GANGGUAN MOBILISASI
OLEH :
NURAIDA (160210023)
Gedung STIKes Banten, Jalan Raya Rawa Buntu No. 10, BSD City – Serpong,
Tangerang Selatan 15318
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos
(osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan
discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan. Pada lansia,
struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi
didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang.
Gangguaan pada sistem musculoskeletal bisa terjadi bukan hanya ada orang dewasa atau
pada lansia namun bisa juga terjadi pada anak – anak bahkan pada bayi yang baru lahir
misalnya CDH (Congenital Dislocation Of the Hip), selain itu gangguan pada tulang
belakang seperti Scoliosis juga bisa diderita pada anak dan jika kondisi ini terus berlanjut
maka akan mengakibatkan immobilisasi pada penderita Penanganan pada pasien anak-
anak dengan gangguan sistem muskoluskeletal harus ditangani secara komprehensip,
berdasarkan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk melihat lebih dalam terkait
penanganan dengan pendekatan pada asuhan kemperawatan secara komprehensif.
1.2.TUJUAN
2.1. IMOBILISASI
2.1.1. DEFINISI IMOBILISASI
Imobilitas dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bergerak secara
bebas. Pembatasan gerak dapat dilakuk’an untuk alasan fisik, emosional, intelektual,
atau sosial (Keperawatan Ortopedik & Trauma : 120).
Dalam istilah diagnosa keperawatan, imobilitas digambarkan sebagai
“hambatan mobilitas fisik” dan didefinisikan sebagai “keteratasan gerakan fisik pada
tubuh, satu ektremitas atau lebih, yang independen atau terarah”. Faktor yang
berhubungan dengan imobilitas meliputi : keengganan untuk bergerak, penurunan
kekuatan, kontrol, dan/ massa otot, serta faktor yang berhubungan dengan
pembatasan gerak yang diharuskan, termasuk karena protokol mekanis dan medis
(NANDA, 2011, hlm.117).
Imobilisasi adalah terapi utama untuk cedera jaringan lunak, tulang panjang,
ligamen, vertebra, dan sendi (Wong, 2012).
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas
dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
Perdarahan
Oklusi
Hipoksia Iskemia
Gangguan perfusi
jaringan perfusi otak menurun herniasi otak
defisit neurologis
parientalis
DERAJAT RENTANG
GERAK SENDI
NORMAL
Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera
ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya
patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer
untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang. Dll
4. Pemeriksaan Laboratorium:
5. Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul seperti
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri . (Tarwoto & Wartonah, 2003)
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi
berhubungan keperawatan selama …. x 24
dengan Kelemahan jam : Tentukan penyebab
umum keletihan: :nyeri,
Klien mampu aktifitas, perawatan ,
mengidentifikasi aktifitas pengobatan
dan situasi yang Kaji respon emosi,
menimbulkan kecemasan sosial dan spiritual
yang berkonstribusi pada terhadap aktifitas.
intoleransi aktifitas. Evaluasi motivasi dan
Klien mampu keinginan klien untuk
berpartisipasi dalam meningkatkan
aktifitas fisik tanpa aktifitas.
disertai peningkatan TD, Monitor respon
N, RR dan perubahan kardiorespirasi
ECG terhadap aktifitas :
Klien mengungkapkan takikardi, disritmia,
secara verbal, dispnea, diaforesis,
pemahaman tentang pucat.
kebutuhan oksigen, Monitor asupan nutrisi
pengobatan dan atau alat untuk memastikan ke
yang dapat meningkatkan adekuatan sumber
toleransi terhadap energi.
aktifitas. Monitor respon
Klien mampu terhadap pemberian
berpartisipasi dalam oksigen : nadi, irama
perawatan diri tanpa jantung, frekuensi
bantuan atau dengan Respirasi terhadap
bantuan minimal tanpa aktifitas perawatan
menunjukkan kelelahan diri.
Letakkan benda-benda
yang sering digunakan
pada tempat yang
mudah dijangkau
Kelola energi pada
klien dengan
pemenuhan kebutuhan
makanan, cairan,
kenyamanan /
digendong untuk
mencegah tangisan
yang menurunkan
energi.
Kaji pola istirahat
klien dan adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
Terapi Aktivitas
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4. Jakarta : EGC.