Anda di halaman 1dari 27

Konsep Penyakit Anak Kronis

Disusun oleh:
Dwi Shohibah 161011049
Mei Diana Arminiati 1610711033
Putri Zalfa 1610711064
Trisna Irawati Sianturi 1610711106
Auliya Shobah 1610711044
Chalvin Aprianto 1610711041
Desy Sulastri 1610711089
Leily Muhafilah 1610711030

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Konsep Penyakit Anak Kronis ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 21 Agustus 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1. Definisi penyakit kronis pada anak ................................................................................. 4
2. Insiden didunia dan Indonesia tentang penyakit kronis pada anak ................................. 4
3. Jenis penyakit kronis pada anak ...................................................................................... 4
4. Aspek biospsikososiospritual dengan penyakit kronik pada anak .................................. 4
5. Aspek keluarga yang memiliki anak sakit kronis ........................................................... 4
6. Perawatan umum anak dengan penyakit kronis .............................................................. 4
7. Askep secara umum anak sakit kronis ............................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
A. DEFINISI PENYAKIT KRONIS PADA ANAK ............................................... 5
B. INSIDEN DIDUNIA DAN DI INDONESIA TENTANG PENYAKIT
KRONIS PADA ANAK ................................................................................................ 5
C. PENYAKIT KRONIS PADA ANAK .................................................................. 6
D. ASPEK BIOPSIKOSOSIOSPIRITUAL ANAK MENDERITA PENYAKIT
KRONIS ....................................................................................................................... 13
1. Masalah Umum Pada Aanak dengan Penyakit Kronik dan keluarganya . 13
2. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien .................................................. 15
3. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik .................................................... 16
4. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis ........................................................... 17
E. ASPEK KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK SAKIT KRONIS ............... 18
F. PERAWATAN UMUM ANAK DENGAN SAKIT KRONIS ............................ 20
G. ASUHAN KEPERAWAN SECARA UMUM ANAK SAKIT KRONIS .......... 21
BAB III............................................................................................................................. 24
PENUTUP........................................................................................................................ 24
KESIMPULAN ....................................................................................................... 24
SARAN ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan sering
kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009). Ketidakmampuan merupakan
persepsi individu bahwa segala hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan
hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina,
2009).Jadi penyakit kronis pada anak yaitu penyakit yang terjadi pada anak
anak dalam waktu lama akan membuat anak tersebut menjadi tidak mampu
melakukan sesuatu seperti biasanya.
Populasi anak dengan sakit kronis di seluruh dunia diperkirakan sekitar 10
% dan satu sampai dengan dua persen diantaranya dalam kondisi yang sangat
serius (Eiser, dalam Aritonang 2008). Studi epidemiologi menunjukkan satu
dari 10 anak dibawah usia 15 tahun menderita penyakit kronis, sedangkan
penelitian lain menyatakan satu dari tiga anak usia dibawah 18 tahun
mengalami penyakit kronis (Harrington dkk, 2006; Costello dkk, 2006;
Gallasi dkk, 2006). Melihat hasil penelitian tersebut, nampaknya data tentang
anak yang menderita penyakit kronis cukup banyak, meski tidak ada
kesepahaman mengenai jumlahnya secara pasti. Mencari data mengenai
prevalensi penyakit kronis di Indonesia sendiri masih sulit didapatkan apalagi
penyakit kronis khusus pada anak. Namun demikian, berdasarkan data
Departemen Kesehatan Indonesia penyakit kelainan kardiovaskuler
menempati urutan kedua sebagai penyakit yang banyak diderita anak-anak
setelah penyakit saluran pernapasan (Adrian, dalam Aritonang 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Definisi penyakit kronis pada anak
2. Insiden didunia dan Indonesia tentang penyakit kronis pada anak
3. Jenis penyakit kronis pada anak
4. Aspek biospsikososiospritual dengan penyakit kronik pada anak
5. Aspek keluarga yang memiliki anak sakit kronis
6. Perawatan umum anak dengan penyakit kronis
7. Askep secara umum anak sakit kroni

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENYAKIT KRONIS PADA ANAK


Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan sering
kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).Ketidakmampuan merupakan
persepsi individu bahwa segala hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan
hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina,
2009).Jadi penyakit kronis pada anak yaitu penyakit yang terjadi pada anak
anak dalam waktu lama akan membuat anak tersebut menjadi tidak mampu
melakukan sesuatu seperti biasanya.
B. INSIDEN DIDUNIA DAN DI INDONESIA TENTANG PENYAKIT
KRONIS PADA ANAK
Populasi anak dengan sakit kronis di seluruh dunia diperkirakan sekitar 10 %
dan satu sampai dengan dua persen diantaranya dalam kondisi yang sangat serius
(Eiser, dalam Aritonang 2008). Studi epidemiologi menunjukkan satu dari 10 anak
dibawah usia 15 tahun menderita penyakit kronis, sedangkan penelitian lain
menyatakan satu dari tiga anak usia dibawah 18 tahun mengalami penyakit kronis
(Harrington dkk, 2006; Costello dkk, 2006; Gallasi dkk, 2006). Melihat hasil
penelitian tersebut, nampaknya data tentang anak yang menderita penyakit kronis
cukup banyak, meski tidak ada kesepahaman mengenai jumlahnya secara pasti.
Mencari data mengenai prevalensi penyakit kronis di Indonesia sendiri masih sulit
didapatkan apalagi penyakit kronis khusus pada anak. Namun demikian,
berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia penyakit kelainan
kardiovaskuler menempati urutan kedua sebagai penyakit yang banyak diderita
anak-anak setelah penyakit saluran pernapasan (Adrian, dalam Aritonang 2009).
Berkaitan dengan jenis penyakit kronis, anak-anak di negara-negara maju
umumnya memiliki jenis penyakit kronis yang berbeda dengan anak-anak di negara
yang berkembang. Selain itu, penyakit ini bisa ditemukan saat kelahiran ataupun
berkembang ketika masa bayi dan anakanak. Newacheck dkk (2007) menyebutkan
jenis penyakit kronis pada anak antara lain cerebral palsy, diabetes, chronic renal
insufficiency, epilepsy, down’s syndrome dan ketidaknormalan kromosom turunan
lainnya, cystic fibrosis, jantung, kanker, arthritis, asthma, dermatitis (termasuk
eczema and psoriasis), leukaemia dan berbagai tipe anemia. Contoh lain penyakit
kronis pada anak adalah hemophilia, HIV/AIDS, keadaan dan kondisi sakit bawaan
sejak lahir yang membutuhkan perawatan lama dan terus menerus (Martin, dalam
Aritonang, 2009)

5
Sebagian anak dengan penyakit kronis ini memiliki kondisi yang membaik pada
masa dewasanya, namun kebanyakan justru tidak akan dapat hidup normal tanpa
managemen atau perawatan khusus.Konsekuensi memiliki penyakit kronis adalah
terganggunya kehidupan sehari-hari anak secara fisik dan psikososial. Dampak fisik
antara lain ketergantungan pada orangtua dalam aktivitas di rumah, kebutuhan akan
bantuan untuk buang air kecil maupun besar, ketidakmampuan fisik, dan
ketidaknyamanan yang diakibatkanpenyakit, sedangkan yang dimaksud dengan
dampak psikososial antara lain rendahnya level sosialisasi, mood, aktivitas
dibandingkan kelompok sebayanya (Jessop & Stein, dalam bulletin Australian
Institute of Health and Welfare 2005). Selain dampak yang dirasakan dalam masa
anak, ternyata beberapa penyakit kronis memiliki dampak fisik dalam jangka
panjang. Sebagai contoh, pada anak yang mengalami transplantasi ginjal, 39 %
kembali mengalami transfusi darah pada masa dewasanya (Shroff dkk dalam
Aldridge 2008). Penyakit kronis membawa dampak pada beberapa aspek kehidupan
anak baik jangka pendek maupun panjang.

C. PENYAKIT KRONIS PADA ANAK

KOMPAS.com — Dalam perkembangan teknologi dan pengetahuan dunia kedokteran


modern telah ditemukan berbagai cara mencegah terjadinya penyakit, khususnya
penemuan teknologi modern vaksinasi. Namun, meski telah banyak ditemukan berbagai
imunisasi pada anak, tetap saja berbagai penyakit berbahaya mengancam jiwa sebagian
anak-anak di dunia.

Hal ini terjadi karena program imunisasi yang telah dijalankan oleh berbagai negara di
dunia tidak dapat berjalan sesuai yang dikehendaki karena berbagai faktor. Penyebab utama
tidak terlaksananya program imunisasi adalah rendahnya kesadaran dan pengetahuan
masyarakat, khususnya di negara berkembang, tentang pentingnya imunisasi. Terlebih lagi,
saat ini, sebagian kelompok tertentu tengah gencar melakukan kampanye hitam atau black
campaign tentang imunisasi.

Penyakit kronis adalah sebuah penyakit yang lanjutan dari penyakit akut, secara umum
penyakit kronis bisa diartikan sebagai penyakit yang sudah parah. Ada sekali jenis penyakit
kronis yang dapat dan mampu di idap oleh seseorang, karena memang penyakit kronis
tersebut adalah sebuah penyakit yang umum terjadi pada seseorang. Yang paling mudah
untuk ditandai sebagai penyakit kronis adalah penyakit tersebut sudah memasuki stadium
lanjut, atau bisa dikatakan sebagai penyakit yang mempunyai keberlanjutan.

6
Macam-macam penyakit kronis tentu saja ada banyak macamnya, mulai dari macam
penyakit kronis yang paling umum sampai dengan penyakit kronis yang paling khsusu
semunya bisa dialami oleh seseroang. Penyakit kronis bisa diakibatkan oleh fkator
kebiasaan hidup pada seseorang maupun juga karena faktor genetika yang menjadi faktor
keturunan pada seseorang. Jadi semuanya bisa untuk menjadi faktor resiko terkenanya
penayakit kronis tersebut.

1. Infeksi saluran napas bawah


Penyakit mematikan di dunia modern adalah sejumlah infeksi pernapasan bagian bawah.
Infeksi saluran pernapasan bawah termasuk pneumonia dan bronkitis. Sulit untuk percaya,
tetapi faktanya infeksi saluran pernapasan bawah jauh melebihi jumlah korban tewas di
seluruh dunia dibanding AIDS dan malaria. Angka kematian : lebih dari 4 juta jiwa setiap
tahun.

2. HIV / AIDS
Angka kejadian: sekitar 39,4 juta orang yang hidup dengan AIDS. HIV atau human
immunodeficiency virus tidak lebih dari pengikisan terhadap sistem kekebalan tubuh
seseorang, ketika pasien rentan terhadap infeksi lain. Adapun AIDS atau acquired
immunodeficiency syndrome biasanya mengikutinya dalam waktu 8 sampai 15 tahun,
kecuali pasien menerima pengobatan. Sering kali, pasien meninggal karena TB atau
pneumonia setelah infeksi AIDS. Angka kematian : 3 juta jiwa per tahun.

3. Malaria
Angka kejadian: 300-515.000.000 orang didiagnosis masuk dalam kasus ini setiap tahun,
dan sebagian besar di antaranya berada di Afrika. Malaria ditularkan oleh hewan paling
mematikan di dunia yang dikenal manusia: nyamuk anopheles betina. Bahkan, malaria
tidak dapat dialihkan melalui kontak fisik, tetapi tetap saja menyumbang jutaan kematian
di seluruh dunia setiap tahun. Statistik menunjukkan bahwa setiap 30 detik seorang anak
meninggal akibat malaria di Afrika. Angka kematian : 1-5 juta jiwa setiap tahun.

7
4. Diare
Angka rata-rata infeksi: 4 miliar kasus didiagnosis setiap tahunnya. Diare pada
anak sering disebabkan oleh rotavirus. Penyebab diare lainnya adalah kolera,
disentri, dan sejumlah infeksi bakteri lainnya, seperti cacing mikroskopis. Diare
mudah disembuhkan jika diobati secara dini. Kebanyakan kematian akibat diare,
terutama pada anak-anak, berhubungan dengan dehidrasi. Angka kematian :
sekitar 2,2 jutajiwasetiapahun.

5. Tuberkulosis
Angka kejadian: 2 miliar orang didiagnosis tuberkulosis (TB) setiap tahun. TB membunuh
jutaan orang setiap tahun. Fakta: sepertiga dari populasi dunia terinfeksi. Meski demikian,
bahkan dengan semua fakta ini, kasus TB baru masih menjadi diagnosis dari tahun ke
tahun. Seolah-olah orang tidak benar-benar peduli lagi akan tertular penyakit. Gejala TB
termasuk menggigil, demam, batuk kronis, lemah, dan penurunan berat badan. Hal ini
sangat menular serta dapat menyebar melalui bersin dan batuk. TB tidak diragukan lagi
merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia dalam hal tingkat kematian.
Angka kematian : 2 juta jiwa setiap tahun.

6. Campak

Angka kejadian: lebih dari 30 juta orang, kebanyakan anak-anak, terinfeksi setiap tahun.
Campak dapat dengan mudah disembuhkan, tetapi mematikan jika tidak ditangani.
Penyakit ini terjadi terutama pada anak-anak, dan terutama di negara-negara berkembang
seperti Afrika dan beberapa di Asia Tenggara. Akan tetapi, virus campak dapat menginfeksi
bahkan terhadap orang dewasa. Campak dapat menyebabkan kerusakan otak, kebutaan, dan
anak-anak rentan terhadap diare dan pneumonia. Angka kematian : 1.400 orang
diperkirakan meninggal akibat campak setiap hari.

7. Batuk rejan Angka kejadian: 20 sampai 40 juta kasus terdiagnosis setiap tahunnya.
Batuk rejan, atau pertusis, adalah penyakit yang sangat mematikan. Hal ini sangat menular
dan, sekali seseorang terinfeksi, maka penyakit ini dapat menyebabkan sejumlah penyakit
pernapasan akut pada seseorang. Apa yang tampak seperti batuk biasa bisa membunuh
Anda. Batuk rejan dapat diobati dengan antibiotik. Namun, vaksin masih menjadi cara
untuk mendapat kekebalan yang optimal. Angka kematian : 200.000 sampai 300.000 jiwa
setiaptahun.

8
8. Tetanus

Angka kejadian di dunia: 500.000 kasus didiagnosis setiap tahun. Secara level,
tetanus mudah mengalahkan meningitis dan sifilis dengan tingkat infeksi yang
tinggi dan korban meninggal. Anda lihat, clostridium tetani, spora tetanus bakteri
yang hidup di tanah, dan sebagainya, ada di mana-mana. Sesuatu yang sederhana
seperti luka kecil atau luka dapat menginfeksi Anda dengan penyakit beberapa
hari setelah kontak dengan permukaan yang kotor. Negara-negara di Asia
Tenggara dan Sahara, Afrika, masing-masing memiliki jumlah kematian 82.000
dan 84.000 jiwa setiap tahun, meskipun infeksi tetanus dapat ditemukan di seluruh
dunia. Angka kematian: 214.000 orang setiap tahun.

9. Infeksi selaput otak (meningitis)


Meningitis dapat disebabkan bakteri. Penyakit mematikan ke-9 di dunia modern adalah
meningitis umum. Jumlah rata-rata infeksi: lebih dari 1 juta orang setiap tahun. Meningitis
merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia, tidak hanya dalam hal tingkat
kematian, tetapi juga dalam kehidupan setelah pemulihan penuh juga. Infeksi yang fatal
meliputi otak dan sumsum daerah tulang belakang. Bahkan, dengan diagnosis dini dan
pengobatan yang dilakukan secara segera, 5 sampai 10 persen dari pasien yang
mengalaminya tetap tidak tertolong. Sebanyak 10 sampai 20 persen pasien yang telah
sembuh menderita gangguan pendengaran, kerusakan otak, atau ketidakmampuan belajar.
Angka kematian : 174.000 jiwa setiap tahun.

10. Difteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini termasuk berbahaya dan dapat mengancam jiwa
anak dalam cepat. Tanda dan gejala hanya diawali demam dan sakit tenggorokan serta
timbulnya bercak putih di tenggorokan. Bila tidak diobati dengan cepat, maka hal ini dapat
segera mengancam jiwa karena dapat membuntukan saluran pernapasan, jantung, sehingga
dapat dengan cepat mengancam jiwa karena komplikasi tersebut.

11. Asma
Pada umumnya anak muda yang asthmatic akan mengalami bronchospasme yang
diinduksi oleh olahraga (exercise-induced-
bronchospam = EIB) atau asthma yang diinduksi oleh olahraga (exercise-
induced-asthma =EIA). EIB dapat terjadi juga pada sebagian non asthmatic yang
menderita demam alergi terhadap serbuk bunga, bronchitis,
fibrosis chistica.Asthma akan terjadi bervariasi dari yang sangat berat (sangat sesak
nafas) sampai pada sangat ringan yang dapat di deteksi dengan fungsi paru.

9
12. Diabetes Mellitus
Adalah penyakit metabolic yang banyak dialami oleh anak-anak. Gejala awal
dapat diketahui dalam hubungan dengan kegiatan fisik yang menyebabkan
kelelahan yang tidak biasa atau meningkat, rasa haus yang tidak normal, dan
sering buang air kecil dan menurunnya berat badan.

13. Fibrosis Cystica


Gangguan fungsi kelenjar exocrine secara umum akan menandai kondisi ini.
Gejala yang
paling akan terlihat infeksi kronik rekurens saluran nafas dan sinus, dan
gangguan saluran
cerna yang menyebabkan terjadinya malnutrisi, karena itu biasanya
anak kecil, kurus dan rapuh
dengan kandungan lemak yang sangat sedikit dan sering dihindarkan dari olahraga
apapun. Orang yang mengalami penyakit ini dianjurkan mengikuti olahraga renang,
bersepeda, jalan cepat,
atau jogging. Perlu diperhatikan pada olahraga yang dilakukan di tempat panas harus
hati-hati, karena adanya dysfungsi kelenjar keringat.

14. Epilepsy
Epilepsy mempunyai episode yang berlangsung dari yang sangat singkat hanya
beberapa detik sampai kepada perilaku yang aneh dan otomatik (epilepsy lobus
temporal) atau yang sangat berat, dengan kejang sampai tak sadarkan diri, kemudian
pemulihannya bisa dengan tidur panjang (lama).
Keputusan dalam memilih jenis olahraga harus mempertimbangkan saat
bagaimana terjadinya dan sifat serangan, factor-faktor penyebabnya,kapan terjadinya, apa
obat-obatnya, bagaimana pengaruh obat terhadap pengendalian epilepsynya, perilaku atau
peran dan minat anak terhadap olahraga. Anak-anak dengan penyakit jantung
Lima dari setiap 1000 anak usia sekolah penyakit jantung ,kemudian satu - dua
dari 1000 mengalami penyakit jantung congenital yang
berat sehingga mempengaruhi bahkan menjadi penghambat untuk dalam olahraga.
selanjutnya penyakit jantung
rheumatic ditemukan satu dari setiap 1000 anak usia sekolah dan umumnya
kerusakan pada katup termasuk derajat ringan. Kondisi pennyakit jantung yang paling
sering berhubungan dengan kematian
mendadak yang dapat terjadi setiap saat (pada saat melakukan olahraga dan latihan,
istirahat atau tidur) meliputi :

10
 Myocarditis
 Stenosis aorta
 Hypertrophic obstructive cardiomyopathy
 Hipertensi pulmonal sedang atau berat
 Shunt dari jantung kanan ke kiri disertai stenosis pulmonal

Kondisi yang berhubungan dengan kematian mendadak yang tidak terduga pada atl
et muda meliputi:

 Penyakit arteria coronaria


 Arteria coronaria kiri yang aberrant
 Aortic dissection secondary to Marfan’s syndrome
 Hypertrophic obstructive cardiomyopathy

Bila terdeteksi adanya kelainan jantung anak hendaknya dikirim ke spesialis


kardiologi anak
yang berpengalaman menangani anak dengan penyakit jantung dalam situasi
olahraga. Anak
dengan bentuk kelainan jantung congenital yang ringan sampai sedang,
sering memiliki
myocardium yang normal dan karena itu mempunyai kemampuan menkonfesasai
defek yang spesifik.

15. Penyakit Jantung Iskemik


Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dengan riwayat keluarga atheroscierosis
premature, pemeriksaan meliputi kolesterol total serum, HDL-kolesterol dan trigliserida.
Dalam kondisi yang abnormal tinggi, hendaknya dilakukan axercise stress tes t yang
maximal.

16. Cardiomyopathy
Hypertrofik ardiomyopaty dijumpai pada populasi anak-anak dan merupakan satu
dari penyebab kematian tiba-tiba yang paling sering dalam olahraga diantara anak-anak
muda, akibat terjadinya aritmia (arrhytmia). Si penderita mempunyai masalah
hemodinamika pada olahraga dan oleh karena itu semua aktivitas olahraga harus dihindari
oleh semua bentuk kardomyopathi.

11
17. Hipertensi
Hal ini banyak dijumpai pada anak masa pubertas. Anak usia dibawah 10 tahun
batas atas tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg. Untuk pubertas 10-
15tahun nilai maximal
biasanya adalah 140/85 mmHg. Pengetahuan mengenal gejala penyakit jantung yang
kini ada maupun yang lalu dan terutama riwayat keluarga adalah penting.
Pengamatan pada dewasa menunjukan bahwa tekanan darah menurun dengan
meningkatnya kebugaran kardiovasular, yang dapat disebabkan oleh latihan aerobic
ringan atau berat. Oleh karena itu tidak ada alasan
untuk membatasi aktivitas olahraga pada anak dengan hipertensi
ringan. Ditemukan alasan melakukan exercise test untuk menilai tekanan darah dan
respons EKG terhadap latihan dengan intensitas tinggi. Anak-
anak atau pubertas sekalipun dengan hipertensi ringan
hendaknya tidak didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan isometric murni
misalnya angkat berat, gulat bahkan ski air.

Kondisi-kondisi kronik lain


Pada kenyataanya program latihan yang disusun dan disupervisi dengan baik
dapat memberi
manfaat yang signifikan terhadap perkembangan fisik, psikologik dan
social bagi anak-anak
dengan kondisi medis kronik tertentu yang lain. Misalnya kondisi
ini meliputi: cerebal palsy,
distrofia muscular, retardsi mental, anorexia nervosa, gagal ginjal kronik, obesitas,
hemofilia dan rematoid arthritis. Adapun manfaat yang nyata pada
penggunaan olahraga dan aktivitas jasmani yang dimodif
dengan tepat untuk rehabilitasi dan manajemen jangka panjang bagi anak-anak cacat
yang disebabkan oleh cedera pada kepala atau spinal.

Catetan tambahan

Epidemiologi, Keparahan dan Hasil Akhir

Epidemiologi penyakit kronis pada masa kanak-kanak dalam beberapa hal


penting berbeda dari epidemiologi penyakit jangka panjang pada orang dewasa.
Orang dewasa menghadapi keadaan kronis umum yang relatif kecil (contohnya,

12
diabetes, osteoartritisdan penyakit arteri koronaria) dan sedikit penyakit yang
jarang. Sebaliknya, anak menghadapi berbabagai penyakit yang terutama sangat
jarang. Pada masa kanak-kanak, hanya ada dua kelompok keadaan kronis yang
umum dijumpai : gangguan alergi (terutama asma, eksim dan demam rumput) dan
gangguan neurologis (terutama gangguan kejang-kejang dan keadaan
neuromuskularseperti palsi serebral). Kondisi lain yang sering dianggap lazim,
seperti diabetes melitus masa kanak-kanak, hanya terjadi kira-kira 1 dalam 1000
anak berusis kurang dari 16tahun, frekuensinya jauh lebih rendah daripada yang
temui pada buku teks ini terjadi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil dari 1 dalam
1000.

Perbedaan epidemiologi ini menimbulkan dampak bagi para doktermaupun


keluarga. Pola epidemiologi orang dewasa memberi arti bahwa para penyedia
perawatan kesehatan untuk orang dewasa telah sering mempunyai pengalaman
harian dengan penyakit orang dewasa kronis yang umum, penyakit-penyakit yang
tetap menonjol dan dapat diketahui misalnya keadaan hipertensi. Demikian juga
orang dewasa yang baru saja didiagnosis mempunyai tekanan darah tinggi mungkin
mengetahui sesuatu tentang penyakitnya dan memiliki teman atau anggota keluarga
yang menderita hipertensi.

D. ASPEK BIOPSIKOSOSIOSPIRITUAL ANAK MENDERITA


PENYAKIT KRONIS

1. Masalah Umum Pada Aanak dengan Penyakit Kronik dan keluarganya

 Pertama
Banyak penyakit kronis masa kanak-kanak yang merupakan keadaan kesehatan
berbiaya tinggi. Sebagian kecil anak dengan penyakit kronis parah
menggunakan sebagian besar biaya kesehatan anak; 2-4% anak dengan penyakit
parah jangka lama, setidak-tidaknya, merupakan pemakaian biaya 35%
anggaran belanja kesehatan anak. Gambaran ini hanya mencerminkan apa yang
trelah dibayar oleh asuransi masyarakat atau asuransi swasta. Para keluarga
menghadapi banyak biaya lain seperti biaya transportasi, telepon interlokal, dan
diet-diet khusus, sedikit darinya dapat diganti. Lagipula, penyakit kronis pada

13
anak membuat kedua orangtuanya lebih sulit untuk bekerja diluar rumah,
dengan demikian penghasilan keluarga berkurang.

 Kedua
Beban perawatan sehari-hari terutama terletak pada keluarga dan beban tersebut
dapat meluas, misalnya pada keluarga dengan 2 remaja yang menderita distrofi
muskular, baik yang terikat pada kursi roda maupun yang membutuhkan
transportasi dari tempat ke tempat, atau keluarga dengan anak kecil yang
menderita kistik fibrosis membutuhkan perawatan paru yang luas sebelum
berangkat sekolah setiap harinya. Beban harian ini sangat menambah kerja
keluarga.

 Ketiga
Kebanyakan anak hanya memerluka orang perawatan keehatan untuk sebagian
besar perawatan dan pengawasan kesehatannya, maka anak dengan keadaan
keseharan jangka panja seringkali memiliki banyak penyedia perawatan dan
banyak penanganan. Rekomendasi dari salah satu anggota kelompok ini biasa
berbeda antara yang satu dengan lainnya, dan keluarga harus memilih nasehat-
nasehat yang bertentangan itu.

 Keempat
Keluarga merasa terisolasi karena keadaan kronis anak yang tergolong paling
jarang ditemui. Mereka sering merasa heran mengapa menjadi terasing oleh
karena keadaan yang tidak lazim itu dan merasa tidak ada lagi keluarga lain
yang memiliki pengalama serupa.

 Kelima
Keadaan ini yang tidak diramalkan dalam keterlibatannya, lama
berlangsungnya, komplikasi serta dampak perkembangannya pada anak itu
sendiri. Orangtua yang anaknya menderita leukimia meragukan apakah
pendarahan baru mengisartkan suatu kesembuhan yang akan berakibat
kematian atau akan disertai dengan kesembuhan permanen. Orangtua yang
anaknya mengalami mengi ringan pad saat tidur tidak tahu apakah anaknya akan
tidur nyenyak sepanjang malam atau akan terbangun sepanjang malam.

 Keenam
Banyak keadaan kronis dan penangannya ,enimbulkan rasa yang sangat
nyeri, jauh melebihi dari yang dihadapi oleh anak lainnya. Beberapa contoh
keadaan yang kadang-kadang disertai sakit yang misalnya anemia sel sabit.
 Ketujuh
Penyakit kronis mempunya pengaruh yang mudah menyebar terhdapa
kehidupan anak sehari-hari. Interaksi berulang dengan sistem perawatan
medis, kadang-kadang rawat inap dirumah sakit dan ketergantungan yang

14
lenih besar pada orangtua dan penyedia perawatan kesehatan menggambari
pengalamannya.

Keseimpulannya

Masalah umum pada anak dengan penyakit kronis dan keluarga terdiri dari
7, yaitu :
1. Penanganan yang sangat amat mahal
2. Beban perawatan pada keluarga
3. Banyak penyedia perawatan dan penanganan, sehingga membuat
keluarga menjadi bingung dalam memilih nasehat- nasehat.
4. Isolasi soasial
5. Keadaannya tidak dapat diramalkan
6. Nyeri
7. Pengaruh pada kehidupan anak sehari-hari

2. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien


diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a) Dampak Psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
 Klien menjadi pasif
 Tergantung
 Kekanak-kanakan
 Merasa tidak nyaman
 Bingung
 Merasa menderita

b) Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena
keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan
penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P
 Dampak terhadap gangguan seksual

15
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan
organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap
fungsi seksual).
 Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan
social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

3. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-


Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan
kartina, 2009)
a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa
takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.

b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan

c. Kehilangan situasi
Klen merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya

d. Kehilangan rasa nyaman


Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti
panas, nyeri, dll

e. Kehilangan fungsi fisik


Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal
harus dibantu melalui hemodialisa

16
f. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional

g. Kehilangan konsep diri


Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri
rendah

h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

4. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis

Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
 Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat)
dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan
memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit
kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk
mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya
perubahan body image).
 Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang

17
akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung,
rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional
tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi
cemas pada individu dengan penyakit kanker.
 Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan
penyakit jantung mengalami depresi.

E. ASPEK KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK SAKIT KRONIS


1.situasi yang di alami keluarga

a.Saat diagnosa

saat yang paling menekan bagi orang tua karena Ketidak pastian tentang
kondisi anak ,potensi berpisah dengan anak, perubahan peran pengasuhan dan
keterbatasan peran menimbulkan respon shock, tidak percaya, menolak,
marah,putus asa, depresi, frustasi ,bingung,Perasaan bersalah, merasa iri kurang
berarti, kurang percaya diri juga merupakan respon yang umum terjadi

b. Selama transisi perkembangan penyakit Anak kondisi sakit kronis ini sering
kali menghambat anak dalam memenuhi tuntutan perkembangan kognitif, fisik dan
emosi. Hal inilah yang sering kali membuat orang tua berulang kali merasakan
kesedihan.

c. Berkaitan dengan kebutuhan perawatan anak

Banyak saran perawatan kesehatan sehari-hari yang cukup menyita waktu,


tidak menyenangkan bahkan dirasakan memberatkan. Melihat anak merasakan
kesakitan akibat perawatan ini sering kali membuat orang tua merasa bersalah dan
merasa kurang berharga (Melnyk,2001).

18
d.Ketika anak mengalami kekambuhan dan rawat inap

Kekambuhan terkadang mengharuskan anak untuk menjalani rawat inap


rumah sakit. Rawat inap ini akan mengganggu rutinitas keluarga dan menempatkan
orangtua pada posisi membagi waktu antara tanggung jawab normal dan anak yang
di rumah sakit. Selain itu, kehilangan kontrol dan perasaan tidak berdaya membuat
orangtua melakukan perilaku mengontrol yang berlebihan dan terlalu melindungi
anak (Faulner, dalam Melnyk 2001)

2.Dampak bagi keluarga

a.Dampak sosial bagi keluarga

kurangnya waktu untuk pasangan,Problem komunikasi, angka perceraian


lebih tinggi,meningkatnya konflik dalam hubungan,meningkatnya tuntutan peran
yang berlebihan dan menurunnya kepuasan hubungan.dalam sumber lain di
sebutkan keluarga merasa terisolasi.

b.Dampak ekonomi bag keluarga

Stein (Bulletin Australian Institute of Health and Welfare 2005)


menyebutkan perawatan pada anak dengan penyakit kronis sering kali sangat
mahal, dan biaya ini menjadi lebih mahal lagi karena penyakit ini tetap ada selama
periode yang panjang.

c.Dampak psikologis keluarga

karakteristik umum pada keluarga ini adalah kesedihan orangtua, meskipun


orangtua biasanya tidak menampakkan depresi secara nyata dan suasana hati orang
tua membaik seiring berlalunya waktu dan beberapa masalah teratasi.

selain dampak negatif terdapat dampak positif Seperti yang dikemukakan Lawrence
(2012) kedekatan kohesivitas yang lebih besar dan meningkatnya dukungan pada
sebagian keluarga-keluarga ,setiap tahapan sebagai sarana untuk bahu membahu,
saling berbagi tanggung jawab dan saling mendukung ketika salah satu merasakan
emosi yang negatif.

19
F. PERAWATAN UMUM ANAK DENGAN SAKIT KRONIS

Dokter anak,masyarakat mempunyai peran sentral dalam perawatan anak yang


berpenyakit kronis dan dalam memberi dukungan kepada keluarganya. Meskipun
keterlibatan dokter anak dapat dimualai dengan diagnosis dan rujukan pada
pelayanan spesialitis ,dokter anak juga menerima tanggung jawab sebagai
pendukung terus menerus bagi anak dan keluarga nya. Hal ini meliputi
komunikasi dengan para pemberi layanan spesialitis dan membantu keluarga
menentukan pilihan,terutama bila saran-saran saling bertentangan. Tanggung
jawab lainnya meliputi dukungan terus menerus pada anak dan anggota keluarga
nya,membantu keluarga memenuhi sumber-sumber masyarakat yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. ,dan terutama kerjasama dengan sekolah-
sekolah dan lembaga –lembaga masyarakat lainnya untuk mengintegrasikan anak
ke dalam masyarakat .

Tugas bersama lembaga-lembaga meliputi rujukan pada pelayanan


intervensi awal,bila sesuai memberi informasi yang dapat membantu menentukan
apakah anak memerlukan pelayanan pendidikan khusus atau regular. Dan
membantu anak dalam pelayanan pendidikan khusus atau regular, dan membantu
anak mendapatkan pelayanan sekolah yang memperbesar kehadiran sekolah .
pelayanan sekolah yang dibutuhkan bersifat khas,meliputi perawatan yang tepat
dan pelayanan-pelayanan terkait serta kemudahan unyuk mendapatkan obat-
obatan atau perawatan gawat darurat,walaupun ada sedikit anak yang
memerlukanan pelayanan yang luas termasuk kehadiran perseorangan.

Komunikasi dengan keluarga sangat penting. Keluarga memerlukan


informasi yang jelas ,dengan rincian yang mereka dapat memahami dan serta
informasi mengenai aspek positif maupun negative keadaan anak. Keluarga-
keluarga itu terutama menghargai perolehan informasi dan dukungan dari
professional yang akrab dengan mereka, yaitu seorang professional yang
memberikan perasaan simpati dan pelayanan perawatan. Anak juga harus
berpartisipasi dalam pengembangan cara yang tepat dalam berbagai informasi.

20
G. ASUHAN KEPERAWAN SECARA UMUM ANAK SAKIT KRONIS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA PASIEN
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Tanggal masuk RS :
e. No.MR :
f. Diagnosa medis :
g. Nama orang tua :
h. Umur orang tua :
i. Pekerjaan :
j. Agama :
k. Alamat :

2. KELUHANAN UTAMA
Biasanya klien degan penyakit kronik dengan keluhan tidak enak badan, berupa:
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung
kaki dan ujung jari
b. Reflek mulai menghilang
c. Kulit kebiruan dan pucat
d. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
e. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
f. Penglihatan mulai kabur
g. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
h. Klien dapat tidak sadarkan diri

3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang : kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh
pasien,misalnya penglihatan mulai kabur.
b. Riwayat kesehatan dahulu : Kaji penyakit yang pernah di alami oleh
pasien,baik yang ada hubungan nya dengan penyakit yang di alami saat
ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.

4. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah, atau sakit berat
B. Tanda vital
 Suhu: tidak normal>37

21
 Nadi: tidak normal{lemah&lambat}>70x/menit
 Pernafasan: tidak normal>16x/menit
 Tekanan darah: tidak normal{menurun}
C. Kepala
Kulit kepala, rambut, serta bentuk kepala, apakah ada kelainan, atau lesi
pada kepala.
D. Wajah
Bentuk wajah pucat
E. Mata
 Konjungtiva : anemis
 Sclera : ikterik
 Pupil: reflek{-}
F. Telinga
Pendengaran {-} pendengaran terakhir yang hilang pada pasien kronik
G. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada tidak secret pada hidug, serta
cairan yang keluar, ada sinus/tidak, dan terdapat gangguan dalam
penciuman.
H. Thoraks
Bentuk dada simetris/tidak, dan mengalami gangguan pada pernafasan.
I. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering.
J. Integumen
Warna kulit pucat, turgor kulit kering, terdapat nyeri tekan pada kulit, kulit
teraba dingin.
K. Ekstremitas
Terdapat kelemahan fisik, kelemahan otot, dan kehilangan sensasi dan
gerakan pada ekstremitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
i. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit
terminal dan ancaman kematian
ii. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan
nafsu makan, tidak tertarik pada makanan.
iii. Takut/ cemas berhubungan dengan diagnosa, terapi, dan prognosis
iv. Berduka antisipasi berhubungan denga ancaman kematian anak
C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
1. perubahan pertumbuhan dan Perkembangan berhubungan dengan penyakit
terminal dan ancaman kematian
 keterbatasan aktifitas
 mengurangi ketidak mampuan.

22
 mempertahan kan fungsi social
 mempertahan kan sikap tubuh yang baik
 mempertahankan kebebasan gerak sendi dan kekuatan
 Istirahat dan aktifitas yang cermat
 mempertaankan daya tahan fisik dan ADL
 agar klien dapat mempertahan kan kemampuan
 agar klien tetap bisa mempertahan kan fungsi social
 agar klien tetep bisa mempertahankan sikap tubuh yang baik
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu
makan tau tidak tertarik pada makanan.
 peningkatan perawatan diri
 terutama untuk kebutuhan fisik{mandi,toileting,berpakain} 2.agar
klien tetap bisa mempertahan kan perawatan dan kebersihan diri
3. takut atau cemas berhubungan dengan dianosa dan terapi dan prognosis
4. berduka antisipasi berhubungan dengan acaman kematian anak
 pertimbangan psikososial kepekaan perasaan pendengaran
 hubungan yang harmonis
 membantu klien agar dapat menyesuai kan diri
 agar klien tetap bisa mempertahan kepekaan perasaan dan pendengaran
nya.
 agar klien tetap bisa mempertahan kan hubungan yang harmonis.
 agar klien tetap bisa mempertahan penyesuaian diri

23
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Melihat hasil penelitian nampaknya data tentang anak yang menderita penyakit
kronis cukup banyak, meski tidak ada kesepahaman mengenai jumlahnya secara
pasti. Mencari data mengenai prevalensi penyakit kronis di Indonesia sendiri
masih sulit didapatkan apalagi penyakit kronis khusus pada anak. Namun
demikian, berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia penyakit kelainan
kardiovaskuler menempati urutan kedua sebagai penyakit yang banyak diderita
anak-anak setelah penyakit saluran pernapasan (Adrian, dalam Aritonang 2009).

SARAN
1. Perawat harus memahami apa yang dialami oleh anak dengan kondisi
kronis, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
anak
2. Ketika merawat anak dengan penyakit kronis ,tanggung jawab perawat
harus mempertimbangkan kebutuhan bio,psiko,sosio,spiritual.

24
DAFTAR PUSTAKA

 Buku pediatrik
 Behrman Kliegman dan Arfin,Nelson.2011. Ilmu Kesehatan Anak .
Jakaerta, EGC
 Buku ilmu kesehatan anak nelson
 jurnal dari setia asyanti,m.si.,psi “dinamika permasalahan pada orangtua
yang memiliki anak dengan penyakit kronis dan tantangannya dalam
mengantarkan anak menjadi pribadi yang lebih sehat dan berkarakter
tangguh”
 Aritonang, M.V. (2008) Pengalaman Keluarga dengan Anak yang
Menderita Penyakit Kronis.Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai