Disusun oleh:
Dwi Shohibah 161011049
Mei Diana Arminiati 1610711033
Putri Zalfa 1610711064
Trisna Irawati Sianturi 1610711106
Auliya Shobah 1610711044
Chalvin Aprianto 1610711041
Desy Sulastri 1610711089
Leily Muhafilah 1610711030
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1. Definisi penyakit kronis pada anak ................................................................................. 4
2. Insiden didunia dan Indonesia tentang penyakit kronis pada anak ................................. 4
3. Jenis penyakit kronis pada anak ...................................................................................... 4
4. Aspek biospsikososiospritual dengan penyakit kronik pada anak .................................. 4
5. Aspek keluarga yang memiliki anak sakit kronis ........................................................... 4
6. Perawatan umum anak dengan penyakit kronis .............................................................. 4
7. Askep secara umum anak sakit kronis ............................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
A. DEFINISI PENYAKIT KRONIS PADA ANAK ............................................... 5
B. INSIDEN DIDUNIA DAN DI INDONESIA TENTANG PENYAKIT
KRONIS PADA ANAK ................................................................................................ 5
C. PENYAKIT KRONIS PADA ANAK .................................................................. 6
D. ASPEK BIOPSIKOSOSIOSPIRITUAL ANAK MENDERITA PENYAKIT
KRONIS ....................................................................................................................... 13
1. Masalah Umum Pada Aanak dengan Penyakit Kronik dan keluarganya . 13
2. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien .................................................. 15
3. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik .................................................... 16
4. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis ........................................................... 17
E. ASPEK KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK SAKIT KRONIS ............... 18
F. PERAWATAN UMUM ANAK DENGAN SAKIT KRONIS ............................ 20
G. ASUHAN KEPERAWAN SECARA UMUM ANAK SAKIT KRONIS .......... 21
BAB III............................................................................................................................. 24
PENUTUP........................................................................................................................ 24
KESIMPULAN ....................................................................................................... 24
SARAN ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan sering
kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009). Ketidakmampuan merupakan
persepsi individu bahwa segala hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan
hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina,
2009).Jadi penyakit kronis pada anak yaitu penyakit yang terjadi pada anak
anak dalam waktu lama akan membuat anak tersebut menjadi tidak mampu
melakukan sesuatu seperti biasanya.
Populasi anak dengan sakit kronis di seluruh dunia diperkirakan sekitar 10
% dan satu sampai dengan dua persen diantaranya dalam kondisi yang sangat
serius (Eiser, dalam Aritonang 2008). Studi epidemiologi menunjukkan satu
dari 10 anak dibawah usia 15 tahun menderita penyakit kronis, sedangkan
penelitian lain menyatakan satu dari tiga anak usia dibawah 18 tahun
mengalami penyakit kronis (Harrington dkk, 2006; Costello dkk, 2006;
Gallasi dkk, 2006). Melihat hasil penelitian tersebut, nampaknya data tentang
anak yang menderita penyakit kronis cukup banyak, meski tidak ada
kesepahaman mengenai jumlahnya secara pasti. Mencari data mengenai
prevalensi penyakit kronis di Indonesia sendiri masih sulit didapatkan apalagi
penyakit kronis khusus pada anak. Namun demikian, berdasarkan data
Departemen Kesehatan Indonesia penyakit kelainan kardiovaskuler
menempati urutan kedua sebagai penyakit yang banyak diderita anak-anak
setelah penyakit saluran pernapasan (Adrian, dalam Aritonang 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Definisi penyakit kronis pada anak
2. Insiden didunia dan Indonesia tentang penyakit kronis pada anak
3. Jenis penyakit kronis pada anak
4. Aspek biospsikososiospritual dengan penyakit kronik pada anak
5. Aspek keluarga yang memiliki anak sakit kronis
6. Perawatan umum anak dengan penyakit kronis
7. Askep secara umum anak sakit kroni
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Sebagian anak dengan penyakit kronis ini memiliki kondisi yang membaik pada
masa dewasanya, namun kebanyakan justru tidak akan dapat hidup normal tanpa
managemen atau perawatan khusus.Konsekuensi memiliki penyakit kronis adalah
terganggunya kehidupan sehari-hari anak secara fisik dan psikososial. Dampak fisik
antara lain ketergantungan pada orangtua dalam aktivitas di rumah, kebutuhan akan
bantuan untuk buang air kecil maupun besar, ketidakmampuan fisik, dan
ketidaknyamanan yang diakibatkanpenyakit, sedangkan yang dimaksud dengan
dampak psikososial antara lain rendahnya level sosialisasi, mood, aktivitas
dibandingkan kelompok sebayanya (Jessop & Stein, dalam bulletin Australian
Institute of Health and Welfare 2005). Selain dampak yang dirasakan dalam masa
anak, ternyata beberapa penyakit kronis memiliki dampak fisik dalam jangka
panjang. Sebagai contoh, pada anak yang mengalami transplantasi ginjal, 39 %
kembali mengalami transfusi darah pada masa dewasanya (Shroff dkk dalam
Aldridge 2008). Penyakit kronis membawa dampak pada beberapa aspek kehidupan
anak baik jangka pendek maupun panjang.
Hal ini terjadi karena program imunisasi yang telah dijalankan oleh berbagai negara di
dunia tidak dapat berjalan sesuai yang dikehendaki karena berbagai faktor. Penyebab utama
tidak terlaksananya program imunisasi adalah rendahnya kesadaran dan pengetahuan
masyarakat, khususnya di negara berkembang, tentang pentingnya imunisasi. Terlebih lagi,
saat ini, sebagian kelompok tertentu tengah gencar melakukan kampanye hitam atau black
campaign tentang imunisasi.
Penyakit kronis adalah sebuah penyakit yang lanjutan dari penyakit akut, secara umum
penyakit kronis bisa diartikan sebagai penyakit yang sudah parah. Ada sekali jenis penyakit
kronis yang dapat dan mampu di idap oleh seseorang, karena memang penyakit kronis
tersebut adalah sebuah penyakit yang umum terjadi pada seseorang. Yang paling mudah
untuk ditandai sebagai penyakit kronis adalah penyakit tersebut sudah memasuki stadium
lanjut, atau bisa dikatakan sebagai penyakit yang mempunyai keberlanjutan.
6
Macam-macam penyakit kronis tentu saja ada banyak macamnya, mulai dari macam
penyakit kronis yang paling umum sampai dengan penyakit kronis yang paling khsusu
semunya bisa dialami oleh seseroang. Penyakit kronis bisa diakibatkan oleh fkator
kebiasaan hidup pada seseorang maupun juga karena faktor genetika yang menjadi faktor
keturunan pada seseorang. Jadi semuanya bisa untuk menjadi faktor resiko terkenanya
penayakit kronis tersebut.
2. HIV / AIDS
Angka kejadian: sekitar 39,4 juta orang yang hidup dengan AIDS. HIV atau human
immunodeficiency virus tidak lebih dari pengikisan terhadap sistem kekebalan tubuh
seseorang, ketika pasien rentan terhadap infeksi lain. Adapun AIDS atau acquired
immunodeficiency syndrome biasanya mengikutinya dalam waktu 8 sampai 15 tahun,
kecuali pasien menerima pengobatan. Sering kali, pasien meninggal karena TB atau
pneumonia setelah infeksi AIDS. Angka kematian : 3 juta jiwa per tahun.
3. Malaria
Angka kejadian: 300-515.000.000 orang didiagnosis masuk dalam kasus ini setiap tahun,
dan sebagian besar di antaranya berada di Afrika. Malaria ditularkan oleh hewan paling
mematikan di dunia yang dikenal manusia: nyamuk anopheles betina. Bahkan, malaria
tidak dapat dialihkan melalui kontak fisik, tetapi tetap saja menyumbang jutaan kematian
di seluruh dunia setiap tahun. Statistik menunjukkan bahwa setiap 30 detik seorang anak
meninggal akibat malaria di Afrika. Angka kematian : 1-5 juta jiwa setiap tahun.
7
4. Diare
Angka rata-rata infeksi: 4 miliar kasus didiagnosis setiap tahunnya. Diare pada
anak sering disebabkan oleh rotavirus. Penyebab diare lainnya adalah kolera,
disentri, dan sejumlah infeksi bakteri lainnya, seperti cacing mikroskopis. Diare
mudah disembuhkan jika diobati secara dini. Kebanyakan kematian akibat diare,
terutama pada anak-anak, berhubungan dengan dehidrasi. Angka kematian :
sekitar 2,2 jutajiwasetiapahun.
5. Tuberkulosis
Angka kejadian: 2 miliar orang didiagnosis tuberkulosis (TB) setiap tahun. TB membunuh
jutaan orang setiap tahun. Fakta: sepertiga dari populasi dunia terinfeksi. Meski demikian,
bahkan dengan semua fakta ini, kasus TB baru masih menjadi diagnosis dari tahun ke
tahun. Seolah-olah orang tidak benar-benar peduli lagi akan tertular penyakit. Gejala TB
termasuk menggigil, demam, batuk kronis, lemah, dan penurunan berat badan. Hal ini
sangat menular serta dapat menyebar melalui bersin dan batuk. TB tidak diragukan lagi
merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia dalam hal tingkat kematian.
Angka kematian : 2 juta jiwa setiap tahun.
6. Campak
Angka kejadian: lebih dari 30 juta orang, kebanyakan anak-anak, terinfeksi setiap tahun.
Campak dapat dengan mudah disembuhkan, tetapi mematikan jika tidak ditangani.
Penyakit ini terjadi terutama pada anak-anak, dan terutama di negara-negara berkembang
seperti Afrika dan beberapa di Asia Tenggara. Akan tetapi, virus campak dapat menginfeksi
bahkan terhadap orang dewasa. Campak dapat menyebabkan kerusakan otak, kebutaan, dan
anak-anak rentan terhadap diare dan pneumonia. Angka kematian : 1.400 orang
diperkirakan meninggal akibat campak setiap hari.
7. Batuk rejan Angka kejadian: 20 sampai 40 juta kasus terdiagnosis setiap tahunnya.
Batuk rejan, atau pertusis, adalah penyakit yang sangat mematikan. Hal ini sangat menular
dan, sekali seseorang terinfeksi, maka penyakit ini dapat menyebabkan sejumlah penyakit
pernapasan akut pada seseorang. Apa yang tampak seperti batuk biasa bisa membunuh
Anda. Batuk rejan dapat diobati dengan antibiotik. Namun, vaksin masih menjadi cara
untuk mendapat kekebalan yang optimal. Angka kematian : 200.000 sampai 300.000 jiwa
setiaptahun.
8
8. Tetanus
Angka kejadian di dunia: 500.000 kasus didiagnosis setiap tahun. Secara level,
tetanus mudah mengalahkan meningitis dan sifilis dengan tingkat infeksi yang
tinggi dan korban meninggal. Anda lihat, clostridium tetani, spora tetanus bakteri
yang hidup di tanah, dan sebagainya, ada di mana-mana. Sesuatu yang sederhana
seperti luka kecil atau luka dapat menginfeksi Anda dengan penyakit beberapa
hari setelah kontak dengan permukaan yang kotor. Negara-negara di Asia
Tenggara dan Sahara, Afrika, masing-masing memiliki jumlah kematian 82.000
dan 84.000 jiwa setiap tahun, meskipun infeksi tetanus dapat ditemukan di seluruh
dunia. Angka kematian: 214.000 orang setiap tahun.
10. Difteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini termasuk berbahaya dan dapat mengancam jiwa
anak dalam cepat. Tanda dan gejala hanya diawali demam dan sakit tenggorokan serta
timbulnya bercak putih di tenggorokan. Bila tidak diobati dengan cepat, maka hal ini dapat
segera mengancam jiwa karena dapat membuntukan saluran pernapasan, jantung, sehingga
dapat dengan cepat mengancam jiwa karena komplikasi tersebut.
11. Asma
Pada umumnya anak muda yang asthmatic akan mengalami bronchospasme yang
diinduksi oleh olahraga (exercise-induced-
bronchospam = EIB) atau asthma yang diinduksi oleh olahraga (exercise-
induced-asthma =EIA). EIB dapat terjadi juga pada sebagian non asthmatic yang
menderita demam alergi terhadap serbuk bunga, bronchitis,
fibrosis chistica.Asthma akan terjadi bervariasi dari yang sangat berat (sangat sesak
nafas) sampai pada sangat ringan yang dapat di deteksi dengan fungsi paru.
9
12. Diabetes Mellitus
Adalah penyakit metabolic yang banyak dialami oleh anak-anak. Gejala awal
dapat diketahui dalam hubungan dengan kegiatan fisik yang menyebabkan
kelelahan yang tidak biasa atau meningkat, rasa haus yang tidak normal, dan
sering buang air kecil dan menurunnya berat badan.
14. Epilepsy
Epilepsy mempunyai episode yang berlangsung dari yang sangat singkat hanya
beberapa detik sampai kepada perilaku yang aneh dan otomatik (epilepsy lobus
temporal) atau yang sangat berat, dengan kejang sampai tak sadarkan diri, kemudian
pemulihannya bisa dengan tidur panjang (lama).
Keputusan dalam memilih jenis olahraga harus mempertimbangkan saat
bagaimana terjadinya dan sifat serangan, factor-faktor penyebabnya,kapan terjadinya, apa
obat-obatnya, bagaimana pengaruh obat terhadap pengendalian epilepsynya, perilaku atau
peran dan minat anak terhadap olahraga. Anak-anak dengan penyakit jantung
Lima dari setiap 1000 anak usia sekolah penyakit jantung ,kemudian satu - dua
dari 1000 mengalami penyakit jantung congenital yang
berat sehingga mempengaruhi bahkan menjadi penghambat untuk dalam olahraga.
selanjutnya penyakit jantung
rheumatic ditemukan satu dari setiap 1000 anak usia sekolah dan umumnya
kerusakan pada katup termasuk derajat ringan. Kondisi pennyakit jantung yang paling
sering berhubungan dengan kematian
mendadak yang dapat terjadi setiap saat (pada saat melakukan olahraga dan latihan,
istirahat atau tidur) meliputi :
10
Myocarditis
Stenosis aorta
Hypertrophic obstructive cardiomyopathy
Hipertensi pulmonal sedang atau berat
Shunt dari jantung kanan ke kiri disertai stenosis pulmonal
Kondisi yang berhubungan dengan kematian mendadak yang tidak terduga pada atl
et muda meliputi:
16. Cardiomyopathy
Hypertrofik ardiomyopaty dijumpai pada populasi anak-anak dan merupakan satu
dari penyebab kematian tiba-tiba yang paling sering dalam olahraga diantara anak-anak
muda, akibat terjadinya aritmia (arrhytmia). Si penderita mempunyai masalah
hemodinamika pada olahraga dan oleh karena itu semua aktivitas olahraga harus dihindari
oleh semua bentuk kardomyopathi.
11
17. Hipertensi
Hal ini banyak dijumpai pada anak masa pubertas. Anak usia dibawah 10 tahun
batas atas tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg. Untuk pubertas 10-
15tahun nilai maximal
biasanya adalah 140/85 mmHg. Pengetahuan mengenal gejala penyakit jantung yang
kini ada maupun yang lalu dan terutama riwayat keluarga adalah penting.
Pengamatan pada dewasa menunjukan bahwa tekanan darah menurun dengan
meningkatnya kebugaran kardiovasular, yang dapat disebabkan oleh latihan aerobic
ringan atau berat. Oleh karena itu tidak ada alasan
untuk membatasi aktivitas olahraga pada anak dengan hipertensi
ringan. Ditemukan alasan melakukan exercise test untuk menilai tekanan darah dan
respons EKG terhadap latihan dengan intensitas tinggi. Anak-
anak atau pubertas sekalipun dengan hipertensi ringan
hendaknya tidak didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan isometric murni
misalnya angkat berat, gulat bahkan ski air.
Catetan tambahan
12
diabetes, osteoartritisdan penyakit arteri koronaria) dan sedikit penyakit yang
jarang. Sebaliknya, anak menghadapi berbabagai penyakit yang terutama sangat
jarang. Pada masa kanak-kanak, hanya ada dua kelompok keadaan kronis yang
umum dijumpai : gangguan alergi (terutama asma, eksim dan demam rumput) dan
gangguan neurologis (terutama gangguan kejang-kejang dan keadaan
neuromuskularseperti palsi serebral). Kondisi lain yang sering dianggap lazim,
seperti diabetes melitus masa kanak-kanak, hanya terjadi kira-kira 1 dalam 1000
anak berusis kurang dari 16tahun, frekuensinya jauh lebih rendah daripada yang
temui pada buku teks ini terjadi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil dari 1 dalam
1000.
Pertama
Banyak penyakit kronis masa kanak-kanak yang merupakan keadaan kesehatan
berbiaya tinggi. Sebagian kecil anak dengan penyakit kronis parah
menggunakan sebagian besar biaya kesehatan anak; 2-4% anak dengan penyakit
parah jangka lama, setidak-tidaknya, merupakan pemakaian biaya 35%
anggaran belanja kesehatan anak. Gambaran ini hanya mencerminkan apa yang
trelah dibayar oleh asuransi masyarakat atau asuransi swasta. Para keluarga
menghadapi banyak biaya lain seperti biaya transportasi, telepon interlokal, dan
diet-diet khusus, sedikit darinya dapat diganti. Lagipula, penyakit kronis pada
13
anak membuat kedua orangtuanya lebih sulit untuk bekerja diluar rumah,
dengan demikian penghasilan keluarga berkurang.
Kedua
Beban perawatan sehari-hari terutama terletak pada keluarga dan beban tersebut
dapat meluas, misalnya pada keluarga dengan 2 remaja yang menderita distrofi
muskular, baik yang terikat pada kursi roda maupun yang membutuhkan
transportasi dari tempat ke tempat, atau keluarga dengan anak kecil yang
menderita kistik fibrosis membutuhkan perawatan paru yang luas sebelum
berangkat sekolah setiap harinya. Beban harian ini sangat menambah kerja
keluarga.
Ketiga
Kebanyakan anak hanya memerluka orang perawatan keehatan untuk sebagian
besar perawatan dan pengawasan kesehatannya, maka anak dengan keadaan
keseharan jangka panja seringkali memiliki banyak penyedia perawatan dan
banyak penanganan. Rekomendasi dari salah satu anggota kelompok ini biasa
berbeda antara yang satu dengan lainnya, dan keluarga harus memilih nasehat-
nasehat yang bertentangan itu.
Keempat
Keluarga merasa terisolasi karena keadaan kronis anak yang tergolong paling
jarang ditemui. Mereka sering merasa heran mengapa menjadi terasing oleh
karena keadaan yang tidak lazim itu dan merasa tidak ada lagi keluarga lain
yang memiliki pengalama serupa.
Kelima
Keadaan ini yang tidak diramalkan dalam keterlibatannya, lama
berlangsungnya, komplikasi serta dampak perkembangannya pada anak itu
sendiri. Orangtua yang anaknya menderita leukimia meragukan apakah
pendarahan baru mengisartkan suatu kesembuhan yang akan berakibat
kematian atau akan disertai dengan kesembuhan permanen. Orangtua yang
anaknya mengalami mengi ringan pad saat tidur tidak tahu apakah anaknya akan
tidur nyenyak sepanjang malam atau akan terbangun sepanjang malam.
Keenam
Banyak keadaan kronis dan penangannya ,enimbulkan rasa yang sangat
nyeri, jauh melebihi dari yang dihadapi oleh anak lainnya. Beberapa contoh
keadaan yang kadang-kadang disertai sakit yang misalnya anemia sel sabit.
Ketujuh
Penyakit kronis mempunya pengaruh yang mudah menyebar terhdapa
kehidupan anak sehari-hari. Interaksi berulang dengan sistem perawatan
medis, kadang-kadang rawat inap dirumah sakit dan ketergantungan yang
14
lenih besar pada orangtua dan penyedia perawatan kesehatan menggambari
pengalamannya.
Keseimpulannya
Masalah umum pada anak dengan penyakit kronis dan keluarga terdiri dari
7, yaitu :
1. Penanganan yang sangat amat mahal
2. Beban perawatan pada keluarga
3. Banyak penyedia perawatan dan penanganan, sehingga membuat
keluarga menjadi bingung dalam memilih nasehat- nasehat.
4. Isolasi soasial
5. Keadaannya tidak dapat diramalkan
6. Nyeri
7. Pengaruh pada kehidupan anak sehari-hari
b) Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena
keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan
penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P
Dampak terhadap gangguan seksual
15
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan
organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap
fungsi seksual).
Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan
social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klen merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya
16
f. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat)
dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan
memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit
kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk
mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya
perubahan body image).
Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang
17
akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung,
rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional
tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi
cemas pada individu dengan penyakit kanker.
Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan
penyakit jantung mengalami depresi.
a.Saat diagnosa
saat yang paling menekan bagi orang tua karena Ketidak pastian tentang
kondisi anak ,potensi berpisah dengan anak, perubahan peran pengasuhan dan
keterbatasan peran menimbulkan respon shock, tidak percaya, menolak,
marah,putus asa, depresi, frustasi ,bingung,Perasaan bersalah, merasa iri kurang
berarti, kurang percaya diri juga merupakan respon yang umum terjadi
b. Selama transisi perkembangan penyakit Anak kondisi sakit kronis ini sering
kali menghambat anak dalam memenuhi tuntutan perkembangan kognitif, fisik dan
emosi. Hal inilah yang sering kali membuat orang tua berulang kali merasakan
kesedihan.
18
d.Ketika anak mengalami kekambuhan dan rawat inap
selain dampak negatif terdapat dampak positif Seperti yang dikemukakan Lawrence
(2012) kedekatan kohesivitas yang lebih besar dan meningkatnya dukungan pada
sebagian keluarga-keluarga ,setiap tahapan sebagai sarana untuk bahu membahu,
saling berbagi tanggung jawab dan saling mendukung ketika salah satu merasakan
emosi yang negatif.
19
F. PERAWATAN UMUM ANAK DENGAN SAKIT KRONIS
20
G. ASUHAN KEPERAWAN SECARA UMUM ANAK SAKIT KRONIS
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA PASIEN
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Tanggal masuk RS :
e. No.MR :
f. Diagnosa medis :
g. Nama orang tua :
h. Umur orang tua :
i. Pekerjaan :
j. Agama :
k. Alamat :
2. KELUHANAN UTAMA
Biasanya klien degan penyakit kronik dengan keluhan tidak enak badan, berupa:
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung
kaki dan ujung jari
b. Reflek mulai menghilang
c. Kulit kebiruan dan pucat
d. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
e. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
f. Penglihatan mulai kabur
g. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
h. Klien dapat tidak sadarkan diri
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang : kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh
pasien,misalnya penglihatan mulai kabur.
b. Riwayat kesehatan dahulu : Kaji penyakit yang pernah di alami oleh
pasien,baik yang ada hubungan nya dengan penyakit yang di alami saat
ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
4. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah, atau sakit berat
B. Tanda vital
Suhu: tidak normal>37
21
Nadi: tidak normal{lemah&lambat}>70x/menit
Pernafasan: tidak normal>16x/menit
Tekanan darah: tidak normal{menurun}
C. Kepala
Kulit kepala, rambut, serta bentuk kepala, apakah ada kelainan, atau lesi
pada kepala.
D. Wajah
Bentuk wajah pucat
E. Mata
Konjungtiva : anemis
Sclera : ikterik
Pupil: reflek{-}
F. Telinga
Pendengaran {-} pendengaran terakhir yang hilang pada pasien kronik
G. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada tidak secret pada hidug, serta
cairan yang keluar, ada sinus/tidak, dan terdapat gangguan dalam
penciuman.
H. Thoraks
Bentuk dada simetris/tidak, dan mengalami gangguan pada pernafasan.
I. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering.
J. Integumen
Warna kulit pucat, turgor kulit kering, terdapat nyeri tekan pada kulit, kulit
teraba dingin.
K. Ekstremitas
Terdapat kelemahan fisik, kelemahan otot, dan kehilangan sensasi dan
gerakan pada ekstremitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
i. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit
terminal dan ancaman kematian
ii. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan
nafsu makan, tidak tertarik pada makanan.
iii. Takut/ cemas berhubungan dengan diagnosa, terapi, dan prognosis
iv. Berduka antisipasi berhubungan denga ancaman kematian anak
C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
1. perubahan pertumbuhan dan Perkembangan berhubungan dengan penyakit
terminal dan ancaman kematian
keterbatasan aktifitas
mengurangi ketidak mampuan.
22
mempertahan kan fungsi social
mempertahan kan sikap tubuh yang baik
mempertahankan kebebasan gerak sendi dan kekuatan
Istirahat dan aktifitas yang cermat
mempertaankan daya tahan fisik dan ADL
agar klien dapat mempertahan kan kemampuan
agar klien tetap bisa mempertahan kan fungsi social
agar klien tetep bisa mempertahankan sikap tubuh yang baik
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu
makan tau tidak tertarik pada makanan.
peningkatan perawatan diri
terutama untuk kebutuhan fisik{mandi,toileting,berpakain} 2.agar
klien tetap bisa mempertahan kan perawatan dan kebersihan diri
3. takut atau cemas berhubungan dengan dianosa dan terapi dan prognosis
4. berduka antisipasi berhubungan dengan acaman kematian anak
pertimbangan psikososial kepekaan perasaan pendengaran
hubungan yang harmonis
membantu klien agar dapat menyesuai kan diri
agar klien tetap bisa mempertahan kepekaan perasaan dan pendengaran
nya.
agar klien tetap bisa mempertahan kan hubungan yang harmonis.
agar klien tetap bisa mempertahan penyesuaian diri
23
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Melihat hasil penelitian nampaknya data tentang anak yang menderita penyakit
kronis cukup banyak, meski tidak ada kesepahaman mengenai jumlahnya secara
pasti. Mencari data mengenai prevalensi penyakit kronis di Indonesia sendiri
masih sulit didapatkan apalagi penyakit kronis khusus pada anak. Namun
demikian, berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia penyakit kelainan
kardiovaskuler menempati urutan kedua sebagai penyakit yang banyak diderita
anak-anak setelah penyakit saluran pernapasan (Adrian, dalam Aritonang 2009).
SARAN
1. Perawat harus memahami apa yang dialami oleh anak dengan kondisi
kronis, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
anak
2. Ketika merawat anak dengan penyakit kronis ,tanggung jawab perawat
harus mempertimbangkan kebutuhan bio,psiko,sosio,spiritual.
24
DAFTAR PUSTAKA
Buku pediatrik
Behrman Kliegman dan Arfin,Nelson.2011. Ilmu Kesehatan Anak .
Jakaerta, EGC
Buku ilmu kesehatan anak nelson
jurnal dari setia asyanti,m.si.,psi “dinamika permasalahan pada orangtua
yang memiliki anak dengan penyakit kronis dan tantangannya dalam
mengantarkan anak menjadi pribadi yang lebih sehat dan berkarakter
tangguh”
Aritonang, M.V. (2008) Pengalaman Keluarga dengan Anak yang
Menderita Penyakit Kronis.Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
25
26
27