Anda di halaman 1dari 22

Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No.

1. 2014

PENGHILANGAN AMONIAK DI DALAM AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN PROSESMOVING


BED BIOFILM REACTOR (MBBR)
Removal AmmoniaInDomesticWastewaterUsingMovingBedBiofilm Reactor(MBBR)Process

Oleh :
*) **)
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani
*) Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT**) Universitas Mulawarman

Abstrak
Prosespengolahan air limbah yang mengandungpolutanorganikyang banyak
digunakandiIndonesiaterutama di Jakartaadalahproses lumpur aktif. Masalahnya adalahkualitas
airolahannya seringbelummemenuhistandarbaku mutu.Beberapafaktor yang
mempengaruhiadalahwaktutinggalhidrolik(HRT) terlalu pendek, fluktuasilaju alirair
limbah,prosesaerasi yang tidak berfungsidengan baikdanjugayang tidakkalah pentingnya
adalahkesalahanoperasionalyang disebabkan olehkurangnya pengetahuanoperator. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut diperlukaninovasi teknologiuntuk meningkatkanefisiensiproses
pengolahan air limbahterutamaproses lumpur aktif.
Teknologi Moving BedBiofilmReaktor(MBBR) merupakan salah satualternatif yang
efektifuntukmengolah air limbah yang mengandungpolutanorganik. Pada prinsipnya,
MBBRmerupakan modifikasi dariproseslumpur aktif yang ditingkatkandengan
menambahkanmediake dalam bak aerasi.
Makalah ini menjelaskan tentang studipengolahan airlimbah
domestikmenggunakanprosesMBBRyang diisi denganmediaplastikbioballyang memiliki luas
2 3
permukaan spesifik 210m /m sebanyak 20% darivolumetangkiaerasisebagaitempat melekatnya
mikroorganismeuntuk meningkatkan efisiensiserta menjagastabilitasproses.
Hasil penelitianmenunjukkan bahwadengan waktu tinggal hidrolik(HRT) dalam tangkiaerasi 12
jam, 8jam, 6jam dan4, serta rasiosirkulasilumpurR=1,0Q, efisiensipenghilanganamoniakmasing-
3
masingadalah94,05%, 03,42%, 89%,dan79,6%. Dengan beban amoniak0,106-0,302kg/m .hari, di
dapatkan efisiensipenghilanganamoniak 95,54-83,01%. Semakin besarbeban amoniak, efisiensi
penghilanganamoniaksemakin kecil.Waktu tinggal yang optimal adalah 6 jam dengan efisiensi
penghilangan amoniak mencapai 89 %, dan konsentrasi amoniak di dalam efluen rata-rata 8,3
mg/l.

Kata Kunci :Air limbah rumah tangga, amoniak, bioball, MBBR.

Abstract
The treatment process of wastewater contains organic pollutant which used in Indonesia
especially in Jakarta is generaly activated sludge process. The problem is its treated water quality
which frequently does not yet fulfilled to effluent standard of wastewater. Some affecting factors
are hydraulic retention time (HRT) too short, the fluctuation of wastewater flow rate, unfavorable
function of aeration process and also which do not less important is operational mistake caused
by insufficient knowledge of operator. To overcome the mentioned problems it is needed
technological innovation to increase efficiency of wastewater treatment process especially
activated sludge process.
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) technologyisone of
theeffectivealternativefortreatingwastewatercontainingorganicpollutants. In principle, MBBRis
amodification ofthe activated sludgeprocessisenhancedby addingthe mediainto theaerationtank.
This paper describes the study of domestic waste water treatment using MBBR process which is
2 3
filled with bioball plastic media which has specific surface 210 m /m as much as 20%ofthe
volume ofthe aeration tank for attaching microorganism to increase efficiency and keep stability
of process.
Result of the study shows that within 12 hours, 8 hours, 6 hours and 4 hours of hydraulic retention
time (HRT) in aeration tank and sludge circulation ratio 0f R= 1.0 Q, the removal efficiency of
ammonia were 94.05 %, 93.42 %, 89 %, and 79.6 % respectively. In ammonia loading 0.106 –
3
0.302 kg/m .day, the removal efficiency of ammonia were 95.54 – 83.01 %. The greater ammonia

44
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

loading, removal efficiencyof ammonia is getting smaller.Optimalresidence timeis


6hourswithammoniaremoval efficiencyreached 89%, andthe average concentration
ofammoniaintheeffluentof8.3mgper litre.

Keyword :Domestic wastewater, ammonia, bioball, MBBR.

1. PENDAHULUAN secara diam di dalam reaktor aerasi maupun non


aerasi (anaerobik).
1.1 Latar Belakang Permasalahan yang banyak dihadapi dalam
kedua pengolahan ini diantaranya adalah proses ini
Masalah pencemaran air di kota besar di memerlukan waktu yang lama dan lahan yang luas
Indonesia telah menunjukkan gejala yang cukup untuk memisahkan lumpur dan cairan olahan,
serius, penyebab dari pencemaran tadi tidak hanya disamping itu air hasil olahannya sering kali belum
berasal dari buangan industri pabrik-pabrik, tetapi memenuhi baku mutu air limbah yang boleh dibuang
juga bersumber dari air limbah rumah tangga sesuai dengan Pergub DKI jakarta nomor 122 tahun
(domestic sewage) yang jumlahnya makin hari makin 2005. Parameter yang sering melampaui baku mutu
besar sesuai dengan perkembangan penduduk adalah parameter amoniak.
maupun perkembangan kota. Di Jakarta misalnya, Beberapa faktor penyebab yang sering
sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan ditemui antara lain adalah waktu tinggal hidrolik
air buangan kota mengakibatkan tercemarnya badan terlalu singkat, fluktuasi debit limbah yang sangat
– badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan besar, fungsi aerasi yang kurang baik, penyumbatan
badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan yang pada media biofilter, serta yang tidak kalah
baku air minum pun telah tercemar. penting adalah kesalahan operasional akibat
Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah pengetahuan operator tentang proses yang tidak
Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan Peraturan memadai. Untuk mengatasi kelemahan tersebut,
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta maka dilakukan penelitian dengan cara
Nomor 122 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air menggabungkan dua perlakuan yang ada dalam
Limbah Domestik Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota proses lumpur aktif dan biofilter melekat diam
Jakarta. Menurut Peraturan Gubernur Nomor 122 dengan harapan dapat memaksimalkan fungsi
tahun 2005 Bab V pasal 7 tersebut telah mewajibkan reaktor pengolahan dalam menurunkan kadar
semua pihak untuk mengolah air limbah domestik ammoniak di dalam air limbah domestik.
sebelum dibuang kesaluran umum. Secara garis besar, penelitian ini membahas
Bangunan rumah tinggal atau bangunan non tentang pengolahan air limbah domestik
rumah tinggal wajib mengelola air limbah domestik menggunakan penggabungan dua pola pertumbuhan
(blackwater maupun greywater) sebelum dibuang ke mikroba, yaitu pola pertumbuhan bakteri dengan
saluran umum/drainase. Bangunan rumah tinggal biakan melekat seperti pada biofilter, dan pola
dan atau bangunan usaha/ jasa/ industri yang telah pertumbuhan bakteri dengan biakan tersuspensi
dibangun dan belum memiliki instalasi pengelolaan seperti pada sistem lumpur aktif konvensional.
air limbah domestik yang memenuhi syarat baku Penggunaan media dalam penelitian ini adalah
mutu air limbah, wajib memperbaiki dan atau sebagai tempat melekatnya mikroorganisme
membangun instalasi pengolahan air limbah pendegradasi polutan, yakni dengan perbandingan
domestik. Salah satu penanganan pengolahan limbah volume media sekitar 20 % dari total volume air
cair domestik saat ini dapat dilakukan dengan sistem reaktor.
aerob adalah pada proses lumpur aktif konvensional. Oleh karena perbandingan volume media yang
Proses ini termasuk proses biologis yang kecil dibandingkan dengan volume air reaktor,
menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi menyebabkan pada reaktor ini akan terjadi gerakan
bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah random/turbulensi antar media yang terkena aerasi
cair. Metode ini adalah metode yang paling banyak sehingga masing-masing media akan berada pada
digunakan di Indonesia, termasuk di DKI Jakarta. kondisi bergerak. Istilah dari modifikasi perlakuan
Selain metode pengolahan lumpur aktif, ada lumpur aktif ini diberi nama “Moving Bed Biofilm
pula metode pengolahan air limbah lain yang mulai Reactor”atau MBBR.
digunakan di wilayah DKI Jakarta, yakni proses Perlakuan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengolahan dengan biofilter melekat diam. Proses ini efisiensi serta menjaga stabilitas proses. Dengan
didasarkan oleh penggunaan media penyangga penambahan media ke dalam bak aerasi maka proses
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri pertumbuhan biologis mikroba dengan biakan
pendegradasi senyawa pencemar yang diletakkan tersuspensi dan biakan melekat akan terjadi secara
bersamaan. Dengan cara demikan diharapkan selain

45
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

meningkatkan jumlah mikroorganisme yang Kehidupan air terpengaruh oleh amoniak pada
menguraikan polutan juga suplai oksigen akan lebih konsentrasi 1 mg/l dan dapat menyebabkan mati
merata sehingga kemampuan penyerapan oksigen lemas karena dapat mengurangi kapasitas oksigen
menjadi lebih besar serta optimal dalam dalam air.
penghilangan kadar polutan terutama amoniak. Senyawa amoniak dapat mengurangi
Lebih lanjut diharapkan, perlakuan khusus ini efektifitas khlorin yang biasanya digunakan sebagai
dapat memperbesar kontak biologis antara air limbah tahap akhir dalam pengolahan air untuk
dengan mikroorganisme, sehingga pada volume dan menghilangkan bahan organik yang tersisa serta
kapasitas pengolahan yang sama dengan proses untuk proses desinfeksi. Asam hipoklorid dapat
lumpur aktif konvensional, akan didapatkan Hydrolic bereaksi dengan amoniak membentuk khloramin,
Retention Time (HRT) yang optimum dan tentunya dimana kurang efektif sebagai desinfektan sehingga
akan dapat menghemat volume reaktor, sehingga amoniak dapat dikatakan memakai “kebutuhan
aktifitas pengolahan akan lebih efisien baik dalam klorin” pada proses khlorinasi (Benefiled & Randall,
penurunan kadar polutan pencemarnya maupun dari 1980). Di dalam air limbah, senyawa amoniak ini
segi ekonomisnya. dapat diolah secara mikrobiologis dengan cara aerasi
melalui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit dan
1.2 Tujuan Penelitian nitrat.

Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu 2.2 Siklus Nitrogen


tinggal hidrolik (HRT) terhadap efisiensi penurunan
senyawa amoniak di dalam sistem Moving Bed Senyawa nitrogen merupakan senyawa yang
Biofilm Reactor dengan media isian bioball. sangat penting dalam kehidupan, karena nitrogen
merupakan salah satu nutrien utama yang berperan
dalam pertumbuhan organisme yang hidup. Senyawa
2. KAJIAN PUSTAKA ini juga merupakan komponen dasar protein yang
keberadaannya di perairan digunakan oleh produsen
2.1 Senyawa Amoniak Di Dalam Air untuk memproduksi sel oleh hewan dan tumbuh-
tumbuhan.
Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen Jumlah nitrogen yang terdapat di atmosfir,
+
yang menjadi NH4 pada pH rendah yang disebut paling banyak berada dalam bentuk gas nitrogen
dengan ammonium. Amoniak dalam air permukaan sebesar 78 % dan sangat terbatas nutriennya dalam
berasal dari air seni, tinja serta penguraian zat lingkungan air dan daerah pertanian. Pada umumnya
organik secara mikrobiologis yang berasal dari air gas nitrogen ini tidak dapat dipergunakan secara
alam atau air buangan industri ataupun limbah langsung oleh makhluk hidup, hanya beberapa
domestik. Adanya amoniak tergantung pada organisme khusus yang dapat mengubahnya ke
beberapa faktor yaitu sumber asalnya amoniak, dalam bentuk organik nitrogen dan proses yang
tanaman air yang menyerap amoniak sebagai terjadi dinamakan fiksasi.
nutrien, konsentrasi oksigen, dan temperatur. Dalam lingkungan perairan, nitrogen terlarut
Senyawa amoniak dapat ditemukan dimana- dapat diikat oleh sejumlah bakteri dan alga. Nitrogen
mana, dari kadar beberapa mg/l pada air permukaan organik yang disintesa oleh tumbuhan dan alga
dan air tanah hingga mencapai 30 mg/l lebih pada air merupakan sumber nitrogen bagi hewan. Dalam
buangan. Kadar amoniak yang tinggi pada air sungai metabolismenya hewan akan membuang nitrogen
menunjukkan adanya pencemaran. Rasa amoniak yang mengandung senyawa-senyawa yang kemudian
kurang enak sehingga kadar amoniak harus rendah. senyawa tersebut dimineralisasi oleh
Pada air minum kadarnya harus nol dan pada air mikroorganisme dan nitrogen akan dilepaskan
sungai harus dibawah 1 mg/l (syarat mutu air sungai sebagai amoniak. Proses yang sama juga akan terjadi
di Indonesia). jika tumbuh-tumbuhan dan hewan mati dan akan
Amoniak dapat menyebabkan kondisi toksik mengalami dekomposisi. Proses pelepasan amoniak
bagi kehidupan perairan. Konsentrasi tersebut ini disebut juga dengan amonifikasi. Amoniak sangat
tergantung dari pH dan temperatur yang berguna bagi tumbuhan dan mikroorganisme untuk
menpengaruhi air. Nitrogen amonia berada dalam air asimilasi menjadi sel baru yang memberikan lebih
+
sebagai amonium (NH4 ) berdasarkan reaksi banyak nitrogen organik.
kesetimbangan sebagai berikut : Untuk mengetahui sejauh mana peran
+ - senyawa nitrogen dalam proses pertumbuhan, maka
NH3 + H2O  NH4 + OH
perlu diketahui bentuk serta perubahannya yang
Kadar amoniak bebas dalam air meningkat terjadi di alam dalam suatu siklus yang disebut siklus
sejalan dengan meningkatnya pH dan temperatur. nitrogen.

46
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

Siklus nitrogen yang terjadi di Lingkungan nitrat relatif rendah, tetapi kadar ini dapat menjadi
perairan secara sederhana dapat diilustrasikan tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang
seperti pada Gambar 1 (Hikami,1992). Senyawa nitrat diberi pupuk yang mengandung nitrat.
dan amoniak dalam air digunakan oleh tumbuhan
dan mikroorganisme dalam proses biosintesis 2.3 Penghilangan Amoniak Secara Biologis
(asimilasi) untuk membentuk sel baru yang akan
menghasilkan nitrogen organik. 2.3.1 Nitrifikasi

-
4NO3 + 8H2O  4NH3 + 4O2 + 4OH
- Proses nitrifikasi menurut Grady & Lim (1980)
didefinisikan sebagai konversi nitrogen ammonium
NH3 + CO2 + tumbuhan hijau + cahaya matahari  (NH4-N) menjadi nitrit (NO2-N) yang kemudian
protein menjadi nitrat (NO3-N) yang dilakukan oleh bakteri
autotropik dan heterotropik. Proses nitrifikasi ini
Setelah hewan dan tumbuhan mati, maka dapat dilihat dalam dua tahap yaitu :
akan didekomposisi oleh proses biokimia dan bahan- Tahap nitritasi, merupakan tahap oksidasi ion
+ -
bahan nitrogen organik akan diubah kembali dalam ammonium (NH4 ) menjadi ion nitrit (NO2 ) yang
bentuk amoniak. Proses ini dinamakan sebagai dilaksanakan oleh bakteri nitrosomonas menurut
proses mineralisasi. Sebagian besar amoniak di alam reaksi berikut :
-
akan dioksidasi menjadi bentuk nitrit (NO2 ) dan Nitrosomonas
-
kemudian menjadi nitrat (NO3 ) yang dilakukan oleh + - - +
NH4 + ½O2 + OH  NO2 + H + 2H2O + 59,4 Kcal
dua macam bakteri autotrof dalam proses yang
disebut nitrifikasi. Reaksi ini memerlukan 3,43 gr O2 untuk mengoksidasi
1 gr nitrogen menjadi nitrit.

Tahap nitrasi, merupakan tahap oksidasi ion nitrit


-
menjadi ion nitrat (NO3 ) yang dilaksanakan oleh
bakteri nitrobacter menurut reaksi berikut :
- -
NO2 + 1/2O2 NO3 + 18 Kcal
Nitrobacter

Reaksi ini memerlukan 1,14 gr O2 untuk mengoksidasi


1 gr nitrogen menjadi nitrat. Secara keseluruhan
proses nitrifikasi dapat dilihat dari persamaan berikut
:
+ - +
Gambar 1 : Siklus Nitrogen Di Lingkungan Perairan. NH4 + 2O2 NO3 + 2H + H2O
Kedua reaksi di atas disebut dengan reaksi
Senyawa nitrit merupakan bahan peralihan eksotermik (reaksi yang menghasilkan energi). Jika
yang terjadi pada siklus biologi. Senyawa ini kedua jenis bakteri tersebut ada, baik di tanah
dihasilkan dari suatu proses oksidasi biokimia maupun di perairan, maka konsentrasi nitrit akan
ammonium, tetapi sifatnya tidak stabil karena pada menjadi berkurang karena nitrit dibentuk oleh
kondisi aerobik, selama nitrit terbentuk dengan cepat bakteri nitrosomonas yang akan dioksidasi oleh
nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri bakteri nitrobacter menjadi nitrat.
nitrobacter. Sedangkan pada kondisi anaerobik, Kedua bakteri ini dikenal sebagai bakteri
nitrat dapat direduksi menjadi nitrit yang selanjutnya autotropik yaitu bakteri yang dapat mensuplai
hasil reduksi tersebut dilepaskan sebagai gas karbon dan nitrogen dari bahan-bahan anorganik
nitrogen. Nitrit yang ditemui pada air minum dapat dengan sendirinya. Bakteri ini menggunakan energi
berasal dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di dari proses nitrifikasi untuk membentuk sel sintesa
pabrik yang mendapatkan air dari sistem distribusi yang baru. Sedangkan bakteri heterotropik
PAM. Pada air permukaan, konsentrasi nitrit sangat merupakan bakteri yang membutuhkan bahan-bahan
rendah (g/l), tetapi konsentrasi yang tinggi dapat organik untuk membangun protoplasma. Walaupun
ditemukan pada limbah dan rawa dimana kondisi bakteri nitrifikasi autotropik keberadaannya di alam
anaerobik sering dijumpai. lebih banyak, proses nitrifikasi dapat juga dilakukan
Senyawa nitrat adalah bentuk senyawa oleh bakteri jenis heterotropik (Arthobacter) dan
nitrogen yang merupakan senyawa yang stabil. jamur (Aspergillus) (Verstraete, 1972).
Senyawa ini dapat berasal dari buangan industri Disamping itu dengan oksigen yang ada, maka
bahan peledak, pupuk dan cat. Secara alamiah kadar senyawa NH4-N yang ada diperairan akan dioksidasi

47
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

menjadi nitrat. Tetapi mengingat kebutuhan O2 yang Beberapa senyawa di dalam air yang bersifat
cukup besar, maka akan terjadi penurunan oksigen di racun sangat sensitif terhadap proses nitrifikasi.
dalam perairan tersebut sehingga akan terjadi kondisi Beberapa senyawa racun yang dapat menghambat
septik. proses nitrifikasi antara lain: cianida, thiourea,
Pada proses pengolahan senyawa NH4-N phenol, aniline dan logam berat seperti perak (Ag),
secara biologis kebutuhan O2 cukup besar, sehingga merkuri (Hg), Nikel (Ni), Krom (Cr), Tembaga (Cu) dan
kebutuhan O2 yang tinggi dapat dipenuhi dengan Seng (Zn). Konsentrasi Logam berat di dalam air tidak
cara memperbesar transfer O2 ke dalam instalasi boleh melebihi 5 mg/l (Bitton, 1994). Senyawa
pengolahan. Pada reaktor lekat ini, transfer O2 yang organik tidak secara langsung dapat menghambat
besar dapat diperoleh dengan cara menginjeksikan proses nitrifikasi, tetapi secara tidak langsung dapat
udara ke dalam reaktor. Dengan adanya injeksi udara menyebabkan berkurangnya konsentrasi oksigen
diharapkan kontak antara gelembung udara dan air terlarut di dalam air oleh mikroorganisme
yang akan diolah dapat terjadi. heterotroph sehingga dapat menghambat proses
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nitrifikasi.
proses nitrifikasi dalam pengolahan air adalah :
2.3.2 Denitrifikasi
Konsentrasi Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Proses nitrifikasi merupakan proses aerob, Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat dan
maka keberadaan oksigen sangat penting dalam nitrit dimana nitrat digunakan sebagai terminal
proses ini. Benefield (1980) mengatakan bahwa hydrogen pada saat potensial oksigen rendah dalam
proses nitrifikasi akan berjalan dengan baik jika DO limbah. Produk akhir yang dihasilkan dari penguraian
minimum  1 mg/l. Bitton (1994) mengatakan agar nitrat dan nitrit tersebut adalah gas nitrogen (N2)
proses nitrifikasi dapat berjalan dengan baik maka atau nitrogen oksida (N2O). kedua gas tersebut
konsentrasi oksigen terlarut di dalam air tidak boleh bersifat inert dan dapat menguap di udara.
kurang dari 2 mg/l. Bakteri heterotrofik fakultatif yang mampu
menggunakan nitrat atau nitrit antara lain adalah
Temperatur Micrococcus, Pseudomonas, Denitro-bacillis, Spirilum,
Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi Vacilles, dan Achromobacter.
dipengaruhi oleh temperatur antara 8 – 30C, Reaksi penguraian nitrat dan nitrit tersebut
sedangkan temperatur optimumnya sekitar 30C dapat dijabarkan sebagai berikut (Metcalf & Eddy,
(Hitdlebaugh and Miler, 1981). 1991 :

pH - -
NO3 + organik ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ sel + NO2 + CO2 + H2O
Pada proses biologi, nitrifikasi dipengaruhi
oleh pH. pH optimum untuk bakteri nitrosomonas -
NO2 + organik ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ sel + N2 + CO2 + H2O
dan nitrobacter antara 7,5 – 8,5 (U.S. EPA, 1975).
Proses ini akan terhenti pada pH dibawah 6,0
(Painter, 1970; Painter and Loveless, 1983). Denitrifikasi merupakan langkah kedua dalam
penyisihan nitrogen setelah proses nitrifikasi. Faktor-
Alkalinitas air akan berkurang sebagai akibat oksidasi
amoniak oleh bakteri nitrifikasi. Secara teori faktor yang berpengaruh pada proses denitrifikasi
alkalinitas akan berkurang 7,14 mg/l sebagai CaCO3 antara lain konsentrasi bahan organik, konsentrasi
+
setiap 1 mg/l NH4 (amoniak) yang diokasidasi (U.S. oksigen terlarut, suhu, pH dan waktu retensi.
Penyisihan nitrogen dari bentuk nitrat
EPA, 1975). Oleh karena itu untuk proses nitrifikasi
alkalinitas air harus cukup untuk menyeimbangkan dikonversi menjadi gas nitrogen pada kondisi anoksik
keasaman yang dihasilkan oleh proses nitrifikasi. (tanpa oksigen). Reaksi penyisihan nitrat adalah
sebagai berikut :
Rasio Organik dan Total Nitrogen (BOD/T-N) - -
NO3  NO2  NO  N2O  N2
Fraksi bakteria nitrifikasi di dalam biofilm akan
berkurang sebanding dengan meningkatnya rasio Pada proses denitrifikasi dibutuhkan organik
organik terhadap total nitrogen di dalam air (BOD/T- sebagai sumber karbon, selain itu juga dibutuhkan
N) Di dalam proses gabungan oksidasi karbon dan ion sulfat, fosfat, klorida, natrium, kalium,
nitrifikasi, proses nitrifikasi akan berjalan dengan baik magnesium, kalsium, dan beberapa unsur mikro
dengan rasio BOD/T-N lebih besar (Metcalf and untuk membantu aktivitas enzim. Denitrifikasi adalah
Eddy, 1991). proses yang akan terjadi bila konsentrasi oksigen
terlarutnya adalah nol.
Senyawa Inhibitor Yang Bersifat Racun

48
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

Proses denitrifikasi air limbah sangat efektif air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak
bekerja pada pH antara 7,0 dan 8,5 dan optimumnya pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan
adalah sekitar 7,0 (Metcalf & Eddy, 1991). saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang
besar. Kemudian, air limbah dalam bak penampung
2.4 Proses pengolahan Air Limbah Secara Biologis di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap
awal berfungsi untuk menurunkan padatan
2.4.1 Lumpur Aktif (Activated Sludge) tersuspensi (Suspended Solids) sekitar 30 - 40 %, dan
BOD sekitar 25 %.
Proses pengolahan air limbah sistem lumpur Air limpasan dari bak pengendap awal
aktif (activated sludge) adalah proses pengolahan dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak
polutan organik terlarut maupun tidak terlarut dalam aerasi ini air limbah dihembus dengan udara
air limbah menjadi flok mikroba tersuspensi yang sehingga mikroorganisme yang ada akan
dapat dengan mudah mengendap dengan teknik menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah.
pemisahan padat cair sistem gravitasi (Eckenfelder, Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat
1989). organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme
Proses ini pada dasarnya merupakan untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian
pengolahan aerobik yang mengoksidasi material didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan
organik menjadi CO2 dan H2O, NH4, dan sel biomassa berkembang biomasa dalam jumlah yang besar.
baru. Proses ini mempertahankan jumlah massa Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan
mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air
tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak limbah. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak
dari peralatan mekanis, yaitu aerator/blower, karena pengendap akhir.
selain berfungsi untuk suplai oksigen juga dibutuhkan Di dalam bak ini lumpur aktif yang
pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
memperoleh massa mikroba yang tetap adalah dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan (over flow) dari
pembuangan lumpur dalam jumlah tertentu (Bitton, bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di
1994). dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan
Sistem lumpur aktif mempunyai penguraian dengan senyawa khlor untuk membunuh
polutan organik yang cukup baik dan cocok pada mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang
daerah dimana lahan tidak cukup tersedia. keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
Dibandingkan dengan sistem biologis lainnya seperti dibuang ke sungai atau saluran umum.
Lagoon, sistem lumpur aktif memiliki beberapa Dengan proses ini air limbah dengan
keunggulan (Said, 2007), diantaranya : konsentrasi BOD 250-300 mg/l dapat di turunkan
kadar BOD nya menjadi 20-30 mg/l. Skema proses
a. Kualitas hasil olahan terutama pH dan pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
kandungan oksigen lebih bagus. standar atau konvensional dapat dilihat pada Gambar
b. Kebutuhan lahan untuk IPAL relatif kecil. 2.
c. Cocok untuk kandungan polutan iorganik (BOD,
COD) yang tidak terlalu tinggi (dibawah 3000
mg/l).
d. Konsentrasi BOD pada air olahan dapat
mencapai lebih rendah dari 25 mg/l.

Keaktifan lumpur ditentukan oleh konsentrasi MLSS.


Limbah yang didegradasi oleh bakteri merupakan
substrat yang digunakan untuk memperoleh karbon
dan energi. Indikasi tersebut ditunjukkan dengan nilai Gambar 2 : Diagram Proses Pengolahan Air Limbah
BOD, yakni adalah sejumlah oksigen terlarut yang Dengan Proses Lumpur Aktif Standar (Konvensional).
diukur dalam milligram per liter yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme, khususnya bakteri, untuk Variabel perencanan (design variabel) yang
mengoksidasi atau mendegradasi limbah menjadi umum digunakan dalam proses pengolahan air
bentuk komponen inorganik yang sederhana, dan limbah dengan sistem lumpur aktif adalah sebagai
memperbanyak sel bakteri. berikut:
Secara umum proses pengolahan lumpur aktif
adalah sebagai berikut. Air limbah yang berasal dari A. Beban BOD (BOD Loading rate atau
sumber limbah ditampung ke dalam bak penampung Volumetric Loading rate).

49
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

MLSS x V
Beban BOD adalah jumlah massa BOD di dimana :
3
dalam air limbah yang masuk (influent) dibagi dengan Q = Laju alir limbah m per hari.
volume reaktor. Beban BOD dapat dihitung dengan S0 = Konsentrasi BOD di dalam air limbah yang
3
rumus sebagai berikut : masuk ke bak areasi (reaktor) (kg/m ).
3
Q x S0 S = Konsentrasi BOD di dalam efluent( kg/m ).
3 3
Beban BOD = kg/m .hari MLSS =Mixed liquor suspended solids (kg/m ).
3
V V = Volume reaktor atau bak aerasi (m ).
Dimana :
3 Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju
Q = debit air limbah yang masuk (m /hari)
S0= Konsentrasi BOD di dalam air limbah yang masuk sirkulasi lumpur aktif dari bak pengendapan akhir
3
(kg/m ) yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi laju
V= Volume reaktor (m )
3 sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M-nya.
Untuk pengolahan air limbah dengan sistem lumpur
Untuk untuk proses lumpur aktif standar beban BOD aktif konvensional atau standar, rasio F/M adalah 0,2
umumnya kerkisar antara 0,3 – 0,8 kg/m .hari,
3 - 0,5 kg BOD5 per kg MLSS per hari, tetapi dapat lebih
sedangkan untuk proses lumpur aktif Extended tinggi hingga 1,5 jika digunakan oksigen murni
Areationbeban BOD yang umum digunakan berkisar (Hammer, 1986). Rasio F/M yang rendah menujukkan
3 bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam
antara 0,15 – 0,25 kg/m .hari. (JSWA, 1984).
kondisi lapar, semakin rendah rasio F/M pengolah
B. Mixed-liqour suspended solids (MLSS). limbah semakin efisien.

Isi di dalam bak aerasi pada proses E. Hidraulic retention time (HRT).
pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
disebut sebagai mixed liqour yang merupakan Waktu tinggal hidrolik (HRT) adalah waktu
campuran antara air limbah dengan biomassa rata-rata yang dibutuhkan oleh air limbah masuk
mikroorganisme serta padatan tersuspensi lainnya. dalam bak atau tangki aerasi. Untuk proses lumpur
MLSS adalah jumlah total dari padatan tersuspensi aktif, nilainya berbanding terbalik dengan laju
yang berupa material organik dan mineral, termasuk pengenceran (dilution rate, D).
di dalamnya adalah mikroorganisme. MLSS
ditentukan dengan cara menyaring lumpur campuran HRT = 1/D = V/ Q
dengan kertas saring (filter), kemudian filter dimana :
3
0
dikeringkan pada temperatur 105 C, dan berat V = Volume reaktor atau bak aerasi (m ).
padatan dalam contoh ditimbang. Q = Debit air limbah yang masuk ke dalam
3
Tangki aerasi (m /jam)
-1
C. Mixed-liqour volatile suspended solids D = Laju pengenceran (jam ).
(MLVSS).
F. Ratio Sirkulasi Lumpur (Hidraulic
Porsi material organik pada MLSS diwakili oleh Recycle Ratio, HRT).
MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba,
mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson Ratio sirkulasi lumpur adalah perbandingan antara
dan Lawrence, 1980). MLVSS diukur dengan jumlah lumpur yang disirkulasikan ke bak aerasi
memanaskan terus sampel filter yang telah kering dengan jumlah air limbah yang masuk ke dalam bak
0 aerasi.
pada 600 - 650 C, dan nilainya mendekati 65-75%
dari MLSS.
G. Umur Lumpur (sludge age)
D. Food - to - microorganism ratio atau Food – to
- mass ratio disingkatF/M Ratio. Umur lumpur sering disebut waktu tinggal
rata-rata cel (mean cell residence time). Parameter ini
Parameter ini menujukkan jumlah zat organik (BOD) menujukkan waktu tinggal rata-rata mikroorganisme
yang dihilangkan dibagi dengan jumlah massa dalam sistem lumpur aktif. Jika HRT memerlukan
mikroorganisme di dalam bak aerasi atau reaktor. waktu dalam jam, maka waktu tinggal sel mikroba
Besarnya nilai F/M ratio umumnya ditunjukkan dalam bak aerasi dapat dalam hitungan hari.
dalam kilogram BOD per kilogram MLLSS per hari. Parameter ini berbanding terbalik dengan laju
F/M dapat dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dapat dihitung
sebagai berikut : dengan rumus sebagai berikut (Hammer, 1986) :
Q (S0 – S)
F/M =

50
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

Umur Lumpur (Hari) = menentukan Indeks Volume Sludge (Sludge Volume


MLSS x V Index = SVI). Caranya adalah sebagai berikut :
= campuran lumpur dan air limbah (mixed liquor) dari
SSe x Qe + SSw X Qw bak aerasi dimasukkan dalam silinder kerucut volume
dimana : 1 liter dan dibiarkan selama 30 menit. Volume sludge
MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l). dicatat. SVI adalah menunjukkan besarnya volume
V = Volume bak aerasi (L) yang ditempati 1 gram lumpur (sludge). SVI dapat
SSe = Padatan tersuspensi dalam effluent (mg/l). dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
SSw = Padatan tersuspensi dalam lumpur berikut :
limbah (mg/l) SV x 1 000
3
Qe = Laju effluent limbah (m /hari) SVI (ml/g) = mm/gr.
3
Qw = Laju influent limbah (m /hari). MLSS
Umur lumpur dapat bervariasi antara 5-15 dimana :
hari untuk sistem lumpur aktif konvensional. Pada SV : Volume endapan lumpur di dalam silinder
musim dingin dapat menjadi lebih lama dibandingkan kerucut setelah 30 menit pengendapan (ml).
pada musim panas. Parameter penting yang MLSS : adalah mixed liqour suspended solid (mg/l).
mengendalikan operasi lumpur aktif adalah beban
organik atau beban BOD, suplai oksigen, dan Di dalam unit pengolahan air limbah dengan
pengendalian dan operasi bak pengendapan akhir. sistem lumpur aktif konvensional dengan MLSS <
Bak pengendapan akhir ini mempunyai dua fungsi 3500 mg/l) nilai SVI yang normal adalah berkisar
yakni untuk penjernihan (clarification) dan antara 50 - 150 ml/gr.
pemekatan lumpur (thickening). Mengingat parameter operasional di dalam
Campuran air limbah dan lumpur (mixed proses lumpur aktif yang harus dikontrol sangat
liqour) dipindahkan dari tangki aerasi ke bak banyak maka proses pengolahan air limbah dengan
pengendapan akhir. Di dalam bak pengendapan akhir proses lumpur aktif cukup rumit dan memerlukan
lumpur yang mengandung mikroorganisme yang keahlian operator yang cukup.
masih aktif dipisahkan dari air limbah yang telah
diolah. Sebagian dari lumpur yang masih aktif ini 2.4.2 Pengolahan air limbah dengan Proses Biofilm
dikembalikan ke bak aerasi dan sebagian lagi dibuang Atau Biofilter Tercelup (Submerged Biofilm)
dan dipindahkan ke pengolahan lumpur. Sel-sel
mikroba terjadi dalam bentuk agregat atau flok, Proses pengolahan air limbah dengan proses
densitasnya cukup untuk mengendap dalam tangki biofilm atau biofilter tercelup dilakukan dengan cara
penjernih. mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis
Pengendapan lumpur tergantung ratio F/M yang di dalamnya diisi dengan media penyangga
dan umur lumpur. Pengendapan yang baik dapat untuk pengembang-biakan mikroorganisme dengan
terjadi jika lumpur mikroorganisme berada dalam atau tanpa aerasi. Untuk proses anaerobik dilakukan
fase endogeneous, yang terjadi jika karbon dan tanpa pemberian udara atau oksigen. Posisi media
sumber energi terbatas dan jika pertumbuhan bakteri biofilter tercelup di bawah permukaan air.
rendah. Pengendapan lumpur yang baik dapat terjadi Pertumbuhan mikrooorganisme akan terus
pada rasio F/M yang rendah (contoh : tingginya berlangsung pada lapisan biofilm yang sudah
konsentrasi MLSS). Sebaliknya, Rasio F/M yang tinggi terbentuk sehingga ketebalan lapisan biofilm
mengakibatkan pengendapan lumpur yang buruk. bertambah. Difusi makanan dan O2 akan berlangsung
Untuk air limbah domestik, rasio F/M yang sampai ketebalam maksimum. Pada kondisi ini,
optimum adalah 0,2 - 0,5 (Gaudy, 1988; Hammer, makanan dan O2 tidak mampu lagi mencapai
1986). Rata-rata waktu tinggal sel yang diperlukan permukaan padat atau bagian terjauh dari fasa cair.
untuk pengendapan yang efektif adalah 3 - 4 hari Hal ini menyebabkan lapisan biomasa akan terbagi
(Metcalf dan Eddy, 1991). Pengendapan yang tidak menjadi dua bagian, yaitu lapisan aerob dan lapisan
baik dapat terjadi akibat gangguan yang tiba-tiba anaerob. Jika lapisan biofilm bertambah tebal maka
pada parameter fisik (suhu dan pH), kekurangan daya lekat mikroorganisme terhadap media
makanan (contoh N, suhu, mikro-nutrien), dan penyangga tidak akan kuat menahan gaya berat
kehadiran zat racun (seperti logam berat) yang dapat lapisan biofilm dan akan terjadi pengelupasan lapisan
menyebabkan hancurnya sebagian flok yang sudah biomassa. Koloni mikroorganisme yang baru sebagai
terbentuk. Untuk operasi rutin, operator harus proses pembentukan lapisan biofilm akan terbentuk
mengukur laju pengendapan lumpur dengan pada bagian yang terkelupas ini. Pengelupasan dapat
menentukan indeks volume lumpur. juga terjadi karena pengikisan berlebihan cairan yang
Cara konvensional untuk mengamati mengalir melalui biofilm. Mekanisme proses yang
kemampuan pengendapan lumpur adalah dengan

51
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

terjadi pada sistem biofilter secara sederhana dapat dalam sistem aerasi melalui aliran putar, kemampuan
ditunjukkan seperti pada Gambar 3. penyerapan oksigen hampir sama dengan sistem
Pada kondisi aerobik terjadi proses nitrifikasi aerasi dengan menggunakan difuser, oleh karena itu
yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat untuk penambahan jumlah beban yang besar sulit
+
(NH4 )  (NO3) dan pada kondisi anaerobik terjadi dilakukan. Berdasarkan hal tersebut diatas
proses denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk belakangan ini penggunaan sistem aerasi merata
diubah menjadi gas nitrogen (NO3N2). banyak dilakukan karena mempunyai kemampuan
Media biofilter yang digunakan secara umum penyerapan oksigen yang besar.
dapat berupa bahan material organik atau bahan Jika kemampuan penyerapan oksigen besar
material anorganik.Untuk media biofilter dari bahan maka dapat digunakan untuk mengolah air limbah
organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, dengan beban organik (organic loading) yang besar
bentuk butiran tak teratur (random packing), bentuk pula. Oleh karena itu diperlukan juga media biofilter
papan (plate), bentuk sarang tawon dan lain-lain. yang dapat melekatkan mikroorganisme dalam
Sedangkan untuk media dari bahan anorganik jumlah yang besar. Biasanya untuk media biofilter
misalnya batu pecah (split), kerikil, batu marmer, dari bahan anaorganik, semakin kecil diameternya
batu tembikar, batu bara (kokas) dan lainnya. luas permukaannya semakin besar, sehinggan jumlah
mikroorganisme yang dapat dibiakkan juga menjadi
besar pula. Jika sistem aliran dilakukan dari atas ke
bawah (down flow) maka sedikit banyak terjadi efek
filtrasi sehingga terjadi proses penumpukan lumpur
organik pada bagian atas media yang dapat
mengakibatkan penyumbatan. Oleh karena itu perlu
proses pencucian secukupnya. Jika terjadi
penyumbatan maka dapat terjadi aliran singkat (short
pass) dan juga terjadi penurunan jumlah aliran
sehingga kapasitas pengolahan dapat menurun
secara drastis.
Untuk media biofilter dari bahan organik
banyak yang dibuat dengan cara dicetak dari bahan
tahan karat dan ringan misalnya PVC dan lainnya,
dengan luas permukaan spesifik yang besar dan
volule rongga (porositas) yang besar, sehingga dapat
melekatkan mikro-organisme dalam jumlah yang
besar dengan resiko kebuntuan yang sangat kecil.
Dengan demikian memungkinkan untuk pengolahan
air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi
Gambar 3 : Mekanisme Proses Di Dalam Sistem
serta efisiensi pengolahan yang cukup besar.
Biofilm.
Pengolahan air limbah dengan proses biofim
tercelup mempunyai beberapa keunggulan antara
Di dalam proses pengolahan air limbah
lain :
dengan sistem biofilter tercelup aerobik, sistem
suplai udara dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Pengoperasiannya mudah
Beberapa cara yang sering digunakan antara lain
Di dalam proses pengolahan air limbah
aerasi samping, aerasi tengah (pusat), aerasi merata
dengan sistem biofilm, tanpa dilakukan sirkulasi
seluruh permukaan, aerasi eksternal, aerasi dengan
lumpur, tidak terjadi masalah “bulking” seperti pada
“air lift pump”, dan aerasi dengan sistem mekanik.
proses lumpur aktif (Activated sludge process). Oleh
Masing-masing cara mempunyai keuntungan dan
karena itu pengelolaanya sangat mudah.
kekurangan. Sistem aerasi juga tergantung dari jenis
media maupun efisiensi yang diharapkan.
Lumpur yang dihasilkan sedikit
Penyerapan oksigen dapat terjadi disebabkan
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif,
terutama karena aliran sirkulasi atau aliran putar
lumpur yang dihasilkan pada proses biofilm relatif
kecuali pada sistem aerasi merata seluruh
lebih kecil. Di dalam proses lumpur aktif antara 30 –
permukaan media.
60 % dari BOD yang dihilangkan (removal BOD) akan
Di dalam proses biofilter dengan sistem aerasi
diubah menjadi lumpur aktif (biomasa) sedangkan
merata, lapisan mikroorganisme yang melekat pada
pada proses biofilm hanya sekitar 10-30 %. Hal ini
permukaan media mudah terlepas, sehingga
disebabkan karena pada proses biofilm rantai
seringkali proses menjadi tidak stabil. Tetapi di
makanan lebih panjang dan melibatkan aktifitas

52
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

mikroorganisme dengan orde yang lebih tinggi sempurna di dalam sebuah reaktor, dimana
dibandingkan pada proses lumpur aktif. mikroorganisme yang hidup di dalam limbah akan
tumbuh melekat di media plastik (biocarrier)dan
Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah terakumulasi membentuk lapisan biomassa (biofilm)
dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi pada permukaan media tersebut. Media-media
tinggi. tersebut memungkinkan konsentrasi biomassa yang
Oleh karena di dalam proses pengolahan air tinggi terjadi di dalam reaktor jika dibandingkan
limbah dengan sistem biofilm mikroorganisme atau proses biakan tersuspensi, seperti proses lumpur
mikroba melekat pada permukaan medium konvensional Hal ini dapat meningkatkan kapasitas
penyangga maka pengontrolan terhadap pengolahan biologis pada volume reaktor yang sama,
mikroorganisme atau mikroba lebih mudah. Proses sehinggamenghasilkan effisiensi yang lebih baik.
biofilm tersebut cocok digunakan untuk mengolah air Media plastik (biocarrier) didesain sedemikian
limbah dengan konsentrasi rendah maupun rupa sehingga memiliki kepadatan unsur yang lebih
konsentrasi tinggi. rendah dibandingkan dengan air, serta menyediakan
luas permukaan yang besar sebagai tempat tumbuh
Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun dan berkembangnya mikroorganisme.
fluktuasi konsentrasi. Salah satu biocarrier yang seringkali digunakan
Di dalam proses biofilter, mikro-organisme dalam sistem ini adalah Media Biofilm Kaldnes 1 (K1),
melekat pada permukaan unggun media, akibatnya media ini dibuat dari bahan High Density
3
konsentrasi biomasa mikro-organisme per satuan polyethylene(HDPE) dengan berat jenis ± 0,95 g/cm
volume relatif besar, sehingga relatif tahan terhadap dan berbentuk silinder kecil, menyilang di dalamnya
fluktuasi beban organik maupun fluktuasi beban dan menyerupai sirip di luarnya . Silindernya memiliki
hidrolik. panjang 7 mm dan diamter 10 mm (tidak termasuk
siripnya). Media ini dapat menyediakan luas
Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi permukaan yang cukup besar untuk melekatnya
2 3
pengolahan kecil. bakteri (± 500 m /m ). Belakangan ini, telah
Jika suhu air limbah turun maka aktifitas dilakukan beberapa percobaan terkait bentuk dan
mikroorganisme juga berkurang, tetapi oleh karena luas permukaan media dalam kemampuannya
di dalam proses biofilm substrat maupun enzim melekatkan bakteri pendegradasi. Di Norwegia, telah
dapat terdifusi sampai ke bagian dalam lapisan dibuat media yang lebih besar (K2) dengan bentuk
biofilm dan juga lapisan biofilm bertambah tebal yang mirip dengan panjang dan diameter ± 15 mm.
maka pengaruh penurunan suhu (suhu rendah) tidak Beberapa contoh bentuk media biocarrier yang
begitu besar. digunakan dalam moving bed biofilm reactor dapat
dilihat seperti paga Gambar 4.
2.4.3 Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)

Sistem moving bed biofilm reactor adalah


sebuah konsep yang sangat efektif dalam pengolahan
limbah cair secara biologis, konsep ini pertama kali
ditawarkan oleh pemerintah Norwegia pada tahun
1980 yang bertujuan untuk mengurangi beban
nitrogen dalam air laut. Sistem ini dikembangkan
berdasarkan konsep biofilm treatment yang
diintegrasikan di dalam sistem lumpur aktif
konvensional. (Odegaard et al., 1999)
Ide dasar dari sistem ini adalah untuk
mendapatkan sistem pengolahan air limbah dengan
operasi yang berjalan terus menerus (continue),
reaktor yang non clogging (tidak dapat buntu) yang
Gambar 4: Bentuk Media Biocarrier Yang Digunakan
tidak membutuhkan backwash, sedikit menurunkan
Dalam Moving Bed Biofilm Reactor.
kehilangan tekanan (headloss), dan luas permukaan
biofilm yang besar. Hal ini didapatkan dengan
Jumlah biocarrier yang dimasukkan ke dalam reaktor
pertumbuhan biofilm/biomass di dalam media
tergantung dari kualitas dan kuantitas inffluent yang
(biocarrier) kecil yang bergerak di dalam reaktor.
akan diolah, maximum filling sebesar ± 70 %.
(Ravichandran & Joshua, 2012).
Spesific surface area (SSA) atau luas
Dalam sistem ini, bahan pencemar (substrat)
permukaan spesifik media didefinisikan sebagai total
yang terkandung dalam air limbah akan tercampur

53
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

luas permukaan media yang tersedia untuk biofilm tipis (100 µm) dan terdistribusi secara merata pada
per satuan volume reaktor. Jenis media biocarrier permukaan media (carrier). Agar bisa memperoleh
yang berbeda-bedamemiliki karakteristiknya masing- hal itu, turbulensi pada reaktor sangatlah penting,
masing. Tabel 1 menggambarkan karakteristik SSA baik untuk menyalurkan substrat ke biofilm dan
media dalam masing-masing sistem pengolahan. mempertahankan ketebalan yang rendah pada
Di dalam reaktor, media plastikBiocarrier akan biofilm (Ødegaard, 1999).
berada dalam posisi bergerak, pergerakan ini Dalam beberapa kasus, dimana turbulensi
disebabkan oleh energi sistem aerasi buatan yang terlalu rendah, biofilm yang dihasilkan sangat banyak
berasal dari mesin blower/aerator ataupun dengan hingga biofilm juga terbentuk di dalam rongga media,
pengadukan mekanik secara konvensional. sehingga mempersempit lintasan air dan substrat
Mekanisme pergerakan media di dalam reaktor untuk biofilm. Saat turbulensi cukup (baik disebabkan
dapat dilihat pada Gambar 5. dari aerasi atau pengadukan), biofilm yang terbentuk
cukup tipis dan menutupi secara merata semua
Tabel 1 : Specific Surface Area Untuk Masing-Masing permukaan media.
Sistem Pengolahan Dengan Pertumbuhan Reaktor Moving Bed Biofilm Reactor
Mikroorganisme Melekat. menggunakan saringan untuk memisahkan media
biocarrier bergerak dalam reaktor dengan air olahan
Specific Surface Area yang keluar sebagai overflow dari reaktor. Waktu
Jenis Media 2 3
(m /m ) tinggal media di dalam reaktor yang cukup, ditambah
Trickling Filter Media lagi dengan pengadukan substrat yang merata dalam
Rock 45-60* air limbah mendorong seleksi dan pengayaan
Plastic 90 – 150* mikroba untuk tumbuh sesuai dengan konsentrasi
100 – 150* substrat yang diterima oleh mikroba di dalam kondisi
Rotating Biological Contractor reaktor yang stabil.
MBBR Media : Proses Moving Bed Biofilm dapat digunakan
Kaldnes K1 Media 500 untuk berbagai aplikasi yang berbeda. Seperti proses
penghilangan zat organik, proses penghilangan
Hydroxyl Media 400
amoniak, proses nitrifikasi dan proses penghilangan
Kaldnes Flat Chip 1200
nitrogen. Proses ini baik digunakan untuk pengolahan
*Data From Metcalf & Eddy (2003) air limbah pada daerah perkotaan dan pengolahan
air limbah industri.
Reaktor moving bed biofilm dapat
dioperasikan dalam kondisi aerobik untuk
penghilanganzat organik dan nitrifikasi atau dalam
kondisi anoxic untuk denitrifikasi. Di dalam
perancangan MBBR, terdapat beberapa parameter
yang dianggap penting dan sangat mempengaruhi
efisiensi pengolahan, parameter tersebut ialah :

 Organicloading rate, yaitu kadar organik


polutan yang dapat diukur dengan jumlah kg
BOD5, dihitung per satuan volume dalam sehari.
Gambar 5 : Mekanisme Pergerakan Biocarrier Oleh 3
(Kg BOD/m .hari)
Aerasi Dan Pengadukan Dalam Sistem Moving Bed
 Fill medium loading rate, ini adalah jumlah
Biofilm Reactor.
mikroorganisme yang menempel di media
biocarrier per satuan luas dalam satuan waktu.
Kemampuan sistem ini sangat baik pada kondisi 2
(Kg/m .hari)
pengadukan secara turbulensi, sehingga proses
 Oxygen dissolved, yaitu kadar kandungan
penyerapan oksigen pada substrat akan lebih
oksigen terlarut di dalam air di hitung
optimal.Pengadukan yang lebih merata dapat 3
berdasarkan satuan gr/m .
meningkatkan performa dari sistem pengolahan air
limbah yang telah ada menjadi semakin efektif.  Hydraulic Loading Rate, adalah waktu tinggal
Seperti pada proses biakan melekat lainnya, yang dibutuhkan air limbah di dalam reaktor
yang dipenuhi media biocarrier.
difusi dari senyawa yang masuk dan keluar pada
biofilm memainkan peran penting. Karena  Spesific surface area, adalah jumlah luas
pentingnya difusi, ketebalan dari biofilm menjadi permukaan media biocarrier yang tersedia
2
sangat penting. Biofilm yang ideal pada MBBR adalah untuk biofilm per volume unit media. (m
3
media/m ).

54
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

Kriteria desain lengkap untuk MBBR yang dapat profil tank kapasitas 250 liter. Sedangkan untuk
digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : bahan distribusi air perpipaan digunakan pipa AW
PVC Ø ½ inci, 1 inci, 2 inci, selang Ø 1 inci, selang Ø 10
Tabel 2 : Kriteria Desain Pengolahan dengan Sistem mm, elbow, tee, valve, klep, dan penutup pipa.
Moving Bed Biofilm Reactor. Skema alat penelitian diawali dengan bak
penampung, profil tank MBBR, dan diakhiri dengan
Parameter Value Units bak pengendap akhir.
Anoxic HRT 0,5 – 2,0 Hours
Aerobic HRT 1–4 Hours
Biofilm Surface Area of 500 – 1200 m2/m3 Tabel 4 : Daftar Reagen Analisa Parameter Yang
Carrier Digunakan.
Biomass per Units Surface 5 – 25 g TS/m2
Area Range
BOD SALR 7,5 – 25 g/m2.d No Parameter Reagen Performance
COD SALR 15 – 50 g/m2.d (mg/l)
NH4-N SALR 0,45 – 1,00 g/m2.d Digestion Solution 1-1500
Secondary Clariefier 200 – 600 gpd/ft2 1 COD
HR
Overflow Rate 1. Ammonium
Salicylate
Sumber : John Brinkley et al, n.d 2 Amoniak 0,01 – 0,5
2. Ammonium
Cyanurate
3. MATERIAL DAN METODA PENELITIAN 3 Nitrit NitriVer 3 LR 0,001 – 0,3
4 Nitrat NitraVer 5 MR 0,1 – 10
3.1 Material
3.1.5 Alat
3.1.1 Air Limbah

Air limbah yang diolah dalam penelitian ini Alat yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari salah satu bak pengumpul limbah adalah sebagai berikut :
domestik kantor BPPT Jakarta Pusat.
 Pompa celup merk ATMAN, spesifikasi Qmax
3.1.2 Media Biofilm 5400 L/jam ; Head 5 m
 Pompa aquarium merk AQUARIA, spesifikasi
Media biofilm yang digunakan adalah media Qmax 2000 L/jam ; Head 1,8 m
dari bahan thermoplastic tipe bioball golf dengan  Pompa merk AQURA, spesifikasi Qmax 2400
spesifikasi seperti yang terlihat pada Tabel 3. L/jam ; Head 2 m
 Blower Aerasi merk ATMAN tipe GF-150 dan
Tabel 3 : Spesifikasi Media Penyangga. JEBO P-70
 Difuser gelembung halus (finebubble)
Tipe : Bioball Golf  Spectofotometer DR 2800
Material : Thermoplastic  Gelas ukur kimia100 ml
Diameter : 3 cm  pHmeter Hydrotester
Luas 2 3  Mikro Pipet 10 ml
: ± 210 m /m
Spesifik
Berat 3.2 Metoda Penelitian
3
Spesifik : 164,34 kg/m
Media 3.2.1 Penentuan Lokasi Instalasi Alat Penelitian
3
Berat Jenis : 0,970 kg/m
Porositas : 0,75 Lokasi pengambilan air limbah yang akan
Warna : Hitam diolah adalah pada salah satu bak penampung air
limbah domestik gedung perkantoran BPPT Jakarta
Pusat. Skema proses pengolahan dapat dilihat pada
3.1.3 Bahan Analisa Parameter (Reagen) Gambar 6.

Bahan yang digunakan untuk analisis dalam 3.2.2 Perancangan Alat Penelitian
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Penelitian ini dilakukan dalam skala kecil
3.1.4 Reaktor Percobaan (Pilot Plan) dengan kapasitas pengolahan sebesar 217
Liter. Rancangan alat pengolahan terdiri atas 1 buah
Bahan yang digunakan sebagai reaktor adalah bak penampung yang terbuat dari tangki plastik
2 unit gentong plastik kapasitas 120 liter dan 1 unit kapasitas maksimum 120 liter, 1 buah reaktor aerasi

55
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

berkapasitas maksimum 250 liter yang diisi dengan aerob. Didalam reaktor aerob yang telah ditambah
media penyangga sebanyak 20 %, dan 1 buah reaktor media bioball, air limbah akan mengalami
pengendap akhir yang terbuat dari tangki plastik pengadukan yang disebabkan oleh adanya proses
berkapasitas 120 liter. Skema rancangan alat aerasi yang merata dengan menggunakan blower.
penelitian seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6. Selanjutnya limpasan (over flow) dari reaktor aerob
akan mengalir masuk ke dalam bak pengendap akhir.
Di dalam reaktor aerob, mikroorganisme
pendegradasi zat polutan air limbah akan terdapat
pada dua tempat, yakni mikroorganisme akan
tersuspensi di dalam air limbah dan sebagian lagi
akan melekat dan membentuk biofilm di media
bioball. Sehingga pada reaktor aerob tersebut akan
terjadi dua proses pengolahan biologis, yakni proses
pengolahan biologi secara tersuspensi dan proses
pengolahan biologi secara melekat.
Pada penelitian kali ini, akan terdiri dari
beberapa proses, yakni :

Gambar 6 : Skema Rancangan Alat Penelitian. a. Proses Pengembang-biakan mikroorganisme


dan aklimatisasi.
3.2.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Proses ini dilakukan untuk mengembang biakan
3.2.3.1 Tahap Pembuatan Alat mikroorganisme, dilakukan secara alami dengan cara
mengalirkan air limbah domestik secara kontinyu ke
Untuk reaktor aerob dibuat dengan profil tank dalam reaktor biofilter. Dalam proses ini telah
dengan kapasitas 250 liter. Volume efektif yang terbentuk lapisan biofilm yang menyelimuti media
digunakan adalah 218 liter. Di dalam reaktor aerob bioball. Sedangkan aklimatisasi merupakan
dibuat weir dari pipa 1,5 inci yang telah diberi lubang pengadaptasian mikroorganisme terhadap air
dengan diameter 25 mm dengan menggunakan bor. buangan yang akan diolah. Proses aklimatisasi ini
Untuk difuser, digunakan jenis fine bubble berbentuk berjalan selama 2 minggu dengan waktu tinggal 12
disc dengan diameter 30 cm sebanyak dua buah. jam dengan debit 18 liter/jam. Akhir dari aklimatisasi
Untuk blower digunakan merk Jebo kapasitas 70 adalah ketika effisiensi penurunan konsentrasi COD
liter/menit. Untuk mengatur debit udara dari blower dan Amoniak relatif stabil.
digunakan valve.
Bak pengumpul dibuat dengan mengunakan b. Proses penentuan waktu optimal
gentong air dengan ukuran 120 liter. Fungsi dari bak
pengumpul adalah untuk menstabilkan debit yang Setelah proses seeding dan aklimatisasi,
akan masuk ke dalam reaktor aerob. Di dalam bak selanjutnya masuk ke proses penentuan waktu
pengumpul diberi pompa celup yang digunakan optimal. Pada proses ini, waktu tinggal diubah
untuk memompa air limbah ke reaktor aerob. menjadi 8 jam, 6 jam dan 4 jam.
Bak pengendap akhir yang akan digunakan
dalam penelitian adalah gentong air dengan 3.2.3.3 Tahap Pengujian Sampel
kapasitas 120 liter. Pada dasar bak pengendap
dilakukan penyemenan untuk membuat slope Pengujian sampel dilakukan secara periodik.
sebagai ruang lumpur. Pada bak pengendap akhir Sampling Point ditetapkan diambil pada bak
akan dibuat weir dengan menggunakan pipa 4 inci. penampung dan outlet bak pengendap akhir. Dalam
Waktu tinggal pada bak pengendap akhir sama penelitian ini dilakukan analisis terhadap karakteristik
dengan debit limbah masuk dan tidak diperhitungkan air limbah domestik yang diolah yakni saat sebelum
secara lebih detail. Untuk proses resirkulasi, (influen) dan sesudah (efluen) memasuki
dilakukan dengan mengunakan pompa akuarium pengolahan. Parameter yang diuji adalah amoniak,
dengan rasio resirkulasi adalah 100 %. nitrit, nitrat, pH, dan COD. Metode analisis untuk
berbagai parameter yang diteliti dapat dilihat pada
3.2.3.2 Tahap Pengoperasian Alat Tabel 5. Hasil analisis mengacu pada baku mutu air
limbah domestik berdasarkan PerGub DKI Jakarta
Pada tahap ini, air limbah domestik dari sum No.122 Tahun 2005.
pit dipompakan menuju bak pengumpul, selanjutnya,
air limbah kembali dipompakan menuju reaktor

56
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

Tabel 5 : Metode Analisis Parameter maka proses seeding dimulai dan berlangsung selama
18 hari.
No Parameter Metode Analisis Jenis Analisis Saat proses seeding memasuki hari ke-7,
1 Ammonia Salicylate Powder Pillows terjadi kerusakan blower dan pompa resirkulasi yang
(NH4+) Method Spektrofotometer
2 Nitrit (NO2-) USEPA Powder Pillows
menyebabkan menurun drastisnya efisiensi
Diazotization Spektrofotometer pengolahan. Kemudian dilakukan pergantian blower
3 Nitrat (NO3-) Cadmium Powder Pillows dan pompa resirkulasi di hari ke-8, sehingga proses
Reduction Spektrofotometer seeding kembali dilanjutkan dengan perubahan rasio
Method
resirkulasi lumpur menjadi R = 1. Ini dilakukan untuk
4 COD USEPA Reactor
TNTplus 822 meringankan kerja pompa resirkulasi agar tidak
Digestion
Spektrofotometer
Method terjadi kerusakan kembali.
5 TSS Photometric Spektrofotometer Saat memasuki hari ke-12 proses seeding
Method DR 2800 terjadi masalah pada bak pengendap akhir, yaitu
6 pH pHmetri pHmeter
instrument Hydrotester PH-80
timbulnya lumpur yang mengambang pada
permukaan air limbah, hal ini menyebabkan air hasil
Catatan : Spesifikasi tata cara analisis terlampir olahan membawa serta flok lumpur yang
mengakibatkan efluen menjadi keruh. Peristiwa ini
disebut dengan peristiwa “rising sludge”. Hal ini
4. PEMBAHASAN DAN ANALISA HASIL
disebabkan oleh pengendapan yang terlalu lama
4.1 Proses pengolahan terjadi di bak pengendap akhir, selanjutnya dalam
suasana lumpur yang anaerobik terjadi reaksi
4.1.1 Proses Start-up denitrifikasi dan menyebabkan flok lumpur ikut naik
bersamaan dengan naiknya gas Nitrogen (N2).
Sebelum penelitian dimulai, dilakukan start-up Namun, dalam hari-hari berikutnya dapat
alat dengan cara mengisi terlebih dahulu profil tank terlihat pengolahan yang telah berlangsung stabil
yang sudah berisi media bioballdengan air limbah pada bak pengendap akhir, ini diindikasikan oleh
yang akan diolah. Kemudian pada bak pengendap tidak adanya lagi lumpur yang mengambang pada
akhir juga diisi penuh dengan menggunakan air permukaan air dalam bak pengendap. Kemudian
bersih. Selanjutnya jalankan pompa resirkulasi proses seeding dilanjutkan kembali hingga berakhir
dengan debit ± 8 liter/jam, bersamaan dengan pada hari ke-18.
dijalankannya blower aerasi. Biarkan proses
berlangsung secara batch selama 2 x 24 jam, hal ini 4.1.3 Proses Pengolahan dengan Variasi Waktu
dilakukan untuk mendapatkan proses pengendapan Tinggal
lumpur yang berjalan stabil di bak pengendap
sebelum dimulainya proses seeding. Dalam proses Setelah proses seeding berjalan selama 18
start-up ini, tidak dilakukan penambahan lumpur hari, maka pengoperasian dilanjutkan dengan
secara khusus. mengubahwaktu tinggal air limbah di dalammoving
bed biofilm reactor yaknipada skenario waktu tinggal
4.1.2 Proses Pengembang-biakan Mikroorganisme 8 jam, 6 jam, dan 4 jam dengan rasio resirkulasi
Dan Aklimatisasi lumpur sebesar R = 1 Q. Pengolahan berlangsung
selama ± 7 - 10 hari untuk masing-masing skenario
Setelah proses start-up berjalan dengan baik waktu tinggal.
selama 2 hari, dilakukan proses Pengembang-biakan
mikroorganismedan aklimatisasi. Langkah awal dalam 4.1.4 Monitoringdan Analisa
proses ini adalah dengan cara mengalirkan air limbah
ke dalam bak penampung. Kemudian pada bak Monitoring dan analisa hasil penelitian
penampung, air limbah dialirkan masuk kedalam dilakukan setiap hari secara berkelanjutan.
moving bed biofilm reactor dengan bantuan pompa. Monitoring dilakukan hampir setiap 6 jam sekali dan
Pertumbuhan mikroorganisme dikondisikan dengan analisa sampel air limbah dilakukan setiap pagi hari,
waktu tinggal hidrolis 12 jam pada laju alir 18 terkecuali hari libur maupun hari-hari tertentu jika
liter/jam dan rasio resirkulasi lumpur sebesar R = 0,5 terjadi kendala yang menyebabkan berhentinya
Q, sehingga dengan waktu tinggal dan suplai oksigen proses pengolahan.
yang cukup serta laju alir yang kecil dapat membantu
pembentukan biofilm dan melekat dengan baik pada 4.2 Analisa Karakteristik Air Limbah Domestik
media biofilter. Air limpasan dari bak pengendap
sebagai efluent di buang langsung ke saluran umum. Dari hasil analisa karakteristik air
Dengan berjalannya proses tersebut secara kontinu, limbahdomestik yang akan diolah, dari hasil

57
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

perhitungan rata-rata parameter sepertiAmoniak


(NH4), Total Suspended Solid(TSS), BOD, dan COD
melebihi baku mutu air limbahdomestik berdasarkan
Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005.
Sedangkan hanya parameter pH yangsudah
memenuhi baku mutu air limbah domestik.Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 : Karakteristik Rata-Rata Air Limbah Domestik


Yang Diteliti.

Air Limbah Baku


Parameter Satuan Domestik Mutu
(mg/l) (mg/l) Gambar 7 : Lapisan Biofilm Yang Mulai Terlihat
Pada Bioball Di Hari Ke-6 Proses Seeding.
Amoniak
mg/l 82,25 10
(NH4) Pada hari ke-7 proses seeding berlangsung,
TSS mg/l 247 50 terjadi kerusakan pada blower aerasi dan unit pompa
resirkulasi yang menyebabkan efisiensi pengolahan
COD mg/l 269 80
menurun drastis di hari ke-8. Dari pengamatan secara
pH mg/l 8,3 6–9 fisik, seperti pada Gambar 8, akibat dari kurangnya
BOD mg/l 151 50 oksigen menyebabkan terjadinya suasana anoxic di
dalam reaktor moving bed biofilm mengakibatkan
lapisan biofilm pada bioball menjadi berwarna putih
*Data primer hasil penelitian
dan menghasilkan bau yang menyengat.

4.3 Proses Pengembang-biakan Mikroorganisme


Dan Aklimatisasi

Berdasarkan hasil pengamatan pada hari


pertama proses Pengembang-biakan Mikroorganisme
(seeding), pengolahan belum berjalan dengan baik.
Ini dibuktikan dengan effisiensi penyisihan COD yang
kurang dari 50 % serta terjadinya kenaikan senyawa
Amoniak (NH3). Hal ini disebabkan oleh
mikroorganisme yang ada di dalam moving bed
biofilm reactor belum tumbuh secara optimal.
Setelah proses berjalan selama 5 hari,
mikroorganisme mulai tumbuh dan berkembang biak
di dalam reaktor, ini di buktikan dengan lapisan
biofilm yang mulai tumbuh dan menyelimuti media Gambar 8: Lapisan Biofilm Pada Bioball Pada Hari
bioball (Gambar 7). Ke-8 Proses Seeding.
Dengan pertumbuhan mikroorganisme yang
mulai optimal menyebabkan penyisihan COD yang Setelah dilakukan perbaikan alat di hari ke-8 proses
berlangsung cukup tinggi, yakni sekitar 74 %. Hal ini seeding, analisa sampel air limbah dilakukan kembali
mengindikasikan bakteri yang tumbuh di dalam pada hari ke-11. Hasil analisa menunjukkan
reaktor moving bed biofilm telah mampu untuk terjadinya peningkatan effisiensi yang cukup
mendegradasi senyawa amoniak yang terkandung di signifikan memasuki hari ke-11. Hal ini dilihat dari
dalam air limbah. Atas dasar inilah, analisa amoniak penyisihan COD dan Total suspended solids (TSS)
kembali dilakukan pada hari ke-6 proses seeding, dan yang masing-masing mencapai 87 % dan 92 %.
didapatkan efisiensi penyisihan amoniak sebesar 11 Sementara itu, penyisihan amoniak masih belum
%. Namun hal tersebut belum sesuai dengan target menunjukkan hasil yang bagus, yakni hanya sekitar
yang diharapkan, ini disebabkan oleh kurangnya 38 %.
pasokan udara oleh blower aerasi yang terlihat Memasuki hari ke-12 proses seeding, terjadi
menurun dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. fenomena rising sludge pada reaktor pengendap
akhir, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan

58
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

perubahan debit resirkulasi yang diperbesar guna


mempercepat waktu tinggal lumpur di dalam reaktor
pengendap. Perlakuan ini terbukti berhasil, karena
tidak ditemukannya lagi lumpur yang mengambang
pada reaktor pengendap untuk hari-hari selanjutnya.
Penyisihan amoniak mulai menunjukkan hasil yang
bagus saat proses seeding memasuki hari ke-15, yaitu
dengan effisiensi penyisihan mencapai 92 %. Hal ini
terus berlanjut hingga memasuki hari terakhir proses
seeding, dengan penyisihan amoniak mencapai 95 %.
Penyisihan amoniak yang tinggi pada hari ke-18
menunjukkan bahwa proses seeding telah berjalan
dengan baik dan sesuai dengan target yang
diinginkan. Atas dasar inilah, pengoperasian alat
dilanjutkan dengan mengubah debit sesuai dengan Gambar 11 : Grafik Penyisihan TSS Selama Proses
waktu tinggal air limbah di dalam reaktor, yaitu 8 jam Seeding.
dengan debit air limbah sebesar 27 liter/jam dan
rasio resirkulasi lumpur sebesar R = 1 Q. Penyisihan 4.4 Analisa Penyisihan Amoniak Berdasarkan
amoniak (NH4) selama proses seeding dapat dilihat Variasi Waktu Tinggal
pada Gambar9.
Grafik penyisihan Chemical Oxygen Demand Analisa penyisihan amoniak untuk operasi
(COD) dan Total Suspended Solids (TSS) selama waktu tinggal 12 jam, dimulai saat data memasuki
proses seeding yang dapat dilihat pada Gambar 10 hari ke 12, ini dikarenakan proses seeding telah
dan Gambar 11. dianggap stabil pada hari ke 12 dan seterusnya dalam
penyisihan amoniak mencapai 68-95%. Dari data
hasil penelitian ini, terlihat bahwa pada kondisi
operasi dengan waktu tinggal 12 jam, konsentrasi
rata-rata amoniak influen sebesar 43,81 mg/l,
konsentrasi rata-rata amoniak efluen 8,01 mg/l,
dengan demikian efisiensi penyisihan amoniak rata-
rata mencapai 81,4 %.
Pada pengolahan dalam operasi waktu tinggal
12 jam, tepatnya saat memasuki hari ke-12 dan 13
telah terjadi kestabilan penyisihan amoniak dengan
efisiensi 67-68 %. Pada fase ini disebutproses
pematangan (Winkler, 1981) dan setelah mencapai
kondisi stabil maka dapat disimpulkan
mikroorganisme pengurai telah tumbuh dan bekerja
Grafik 9 : Grafik Penyisihan Amoniak Selama Proses dengan baik, yakni dimulai pada hari ke 15-18 dalam
Seeding. efisiensi penyisihan amoniak rata-rata mencapai
94,05 %, dengan konsentrasi amoniak efluen rata-
rata sebesar 2,5 mg/l, jauh dibawah standar baku
mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Gubernur DKI
Jakartayaitu sebesar 10 mg/l. Melihat hasil tersebut,
operasi pengolahan di lanjutkan dengan mengubah
waktu tinggal menjadi 8 jam dan dimulai pada hari
ke-19.
Dalam operasi pengolahan dengan waktu
tinggal 8 jam, konsentrasi rata-rata amoniak influen
sebesar 102,72 mg/l, konsentrasi rata-rata amoniak
efluen sebesar 16,62 mg/l, dengan efisiensi
penyisihan rata-rata mencapai 84,16 %. Konsentrasi
efluen amoniak pada 2 hari terakhir dalam operasi
waktu tinggal 8 jam ini telah memenuhi standar baku
mutu, yakni dengan efluen rata-rata 7,14 mg/l
dengan efisiensi penyisihan yang telah dianggap
Gambar 10 : Grafik Penyisihan COD Selama Proses
stabil, yakni 93,42 %. Oleh karena proses pengolahan
Seeding.

59
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

dengan waktu tinggal 8 jam di hari ke-10 sudah Tabel 7 : Data Penyisihan Senyawa Amoniak
mencapai kestabilan, selanjutnya waktu tinggal Berdasarkan Variasi Waktu Tinggal.
diturunkan menjadi 6 jam.
Pada kondisi operasi dengan waktu tinggal 6 Hari Waktu
Influen Efluen Efisiensi
jam, konsentrasi rata-rata amoniak influen sebesar Operasi Tinggal
94,55 mg/l, sementara itu konsentrasi rata-rata 12 42.86 13.61 68.25
amoniak efluen sebesar 16,97 mg/l dengan efisiensi 13 43.76 13.45 69.26
rata-rata penyisihan amoniak sebesar 82,7 %. 12 Jam
15 35.54 2.64 92.57
Pengolahan dalam operasi waktu tinggal 6 jam ini
berlangsung cukup stabil dan tanpa ada kendala yang 18 53.11 2.37 95.54
berarti. Efluen amoniak telah memenuhi standar 19 136.73 19.78 85.53
baku mutu saat memasuki hari ke-6 dalam operasi 20 106.82 81.39
19.88
waktu tinggal 6 jam ini, yakni dengan efluen rata-rata
21 8 Jam 114.03 21.08 81.51
sebesar 8,3 mg/l dan effisiensi mencapai 89.38 %.
Selanjutnya operasi pengolahan dilanjutkan dengan 27 122.61 8.69 92.91
waktu tinggal 4 jam. 28 92.22 5.6 93.93
Dalam kondisi operasi dengan waktu tinggal 4 29 97.41 35.68 63.37
jam, konsentrasi rata-rata amoniak influen sebesar
64,43 mg/l, sedangkan konsentrasi rata-rata amoniak 32 120.37 25.11 79.14
efluen sebesar 12,4 mg/l dengan efisiensi penyisihan 33 121.54 16.16 86.70
6 Jam
rata-rata mencapai 81,3 %. Peningkatan debit air 34 84.11 9.89 88.24
limbah yang dilakukan dalam kondsi (HRT 4 Jam)
35 66.51 8.56 87.13
mengakibatkan kenaikan beban hidrolis dan kontak
antara senyawa polutan limbah dengan lapisan 36 77.38 6.47 91.64
biofilm semakin singkat, sehingga menyebabkan 37 27.78 3.99 85.64
efisiensi pengolahan menurun. Hal ini terlihat saat 39 50.61 8.60 83.01
kondisi stabil (steady state) dalam operasi ini yang
40 102.77 19.92 80.62
hanya menghasilkan efisiensi rata-rata sebesar 79,6 4 Jam
%, dengan konsentrasi amoniak efluen rata-rata 41 89.02 18.19 79.57
13,96 mg/l, yang mana belum memenuhi standar 42 54.19 11.11 79.50
baku mutu yang ditetapkan. 43 62.22 12.59 79.77
Dari data tersebut, terlihat bahwa pengolahan
Sumber : Hasil Penelitian
dengan operasi waktu tinggal 4 jam terbilang lebih
stabil dibandingkan dengan pengolahan sebelumnya,
yakni pada waktu tinggal 12 jam, 8 jam dan 6 jam.
Namun jika melihat efisiensi dan hasil air olahan,
dalam kondisi pengolahan ini terjadi penurunan
efisiensi dari hari ke harinya, dan juga hasil air olahan
yang masih belum memenuhi standar baku mutu
yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh beban
hidrolik loading yang tinggi dan tidak didukung
dengan waktu kontak bakteri terhadap air limbah
yang cukup, sehingga kemampuan bakteri dalam
mendegradasi senyawa amoniak menjadi kurang
maksimal, yang berakibat pada penurunan efisiensi
pengolahan dan kualitas air hasil olahan.
Secara keseluruhan, setiap perubahan waktu
tinggalyang diturunkan mengakibatkan laju alir
(debit) meningkat pula. Peningkatan laju alir air
(debit) mengakibatkan waktu kontak air limbah
Grafik 12 : Grafik Penyisihan Amoniak Dalam Variasi
dengan lapisan biofilm menurun dan diikuti dengan
Waktu Tinggal.
kenaikan laju pembebanan senyawa polutan,
sehingga mengakibatkan efisiensi menurun. Data dan
Mengacu pada penelitian terdahulu yang pernah
grafik penyisihan senyawa amoniak dalam berbagai
dilakukan oleh Said dan Utomo (2007), bahwa
kondisi waktu tinggal dapat dilihat pada Tabel 7 dan
semakin pendek waktu tinggal air limbah di dalam
Gambar 12.
reaktor pengolahan, semakin rendah pula efisiensi

60
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

pengolahan dalam menurunkan kadar amoniak. Ini dengan efisiensi penyisihan amoniak yang mulai
disebabkan oleh terlalu singkatnya waktu kontak meningkat drastis.
yang tersedia antara air limbah dengan Pada prinsipnya, komponen nitrogen dalam air
+
mikroorganisme, sehingga degradasi senyawa limbah berupa amoniak (NH4 ), jika berada dalam
amoniak oleh mikroorganisme menurun dan kurang kondisi yang kaya akan oksigen serta ditandai dengan
optimal. pertumbuhan bakteri nitrosomonas akan mengalami
Hal tersebut terbukti dalam penelitian ini, oksidasi menjadi nitrit dan nitrat. Akibatnya, kadar
karena melihat hasil rata-rata penyisihan amoniak amoniak berkurang sedangkan kadar nitrit dan nitrat
dalam kondisi stabil, selalu terjadi penurunan akan meningkat.
efisiensi saat perubahan waktu tinggal yang lebih
cepat. Rata-rata efisiensi penyisihan senyawa Tabel 9 : Data Hasil Penelitian Untuk Kenaikan Nitrit
amoniakdalam penelitian ini terhitung setelah kondisi Dan Nitrat Air Limbah.
proses pengolahan telah mencapai kondisi yang
stabil (steady state). Data rata-rata penyisihan Konsentrasi (mg/l) Efisiensi
senyawa amoniak dalam kondisi optimum pada Penyisihan
Hari Nitrit (NO2) Nitrat (NO3)
masing-masing operasi waktu tinggal dapat dilihat Amoniak
Influen Efluen Influen Efluen (%)
pada Tabel 8.
Berdasarkan data seperti tertera pada Tabel 8, 12 0.018 21.531 0.3 28.6 68.25
dapat dilihat bahwa semakin pendek waktu tinggal 13 0.014 27.355 1.7 24.6 69.56
menyebabkan semakin sulitnya pengolahan 15 0.01 21.274 0.3 36.4 92.57
mencapai hasil yang memenuhi standar baku mutu
18 0.033 32.943 1.3 51.6 95.54
air limbah. Hal ini memberikan kesamaan persepsi
jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang 19 0.013 31.429 0.2 35.2 85.53
telah dilakukan oleh Said dani Utomo, 2007. 20 0.007 22.391 1.4 48.2 81.39
21 0.069 21.658 0.4 93.4 90.28
Tabel 8 : Perbandingan Rata-Rata Penyisihan
27 0.008 12.673 0.6 47.3 92.91
Amoniak Optimum Pada Masing-Masing Variasi
Waktu Tinggal. 28 0.009 11.72 0.2 29.8 93.93
29 0.017 13.542 1.1 50.2 63.37
Variasi Konsentrasi Rata-Rata
Efisiensi 32 0.006 15.036 0.4 57.3 79.14
Waktu Amoniak (NH4)
Penyisihan 33 0.085 18.503 0.5 50.2 86.70
Tinggal (mg/l)
(%) 34 0.17 0.5 42.5
(HRT) Influen Efluen 8.838 88.24
12 Jam 44,32 2.5 94.05 35 0.16 4.638 0.6 28.6 87.13
8 Jam 107.41 7.14 93.42 36 0.17 7.681 0.3 28.2 91.64
6 Jam 76 8.3 89 37 0.144 6.655 0.2 31.1 85.64
4 Jam 68.47 13.96 79.6 39 0.009 0.887 0.3 30.7 83.01
Sumber : Hasil Penelitian 40 0.001 3.965 0.1 25.1 80.62
41 0.022 8.99 0.2 27.2 79.57
4.5 Analisa Senyawa Nitrit Dan Nitrat Terhadap
Penyisihan Amoniak 42 0.019 7.11 0.1 28.8 79.50
43 0.028 8.89 0.3 29.2 79.77
Dalam penelitian ini telah dilakukan juga Sumber : Hasil Penelitian
analisa terhadap parameter-parameter yang
mendukung teori penelitian. Parameter itu Konsentrasi amoniak yang tinggi dapat
-
diantaranya adalah senyawa nitrogen nitrit (NO2 ) menghambat pertumbuhan Bakteri Nitrobacter,
-
dan nitrat (NO3 ). Berdasarkan hasil analisa senyawa sehingga proses nitrifikasi seringkali terjadi hanya
nitrit dan nitrat yang dilakukan dalam penelitian ini, sampai pada reaksi orde pertama (NH4 NO2).
selama proses berlangsung terjadi kenaikan nitrit dan Namun pada kondisi pH dan suhu yang optimal,
nitrat. Kenaikan senyawa ini berbanding lurus dengan Bakteri Nitrobacter tetap mampu tumbuh dan
penyisihan amoniak. Data kenaikan nitrat dan nitrit mendegradasi senyawa nitrit menjadi nitrat.
dapat dilihat pada Tabel 9. (Nugroho, 2010).
Seperti yang terlihat pada Tabel 9, terjadi Kenaikan senyawa nitrit dan nitrat yang tinggi,
kenaikan senyawa nitrit dan nitrat yang sangat tentunya akan menjadi permasalahan baru di
signifikan, dimulai pada hari ke-12, bersamaan lingkungan, mengingat kontaminasi senyawa nitrit
yang tinggi pada manusia dapat menyebabkan

61
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

menurunnya kapasitas darah, dan kelebihan senyawa proses nitrifikasi masih belum sempurna dan hanya
nitrat diatas 5 mg/l akan menyebabkan terjadinya berada pada reaksi orde pertama (NH4NO2), ini
eutrofikasi dalam badan air. dapat dilihat dengan senyawa nitrit hasil oksidasi
Meskipun masalah ini tidak sebesar ammonium yang masih sangat tinggi.
pencemaran amoniak yang bersifat toksik di perairan,
yang mana senyawa nitrat tidak bersifat toksik Tabel 10 : Data Hasil Perhitungan Total Inorganik
terhadap organisme aquatik, namun tetap saja perlu Nitrogen.
dilakukan pencegahan dan pengolahan. Salah satu
cara mengatasi hal ini ialah dengan menambahkan Waktu Konsentrasi
Hari (mg/l) Efisiensi
pengolahan pada kondisi anaerobik atau anoxic, Tinggal
Operasi (%)
sehingga baik senyawa nitrit maupun nitrat akan (HRT) Influen Efluen
dipecah menjadi nitrogen dan oksigen oleh bakteri 12 35.22 24.20 31.30
heterotrof dalam kondisi yang tanpa oksigen, melalui
13 36.28 24.89 31.38
suatu proses yang disebut denitrifikasi dan 12 Jam
menghasilkan gas nitrogen (N2). 15 29.21 16.92 42.09
18 43.86 23.69 45.98
4.6 Analisa Perhitungan Total Inorganik Nitrogen 19 112.17 33.74 69.92
(TIN) dalam Variasi Waktu Tinggal
20 87.92 34.10 61.21
Kenaikan senyawa nitrit dan nitrat yang terjadi 21 8 Jam 93.62 45.27 51.65
selama proses penelitian berlangsung, bersamaan 27 100.68 21.81 78.34
dengan peningkatan efisiensi penyisihan senyawa
amoniak, menunjukkan terjadinya perubahan 28 75.67 14.96 80.23
struktur kandungan nitrogen di dalam air limbah 29 80.13 44.87 44.01
selama proses pengolahan berlangsung. Untuk 32 98.80 38.28 61.25
mengetahui perubahan tersebut, dilakukan analisa
33 99.80 30.35 69.59
perhitungan total inorganik nitrogen (TIN) dalam air 6 Jam
limbah sebelum dan sesudah diolah. Analisa total 34 69.14 20.54 70.30
inorganik nitrogen dihitung dengan menggunakan 35 54.72 14.99 72.61
Persamaan berikut : 36 63.57 14.10 77.83
TIN = ( 0,82 x [NH ]) + ( 0,30 x [NO ])
37 22.87 12.42 45.68
+ ( 0,23 x [NO ])
Keterangan : 39 41.57 14.38 65.41
[NH ] = Konsentrasi amoniak (mg/l) 40 4 Jam 84.29 23.30 72.36
[NO ] = Konsentrasi nitrit (mg/l)
41 73.05 23.87 67.32
[NO ] = Konsentrasi nitrat (mg/l)
0,82 = Faktor perbandingan berat massa 43 51.10 19.71 61.43
atom N dalam senyawa ammonium Sumber : Hasil Penelitian

0,30 = Faktor perbandingan berat massa


atom N dalam senyawa nitrit
0,23 = Faktor perbandingan berat massa
atom N dalam senyawa nitrat

Dengan menggunakan persamaan diatas, didapatkan


perbandingan total inorganik nitrogen di dalam air
limbah sebelum dan sesudah memasuki pengolahan,
melalui data hasil pengukuran senyawa amoniak,
nitrit dan nitrat. Seperti yang terlihat dalam Tabel 10,
terjadi penyisihan total inorganik nitrogen selama
proses penelitian berlangsung, juga terlihat dalam
Gambar 12.
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas dapat
terlihat bahwa dalam pengolahan dengan waktu
tinggal 12 jam, penyisihan nitrogen belum mencapai
target yang diharapkan, yakni masih dibawah 50 %. Gambar 12 : Grafik Penyisihan Total Inorganik
Hal ini mengingat dalam waktu tersebut masih Nitrogen Pada Berbagai Variasi Waktu Tinggal.
berada dalam proses seeding bakteri, sehingga

62
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

Dalam pengolahan dengan waktu tinggal 8 jam,


penyisihan nitrogen sudah mulai terlihat bagus, yakni
pada hari ke-19 mencapai 70 %, kemudian kembali
terjadi penurunan yang drastis sampai hari ke-25
yang disebabkan oleh masalah pada diffuser aerasi,
namun kembali meningkat sampai pada hari ke-28,
dan penyisihan mencapai 80 %. Untuk pengolahan
dengan waktu tinggal 6 jam terlihat lebih stabil, dan
tren dalam grafik menunjukkan bahwa terjadi
adaptasi di hari pertama waktu tinggal 6 jam dengan
penurunan efisiensi penyisihan nitrogen, namun
mulai meningkat kembali pada hari-hari berikutnya
dan stabil dalam penyisihan sebesar 72-77 %.
Sedangkan pada pengolahan dengan waktu tinggal 4
jam, terjadi kenaikan hanya dalam tempo 4 hari
pengolahan, selanjutnya efisiensi selalu menurun dari Grafik 13 : Grafik Hubungan antara Beban Volumetrik
hari ke hari. Amoniak dan Efisiensi Penyisihan Amoniak.
Secara keseluruhan penyisihan total nitrogen
ini dipengaruhi oleh kesempurnaan reaksi nitrifikasi Dari hasil perhitungan Tabel 11, dapat diplotkan
maupun denitrifikasi. Oleh karena dalam penelitian dalam bentuk grafik hubungan antara Beban
ini tidak dilakukan pengolahan secara Volumetrik Amoniak terhadap efisiensi penyisihan
anaerobik/anoxic, maka reaksi penyisihan nitrogen amoniak. Seperti yang dapat dilihat dalam Gambar13
hanya sampai pada proses nitrifikasi. Dengan yang menunjukkan hubungan logaritma antara laju
semakin tingginya oksidasi amoniak dan nitrit yang pembebanan volumetrik dengan efisiensi penyisihan
menghasilkan nitrat sebagai produk akhir dari proses amoniak, dengan persamaan sebagai berikut :
nitrifikasi menyebabkan penyisihan total nitrogen
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. ya=-8,49ln(xa) + 78,39
dimana :
4.4 Hubungan Antara Beban Volumetrik ya = Efisiensi Penyisihan Amoniak, NH3 (%)
Amoniak (NH3-Volumetric Loading) terhadap xa = Laju Pembebanan Volumetrik Amoniak, NH3
3
Efisiensi Penyisihan Amoniak (Kg/m .hari)

Dari hasil penelitian dapat dibuat hubungan Persamaan tersebut menunjukkan, bahwa
antara besarnya beban amoniak terhadap efisiensi pengoperasian reaktor Moving Bed Biofilm bermedia
penyisihan senyawa amoniak. Beban amoniak plastic bioball tipe golf yang memiliki luas permukaan
2 3
dihitung berdasarkan jumlah senyawa yang masuk ke spesifik sebesar 200 m /m dengan laju pembebanan
3
dalam reaktor MBBR per satuan volume reaktor per volumetrik amoniak sebesar 0,1 – 0.4 kg/m .hari
satuan waktuyang dinyatakan sebagai berat kg dalam kondisi yang optimal dapat menghasilkan
amoniak per satuan volume per hari. Hubungan efisiensi penyisihan senyawa amoniak mencapai 86-
antara beban amoniak dengan efisiensi penyisihan 98%, dengan perbandingan terbalik yakni semakin
amoniak dapat dilihat pada Tabel 11. besar beban volume amoniak semakin kecil pula
efisiensi penyisihan amoniak yang dihasilkan, begitu
Tabel 11 :Hubungan Beban Volumetrik Amoniak dan pula sebaliknya.
Efisiensi Penyisihan Amoniak. Grafik tersebut dapat digunakan dalam
perancangan pengolahan yang sesuai dengan
penelitian ini, yaitu sistem lumpur aktif yang diiisi
Beban Volumetrik Efisiensi Penyisihan
media bioball bergerak sebanyak 20 % dari volume
Amoniak Amoniak
3 reaktor (Moving Bed Biofilm Reactor).
(Kg/m .hari) (%)
0.11 95.54 4.6 Penentuan Waktu Tinggal (HRT) Tepilih
0.28 93.93
0.31 91.64 Waktu tinggal (HRT) terpilih ditentukan
0.34 88.24 melalui seleksi nilai efisiensi penyisihan senyawa
polutan amoniak dan total inorganik nitrogen dengan
0.37 79.77
mempertimbangkan teknisperencanaan dan
kelayakan aplikasi teknologi Moving Bed Biofilm
Sumber : Hasil Penelitian
Reactor. Waktu tinggal (HRT) yang dipilih adalah yang

63
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

paling singkat namun masih dalam efisiensi Kualitas air baku dan hasil pengolahan moving bed
penyisihan yang tinggi.Nilai efisiensi penyisihan rata- biofilm reactor dalam penelitian ini dapat dilihat pada
rata senyawa amoniakdan total inorganik nitrogen Tabel 13.
pada tiap-tiap waktu tinggal dapat dilihat pada Tabel Tabel 13 : Data Kualitas Air Hasil Olahan Penelitian
12. Moving Bed Biofilm Reactor.

Tabel 12 : Rata-Rata Efisiensi Penyisihan Polutan Penyisihan Polutan (mg/l)


Nitrogen Pada Variasi Waktu Tinggal.
HRT Total Inorganik
Amoniak (NH4)
Efisiensi Penyisihan Polutan (%) (Jam) Nitrogen (TIN)
HRT
(Jam) Amoniak (NH3) Total Inorganik Influen Efluen Influen Efluen
Nitrogen (TIN)
12 44.32 2.5* 36.35 20.3
12 94 45
8 107.41 7.14* 88.17 18.38
8 93 80
6 76 8.3* 59.14 14.54
6 89 77
4 68.47 13.96 62.07 21.79
4 79 61
Keterangan :

Sumber : Hasil Penelitian *) Memenuhi standar baku mutu PerGub DKI No.122, 2005.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan di Melihat analisis hasil penelitian diatas, waktu tinggal
dalam teknis perencanaan dan aplikasi moving bed (HRT) 6 jam diambil sebagai waktu tinggal (HRT)
biofilm reactor, antara lain: terpilih, dimana waktu tinggal 6 jam adalah
 Waktu tinggal hidrolis dalam reaktor singkat merupakan waktu tinggal (HRT) terpendek dengan
 Efisiensi penyisihan polutan tinggi efisiensi penyisihan yang tergolong tinggi untuk
 Ukuran lahan yang dipakai kecil mereduksi senyawa amoniak dan total inorganik
 Kualitas dan kuantitas media efisien nitrogen. Pertimbangan lain adalah air hasil
 Bentuk rancangan fleksibel pengolahan dengan HRT 6 jam telah memenuhi
 Biaya investasi dan operasional rendah kriteria baku mutu sesuai denganPeraturan Gubernur
 Air hasil olahan memenuhi kriteria baku mutu DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005.

Ukuran atau dimensi reaktor, bobot reaktor, 5. KESIMPULAN


efisiensi penyisihan dan kebutuhan energi
merupakan faktor penting dalam perencanaan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
pembangunan instalasi pengolahan air limbah. bahwa :
Ukuran reaktor menjadi acuan dalam penyediaan  Hasil penelitianmenunjukkan bahwadengan
lahan sedangkan bobot reaktor menjadi waktu tinggal hidrolik (HRT) 12 jam, 8jam, 6jam
pertimbangan konstruksi, dimana semakin kecil dan4jamtangkiaerasi
waktu tinggal hidrolis ukuran reaktor semakin hemat danrasiosirkulasilumpurR=1.0Q,
dalam penggunaan lahan dan dengan bobot reaktor efisiensipenyisihan atau
yang lebih kecil memerlukan konstruksi yang lebih penghilanganamoniakmasing-masing
ringan. Sedangkan kebutuhan media yang sesuai adalah94,05%, 93,42%, 89%,dan79,6%. Dengan
3
dengan target pengolahan juga dipertimbangkan, Laju bebanamoniak0.106-0.302kg/m .hari,
yakni dengan jumlah volume media yang sedikit efisiensipenghilangan amoniak berkisar
dengan specific surface area (SSA) yang besar. antara95,54-83,01%. Semakin besarbeban
Reaktor dengan efisiensi tinggi pada laju alir amoniak maka efisiensi
(debit) yang sama mempunyai kemampuan yang penghilanganamoniaksemakin kecil.
lebih besar dalam mengolah air sehingga lebih efisien  Waktu tinggal yang optimal untuk pengolahan
dalam pemakaian energi untuk peralatan pendukung sistem moving bed biofilm reactor (media isian
seperti pompa dan blower. Kualitas air hasil 20 %) dalam menurunkan kadar amoniak yaitu
pengolahan juga merupakan faktor yang penting di pada operasi pengolahan dengan waktu tinggal
dalam penentuan pemilihan waktu tinggal hidrolis. 6 jam, dengan efisiensi penyisihan rata-rata

64
Nusa Idaman Said dan Muhammad Rizki Sya’bani : Penghilangan Amoniak Di Dalam Air Limbah …..JAI Vol 7. No. 1. 2014

mencapai 89 % dan efluen rata-rata 8,3 mg/l,  Nelson, P.O., and Lawrence. 1980. Microbial
serta telah memenuhi standar baku mutu sesuai Viability Measurements and Activated Sludge
dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor Kinetics. Water Reserch 14:217-225.
122 Tahun 2005.  Nugroho, Rudi. 2010. Pengembangan Teknologi
 Dengan kapasitas reaktor yang relatif lebih kecil Untuk Mengolah Senyawa Nitrogen Dalam Air
dan dalam waktu yang singkat dengan efisiensi Limbah Dengan Menggunakan Reaktor
penyisihan amoniak yang tergolong lebih baik Berbahan Isian Batu Belerang Dan Batu Kapur.
daripada proses lumpur aktif dan biofilter PusatTeknologi Lingkungan-BPPT.
melekat diam, maka sistem moving bed biofilm  Ødegaard, H. 1999. The Moving Bed Biofilm
reactor dapat menjadi solusi yang efektif untuk Reactor. Norwegian University of Science and
diterapkan dalam pengolahan air limbah Technology : Trondheim.
domestik dalam skala rumah tangga atau  Painter, H.A. 1970. A Review of Literature On
perkantoran. Inorganic Nitrogen Metabolism In
Micoorganism. Water Research. 4: 393-450.
 Painter, H.A., and J.E. Loveless. 1983. Effect of
DAFTAR PUSTAKA Temoperature and pH Value 0n The Growth
Rate Contants Of Nitrifying Bacteria in the
 Benefield, Larry D. (1980). Biological Process Activated Sludge Process. Water Research. 17:
Design for Wastewater Treatment. United 237-248. 1983.
States of America: Prentice-Hall, Inc.  Ravichandran.M and Joshua Amarnath.D. 2012.
 Benefield, Larry D., Clifford, W. Randall, 1980, Performance Evaluation of Moving Bed Bio-Film
Biological Process Desain for Wastewater Reactor Technology for Treatment of Domestic
Treatment, Prentice – Hall, Inc., USA. Waste Water in Industrial Are a at MEPZ
 Bitton G. 1994. Wastewater Microbiology. (Madras Exports Processing Zone), Tambaram,
Wiley-Liss, New York. Chennai, India. Elixir Pollution 53 (2012) 11741-
 Gaudy, A.F., Jr. and E.T. Gaudy. 1988. Elements 11744
of Bioenvironmental Engineering. Engineering  Said, N.I dan Utomo, Kristianti. 2007.
Press, san Jose, CA. Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Prose
 Grady, C.P.L dan Lim, H.C. 1980. Biological LumpurAktif Yang Diisi Dengan Media Bioball.
Wastewater Treatment. Marcel Dekker Inc. New BPPT. Jakarta
York.  U.S. EPA.1975. Process design Manual for
 Hammer, M.J., Water and Wastewater Nitrogen Control. Office of Technology Transfer,
Technology. Wiley, New York. 1986). washington, DC.
 Hikami, Sumiko., “Shinseki rosohou ni yoru mizu  Verstraete, W., and E. Van Vaerenbergh,
shouri gijutsu (Water Treatment with ”Heterotrophic Nitrification By Arthrobacter Sp”,
Submerged Filter)”, Kougyou Yousui No.411, Journal Bacteriology. 110:955-961. 1972.
12,1992.
 Hitdlebaugh, J.A., and R.D. Miller, “Operational
Problems With Rotating Biological Contactor”,
Journal Water Pollution Control Fed. 53:1283-
1293. 1981.
 JSWA, 1984. Design Criteria For Sewage Works
Facilities. Tokyo, Japan.
 Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah
Domestik di Wilayah Prov. DKI Jakarta. KPPL DKI
Jakarta, 2005.
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
112 tahun 2003. Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
 Metcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering
rd
: Treatment Disposal, reuse, 3 ed. McGraw-Hill,
New York.
 Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater Engineering
: Treatment and Reuse, Fourth Edition,
International Edition. McGraw-Hill : New York.

65

Anda mungkin juga menyukai