Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Ginanjar (2013) hipertensi merupakan faktor yang

paling penting dan mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan

antihipertensi, guna menekan risiko terjadinya stroke. Begitu juga

menurut Arif Muttaqin (2011) Hipertensi merupakan keadaan ketika

tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan

perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin

tingginya tekanan darah. Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah

penting karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa

organ tubuh seperti jantung, ginjal dan otak.

Menurut Puspita (2012) darah tinggi adalah penyakit yang

gejalanya sering sekali sulit didiagnosis. Namun, dengan mengetahui

beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang menderita darah

tinggi, kita akan dapat menilai seberapa besar kemungkinan darah

tinggi pada diri kita.Begitu juga menurut Susilo dan Wulandari (2011)

Hipertensi dapat terjadi pada sipapun, baik lelaki maupun perempuan

pada segala umur. Resiko terkena hipertensi ini akan semakin

meningkat pada usia 50 tahun keatas. Repotnya, hampir 90% kasus

hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya. Bahkan, pada

1
2

sebagian besar kasus hipertensi tidak memberikan gejala

(asimtomatis).

Menurut WHO (2013) Angka kejadian hipertensi begitu

meningkat, dari sekitar 600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 1 milyar

jiwa pada tahun 2008. Data statistik terbaru menyatakan bahwa

terdapat 24,7% penduduk asia tenggara dan 23,3% penduduk

indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi pada tahun

2014 (WHO, 2015).

Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi hipertensi. Secara

keseluruhan prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013 sebesar

26,5% (Riskesdas, 2013). Sedangkan di Nusa Tenggara Barat

didapatkan prevalensi hipertensi 24,3% dengan tingkat kejadian

tertinggi di Kabupaten Lombok Utara sebesar 30,8% diikuti oleh

Kabupaten Lombok Timur sebesar 30,2% dan diikuti Lombok barat

26,7% (Riskesdas NTB, 2013). Di Lombok Barat angka kejadian

hipertensi pada tahun 2014 sebesar 14.027 jiwa dan 19.904 pada

tahun 2015 dengan kasus hipertensi tertinggi di Puskesmas Meninting,

dengan jumlah penderita hipertensi pada tahun 2014 sebesar 1.243

jiwa dan 1.481 jiwa pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Lombok Barat,

2014 dan 2015).

Hipertensi berkaitan dengan tekanan sistolik atau tekanan

diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan

sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya


3

di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg

(Brunner & Suddarth, 2012 dalam Saferi Wijaya, 2011).

Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu

terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis

yaitu dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi yang terbukti

dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan terapi non farmakologis

atau disebut juga dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti

merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol,

modifikasi diet serta yang mencakup psikis antara lain mengurangi

stress, olah raga, dan istirahat (Kosasih dan Hassan, 2013).

Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi

merupakan usaha bersama antara pasien dan dokter yang

menanganinya. Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi

tidak hanya dilihat berdasarkkan kepatuhan dalam meminum obat

antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif dan kesediaan pasien

untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal

yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat, perubahan gaya

hidup yang bisa dilakukan diet, olahraga secara teratur dan

menghindari konsumsi alkohol/rokok (Brunier et.al, 2011, Sutomo,

2009).

Kepatuhan perawatan merupakan faktor utama penentu

keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam

menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara

bertahap mencegah terjadinya komplikasi (Depkes, 2006). Kepatuhan


4

dengan program perawatan diri dapat dilakukan dengan memberikan

dorongan partisipasif aktif pasien dalam program, termasuk

pemantauan mandiri tekanan darah dan diet untuk meningkatkan

kepatuhan, dorongan pada pasien untuk tidak menggunakan alkohol

dapat memberikan efek sinergis dengan obat, tidak menggunakan

tembakau dan produk nikotin, informasi tertulis mengenai efek yang

diperkirakan serta efek samping obat, dan mengajarkan pasien cara

untuk mengukur tekanan darah mandiri (Baughman, 2010).

Ketidakpatuhan pasien akan menjadi masalah serius yang

dihadapi para tenaga kesehatan profesional (Niven, 2008).

Ketidakpatuhan menjalani antihipertensi memberikan kontribusi besar

terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi

(Hyre, 2007). Hipertensi yang tidak terkontrol akibat ketidak patuhan

menjalani terapi dapat menyebabkan kompikasi dari hipertensi, seperti

otak, jantung, ginjal, dan retina merupakan organ yang paling sering

terkena komplikasi dari penyakit hipertensi. Pada pasien hipertensi

memiliki resiko mengalami penyakit cerebrovaskular seperti stroke,

jantung, juga berisiko mengalami penyakit cardiovaskular seperti

arterosklerosis dan pembesaran otot jantung. Begitu juga dengan ginjal

dan retina, pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol dapat

mengalami gagal ginjal dan gangguan penglihatan bahkan mengalami

kebutaan(Jaya, 2009, Buabeng, 2008).

Ketidakpatuhan perawatan merupakan masalah yang besar

pada penderita hipertensi. WHO (2008) memperkirakan 50% pasien


5

hipertensi tidak menjalani perawatan yang telah direkomendasikan

setelah satu tahun terdiagnosis hipertensi. Pengontrolan tekanan

darah hanya dapat dipertahankan pada 20%. Namun bila pasien

berpartisipasi secara aktif dalam program, termasuk pemantauan diri

mengenai tekanan darah dan diit, kepatuhan cenderung meningkat

karena dapat segera diperoleh umpan balik sejalan dengan perasaan

semakin terkontrol. Usaha keras diperlukan pada pasien hipertensi

untuk menjaga gaya hidup, diit, dan minum obat yang diresepkan

secara teratur (smeltzer&Bare, 2010). Begitu juga menurut sudewo

(2009) hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan

(diobati sekali dan sembuh untuk selamanya). Tetapi bisa dikontrol

dengan pola hidup sehat dan diobati.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas peneliti

tertarik mengangkat judul karya tulis tentang Hubungan kepatuhan

perawatan dengan tekanan darah terkontrol pada pasien hipertensi

di Puskesmas Meninting tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut, “ Apakah ada hubungan

kepatuhan perawatan dengan tekanan darahterkontrol pada pasien

hipertensi di Puskesmas Meninting tahun 2017 ?“


6

C. TujuanPenulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kepatuhan perawatan dengan

tekanan darah terkontrol pada pasien hipertensi di Puskesmas

Meninting tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kepatuhan perawatan pasien hipertensi di

Puskesmas Meninting tahun 2017.

b. Mengidentifikasi tekanan darah terkontrol pada pasien

hipertensi di Puskesmas Menintingtahun 2017.

c. Menganalisis Hubungan kepatuhan perawatan dengan tekanan

darah terkontrol pada pasien hipertensi di Puskesmas

Menintingtahun 2017.

D. Hipotesis Penelitian

Ha: Ada Hubungan Kepatuhan perawatan dengan tekanan darah

terkontrol pada pasien hipertensi di Puskesmas Meninting.

Ho: Tidak ada Hubungan kepatuhan perawatan dengan tekanan

darah terkontrol pada pasien hipertensi di Puskesmas

Meninting.
7

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi isntitusi pelayanan

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak Puskesmas dalam

memberikan asuhan keperawatan pada penderita hipertensi.

2. Bagi institusi Pendidikan

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masayarakat

yang akan datang.

3. Bagi peneliti lain

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang hubungan

kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pasien hipertensi.

4. Bagi profesi

Dapat memberikan masukan bagi pengembangan sumber daya

manusia keperawatan, baik pada masa pendidikan maupun di

tempat pelayanan kesehatan, dan sebagai pertimbangan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai