersebut adalah gas nitrogen (N2)
proses nitrifikasi dapat berjalan dengan baik maka atau nitrogen oksida (N2O). kedua gas tersebut
konsentrasi oksigen terlarut di dalam air tidak boleh bersifat inert dan dapat menguap di udara.
kurang dari 2 mg/l. Bakteri heterotrofik fakultatif yang mampu
menggunakan nitrat atau nitrit antara lain adalah
Temperatur Micrococcus, Pseudomonas, Denitro-bacillis, Spirilum,
Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi Vacilles, dan Achromobacter.
dipengaruhi oleh temperatur antara 8 – 30C, Reaksi penguraian nitrat dan nitrit tersebut
sedangkan temperatur optimumnya sekitar 30C dapat dijabarkan sebagai berikut (Metcalf & Eddy,
(Hitdlebaugh and Miler, 1981). 1991 :
pH - -
NO3 + organik ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ sel + NO2 + CO2 + H2O
Pada proses biologi, nitrifikasi dipengaruhi
oleh pH. pH optimum untuk bakteri nitrosomonas -
NO2 + organik ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ sel + N2 + CO2 + H2O
dan nitrobacter antara 7,5 – 8,5 (U.S. EPA, 1975).
Proses ini akan terhenti pada pH dibawah 6,0
(Painter, 1970; Painter and Loveless, 1983). Denitrifikasi merupakan langkah kedua dalam
penyisihan nitrogen setelah proses nitrifikasi. Faktor-
Alkalinitas air akan berkurang sebagai akibat oksidasi
amoniak oleh bakteri nitrifikasi. Secara teori faktor yang berpengaruh pada proses denitrifikasi
alkalinitas akan berkurang 7,14 mg/l sebagai CaCO3 antara lain konsentrasi bahan organik, konsentrasi
+
setiap 1 mg/l NH4 (amoniak) yang diokasidasi (U.S. oksigen terlarut, suhu, pH dan waktu retensi.
Penyisihan nitrogen dari bentuk nitrat
EPA, 1975). Oleh karena itu untuk proses nitrifikasi
alkalinitas air harus cukup untuk menyeimbangkan dikonversi menjadi gas nitrogen pada kondisi anoksik
keasaman yang dihasilkan oleh proses nitrifikasi. (tanpa oksigen). Reaksi penyisihan nitrat adalah
sebagai berikut :
Rasio Organik dan Total Nitrogen (BOD/T-N) - -
NO3 NO2 NO N2O N2
Fraksi bakteria nitrifikasi di dalam biofilm akan
berkurang sebanding dengan meningkatnya rasio Pada proses denitrifikasi dibutuhkan organik
organik terhadap total nitrogen di dalam air (BOD/T- sebagai sumber karbon, selain itu juga dibutuhkan
N) Di dalam proses gabungan oksidasi karbon dan ion sulfat, fosfat, klorida, natrium, kalium,
nitrifikasi, proses nitrifikasi akan berjalan dengan baik magnesium, kalsium, dan beberapa unsur mikro
dengan rasio BOD/T-N lebih besar (Metcalf and untuk membantu aktivitas enzim. Denitrifikasi adalah
Eddy, 1991). proses yang akan terjadi bila konsentrasi oksigen
terlarutnya adalah nol.
Senyawa Inhibitor Yang Bersifat Racun
48
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
Proses denitrifikasi air limbah sangat efektif air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak
bekerja pada pH antara 7,0 dan 8,5 dan optimumnya pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan
adalah sekitar 7,0 (Metcalf & Eddy, 1991). saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang
besar. Kemudian, air limbah dalam bak penampung
2.4 Proses pengolahan Air Limbah Secara Biologis di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap
awal berfungsi untuk menurunkan padatan
2.4.1 Lumpur Aktif (Activated Sludge) tersuspensi (Suspended Solids) sekitar 30 - 40 %, dan
BOD sekitar 25 %.
Proses pengolahan air limbah sistem lumpur Air limpasan dari bak pengendap awal
aktif (activated sludge) adalah proses pengolahan dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak
polutan organik terlarut maupun tidak terlarut dalam aerasi ini air limbah dihembus dengan udara
air limbah menjadi flok mikroba tersuspensi yang sehingga mikroorganisme yang ada akan
dapat dengan mudah mengendap dengan teknik menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah.
pemisahan padat cair sistem gravitasi (Eckenfelder, Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat
1989). organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme
Proses ini pada dasarnya merupakan untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian
pengolahan aerobik yang mengoksidasi material didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan
organik menjadi CO2 dan H2O, NH4, dan sel biomassa berkembang biomasa dalam jumlah yang besar.
baru. Proses ini mempertahankan jumlah massa Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan
mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air
tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak limbah. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak
dari peralatan mekanis, yaitu aerator/blower, karena pengendap akhir.
selain berfungsi untuk suplai oksigen juga dibutuhkan Di dalam bak ini lumpur aktif yang
pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
memperoleh massa mikroba yang tetap adalah dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan (over flow) dari
pembuangan lumpur dalam jumlah tertentu (Bitton, bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di
1994). dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan
Sistem lumpur aktif mempunyai penguraian dengan senyawa khlor untuk membunuh
polutan organik yang cukup baik dan cocok pada mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang
daerah dimana lahan tidak cukup tersedia. keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
Dibandingkan dengan sistem biologis lainnya seperti dibuang ke sungai atau saluran umum.
Lagoon, sistem lumpur aktif memiliki beberapa Dengan proses ini air limbah dengan
keunggulan (Said, 2007), diantaranya : konsentrasi BOD 250-300 mg/l dapat di turunkan
kadar BOD nya menjadi 20-30 mg/l. Skema proses
a. Kualitas hasil olahan terutama pH dan pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
kandungan oksigen lebih bagus. standar atau konvensional dapat dilihat pada Gambar
b. Kebutuhan lahan untuk IPAL relatif kecil. 2.
c. Cocok untuk kandungan polutan iorganik (BOD,
COD) yang tidak terlalu tinggi (dibawah 3000
mg/l).
d. Konsentrasi BOD pada air olahan dapat
mencapai lebih rendah dari 25 mg/l.
49
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
MLSS x V
Beban BOD adalah jumlah massa BOD di dimana :
3
dalam air limbah yang masuk (influent) dibagi dengan Q = Laju alir limbah m per hari.
volume reaktor. Beban BOD dapat dihitung dengan S0 = Konsentrasi BOD di dalam air limbah yang
3
rumus sebagai berikut : masuk ke bak areasi (reaktor) (kg/m ).
3
Q x S0 S = Konsentrasi BOD di dalam efluent( kg/m ).
3 3
Beban BOD = kg/m .hari MLSS =Mixed liquor suspended solids (kg/m ).
3
V V = Volume reaktor atau bak aerasi (m ).
Dimana :
3 Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju
Q = debit air limbah yang masuk (m /hari)
S0= Konsentrasi BOD di dalam air limbah yang masuk sirkulasi lumpur aktif dari bak pengendapan akhir
3
(kg/m ) yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi laju
V= Volume reaktor (m )
3 sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M-nya.
Untuk pengolahan air limbah dengan sistem lumpur
Untuk untuk proses lumpur aktif standar beban BOD aktif konvensional atau standar, rasio F/M adalah 0,2
umumnya kerkisar antara 0,3 – 0,8 kg/m .hari,
3 - 0,5 kg BOD5 per kg MLSS per hari, tetapi dapat lebih
sedangkan untuk proses lumpur aktif Extended tinggi hingga 1,5 jika digunakan oksigen murni
Areationbeban BOD yang umum digunakan berkisar (Hammer, 1986). Rasio F/M yang rendah menujukkan
3 bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam
antara 0,15 – 0,25 kg/m .hari. (JSWA, 1984).
kondisi lapar, semakin rendah rasio F/M pengolah
B. Mixed-liqour suspended solids (MLSS). limbah semakin efisien.
Isi di dalam bak aerasi pada proses E. Hidraulic retention time (HRT).
pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
disebut sebagai mixed liqour yang merupakan Waktu tinggal hidrolik (HRT) adalah waktu
campuran antara air limbah dengan biomassa rata-rata yang dibutuhkan oleh air limbah masuk
mikroorganisme serta padatan tersuspensi lainnya. dalam bak atau tangki aerasi. Untuk proses lumpur
MLSS adalah jumlah total dari padatan tersuspensi aktif, nilainya berbanding terbalik dengan laju
yang berupa material organik dan mineral, termasuk pengenceran (dilution rate, D).
di dalamnya adalah mikroorganisme. MLSS
ditentukan dengan cara menyaring lumpur campuran HRT = 1/D = V/ Q
dengan kertas saring (filter), kemudian filter dimana :
3
0
dikeringkan pada temperatur 105 C, dan berat V = Volume reaktor atau bak aerasi (m ).
padatan dalam contoh ditimbang. Q = Debit air limbah yang masuk ke dalam
3
Tangki aerasi (m /jam)
-1
C. Mixed-liqour volatile suspended solids D = Laju pengenceran (jam ).
(MLVSS).
F. Ratio Sirkulasi Lumpur (Hidraulic
Porsi material organik pada MLSS diwakili oleh Recycle Ratio, HRT).
MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba,
mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson Ratio sirkulasi lumpur adalah perbandingan antara
dan Lawrence, 1980). MLVSS diukur dengan jumlah lumpur yang disirkulasikan ke bak aerasi
memanaskan terus sampel filter yang telah kering dengan jumlah air limbah yang masuk ke dalam bak
0 aerasi.
pada 600 - 650 C, dan nilainya mendekati 65-75%
dari MLSS.
G. Umur Lumpur (sludge age)
D. Food - to - microorganism ratio atau Food – to
- mass ratio disingkatF/M Ratio. Umur lumpur sering disebut waktu tinggal
rata-rata cel (mean cell residence time). Parameter ini
Parameter ini menujukkan jumlah zat organik (BOD) menujukkan waktu tinggal rata-rata mikroorganisme
yang dihilangkan dibagi dengan jumlah massa dalam sistem lumpur aktif. Jika HRT memerlukan
mikroorganisme di dalam bak aerasi atau reaktor. waktu dalam jam, maka waktu tinggal sel mikroba
Besarnya nilai F/M ratio umumnya ditunjukkan dalam bak aerasi dapat dalam hitungan hari.
dalam kilogram BOD per kilogram MLLSS per hari. Parameter ini berbanding terbalik dengan laju
F/M dapat dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dapat dihitung
sebagai berikut : dengan rumus sebagai berikut (Hammer, 1986) :
Q (S0 – S)
F/M =
50
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
51
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
terjadi pada sistem biofilter secara sederhana dapat dalam sistem aerasi melalui aliran putar, kemampuan
ditunjukkan seperti pada Gambar 3. penyerapan oksigen hampir sama dengan sistem
Pada kondisi aerobik terjadi proses nitrifikasi aerasi dengan menggunakan difuser, oleh karena itu
yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat untuk penambahan jumlah beban yang besar sulit
+
(NH4 ) (NO3) dan pada kondisi anaerobik terjadi dilakukan. Berdasarkan hal tersebut diatas
proses denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk belakangan ini penggunaan sistem aerasi merata
diubah menjadi gas nitrogen (NO3N2). banyak dilakukan karena mempunyai kemampuan
Media biofilter yang digunakan secara umum penyerapan oksigen yang besar.
dapat berupa bahan material organik atau bahan Jika kemampuan penyerapan oksigen besar
material anorganik.Untuk media biofilter dari bahan maka dapat digunakan untuk mengolah air limbah
organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, dengan beban organik (organic loading) yang besar
bentuk butiran tak teratur (random packing), bentuk pula. Oleh karena itu diperlukan juga media biofilter
papan (plate), bentuk sarang tawon dan lain-lain. yang dapat melekatkan mikroorganisme dalam
Sedangkan untuk media dari bahan anorganik jumlah yang besar. Biasanya untuk media biofilter
misalnya batu pecah (split), kerikil, batu marmer, dari bahan anaorganik, semakin kecil diameternya
batu tembikar, batu bara (kokas) dan lainnya. luas permukaannya semakin besar, sehinggan jumlah
mikroorganisme yang dapat dibiakkan juga menjadi
besar pula. Jika sistem aliran dilakukan dari atas ke
bawah (down flow) maka sedikit banyak terjadi efek
filtrasi sehingga terjadi proses penumpukan lumpur
organik pada bagian atas media yang dapat
mengakibatkan penyumbatan. Oleh karena itu perlu
proses pencucian secukupnya. Jika terjadi
penyumbatan maka dapat terjadi aliran singkat (short
pass) dan juga terjadi penurunan jumlah aliran
sehingga kapasitas pengolahan dapat menurun
secara drastis.
Untuk media biofilter dari bahan organik
banyak yang dibuat dengan cara dicetak dari bahan
tahan karat dan ringan misalnya PVC dan lainnya,
dengan luas permukaan spesifik yang besar dan
volule rongga (porositas) yang besar, sehingga dapat
melekatkan mikro-organisme dalam jumlah yang
besar dengan resiko kebuntuan yang sangat kecil.
Dengan demikian memungkinkan untuk pengolahan
air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi
Gambar 3 : Mekanisme Proses Di Dalam Sistem
serta efisiensi pengolahan yang cukup besar.
Biofilm.
Pengolahan air limbah dengan proses biofim
tercelup mempunyai beberapa keunggulan antara
Di dalam proses pengolahan air limbah
lain :
dengan sistem biofilter tercelup aerobik, sistem
suplai udara dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Pengoperasiannya mudah
Beberapa cara yang sering digunakan antara lain
Di dalam proses pengolahan air limbah
aerasi samping, aerasi tengah (pusat), aerasi merata
dengan sistem biofilm, tanpa dilakukan sirkulasi
seluruh permukaan, aerasi eksternal, aerasi dengan
lumpur, tidak terjadi masalah “bulking” seperti pada
“air lift pump”, dan aerasi dengan sistem mekanik.
proses lumpur aktif (Activated sludge process). Oleh
Masing-masing cara mempunyai keuntungan dan
karena itu pengelolaanya sangat mudah.
kekurangan. Sistem aerasi juga tergantung dari jenis
media maupun efisiensi yang diharapkan.
Lumpur yang dihasilkan sedikit
Penyerapan oksigen dapat terjadi disebabkan
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif,
terutama karena aliran sirkulasi atau aliran putar
lumpur yang dihasilkan pada proses biofilm relatif
kecuali pada sistem aerasi merata seluruh
lebih kecil. Di dalam proses lumpur aktif antara 30 –
permukaan media.
60 % dari BOD yang dihilangkan (removal BOD) akan
Di dalam proses biofilter dengan sistem aerasi
diubah menjadi lumpur aktif (biomasa) sedangkan
merata, lapisan mikroorganisme yang melekat pada
pada proses biofilm hanya sekitar 10-30 %. Hal ini
permukaan media mudah terlepas, sehingga
disebabkan karena pada proses biofilm rantai
seringkali proses menjadi tidak stabil. Tetapi di
makanan lebih panjang dan melibatkan aktifitas
52
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
mikroorganisme dengan orde yang lebih tinggi sempurna di dalam sebuah reaktor, dimana
dibandingkan pada proses lumpur aktif. mikroorganisme yang hidup di dalam limbah akan
tumbuh melekat di media plastik (biocarrier)dan
Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah terakumulasi membentuk lapisan biomassa (biofilm)
dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi pada permukaan media tersebut. Media-media
tinggi. tersebut memungkinkan konsentrasi biomassa yang
Oleh karena di dalam proses pengolahan air tinggi terjadi di dalam reaktor jika dibandingkan
limbah dengan sistem biofilm mikroorganisme atau proses biakan tersuspensi, seperti proses lumpur
mikroba melekat pada permukaan medium konvensional Hal ini dapat meningkatkan kapasitas
penyangga maka pengontrolan terhadap pengolahan biologis pada volume reaktor yang sama,
mikroorganisme atau mikroba lebih mudah. Proses sehinggamenghasilkan effisiensi yang lebih baik.
biofilm tersebut cocok digunakan untuk mengolah air Media plastik (biocarrier) didesain sedemikian
limbah dengan konsentrasi rendah maupun rupa sehingga memiliki kepadatan unsur yang lebih
konsentrasi tinggi. rendah dibandingkan dengan air, serta menyediakan
luas permukaan yang besar sebagai tempat tumbuh
Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun dan berkembangnya mikroorganisme.
fluktuasi konsentrasi. Salah satu biocarrier yang seringkali digunakan
Di dalam proses biofilter, mikro-organisme dalam sistem ini adalah Media Biofilm Kaldnes 1 (K1),
melekat pada permukaan unggun media, akibatnya media ini dibuat dari bahan High Density
3
konsentrasi biomasa mikro-organisme per satuan polyethylene(HDPE) dengan berat jenis ± 0,95 g/cm
volume relatif besar, sehingga relatif tahan terhadap dan berbentuk silinder kecil, menyilang di dalamnya
fluktuasi beban organik maupun fluktuasi beban dan menyerupai sirip di luarnya . Silindernya memiliki
hidrolik. panjang 7 mm dan diamter 10 mm (tidak termasuk
siripnya). Media ini dapat menyediakan luas
Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi permukaan yang cukup besar untuk melekatnya
2 3
pengolahan kecil. bakteri (± 500 m /m ). Belakangan ini, telah
Jika suhu air limbah turun maka aktifitas dilakukan beberapa percobaan terkait bentuk dan
mikroorganisme juga berkurang, tetapi oleh karena luas permukaan media dalam kemampuannya
di dalam proses biofilm substrat maupun enzim melekatkan bakteri pendegradasi. Di Norwegia, telah
dapat terdifusi sampai ke bagian dalam lapisan dibuat media yang lebih besar (K2) dengan bentuk
biofilm dan juga lapisan biofilm bertambah tebal yang mirip dengan panjang dan diameter ± 15 mm.
maka pengaruh penurunan suhu (suhu rendah) tidak Beberapa contoh bentuk media biocarrier yang
begitu besar. digunakan dalam moving bed biofilm reactor dapat
dilihat seperti paga Gambar 4.
2.4.3 Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
53
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
luas permukaan media yang tersedia untuk biofilm tipis (100 µm) dan terdistribusi secara merata pada
per satuan volume reaktor. Jenis media biocarrier permukaan media (carrier). Agar bisa memperoleh
yang berbeda-bedamemiliki karakteristiknya masing- hal itu, turbulensi pada reaktor sangatlah penting,
masing. Tabel 1 menggambarkan karakteristik SSA baik untuk menyalurkan substrat ke biofilm dan
media dalam masing-masing sistem pengolahan. mempertahankan ketebalan yang rendah pada
Di dalam reaktor, media plastikBiocarrier akan biofilm (Ødegaard, 1999).
berada dalam posisi bergerak, pergerakan ini Dalam beberapa kasus, dimana turbulensi
disebabkan oleh energi sistem aerasi buatan yang terlalu rendah, biofilm yang dihasilkan sangat banyak
berasal dari mesin blower/aerator ataupun dengan hingga biofilm juga terbentuk di dalam rongga media,
pengadukan mekanik secara konvensional. sehingga mempersempit lintasan air dan substrat
Mekanisme pergerakan media di dalam reaktor untuk biofilm. Saat turbulensi cukup (baik disebabkan
dapat dilihat pada Gambar 5. dari aerasi atau pengadukan), biofilm yang terbentuk
cukup tipis dan menutupi secara merata semua
Tabel 1 : Specific Surface Area Untuk Masing-Masing permukaan media.
Sistem Pengolahan Dengan Pertumbuhan Reaktor Moving Bed Biofilm Reactor
Mikroorganisme Melekat. menggunakan saringan untuk memisahkan media
biocarrier bergerak dalam reaktor dengan air olahan
Specific Surface Area yang keluar sebagai overflow dari reaktor. Waktu
Jenis Media 2 3
(m /m ) tinggal media di dalam reaktor yang cukup, ditambah
Trickling Filter Media lagi dengan pengadukan substrat yang merata dalam
Rock 45-60* air limbah mendorong seleksi dan pengayaan
Plastic 90 – 150* mikroba untuk tumbuh sesuai dengan konsentrasi
100 – 150* substrat yang diterima oleh mikroba di dalam kondisi
Rotating Biological Contractor reaktor yang stabil.
MBBR Media : Proses Moving Bed Biofilm dapat digunakan
Kaldnes K1 Media 500 untuk berbagai aplikasi yang berbeda. Seperti proses
penghilangan zat organik, proses penghilangan
Hydroxyl Media 400
amoniak, proses nitrifikasi dan proses penghilangan
Kaldnes Flat Chip 1200
nitrogen. Proses ini baik digunakan untuk pengolahan
*Data From Metcalf & Eddy (2003) air limbah pada daerah perkotaan dan pengolahan
air limbah industri.
Reaktor moving bed biofilm dapat
dioperasikan dalam kondisi aerobik untuk
penghilanganzat organik dan nitrifikasi atau dalam
kondisi anoxic untuk denitrifikasi. Di dalam
perancangan MBBR, terdapat beberapa parameter
yang dianggap penting dan sangat mempengaruhi
efisiensi pengolahan, parameter tersebut ialah :
54
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
Kriteria desain lengkap untuk MBBR yang dapat profil tank kapasitas 250 liter. Sedangkan untuk
digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : bahan distribusi air perpipaan digunakan pipa AW
PVC Ø ½ inci, 1 inci, 2 inci, selang Ø 1 inci, selang Ø 10
Tabel 2 : Kriteria Desain Pengolahan dengan Sistem mm, elbow, tee, valve, klep, dan penutup pipa.
Moving Bed Biofilm Reactor. Skema alat penelitian diawali dengan bak
penampung, profil tank MBBR, dan diakhiri dengan
Parameter Value Units bak pengendap akhir.
Anoxic HRT 0,5 – 2,0 Hours
Aerobic HRT 1–4 Hours
Biofilm Surface Area of 500 – 1200 m2/m3 Tabel 4 : Daftar Reagen Analisa Parameter Yang
Carrier Digunakan.
Biomass per Units Surface 5 – 25 g TS/m2
Area Range
BOD SALR 7,5 – 25 g/m2.d No Parameter Reagen Performance
COD SALR 15 – 50 g/m2.d (mg/l)
NH4-N SALR 0,45 – 1,00 g/m2.d Digestion Solution 1-1500
Secondary Clariefier 200 – 600 gpd/ft2 1 COD
HR
Overflow Rate 1. Ammonium
Salicylate
Sumber : John Brinkley et al, n.d 2 Amoniak 0,01 – 0,5
2. Ammonium
Cyanurate
3. MATERIAL DAN METODA PENELITIAN 3 Nitrit NitriVer 3 LR 0,001 – 0,3
4 Nitrat NitraVer 5 MR 0,1 – 10
3.1 Material
3.1.5 Alat
3.1.1 Air Limbah
Air limbah yang diolah dalam penelitian ini Alat yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari salah satu bak pengumpul limbah adalah sebagai berikut :
domestik kantor BPPT Jakarta Pusat.
Pompa celup merk ATMAN, spesifikasi Qmax
3.1.2 Media Biofilm 5400 L/jam ; Head 5 m
Pompa aquarium merk AQUARIA, spesifikasi
Media biofilm yang digunakan adalah media Qmax 2000 L/jam ; Head 1,8 m
dari bahan thermoplastic tipe bioball golf dengan Pompa merk AQURA, spesifikasi Qmax 2400
spesifikasi seperti yang terlihat pada Tabel 3. L/jam ; Head 2 m
Blower Aerasi merk ATMAN tipe GF-150 dan
Tabel 3 : Spesifikasi Media Penyangga. JEBO P-70
Difuser gelembung halus (finebubble)
Tipe : Bioball Golf Spectofotometer DR 2800
Material : Thermoplastic Gelas ukur kimia100 ml
Diameter : 3 cm pHmeter Hydrotester
Luas 2 3 Mikro Pipet 10 ml
: ± 210 m /m
Spesifik
Berat 3.2 Metoda Penelitian
3
Spesifik : 164,34 kg/m
Media 3.2.1 Penentuan Lokasi Instalasi Alat Penelitian
3
Berat Jenis : 0,970 kg/m
Porositas : 0,75 Lokasi pengambilan air limbah yang akan
Warna : Hitam diolah adalah pada salah satu bak penampung air
limbah domestik gedung perkantoran BPPT Jakarta
Pusat. Skema proses pengolahan dapat dilihat pada
3.1.3 Bahan Analisa Parameter (Reagen) Gambar 6.
Bahan yang digunakan untuk analisis dalam 3.2.2 Perancangan Alat Penelitian
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Penelitian ini dilakukan dalam skala kecil
3.1.4 Reaktor Percobaan (Pilot Plan) dengan kapasitas pengolahan sebesar 217
Liter. Rancangan alat pengolahan terdiri atas 1 buah
Bahan yang digunakan sebagai reaktor adalah bak penampung yang terbuat dari tangki plastik
2 unit gentong plastik kapasitas 120 liter dan 1 unit kapasitas maksimum 120 liter, 1 buah reaktor aerasi
55
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
berkapasitas maksimum 250 liter yang diisi dengan aerob. Didalam reaktor aerob yang telah ditambah
media penyangga sebanyak 20 %, dan 1 buah reaktor media bioball, air limbah akan mengalami
pengendap akhir yang terbuat dari tangki plastik pengadukan yang disebabkan oleh adanya proses
berkapasitas 120 liter. Skema rancangan alat aerasi yang merata dengan menggunakan blower.
penelitian seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6. Selanjutnya limpasan (over flow) dari reaktor aerob
akan mengalir masuk ke dalam bak pengendap akhir.
Di dalam reaktor aerob, mikroorganisme
pendegradasi zat polutan air limbah akan terdapat
pada dua tempat, yakni mikroorganisme akan
tersuspensi di dalam air limbah dan sebagian lagi
akan melekat dan membentuk biofilm di media
bioball. Sehingga pada reaktor aerob tersebut akan
terjadi dua proses pengolahan biologis, yakni proses
pengolahan biologi secara tersuspensi dan proses
pengolahan biologi secara melekat.
Pada penelitian kali ini, akan terdiri dari
beberapa proses, yakni :
56
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
Tabel 5 : Metode Analisis Parameter maka proses seeding dimulai dan berlangsung selama
18 hari.
No Parameter Metode Analisis Jenis Analisis Saat proses seeding memasuki hari ke-7,
1 Ammonia Salicylate Powder Pillows terjadi kerusakan blower dan pompa resirkulasi yang
(NH4+) Method Spektrofotometer
2 Nitrit (NO2-) USEPA Powder Pillows
menyebabkan menurun drastisnya efisiensi
Diazotization Spektrofotometer pengolahan. Kemudian dilakukan pergantian blower
3 Nitrat (NO3-) Cadmium Powder Pillows dan pompa resirkulasi di hari ke-8, sehingga proses
Reduction Spektrofotometer seeding kembali dilanjutkan dengan perubahan rasio
Method
resirkulasi lumpur menjadi R = 1. Ini dilakukan untuk
4 COD USEPA Reactor
TNTplus 822 meringankan kerja pompa resirkulasi agar tidak
Digestion
Spektrofotometer
Method terjadi kerusakan kembali.
5 TSS Photometric Spektrofotometer Saat memasuki hari ke-12 proses seeding
Method DR 2800 terjadi masalah pada bak pengendap akhir, yaitu
6 pH pHmetri pHmeter
instrument Hydrotester PH-80
timbulnya lumpur yang mengambang pada
permukaan air limbah, hal ini menyebabkan air hasil
Catatan : Spesifikasi tata cara analisis terlampir olahan membawa serta flok lumpur yang
mengakibatkan efluen menjadi keruh. Peristiwa ini
disebut dengan peristiwa “rising sludge”. Hal ini
4. PEMBAHASAN DAN ANALISA HASIL
disebabkan oleh pengendapan yang terlalu lama
4.1 Proses pengolahan terjadi di bak pengendap akhir, selanjutnya dalam
suasana lumpur yang anaerobik terjadi reaksi
4.1.1 Proses Start-up denitrifikasi dan menyebabkan flok lumpur ikut naik
bersamaan dengan naiknya gas Nitrogen (N2).
Sebelum penelitian dimulai, dilakukan start-up Namun, dalam hari-hari berikutnya dapat
alat dengan cara mengisi terlebih dahulu profil tank terlihat pengolahan yang telah berlangsung stabil
yang sudah berisi media bioballdengan air limbah pada bak pengendap akhir, ini diindikasikan oleh
yang akan diolah. Kemudian pada bak pengendap tidak adanya lagi lumpur yang mengambang pada
akhir juga diisi penuh dengan menggunakan air permukaan air dalam bak pengendap. Kemudian
bersih. Selanjutnya jalankan pompa resirkulasi proses seeding dilanjutkan kembali hingga berakhir
dengan debit ± 8 liter/jam, bersamaan dengan pada hari ke-18.
dijalankannya blower aerasi. Biarkan proses
berlangsung secara batch selama 2 x 24 jam, hal ini 4.1.3 Proses Pengolahan dengan Variasi Waktu
dilakukan untuk mendapatkan proses pengendapan Tinggal
lumpur yang berjalan stabil di bak pengendap
sebelum dimulainya proses seeding. Dalam proses Setelah proses seeding berjalan selama 18
start-up ini, tidak dilakukan penambahan lumpur hari, maka pengoperasian dilanjutkan dengan
secara khusus. mengubahwaktu tinggal air limbah di dalammoving
bed biofilm reactor yaknipada skenario waktu tinggal
4.1.2 Proses Pengembang-biakan Mikroorganisme 8 jam, 6 jam, dan 4 jam dengan rasio resirkulasi
Dan Aklimatisasi lumpur sebesar R = 1 Q. Pengolahan berlangsung
selama ± 7 - 10 hari untuk masing-masing skenario
Setelah proses start-up berjalan dengan baik waktu tinggal.
selama 2 hari, dilakukan proses Pengembang-biakan
mikroorganismedan aklimatisasi. Langkah awal dalam 4.1.4 Monitoringdan Analisa
proses ini adalah dengan cara mengalirkan air limbah
ke dalam bak penampung. Kemudian pada bak Monitoring dan analisa hasil penelitian
penampung, air limbah dialirkan masuk kedalam dilakukan setiap hari secara berkelanjutan.
moving bed biofilm reactor dengan bantuan pompa. Monitoring dilakukan hampir setiap 6 jam sekali dan
Pertumbuhan mikroorganisme dikondisikan dengan analisa sampel air limbah dilakukan setiap pagi hari,
waktu tinggal hidrolis 12 jam pada laju alir 18 terkecuali hari libur maupun hari-hari tertentu jika
liter/jam dan rasio resirkulasi lumpur sebesar R = 0,5 terjadi kendala yang menyebabkan berhentinya
Q, sehingga dengan waktu tinggal dan suplai oksigen proses pengolahan.
yang cukup serta laju alir yang kecil dapat membantu
pembentukan biofilm dan melekat dengan baik pada 4.2 Analisa Karakteristik Air Limbah Domestik
media biofilter. Air limpasan dari bak pengendap
sebagai efluent di buang langsung ke saluran umum. Dari hasil analisa karakteristik air
Dengan berjalannya proses tersebut secara kontinu, limbahdomestik yang akan diolah, dari hasil
57
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
58
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
59
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
dengan waktu tinggal 8 jam di hari ke-10 sudah Tabel 7 : Data Penyisihan Senyawa Amoniak
mencapai kestabilan, selanjutnya waktu tinggal Berdasarkan Variasi Waktu Tinggal.
diturunkan menjadi 6 jam.
Pada kondisi operasi dengan waktu tinggal 6 Hari Waktu
Influen Efluen Efisiensi
jam, konsentrasi rata-rata amoniak influen sebesar Operasi Tinggal
94,55 mg/l, sementara itu konsentrasi rata-rata 12 42.86 13.61 68.25
amoniak efluen sebesar 16,97 mg/l dengan efisiensi 13 43.76 13.45 69.26
rata-rata penyisihan amoniak sebesar 82,7 %. 12 Jam
15 35.54 2.64 92.57
Pengolahan dalam operasi waktu tinggal 6 jam ini
berlangsung cukup stabil dan tanpa ada kendala yang 18 53.11 2.37 95.54
berarti. Efluen amoniak telah memenuhi standar 19 136.73 19.78 85.53
baku mutu saat memasuki hari ke-6 dalam operasi 20 106.82 81.39
19.88
waktu tinggal 6 jam ini, yakni dengan efluen rata-rata
21 8 Jam 114.03 21.08 81.51
sebesar 8,3 mg/l dan effisiensi mencapai 89.38 %.
Selanjutnya operasi pengolahan dilanjutkan dengan 27 122.61 8.69 92.91
waktu tinggal 4 jam. 28 92.22 5.6 93.93
Dalam kondisi operasi dengan waktu tinggal 4 29 97.41 35.68 63.37
jam, konsentrasi rata-rata amoniak influen sebesar
64,43 mg/l, sedangkan konsentrasi rata-rata amoniak 32 120.37 25.11 79.14
efluen sebesar 12,4 mg/l dengan efisiensi penyisihan 33 121.54 16.16 86.70
6 Jam
rata-rata mencapai 81,3 %. Peningkatan debit air 34 84.11 9.89 88.24
limbah yang dilakukan dalam kondsi (HRT 4 Jam)
35 66.51 8.56 87.13
mengakibatkan kenaikan beban hidrolis dan kontak
antara senyawa polutan limbah dengan lapisan 36 77.38 6.47 91.64
biofilm semakin singkat, sehingga menyebabkan 37 27.78 3.99 85.64
efisiensi pengolahan menurun. Hal ini terlihat saat 39 50.61 8.60 83.01
kondisi stabil (steady state) dalam operasi ini yang
40 102.77 19.92 80.62
hanya menghasilkan efisiensi rata-rata sebesar 79,6 4 Jam
%, dengan konsentrasi amoniak efluen rata-rata 41 89.02 18.19 79.57
13,96 mg/l, yang mana belum memenuhi standar 42 54.19 11.11 79.50
baku mutu yang ditetapkan. 43 62.22 12.59 79.77
Dari data tersebut, terlihat bahwa pengolahan
Sumber : Hasil Penelitian
dengan operasi waktu tinggal 4 jam terbilang lebih
stabil dibandingkan dengan pengolahan sebelumnya,
yakni pada waktu tinggal 12 jam, 8 jam dan 6 jam.
Namun jika melihat efisiensi dan hasil air olahan,
dalam kondisi pengolahan ini terjadi penurunan
efisiensi dari hari ke harinya, dan juga hasil air olahan
yang masih belum memenuhi standar baku mutu
yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh beban
hidrolik loading yang tinggi dan tidak didukung
dengan waktu kontak bakteri terhadap air limbah
yang cukup, sehingga kemampuan bakteri dalam
mendegradasi senyawa amoniak menjadi kurang
maksimal, yang berakibat pada penurunan efisiensi
pengolahan dan kualitas air hasil olahan.
Secara keseluruhan, setiap perubahan waktu
tinggalyang diturunkan mengakibatkan laju alir
(debit) meningkat pula. Peningkatan laju alir air
(debit) mengakibatkan waktu kontak air limbah
Grafik 12 : Grafik Penyisihan Amoniak Dalam Variasi
dengan lapisan biofilm menurun dan diikuti dengan
Waktu Tinggal.
kenaikan laju pembebanan senyawa polutan,
sehingga mengakibatkan efisiensi menurun. Data dan
Mengacu pada penelitian terdahulu yang pernah
grafik penyisihan senyawa amoniak dalam berbagai
dilakukan oleh Said dan Utomo (2007), bahwa
kondisi waktu tinggal dapat dilihat pada Tabel 7 dan
semakin pendek waktu tinggal air limbah di dalam
Gambar 12.
reaktor pengolahan, semakin rendah pula efisiensi
60
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
pengolahan dalam menurunkan kadar amoniak. Ini dengan efisiensi penyisihan amoniak yang mulai
disebabkan oleh terlalu singkatnya waktu kontak meningkat drastis.
yang tersedia antara air limbah dengan Pada prinsipnya, komponen nitrogen dalam air
+
mikroorganisme, sehingga degradasi senyawa limbah berupa amoniak (NH4 ), jika berada dalam
amoniak oleh mikroorganisme menurun dan kurang kondisi yang kaya akan oksigen serta ditandai dengan
optimal. pertumbuhan bakteri nitrosomonas akan mengalami
Hal tersebut terbukti dalam penelitian ini, oksidasi menjadi nitrit dan nitrat. Akibatnya, kadar
karena melihat hasil rata-rata penyisihan amoniak amoniak berkurang sedangkan kadar nitrit dan nitrat
dalam kondisi stabil, selalu terjadi penurunan akan meningkat.
efisiensi saat perubahan waktu tinggal yang lebih
cepat. Rata-rata efisiensi penyisihan senyawa Tabel 9 : Data Hasil Penelitian Untuk Kenaikan Nitrit
amoniakdalam penelitian ini terhitung setelah kondisi Dan Nitrat Air Limbah.
proses pengolahan telah mencapai kondisi yang
stabil (steady state). Data rata-rata penyisihan Konsentrasi (mg/l) Efisiensi
senyawa amoniak dalam kondisi optimum pada Penyisihan
Hari Nitrit (NO2) Nitrat (NO3)
masing-masing operasi waktu tinggal dapat dilihat Amoniak
Influen Efluen Influen Efluen (%)
pada Tabel 8.
Berdasarkan data seperti tertera pada Tabel 8, 12 0.018 21.531 0.3 28.6 68.25
dapat dilihat bahwa semakin pendek waktu tinggal 13 0.014 27.355 1.7 24.6 69.56
menyebabkan semakin sulitnya pengolahan 15 0.01 21.274 0.3 36.4 92.57
mencapai hasil yang memenuhi standar baku mutu
18 0.033 32.943 1.3 51.6 95.54
air limbah. Hal ini memberikan kesamaan persepsi
jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang 19 0.013 31.429 0.2 35.2 85.53
telah dilakukan oleh Said dani Utomo, 2007. 20 0.007 22.391 1.4 48.2 81.39
21 0.069 21.658 0.4 93.4 90.28
Tabel 8 : Perbandingan Rata-Rata Penyisihan
27 0.008 12.673 0.6 47.3 92.91
Amoniak Optimum Pada Masing-Masing Variasi
Waktu Tinggal. 28 0.009 11.72 0.2 29.8 93.93
29 0.017 13.542 1.1 50.2 63.37
Variasi Konsentrasi Rata-Rata
Efisiensi 32 0.006 15.036 0.4 57.3 79.14
Waktu Amoniak (NH4)
Penyisihan 33 0.085 18.503 0.5 50.2 86.70
Tinggal (mg/l)
(%) 34 0.17 0.5 42.5
(HRT) Influen Efluen 8.838 88.24
12 Jam 44,32 2.5 94.05 35 0.16 4.638 0.6 28.6 87.13
8 Jam 107.41 7.14 93.42 36 0.17 7.681 0.3 28.2 91.64
6 Jam 76 8.3 89 37 0.144 6.655 0.2 31.1 85.64
4 Jam 68.47 13.96 79.6 39 0.009 0.887 0.3 30.7 83.01
Sumber : Hasil Penelitian 40 0.001 3.965 0.1 25.1 80.62
41 0.022 8.99 0.2 27.2 79.57
4.5 Analisa Senyawa Nitrit Dan Nitrat Terhadap
Penyisihan Amoniak 42 0.019 7.11 0.1 28.8 79.50
43 0.028 8.89 0.3 29.2 79.77
Dalam penelitian ini telah dilakukan juga Sumber : Hasil Penelitian
analisa terhadap parameter-parameter yang
mendukung teori penelitian. Parameter itu Konsentrasi amoniak yang tinggi dapat
-
diantaranya adalah senyawa nitrogen nitrit (NO2 ) menghambat pertumbuhan Bakteri Nitrobacter,
-
dan nitrat (NO3 ). Berdasarkan hasil analisa senyawa sehingga proses nitrifikasi seringkali terjadi hanya
nitrit dan nitrat yang dilakukan dalam penelitian ini, sampai pada reaksi orde pertama (NH4 NO2).
selama proses berlangsung terjadi kenaikan nitrit dan Namun pada kondisi pH dan suhu yang optimal,
nitrat. Kenaikan senyawa ini berbanding lurus dengan Bakteri Nitrobacter tetap mampu tumbuh dan
penyisihan amoniak. Data kenaikan nitrat dan nitrit mendegradasi senyawa nitrit menjadi nitrat.
dapat dilihat pada Tabel 9. (Nugroho, 2010).
Seperti yang terlihat pada Tabel 9, terjadi Kenaikan senyawa nitrit dan nitrat yang tinggi,
kenaikan senyawa nitrit dan nitrat yang sangat tentunya akan menjadi permasalahan baru di
signifikan, dimulai pada hari ke-12, bersamaan lingkungan, mengingat kontaminasi senyawa nitrit
yang tinggi pada manusia dapat menyebabkan
61
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
menurunnya kapasitas darah, dan kelebihan senyawa proses nitrifikasi masih belum sempurna dan hanya
nitrat diatas 5 mg/l akan menyebabkan terjadinya berada pada reaksi orde pertama (NH4NO2), ini
eutrofikasi dalam badan air. dapat dilihat dengan senyawa nitrit hasil oksidasi
Meskipun masalah ini tidak sebesar ammonium yang masih sangat tinggi.
pencemaran amoniak yang bersifat toksik di perairan,
yang mana senyawa nitrat tidak bersifat toksik Tabel 10 : Data Hasil Perhitungan Total Inorganik
terhadap organisme aquatik, namun tetap saja perlu Nitrogen.
dilakukan pencegahan dan pengolahan. Salah satu
cara mengatasi hal ini ialah dengan menambahkan Waktu Konsentrasi
Hari (mg/l) Efisiensi
pengolahan pada kondisi anaerobik atau anoxic, Tinggal
Operasi (%)
sehingga baik senyawa nitrit maupun nitrat akan (HRT) Influen Efluen
dipecah menjadi nitrogen dan oksigen oleh bakteri 12 35.22 24.20 31.30
heterotrof dalam kondisi yang tanpa oksigen, melalui
13 36.28 24.89 31.38
suatu proses yang disebut denitrifikasi dan 12 Jam
menghasilkan gas nitrogen (N2). 15 29.21 16.92 42.09
18 43.86 23.69 45.98
4.6 Analisa Perhitungan Total Inorganik Nitrogen 19 112.17 33.74 69.92
(TIN) dalam Variasi Waktu Tinggal
20 87.92 34.10 61.21
Kenaikan senyawa nitrit dan nitrat yang terjadi 21 8 Jam 93.62 45.27 51.65
selama proses penelitian berlangsung, bersamaan 27 100.68 21.81 78.34
dengan peningkatan efisiensi penyisihan senyawa
amoniak, menunjukkan terjadinya perubahan 28 75.67 14.96 80.23
struktur kandungan nitrogen di dalam air limbah 29 80.13 44.87 44.01
selama proses pengolahan berlangsung. Untuk 32 98.80 38.28 61.25
mengetahui perubahan tersebut, dilakukan analisa
33 99.80 30.35 69.59
perhitungan total inorganik nitrogen (TIN) dalam air 6 Jam
limbah sebelum dan sesudah diolah. Analisa total 34 69.14 20.54 70.30
inorganik nitrogen dihitung dengan menggunakan 35 54.72 14.99 72.61
Persamaan berikut : 36 63.57 14.10 77.83
TIN = ( 0,82 x [NH ]) + ( 0,30 x [NO ])
37 22.87 12.42 45.68
+ ( 0,23 x [NO ])
Keterangan : 39 41.57 14.38 65.41
[NH ] = Konsentrasi amoniak (mg/l) 40 4 Jam 84.29 23.30 72.36
[NO ] = Konsentrasi nitrit (mg/l)
41 73.05 23.87 67.32
[NO ] = Konsentrasi nitrat (mg/l)
0,82 = Faktor perbandingan berat massa 43 51.10 19.71 61.43
atom N dalam senyawa ammonium Sumber : Hasil Penelitian
62
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
Dari hasil penelitian dapat dibuat hubungan Persamaan tersebut menunjukkan, bahwa
antara besarnya beban amoniak terhadap efisiensi pengoperasian reaktor Moving Bed Biofilm bermedia
penyisihan senyawa amoniak. Beban amoniak plastic bioball tipe golf yang memiliki luas permukaan
2 3
dihitung berdasarkan jumlah senyawa yang masuk ke spesifik sebesar 200 m /m dengan laju pembebanan
3
dalam reaktor MBBR per satuan volume reaktor per volumetrik amoniak sebesar 0,1 – 0.4 kg/m .hari
satuan waktuyang dinyatakan sebagai berat kg dalam kondisi yang optimal dapat menghasilkan
amoniak per satuan volume per hari. Hubungan efisiensi penyisihan senyawa amoniak mencapai 86-
antara beban amoniak dengan efisiensi penyisihan 98%, dengan perbandingan terbalik yakni semakin
amoniak dapat dilihat pada Tabel 11. besar beban volume amoniak semakin kecil pula
efisiensi penyisihan amoniak yang dihasilkan, begitu
Tabel 11 :Hubungan Beban Volumetrik Amoniak dan pula sebaliknya.
Efisiensi Penyisihan Amoniak. Grafik tersebut dapat digunakan dalam
perancangan pengolahan yang sesuai dengan
penelitian ini, yaitu sistem lumpur aktif yang diiisi
Beban Volumetrik Efisiensi Penyisihan
media bioball bergerak sebanyak 20 % dari volume
Amoniak Amoniak
3 reaktor (Moving Bed Biofilm Reactor).
(Kg/m .hari) (%)
0.11 95.54 4.6 Penentuan Waktu Tinggal (HRT) Tepilih
0.28 93.93
0.31 91.64 Waktu tinggal (HRT) terpilih ditentukan
0.34 88.24 melalui seleksi nilai efisiensi penyisihan senyawa
polutan amoniak dan total inorganik nitrogen dengan
0.37 79.77
mempertimbangkan teknisperencanaan dan
kelayakan aplikasi teknologi Moving Bed Biofilm
Sumber : Hasil Penelitian
Reactor. Waktu tinggal (HRT) yang dipilih adalah yang
63
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
paling singkat namun masih dalam efisiensi Kualitas air baku dan hasil pengolahan moving bed
penyisihan yang tinggi.Nilai efisiensi penyisihan rata- biofilm reactor dalam penelitian ini dapat dilihat pada
rata senyawa amoniakdan total inorganik nitrogen Tabel 13.
pada tiap-tiap waktu tinggal dapat dilihat pada Tabel Tabel 13 : Data Kualitas Air Hasil Olahan Penelitian
12. Moving Bed Biofilm Reactor.
Sumber : Hasil Penelitian *) Memenuhi standar baku mutu PerGub DKI No.122, 2005.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan di Melihat analisis hasil penelitian diatas, waktu tinggal
dalam teknis perencanaan dan aplikasi moving bed (HRT) 6 jam diambil sebagai waktu tinggal (HRT)
biofilm reactor, antara lain: terpilih, dimana waktu tinggal 6 jam adalah
Waktu tinggal hidrolis dalam reaktor singkat merupakan waktu tinggal (HRT) terpendek dengan
Efisiensi penyisihan polutan tinggi efisiensi penyisihan yang tergolong tinggi untuk
Ukuran lahan yang dipakai kecil mereduksi senyawa amoniak dan total inorganik
Kualitas dan kuantitas media efisien nitrogen. Pertimbangan lain adalah air hasil
Bentuk rancangan fleksibel pengolahan dengan HRT 6 jam telah memenuhi
Biaya investasi dan operasional rendah kriteria baku mutu sesuai denganPeraturan Gubernur
Air hasil olahan memenuhi kriteria baku mutu DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005.
64
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014
mencapai 89 % dan efluen rata-rata 8,3 mg/l, Nelson, P.O., and Lawrence. 1980. Microbial
serta telah memenuhi standar baku mutu sesuai Viability Measurements and Activated Sludge
dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor Kinetics. Water Reserch 14:217-225.
122 Tahun 2005. Nugroho, Rudi. 2010. Pengembangan Teknologi
Dengan kapasitas reaktor yang relatif lebih kecil Untuk Mengolah Senyawa Nitrogen Dalam Air
dan dalam waktu yang singkat dengan efisiensi Limbah Dengan Menggunakan Reaktor
penyisihan amoniak yang tergolong lebih baik Berbahan Isian Batu Belerang Dan Batu Kapur.
daripada proses lumpur aktif dan biofilter PusatTeknologi Lingkungan-BPPT.
melekat diam, maka sistem moving bed biofilm Ødegaard, H. 1999. The Moving Bed Biofilm
reactor dapat menjadi solusi yang efektif untuk Reactor. Norwegian University of Science and
diterapkan dalam pengolahan air limbah Technology : Trondheim.
domestik dalam skala rumah tangga atau Painter, H.A. 1970. A Review of Literature On
perkantoran. Inorganic Nitrogen Metabolism In
Micoorganism. Water Research. 4: 393-450.
Painter, H.A., and J.E. Loveless. 1983. Effect of
DAFTAR PUSTAKA Temoperature and pH Value 0n The Growth
Rate Contants Of Nitrifying Bacteria in the
Benefield, Larry D. (1980). Biological Process Activated Sludge Process. Water Research. 17:
Design for Wastewater Treatment. United 237-248. 1983.
States of America: Prentice-Hall, Inc. Ravichandran.M and Joshua Amarnath.D. 2012.
Benefield, Larry D., Clifford, W. Randall, 1980, Performance Evaluation of Moving Bed Bio-Film
Biological Process Desain for Wastewater Reactor Technology for Treatment of Domestic
Treatment, Prentice – Hall, Inc., USA. Waste Water in Industrial Are a at MEPZ
Bitton G. 1994. Wastewater Microbiology. (Madras Exports Processing Zone), Tambaram,
Wiley-Liss, New York. Chennai, India. Elixir Pollution 53 (2012) 11741-
Gaudy, A.F., Jr. and E.T. Gaudy. 1988. Elements 11744
of Bioenvironmental Engineering. Engineering Said, N.I dan Utomo, Kristianti. 2007.
Press, san Jose, CA. Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Prose
Grady, C.P.L dan Lim, H.C. 1980. Biological LumpurAktif Yang Diisi Dengan Media Bioball.
Wastewater Treatment. Marcel Dekker Inc. New BPPT. Jakarta
York. U.S. EPA.1975. Process design Manual for
Hammer, M.J., Water and Wastewater Nitrogen Control. Office of Technology Transfer,
Technology. Wiley, New York. 1986). washington, DC.
Hikami, Sumiko., “Shinseki rosohou ni yoru mizu Verstraete, W., and E. Van Vaerenbergh,
shouri gijutsu (Water Treatment with ”Heterotrophic Nitrification By Arthrobacter Sp”,
Submerged Filter)”, Kougyou Yousui No.411, Journal Bacteriology. 110:955-961. 1972.
12,1992.
Hitdlebaugh, J.A., and R.D. Miller, “Operational
Problems With Rotating Biological Contactor”,
Journal Water Pollution Control Fed. 53:1283-
1293. 1981.
JSWA, 1984. Design Criteria For Sewage Works
Facilities. Tokyo, Japan.
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah
Domestik di Wilayah Prov. DKI Jakarta. KPPL DKI
Jakarta, 2005.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
112 tahun 2003. Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
Metcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering
rd
: Treatment Disposal, reuse, 3 ed. McGraw-Hill,
New York.
Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater Engineering
: Treatment and Reuse, Fourth Edition,
International Edition. McGraw-Hill : New York.
65