Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. P


DENGAN TUMOR MAMAE SINISTRA TINDAKAN TOTAL MASTEKTOMI
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD KOTA JOGJA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Fathiya Ulya

24.18.1284

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBALYOGYAKARTA
2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIII

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Perioperatif


Pada Ny. P Dengan Tumor Mamae Sinistra Tindakan Total Mastektomi Di
Ruang Instalasi Bedah Sentral Rsud Kota Jogja” guna memenuhi tugas individu
Stase Keperawatan Medikal Bedah Program Pendidikan Profesi Ners STIKES
Surya Global Yogyakarta Tahun 2019.

Yogyakarta, Juli 2019

Mahasiswa

Fathiya Ulya

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ani Mushunatul Mahmudah, S.Kep.,Ns.,M.Kep . Endra Danarta, S.ST


LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MAMMAE

A. Definisi

Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat


terjadi pada suatu sel/jaringan didalam mammae dimana ia tumbuh secara
liar dan tidak bisa di kontrol (Dr.Iskandar,2007). Tumor mammae
merupakan benjolan di payudara. Timbulnya benjolan pada payudara dapat
merupakan indikasi adanya jenis tumor/kanker payudara. Namun, untuk
memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan patologis.
Tumor mammae adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, aerola papilla mamma (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010). Kanker
payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun diatas tulang belikat.
Selain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan
bawah kulit (Erik T, 2005).
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar
meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan
penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara
juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan
timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker payudara
(Haryono dkk, 2011).
Menurut Saymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus
yang tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap
lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang
bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang
berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Pada areola mamma,
terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar
areola di bawahnya.

B. Klasifikasi
1. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar, tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar
keluar jaringan.
2. Tumor ganas
Kanker adalah sel yang telah kehilangan kendali dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar, lair dan
kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak.

C. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi menurut
Dr.Iskandar (2007) sebagai pemicu terjadinya tumor mammae, yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
tumor payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko 3x lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia
4. Riwayat reproduksi
- Melahirkan anak pertama diatas 35 tahun
- Menikah tapi tidak melahirkan anak
- Tidak menyusui
5. Pemakaian kontrasepsi oral
Dapat meningkatkan resiko tumor payudara, penggunaan pada usia <20
tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia
lebih tua.
6. Riwayat meastrual
- Early menarche (sebelum 12 tahun)
- Late menopouse (setelah 50 tahun)
7. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko 2x lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia >20 tahun.
8. Terpapar radiasi
9. Intake alkohol

D. Manifestasi Klinis
Pada masa-masa awal pertumbuhan tumor, gejala sulit dideteksi,
sehinggakasus ini biasanya baru diketahui setelah muncul benjolan yang
sudahmenjolok dan bisa diraba. Tanda-tanda fisik yang biasa ditemui
adalah:
1. Terbentuknya massa utuh atau jaringan yang tidak biasa sifatnya
kenyal muncul di payudara atau sekitarnya (misalnya dibawah
lengan).
2. Penderita merasakan nyeri di tempat masa tersebut
3. Lekukan pada permukaan payudara dan kulit yang berada di atas
tumor menjadi seperti kulit jeruk
4. Puting susu mengeluarkan cairan yang tidak normal, bahkan bisa
mengeluarkan darah.
5. Lepasnya papilla mammae
6. Kelainan bentuk payudara
E. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit
yangdisebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan
genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka
untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi karena itu diperlukan beberapa faktor
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
F. Pathway

Perubahan genetik dalam sel

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

Tumor payudara

Cemas
Hormonal Radiasi Mastektomi

Luka Operasi Kurang infromasi


(Trauma jaringan)
Kurang
Informasi
Nyeri Kerusakan Resiko
Tidak adekuat Resiko
integritas perdarahan
pertahanan sistem jatuh
kulit
imun tubuh
Emosional kelemahan Kekurangan
distress Perubahan vol. cairan

Resiko infeksi penampilan

Hipotermi
Kehilangan selera Gangguan
makan konsep diri

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Bedah :
 Mastektomi Parsial (mengeksisi tumor lokal), diawali dengan
lumpektomi untuk mengangkat jaringan yang terjangkit tumor atau
kankerm kemudian dilanjutkan dengan kuadranektomi yaitu
pengangkatan seperempat payudara.
 Mastektomi Total: mengangkat seluruh payudara beserta kelenjar
limfe dilateral otot pektoralis minor.
 Mastektomi Radikal: mengangkat payudara, otot pektoralis mayor
danminor dan seluruh isi aksilanya.

b. Penatalaksanaan Non-bedah :
 Penyinaran pada payudara dan kelenjar linfe regional atau pada
jaringan lain yang sudah terserang kanker.
 Kemoterapi: merupakan terapi adjuvan sistemik khususnya setelah
dilakukan pembedahan. Contoh: kombinasi penggunaan
cyclophospamide, methotrexate, flouracil, dan adriamycin.
 Terapi Hormon: antiestrogen, androgen, prostaglandin, tamoksifen,
dsb.

H. Komplikasi
Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-
organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru,
pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan
fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensori.
I. Pemeriksaan Diagnostik
 Ultrasonografi
Dapat membedakan antara masa padat dan kista pada jaringan payudara
keras.
 Mammografi
Memperlihatkan struktur internal payudara,dapat mendeteksi tumor
yang terjadi pada tahap awal.
 Scan CT dan MRI
Teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara (Doenges, 2000)
 Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan Biopsi juga dapat dipakai untuk diagnosis Tumor dan Ca
Mammae. Pemeriksaan histologi ini dilakukan dengan mengangkat
jaringan dari massa payudara yang terjangkit tumor untuk ditentukan
tingkat keganasannya

J. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas diri
Nama, TTL, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status pernikahan, suku, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
rencana operasi, no.medrec, diagnosa medis, alamat.
b. Keluhan Utama
Menguraikan keluhan saat pertama kali dirasakan, biasanya
benjolan yang menekan payudara, terasa nyeri, kulit di sekitarnya
merah dan keras, disertai bengkak.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji, diuraikan
dalamkonsep PQRST dalam bentuk narasi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada riwayat tumor mammae sebelumnya, pernahkah sakit
dadahingga dilakukan penyinaran pada bagian dada, riwayat kanker
atau tumor lain yang pernah atau sedang dialami yang bisa menjadi
faktor pendukung terjadinya tumor dan ca mammae seperti kanker
serviks, lalu identifikasi juga riwayat kesehatan keluarga.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang memiliki riwayat tumor atau ca
mammae, riwayat kanker atau tumor lain yang pernah atau sedang
dialami oleh keluarga yang lain, ataupun orang tua klien yang
memiliki penyakit yang sama.
f. Aktivitas sehari-hari
Kondisi fisik melemah, gangguan pada pola tidur dan sulit
beristirahat.
g. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya
bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.
2) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidakterl
alu bermin.
3) Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.
Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
4) Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
5) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan.
6) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
7) Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
8) Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang.
9) Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
10) Ekstremitas : biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
- Cemas berhubungan dengan krisis situasional
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
- Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi
b. Intra Operatif
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
tekanan inspirasi danekspirasi karena pemberian agent
anastesi.
- Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur
invasif dan trauma jaringan
- Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan
c. Post Operatif
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
lengan/bahu.
- Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
- Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek
menelan belum optimal karena pemakaian obat anastesi
- Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.

3. Intervensi Keperawatan
a. Intra Operatif

DX NOC NIC

Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Airway and breathing


efektif b/d keperawatan selama 1x24 management :
penurunan tekanan jam pasien menunjukan - Monitor ventilasi
inspirasi dan respiration control dengan - Lakukan management
ekspirasi karena kriteria hasil : ventilasi dengan jaw
pemberian agent 1. Jalan nafas adekuat trust/head tilt chin leaf
anastesi. 2. Suara nafas vesikuler positioning
3. Saturasi O2 baik - Pasang alat bantu nafas :
ET, mouth airway
- Monitor keakuratan fungsi
ET
- Monitor TTV dan saturasi
O2 secara periodik

Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan asuhan Infection control


pembedahan, keperawatan selama 1x24 management
prosedur invasif jam pasien menunjukan - Kendalikan prosedur
dan trauma infection protection, masuk kamar operasi
jaringan environment, host and agent untuk pasien maupun
control dengan kriteria petugas
hasil: - Kendalikan sterilitas
1. Terkendalinya infection ruangan dan peralatan
control yang dipakai
2. Luka dan keadaan sekitar - Lakukan cuci tangan
bersih bedah, pemakaian jas op,
pemakaian APD dan duk
op sesuai prosedur
- Terapkan prosedur septik
aseptik
- Lakukan penutupan luka
sesuai prosedur
- Kolaborasi pemberian
antibiotik
- Environment control

Resiko cidera b/d Setelah dilakukan asuhan Injury control management


anastesi dan keperawatan selama 1x24 - Anatomis dan imobil
pembedahan jam pasien menunjukan position melakukan
injury neuromuscular - Melakukan tindakan
protection dengan criteria anastesi sesuai dengan
hasil : prosedur
1. Tidak terjadi luka baru - Penggunaan instrument
diluar organ target yang benar
instrument terhitung - Memasang alat bantu
lengkap sebelum dan nafas
sesudah op.

b. Post Operatif

DX NOC NIC

Resiko aspirasi b/d Setelah dilakukan asuhan Aspiration precaution :


status kesadaran, keperawatan selama…. - Monitor tingkat
reflek menelan menunjukkan control kesadaran dan reflek
belum optimal dengan kriteria hasil : menelan
karena pemakaian 1. Airway terkontrol - Monitor status airway
obat anastesi dengan adekuat dan bebaskan airway
2. Reflek menelan efektif - Lakukan suctioning jika
perlu
- Posisikan supinasi/SIM
pada op jalan nafas

Resiko cidera b/d Setelah dilakukan asuhan Environment management :


tingkat kesadaran keperawatan selama….. - Sediakan lingkungan
pasien menunjukkan risk control yang aman dan nyaman
dengan kriteria hasil : - Posisikan tidur sesuai
1. Pasien terbebas dari intruksi medis/anastesi
cidera - Memasang side trail
2. Pasien komunikatif dan tempat tidur
kooperatif - Kaji tingkat kesadaran
- Dampingi selama pasien
belum sadar penuh
- Rangsang kesadaran
pasien ke CM
DAFTAR PUSTAKA

Junaedi, Iskandar dr.,(2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer

Lab. UPF Bedah, 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSDS-FKUA, Surabaya

Juall, Lynda, Carpenito Moyet. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddarth, Vol, 2. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai