Anda di halaman 1dari 100

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA SEBAGAI PENDIDIK DENGAN


TINGKAT STRESS PASIEN POST RECURRENT STROKE
DI WILAYAH PUSKESMAS BARENG

OLEH
ENGGAR SUKMA ALIFIANANDHA
NIM. 15.1.140

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG
2017/2018
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA SEBAGAI PENDIDIK DENGAN


TINGKAT STRESS PASIEN POST RECURRENT STROKE
DI WILAYAH PUSKESMAS BARENG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Prodi Keperawatan
Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen
Malang

OLEH
ENGGAR SUKMA ALIFIANANDHA
NIM. 15.1.140

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG
2017/2018

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Enggar Sukma Alifianandha


Tempat/tanggal lahir : Lospalos, 15 Maret 1996
NIM : 14.1.140
Alamat : Wagir, RT 012/RW 004, Malang
Menyatakan dan bersumpah bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan
tinggi manapun.

Jika dikemudian hari ternyata saya terbukti melakukan pelanggaran


atas pernyataan dan sumpah tersebut diatas, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik dari almamater.

Malang, Juli 2018


Yang menyatakan

Enggar Sukma Alifiananda


NIM. 15.1.140

iii
CURRICULUM VITAE

Nama : Enggar Sukma Alifianandha


Tempat Tgl Lahir : Lospalos, 15 Maret 1996
Alamat Rumah : Wagir RT/007, RW/001, Malang
Nama Orang Tua :
Ayah : Moch. Adcha
Ibu : Karmini
Riwayat Pendidikan :
SD : SDN Lowok Waru 2 Malang
SMP : SMPN 20 Malang
SMA : SMKN 11 Malang

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

“ Sejuta merpati tak akan pernah terbang bila tidak mau belajar
terbang, Berjuta bintang tidak pernah bersinar jika setiap saat selalu
siang ”.

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta atas dukungan dan doa dari orang – orang tercinta, akhirnya tugas

akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu

dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan rasa syukur dan

terimakasih saya kepada :

1. Kepada Allah SWT atas rahmat dan HidayahNya yang telah diberikan
kepadaku, yang telah memberikan rejeki kesehatan, keselamatan, dan
kemudahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
2. Ayah dan Mama tercinta yang telah membesarkan dengan penuh
kasih dan sayang, selalu membimbing, membina, memberi dorongan
moral maupun material, serta selalu mendoakan diriku
3. Dosen Pembimbing Bu Apriyani Puji Hastuti., S.Kep.,Ns., M.Kep dan
Pak Bayu Budi Laksono., S.Kep.,Ns., M.Kep yang selalu memberikan
bimbingan dan memotivasi dalam pengerjaan karya tulis ini.
4. Para Dosen Poltekkes RS dr. Soepraeon yang selama ini banyak
memberikan ilmu dan pengalamannya.
5. Semua sahabat saudaraku kelas 3C Keperawatan yang selalu
mendukung, menemani dan memotivasi dalam pengerjaan karya tulis
ini.
6. Serta banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu. Saya
ucapkan banyak-banyak terimakasih.

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Hubungan Fungsi Keluarga sebagai


Pendidik dengan Tingkat Stress Pasien Post Recurrent Stroke di Wilayah
Puskesmas Bareng” telah disetujui untuk disajikan di depan tim penguji.

Tanggal Persetujuan: Juli 2018

Oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ns. Apriyani Puji Hastuti., M. Kep Ns. Bayu Budi Laksono., M. Kep

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Fungsi Keluarga sebagai


Pendidik dengan Tingkat Stress Pasien Post Recurrent Stroke di Wilayah
Puskesmas Bareng.

Pada tanggal Juli 2018

Tim Penguji

Nama Tanda Tangan

Ketua : Letkol ckm (K) Mustriwi, M.Kep .....................................

Anggota : Ns. Dion Kunto A, S.Kep .....................................

Ns. Apriyani Puji H., M.Kep ......................................

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Ns. Kumoro Asto Lenggono, M.Kep.

vii
ABSTRAK

Alifiananda, Enggar Sukma. 2018. “Hubungan Fungsi Keluarga Sebagai


Pendidik Dengan Tingkat Stress Pasien Post Recurrent
Stroke Di Wilayah Puskesmas Bareng”.
Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Keperawatan Poltekkes RS. dr
Soepraoen Malang. Pembimbing 1: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep., Ners., M.
Kep Pembimbing 2: Bayu Budi laksono, S.Kep., Ners., M.Kep

Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kematian jaringan


otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak (Laksana, 2011).Kejadian CVA berulang dipengaruhi
oleh tingkat stress, hal ini mengakibatkan penderita stroke berulang dalam
melakukan kegiatan sehari-hari perlu bantuan dari orang terdekat seperti
keluarga sebagai pendidik dengan tingkat stress. Fungsi keluarga disini
sebagai pendidik peran ini dilakukan dengan cara mendidik dan
memberikan informasi tentang stroke berulang supaya stroke berulang
dapat dicegah secara maksimal (Idayati, 2010).
Penelitian ini untuk mengetahi hubungan fungsi keluarga sebagai
pendidik dengan tingkat stress pada pasien post recurrent stroke di
wilayah puskesmas bareng, penelitian ini menggunakan desain cross
sectional study. Populasi penelitian ini adalah keluarga dan pasien
recurrent stroke pada bulan Maret 2018 dengan jumlah sampel 32 orang.
Tekhnik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling.
Pengumpulan data menggukan lembar kuesioner. Hasil penelitian di
analisis menggunakan uji spearman rank.
Hasil uji analisis menujukkan bahwa didapatkan nilai koofesien
korelasi sebesar 0,534 dan nilai sig-2 tailed 0,002 dimana nilai sig <α
(0,000 < 0,005) sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan
antara fungsi keluarga sebagai pendidik dan tingkat stress pada pasien
post recurrent strok.
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara fungsi keluarga
sebagai pendidik sangatlah berpengaruh terhadap tingkat stress pada
pasien recurrent stroke di Puskemas Bareng.

Kata Kunci: fungsi keluarga, recurrent stroke, strees

viii
ABSTRACT

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Fungsi Keluarga sebagai Pendidik
dengan Tingkat Stress Pasien Post Recurrent Stroke di Wilayah
Puskesmas Bareng” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di Program Studi
Keperawatan Poltekkes RS Dr. Soepraoen Malang. Dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Letkol (ckm) Arief Efendi, SH, S.Kep., S.MPh, MM selaku Direktur
Poltekkes RS Dr. Soepraoen Malang.
2. Bapak Kumoro Asto Lenggono, M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Keperawatan.
3. Ibu Ns. Apriyani Puji Hastuti., M. Kep selaku pembimbing I dalam
penelitian ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis.
4. Bapak Ns. Bayu Budi Laksono., M. Kep., selaku pembimbing II dan
penguji III dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Kedua orang tua dan adik-adik saya yang selalu mendukung,
membantu dan mendo’akan saya.
6. Serta teman-teman yang banyak membantu kelancaran penelitian ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,
dengan sebaik-baiknya. Namun, demikian penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, untuk
menyempurnakannya.

Malang, Juli 2018

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .................................................................................... i
Cover Dalam ....................................................................................... ii
Lembar Pernyataan ............................................................................ iii
Curiculum Vitae ................................................................................... iv
Lembar Persetujuan ............................................................................ v
Lembar Pengesahan ........................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................. ix
Kata Pengantar ................................................................................... xi
Daftar Isi ............................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................ xv
Daftar Gambar .................................................................................... xvi
Daftar Singkatan dan Simbol .............................................................. xvii
Daftar Lampiran .................................................................................. xviii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 4
1.4 Manfaat ......................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Stroke ............................................................................... 6
2.1.1 Definisi Stroke ...................................................................... 6
2.1.2 Jenis-jenis Stroke ................................................................. 7
2.1.3 Gejala Klinis.......................................................................... 8
2.1.4 Patofisiologi .......................................................................... 9
2.1.5 Pathway Stroke .................................................................... 10
2.1.6 Faktor Resiko Stroke ............................................................ 11
2.1.7 Pencegahan Stroke .............................................................. 11
2.2 Keluarga......................................................................................... 14
2.2.1 Definisi Keluarga .................................................................. 14
2.2.2 Ciri-ciri Struktur Keluarga...................................................... 14
2.2.3 Peranan Keluarga terhadap Penderita Stroke ...................... 15
2.2.4 Fungsi Keluarga .................................................................. 16
2.2.5 Fungsi Pendidikan ................................................................ 19

xi
2.3 Stress ............................................................................................. 20
2.3.1 Stress merupakan suatu kondisi Jiwa dan Raga .................. 22
2.3.2 Tipe-tipe Stress .................................................................... 22
2.3.3 Jenis-jenis Stress ................................................................. 22
2.3.4 Gejala-gejala Stress ............................................................. 23
2.3.5 Tingkatan Stress ................................................................... 24
2.3.6 Tahapan-tahapan Stress ...................................................... 27
2.3.7 Faktor Penyebab Stress ....................................................... 30
2.3.8 Pencegahan Stress .............................................................. 31
2.3.9 DASS 42 ............................................................................... 32
2.4 Hubungan Fungsi Keluarga dan Stress ......................................... 34
2.5 Kerangka Konsep .......................................................................... 35
2.5.1 Diskripsi Kerangka Konsep................................................... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 38
3.2 Kerangka Kerja .............................................................................. 38
3.3 Populasi, Sampel, Sampling .......................................................... 40
3.3.1Populasi ................................................................................ 40
3.3.2 Sampel ................................................................................ 40
3.3.3 Sampling .............................................................................. 40
3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ................................ 41
3.4.1 Identifikasi Variabel .............................................................. 41
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................... 42
3.5 Pengumpulan dan Analisa Data ..................................................... 45
3.5.1 Pengumpulan Data ............................................................... 45
3.5.2 Analisa Data ......................................................................... 45
3.5.3 Uji Statistika ......................................................................... 46
3.5.4 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 48
3.6 Etika Penelitian ............................................................................. 49
3.7 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 51

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 52
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian .............................................. 52
4.2 Data Umum Responden ................................................................ 53
4.3 Data Khusus Responden .................................................................... 55
4.4 Pembahasan ................................................................................. 58
4.4.1 Fungsi keluarga sebagai pendidik ...................................... 58
4.4.2 Tingkat Stress..................................................................... 60
4.4.3 Hub. Fungsi Kel. Sebagai pendidik dengan tingkat stress .. 62

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .................................................................................. 64
5.2 Saran ........................................................................................... 64

xii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 66
LAMPIRAN ......................................................................................... 68

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.4.2 Definisi Operasional ............................................................ 42
Tabel 4.2.1 Data Umum Responden Tingkat Stress .............................. 53
Tabel 4.2.2 Data Umum Fungsi Pendidikan Keluarga ........................... 54
Tabel 4.3.1 Tabel Fungsi Keluarga sebagai pendidik dan tingkat stress 56
Tabel 4.3.2 Tabel Tabulasi Silang.......................................................... 57
Tabel 4.3.3 Tabel Hasil Uji Statistik ....................................................... 57

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.5 Pathway Stroke ............................................................ 10
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................ 36
Gambar 3.1 Kerangka Kerja ............................................................. 39

xv
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Penelitian ........................................ 68


Lampiran 2 Surat Studi Pendahuluan .................................................. 69
Lampiran 3 Surat Penelitian ................................................................ 70
Lampiran 4 Surat Balasan ................................................................... 71
Lampiran 5 Lembar Konsul .................................................................. 72
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden ........................ 74
Lampiran 7 Lembar Persetujuan sebagai Partisipan ........................... 75
Lampiran 8 Kisi-Kisi Kuesioner ............................................................ 76
Lampiran 9 Kuesioner (Fungsi keluarga dan tingkat stress) ................ 79
Lampiran 10 Lembar Hasil Penelitian .................................................. 82
Lampiran 11 Tabel SPSS .................................................................... 84
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian .................................................. 85

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kematian

jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran

darah dan oksigen ke otak (Laksana, 2011).Hal ini dapat terjadi karena

pecahnya pembuluh darah atau terhalanginya asupan darah ke otak oleh

gumpalan. Terhambatnya penyediaan oksigen dan nutrisi ke otak

menimbulkan masalah kesehatan yang serius karena dapat menimbulkan

kecacatan fisik mental bahkan kematian (WHO, 2010).

Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia,

semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan stroke. Tidak

sedikit bagi penderita stroke yang mengalami stroke berulang. Stroke

berulang pada penderita stroke dapat disebabkan banyak factor,

diantaranya adalah hipertensi, merokok, obesitas, diabetes mellitus, tidak

menjalankan perilaku hidup sehat, tidak melakukan medical checkup

secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak

garam (Pinzon& Asanti 2010)

Setiap tahun diperkirakan ada 15 juta orang di seluruh dunia. Di

Amerika Serikat kejadia stroke lebih dari 700 ribu tiap tahun dan yang

meninggal lebih dari 160 ribu per tahunnya (Sofyan et al, 2012)

Angka kejadian stroke meningkat dengan tajam di Indonesia. Bahkan

saat ini, Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penderita stroke

1
2

terbesar di Asia dan menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah

penyakit jantung dan kanker (Yastroki, 2009).Orang Indonesia yang

mengalami serangan stroke diperkirakan sekitar 500 ribu setiap tahunnya.

Jumlah itu sekitar 2,5% diantarannya meninggal dunia dan hidup dalam

kecacatan (Jumaidar, 2009). Insiden stroke berulang berbeda-beda setiap

tahunnya kurang lebih 795.000 orang mengalami stroke baru atau

berulang.Sekitar 610.000 diantaranya adalah serangan pertama, dan

185.000 adalah serangan berulang dari stroke yang terjadi (American

Heart Association, 2013). Dalam 5 tahun dari kejadian stroke pertama,

resiko stroke berulang meningkat lebih dari 40%. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilaksanakan tanggal 25 Oktober 2017 di Puskemas

Bareng Kota Malang ditemukan ada 35orang yang menderita stroke.

Masalahnya yaitu dalam banyak kejadian keluarga yang mengantar

pasien untuk melakukan berobat atau kontrol ke puskesmas tugasnya

hanya sekedar mengantar tanpa memberikan motivasi untuk kesembuhan

anggota keluarga yang sakit.

Hal ini mengakibatkan penderita stroke berulang dalam melakukan

kegiatan sehari-hari perlu bantuan dari orang terdekat seperti keluarga.

Dalam hal ini keluarga sangat berperan penting dalam fase ini, fungsi

keluarga dalam hal ini yaituperan sebagai pendidik dalam pemenuhan

kebutuhan pasien sehari-hari.

Kualitas hidup penderita penderita pasca stroke dapat mengalami

gangguan atau hambatan karena adanya fisik, kognisi, gangguan

psikologis dan sosial (Handayani dan Dewi, 2009), Sedangkan hubungan


3

keluarga dengan tingkat stress yaitu dengan cara memberikan motivasi

terhadap pasien, memberikan hiburan pada pasien seperti mengajak

mengobrol dan mengajak refreshing sehingga pasien bisa mengalihkan

pikirannya.

Menurut Mubarok (2007) fungsi dan peran keluarga adalah mampu

mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan,

mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mampu

memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan kesehatan

yang ada. Kesehatan masih dipandang masalah biasa, hal iini

menyebabkan sebagian besar masyarakat abai akan masalah kesehatan,

pokok dari masalah ini merupakan ketidaktahuan masyarakat akan

pengetahuan kesehatan.

Pendidikan kesehatan pada keluarga perlu diberikan, karena mereka

berperan penting terhadap kemajuan atau kesembuhan keluarganya

dalam merawat pasien stroke di rumah, yang akan membantu

menentukan langkah yang akan ditempuh selanjutnya (Abdul, 2009)

Berdasarkan hal diatas, maka akan dilakukan penelitian tentang

“Hubungan Fungsi Keluarga Sebagai Pendidik Dengan Tingkat Stres

Pasien Post Recurrent Stroke Di Wilayah Puskesmas Bareng “

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan fungsi keluarga sebagai pendidik dengan

tingkat stress pasien post recurrent stroke di wilayah Puskesmas Bareng ?


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan fungsi keluargasebagai pendidik

dengan tingkat stresspada pasien post recurrent stroke di wilayah

Puskesmas Bareng.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi fungsi keluarga sebagai pendidik pada pasien post

recurrent stroke di wilayah Puskesmas Bareng.

2. Mengidentifikasi tingkat stresspasien postrecurrent stroke di

wilayah Puskesmas Bareng.

3. Menganalisa hubungan fungsi keluarga sebagai pendidik dengan

tingkat stress pasien post recurrent stroke di wilayah Puskesmas

Bareng.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi perkembangan

ilmu dan teknologi keperawatan, khususnya teori keperawatan medical

bedah tentang fungsi keluarga sebagai pendidik dengan tingkat stress

pasien recurrent stroke


5

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi profesi kepeawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi

kesehatan dengan perawatan pasien stroke yang menjalani

perawatan di rumah.

2. Bagi keluarga

Untuk menambah pengetahuan keluarga tentang fungsi keluarga

sebagai pendidik pasien agar tidak terjadi stroke berulang

3. Bagi peneliti yang akan datang

Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti

selanjutnya
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke

2.1.1 Definisi Stroke

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika aliran darah ke

suatu bagian otak tiba-tiba mengalami gangguan atau bisa disebut juga

GPDO (Gangguan Peredaran Darah Otak). Stroke berulang merupakan

serangan stroke yang terjadi akibat penderita kurang control diri dan

tingkat kesadarannya yang rendah akan factor resiko stroke

2.1.2 Jenis Stroke

Menurut Triyanto (2016) jenis-jenis stroke meliputi :

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah bentuk ekstrim dari iskemik yang

menyebabkan kematian sel-sel otak yang tidak dapat pulih, yang

disebut infark.Stroke iskemik terjadi karena aliran darah di arteri otak

terganggu dengn mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran

darah pada arteri koroner saat serangan jantung atau angina sehingga

otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi (palmer, 2007). Stroke

iskemik terdiri dari :

a. Stroke iskemik trombotik, stroke jenis ini terjadi karena adanya

penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Ini terkait dengan

hipertensi dan merupakan indicator penyakit ateroklerosis.


7

b. Stroke iskemik embolik, terjadi tidak dipembuluh darah otak,

melainkann ditempat lain, seperti jantung, sehingga darah tidak bisa

mengaliri oksigen dan nutria ke otak.

c. TIA (Transient Ischemic Attack), serangan iskemik sementara.

Gejalanya mirip stroke, tapi hanya terjadi dalam beberapa menit.

Tidak sampai berjam-jam. Gejalanya antara lain wajah pucat,

tangan dan kaki sebelah kanan atau kiri lumpuh, vertigo, sulit

menelan.

2. Stroke Hemoragik

Terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya

pembuluh daraah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau

menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan

kerusakan fungsi control otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak

sekitar pembuluh darah yang pecah atau dapat juga genangan darah

masuk.Ke dalam ruang sekitar otak bila ini terjadi stroke bisa sangat

luas dan fatal bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada

umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada

dinding pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karea

factor usia, akan tetapi bisa juga disebabkan karena factor keturunan.

Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya

dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis

akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah

tinggi.
8

2.1.3 Gejala Klinis

Menurut Mahendra (2009) ada 3 gejala stroke :

1. Gejala stroke sementara

a. Tiba-tiba sakeit kepala

b. Kehilangan keseimbangan

c. Rasa kebal atau kesemutan kaki dan tangan

d. Pusing bingung

2. Gejala stroke ringan

a. Beberapa atau sama dengan gejala stroke sementara

b. Kelemahan atau kelumpuhan kaki atau tangan

c. Bicara dengan nada tidak jelas

3. Gejala stroke berat

a. Koma jangka pendek

b. Kelemahan atau kelumpuhan tangan dan kaki

c. Hilangnya kemampuan bicara

d. Sulit menelan

e. Kehilangan control untuk BAK dan BAB

f. Kemampuan daya ingat menurun

g. Terjadi perubahan perilaku seperti bicara tidak memnentu

dan mudah marah

2.1.4 Patofisiologi

Perdarahan intracranial meliputi perdarahan di parenkim otak

dan perdarahan subaraknoid.Insiden perdarahan intracranial kurang

lebih 20% adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10%


9

adalah perdarahan subaraknoid dan perdarahan intraserebral (Caplan,

2009).

Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena

pecahnyamikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna.

Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan

batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola

berdiameter 100–400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada

dinding pembuluh darah tersebut berupa degenerasi lipohialinosis,

nekrosis fibrinoidserta timbulnya aneurisma Charcot Bouchard.Pada

kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba

menyebabkan pecahnyapenetratingarteri. Keluarnya darah dari

pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan

pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga.Hal

ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2009).


10

2.1.5 Pathway Stroke


Penimbunan lemak/kolesterol Lemak yang sudah
Factor pencetus/Etiologi Menjadi
yang meningkat dalam darah nekrotik dan
kapur/mengandung
berdegerasi
kolesterol dg infiltrasin
limfosit(trombus)

Aterioklerosis Pembuluh darah Penyempitan pembuluh


menjadi kaku dan pecah darah (oklusi vaskuler)

Trombus/emboli
di cerebral Aliran darah terhambat
Stroke hemoragik Kompresi jaringan otak

Stroke non hemoragik Eritrosit


Heriasi bergumpal,endotel rusak

Proses metabolisme Cairan plasma hilang


SuplaidarahdanO2 keotak
dalam otak terganggu

Peningkatan TIK Edema cerebral


Arteri vertebra basilaris
Resikoketidakefektifan perfusi
jaringan otak Kerusakan
Kerusakan N.I (olfaktorius), Disfungsi N.XI
NII (optikus), neurocerebrospinal N.VII Gangguan rasa
(assesoris)
N.IV(troklearis), N.XII (facialis), N.IX nyaman nyeri
(hipoglosus) (glossofaringeus)
Arteri carotis interna Perubahan ketajaman sensori Arteri cerebri media Pe fungsi motorik
Control otot oral menjadi dan muskuluskeletal
penghirup,penglihat dan
lemah
pengecap
Disfungsi N.II Kelemahan pada
(optikus) Ketidakmampuan bicara satu/ ke empat
Ketidakmampuan
anggota gerak
menghirup,melihat dan
Pe aliaran darah ke mengecap Kerusakan artikular tidak
retina
Resiko jatuh Gangguan perubahan dapat bicara(disatria) Hemidarase/plegi
persepsi sensori
kanan dan kiri
Penurunan fungsi N.X
Pe kemampuan retina Kerusakan komunikasi
(vagus), N.IX
untuk menangkap verbal
(glosovaringeus)
obyek/bayangan Proses menelan tidak efektif
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh Refluks
Hambatan mobilitas
Gangguan menelan fisik Tirah baring lama
Anoreksia
Kebutaan Disfagia

Gambar 2.1.5 Pathway Stroke NIC-NOC


Kerusakan integritas kulit Luka dekubitus
11

2.1.6 Faktor resiko stroke

Faktor resiko stroke adalah kelainan atau kondisi yang

membuat seseorang rentan terhadap penyakit stroke. Faktor

resiko stroke dibedakan menjadi 2 faktor yaitu :

a. Merokok

Merokok mempunyaii resiko lebih besar terkena stroke

(sorganvi, 2014)

b. Diabetes mellitus

Diabetes yaitu adanya kelebihan kadar insulin dalam

peredaran darah dan tubuh menyerap lebih banyak garam.

Hal ini mempengaruhi struktur pembuluh darah yang tentu

saja berhubungan dengan tekanan darah

c. Penyakit jantung

Hubungan kausal anatara beberapa jenis penyakit gahan

jantung dan stroke telah dapat dibuktikan. Gagal jantung

kongestif dan penyakit jantung koroner mempunyai peranan

pentinghdalam terjadinya stroke, dua pertiga dari orang yang

mengidap penyakit jantung kemungkinan akan terkena

serangan jantung

2.1.7 Pencegahan Stroke

a) Pencegahan primordial

Upaya pencegahan primordial adalah upaya yang

dimaksudkan memberikan kondisi pada masyarakat yang

memungkinkan pemyakit stroke tidak meningkat dengan


12

adanya dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup, dan

factor resiko lainnya, misalnya kebersihan lngkungan, yaitu

terbebas dari polusi seperti asap rokok yang dapat

menimbulkan penyempitan pembuluh darah. hal ini didukung

dengam peraturan pemerintah tentang bahaya rook bagi

kesehatan, seperti dilarang merokok ditempat umum

terutama pada ruangan ber-AC dan tulisan pada bungkus

rokok.

Hal ini juga bisa dimulai dari membiasakan anak-anak untuk

lebih memilih makanan-makanan tradisonal yang lebih aman

dari zat-zat pengawet dan membatasi mengkonsumsi

makanan siap saji sehingga dapat mengurangi resiko stroke.

b) Pencegahan primer

Tujuan pencegahan primer adaalah mencegah timbulnya

factor resiko stroke bagi individu yang belum ataupun

mempunyai factor resiko dengan cara melaksanakan gaya

hidup sehat bebas stroke, antara lain :

a. Gaya hidup : bebas rokok, stress mental, alcohol,

kegemukan, konsumsi garam yang berlebihan, obat-

obat golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.

b. Lingkungan : kesadaran atas stress kerja

c. Biologi : perhatian terhadap factor resiko biologis

seperti jenis kelamin, riwwayat keluarga.


13

d. Pelayanan kesehatan : health education dan

pemeriksaan tensi, mengendalikan hipertensi, DM,

penyakit jantung.

c) Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah

menderita stroke.Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan

terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi

kronik. Tindakan yang dilakukan adalah :

a) Gaya hidup : manajemen stress, makana rendah

garam, berhenti merokok, penyesuaian gaya hidup.

b) Lingkungan : penggantian kerja jika diperlukan

c) Biologi : pengobatan yang patuh dan cegah efek

samping

d) Pelayanan kesehatan : pendidikan pasien dan

evaluasi penyebab sekunder

d) Pencegahan tersier

Tujuan pencegahan adalah untuk mereka yang telah

menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak

bertambah berat dan mengurangiu ketergantungan pada

orang lain dalam melakuakn aktivitas sehari-hari.

Pencegahan dapat dilakukan dalam bentuk

rehabilitasi.Rehabilitasi merupakan pencegahan tersier yang

bertujuan untuk menjaga atau meningkatkan kemampuan


14

fisik, ekonomi dan kemampuan untuk bekerja seoptimal

mungkin.

2.2 Keluarga

2.2.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yanf terdiri dari kepala

keluarga, dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan ketergantungan

(Johnson dan lenny, 2010).

Menurut friedman (2002) dalam muhlisin (2012). Keluarga adalah

kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang lain

saling terikat secara emosional serta bertempat tinggal yang sama

dalam satu daerah yang berdekatan.

Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih

orang ysng hidup bersama yang mempunyai hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, tinggal bersama dan saling

menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi

penerus, saling pengertian dan saling menyayangi.(Murray &

Zentner, 1997) dikutip dari (Ahjar, 2010).

2.2.2 Ciri-ciri struktur keluarga

Adapun ciri-ciri struktur keluarga adalah :

1. Terorganisasi, salig berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga.
15

2. Ada keterbatasan, setiap anggota memiliki kebebasan tetapi

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi

dan ugas masing-masing

3. Adanya perbedaan dan kekhususan, setiap anggota keluarga

mempunyai peranan dan fungsi masing-masing.

2.2.3 Peranan keluarga terhadap penderita stroke

Health care activities, healt beliefs, dan health values merupakan

bagian yang dipelajari dari keluarga.Sehat dan sakit merupakan

bagian dari kehidupan dan dapat dipelajari individu dari

keluarga.Kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat pada

keluarga yaitu :

1) Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu

sama lainnya dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah

satu sakit maka anggota keluarga lain juga merupakan bagian

yang sakit.

2) Adanya hubuungan yang kuat antara keluarga dengan status

kesehatan anggoatanya, maka anggota keluarga sangat penting

peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan.

3) Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikan dengan

aktivitas di dalam promosi kesehatannya.

4) Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai

indikasi maslah yang sama pada anggota yang lain. (Awie, 2008)

Pentingnya peran keluarga dalam perawatan penderita pasca stroje

dapat dipandang dari berbagi segi yaitu :


16

a. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai

hubungan interpersonal dengan lingkungannya.

b. Jika keluarga di pandang sebagai suatu system, maka

gangguaan yang terjadi pada salah satu anggota dapat

mempengaruhi seluruh system, sebaliknya disfungsi keluarga

dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya

gangguan pada anggota.

Berbagai pelayanan kesehatan bukan tempat penderita seumur

hidup tetapi hanya fasilitas yang membantu pasien dan keluarga

mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadinya

masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan

keadaan adaptif. Salah satu factor penyebab terjadinya stroke

berulang adalah keluarga tidak tahu cara menangani perilaku

penderita di rumah (Irdawati, 2009)

2.2.4 Fungsi keluarga

Fungsi keluarga terhadap penderita stroke yaitu :

a. Berperan sebagai perawat

Ketika anggota keluarga mengalami sakit yang menimbulkan

kecacatan, maka ada peran yang menjadi primer yaitu

perawat.Memberikan perawatan kepada penderita karena tidak

dapat mengurus dirinnya sendiri dalam membantu memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya seperti makan, minum, berpakaian,

berpindah, berjalan.
17

b. Berperan sebagai pendukung

Keluarga member dorongan/dukungan agar penderita

mempunyai motivasi yang kuat untuk dapat segera

memperoleh pemulihan kesehatan dengan sebaik-

baiknya.Memberi dorongan pada saat mulai latihan fisik yang

merupakan hal yang cukup menyiksa penderita, namun

demikian penderita harus selalu didorong untuk berani

berlatih.Kemudian member dorongan untuk tetap aktif dalam

kegiatan sehari-hari ditengah-tengah keluarga dan masyarakat.

c. Berperan sebagai penghubung/komunikasi

Keluarga mengadakan komunikasi efektif dengan penderita,

petugas kesehatan, sehingga terjalin hubungan kerja sama

yang baik sehingga tercipta suasana saling percaya dan

keterbukaan antara pasien dengan keluarga

d. Berperan sebagai pendidik

Dalam upaya belajar untuk hidup dengan kecacatan

permanen, pasien diajarkan program aktivitas kehidupan

sehari-hari agar penderita dapat melakukan aktifitas

kehidupan sehari-hari secara mandiri atau tanpa bantuan

orang lain, misalnya : tata cara makan, berpakaian, mandi,

tidur, juga melatih penderita dalam mobilisasi, berkomunikasi,

melakukan latihan anggota gerak atas dan bawah secara

pasif samapai penderita mampu menggerakkan sendiri.


18

e. Berperan sebagai pengubah lingkungan/terapi lingkungan

Manipulasi lingkugan, terdiri dari merubah lingkungan,

pengaturan tata ruang agar penderita mudah melakukan

aktivitas secara efisien.Ciptakan ruangan yang member

ketenangan dan menyenangkan, suara tidak berisik, cahaya

yang terang benderang, banyak orang, kegiatan dan

kesibukan yang berlebihan dan menjauhkan fasilitas yang

menimbulkan bahaya.

f. Berperan sebagai pengambil keputusan

Dalam peran ini keluarga menentukan pencarian sumber-

sumber yang penting. Keluarga mempunyai control

substansial terhadap keputusan apakah keluarga yang sakit

akan mendapatkan layanan kuratif atau preventif. Dalam

memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai pasien,

keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara kesehatan anggotannya.

g. Berperan sebagai pencari sumber dana

Keluarga berperan mencari sumber dana untuk biaya

pengobatan penderita dan untuk menghindari ketiadaan dana

untuk biaya pengobatan.(Johnson dan Lenny, 2010)


19

2.2.5 Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinnya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat

perkembanngannya. (Setiadi, 2008)

2.2.6 Fungsi keluarga sebagai pendidik post recurrent stroke

1. Membantu mencegah kecacatan menjadi seminimal mungkin

2. Melatih pasien mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari

3. Meningkatkan rasa percaya diri pasien

4. Mencegah terulangnya stroke

Kurangnya pengetahuan dan akses informasi menyebabkan

seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan akses informasi

menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan, sehingga

kurang motivasi untuk mengadopsi peilaku hiddup sehat (Fred C. Pampel,

2010).

Orang yang tahu lebih banyak tentang kesehatan lebih dapat

memulai perilaku pencegahan.Pengetahuan yang diperoleh bisa didapat

melalui pendidikan formal maupun informal (Pellet Kathleen, Diane L,

2007).

Menurut Friedman (1998) alam Harmoko (2016) mengudentifiksai

lima fungsi dasar keluarga diatarannya adalah fungsi afektif, fungsi


20

sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan

keluarag adalahsebagai berikut :

1) Fungsi afektif

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga.Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikologis.Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang gembira dan bahagia, fungsi afektif sumber

energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif antara lain

a) Memelihara saling asuh, saling mengasuh, cinta kasih,

kehangatan, saling menerima, dan saling mendukung antar

anggota

b) Keseimbangan saling menghargai adanya sikap salong

menghargai dengan memperthankan iklim yang positif dimana

tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya

sebagai orang tua maupun sebagai anak, sehingga fungsi

afektif akan tercapai, tujuan utama dari pendekatan ini adalah

keluarga harus memelihara suasana dimana harga diri, hak

kedua orang tua, dan hak anak sangat dijunjung tinggi.

c) Pertalian dan identifikasi. Kekuatan yang besar dibalik

persepsi dan kepuasan dari kebutuhan individu dalam

keluarga adalah pertalian atau kasih sayang digunakan secara

bergantian
21

d) Keterpisahan dan kepaduan. Untuk merasakan dan memenuhi

keterpaduan yang memuaskan anggota keluarga berpadu dan

berpisah satu sama lain.

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,

dimana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai

respons terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka

alami. Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas

tertentu atau kelompok dimana manusia, berdasarkan sifat

kelenturannya melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

selama hidup, mereka memperoleh karakteristik yang terpola secara

sosial. Keluarga merupakan tempat indvidu melakukan sosialisasi.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan kerurunan dan

menambah sumber daya manusia.Dengan adanya program keluarga

berencana fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain banyak kelahiran

yang tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan, sehingga lahirlah

keluarga baru dengan satu orang tua

4) Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian,,

dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada di bawah garis

kemiskinan, perawat bertanggung jawab untuk mencari sumber-


22

sumber di masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam

meningkatkan status kesehatan.

5) Fungsi perawatan keluarga/pemeliharaan kesehatan.

Fungsi perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam

pengkajian keluarga. Guna menempatkan dalam sebuah perspektif,

fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga yang menyediakan

kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal

dan perawatan keehatan

2.3 Stres

2.3.1 Stres merupakan suatu kondisi jiwa dan raga

fisik dan psikis seseorang yang tidak dapat berfungsi secara normal.

Stres juga dapat terjadi setiap saat terhadap seseorang tanpa

mengenal jenis kelamin maupun usia. Kedudukan dan jabatan turut

menyumbang keberadaan stres dalam kehidupan seseorang.

Bahkan status sosial ekonomi juga dapat memicu seseorang

mengalami stres dalam kehidupannya (Abdullah, 2007).

2.3.2 Tipe-tipe stress :

1.Tekanan : hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran

dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan

bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut

bertindak balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada

kehidupan harian. Ia merujuk kepada kaedah yang

menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam oleh


23

peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut

bertindak balas. Anda boleh mengalami tekanan ketika di

tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran baru, atau

melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana

boleh menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan

pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia

boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu

kesehatan anda.

2. Frustasi : adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan

yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.

3. Konflik : Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti

saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai

suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga

kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan

pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak

berdaya.

4. Kecemasan : Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh

para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan.

2.3.3 Jenis-Jenis Stres

a. Stres kimiawi

Merupakan stres yang disebabkan oleh zat-zat kimiawi seperti

asam basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon, atau gas.

b. Stres mikrobiologik
24

Merupakan stres yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit

yang dapat menimbulkan suatu penyakit.

c. Stres fisiologik

Merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan struktur fungsi,

jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi

tubuh tidak normal.

d. Stres pertumbuhan dan perkembangan

Merupakan stres yang disebabkan oleh adanya gangguan

pertumbuhan pada setiap tahapan tumbuh kembang manusia dari

masa bayi hingga lanjut usia.

e. Stres psikis/emosional

Merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan hubungan

interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

f. Stres fisik

Merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti

temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang amat

bising, sinar yang terlalu terang, dan tersengat arus listrik

2.3.4 Gejala-gejala stress

1) Gejala fisikal
Sakit kepala, pusing, pening.tidur tidak teratur, insomania atau
susah tidur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama
bagian bawah ,mencret-mencret dan radang usus besar, sulit
buang air besar, sembelit. gatal – gatal pada kulit. urat-urat
tegang terutama leher dan bahu, keringat berlebih, terganggu
pencernaan atau bisulan, tekanan darah tinggi atau serangan
jantung, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya
25

energy, bertambah banyak melakukan kekeliruan dan


kesalahan dalam kerja dan hidup.
2) Gejala Emosional
Gelisah dan cemas, sedih, depresi, mudah menangis, merasa
jiwa dan hati atau mood berubah-ubah dengan cepat, mudah
panas dan marah, gugup, rasa harga diri menurun dan merasa
tidak aman, rasa harga diri menurun dan merasa tidak aman,
marah-marah, gampang menyerang orang dan bersikap
bermusuhan, emosi mengering kehabisan sumber dayamental
(burn out).
3) Gejala Kognitf
Susah berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit mengambil
keputusan, mudah terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun,
melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran
saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktifitas atau
prestasi kerja menurun, mutu kerja yang rendah.
4) Gejala Interpersonal
Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain., mudah
mempermasalahkan orang lain., mudah membatalkan janji atau
tidak memenuhi perjanjian, suka mencari – cari kesalahan orang
lain atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap
terlalu membentengi dan mempertahankan diri, membiarkan
orang lain.
2.3.5 Tingkatan Stres

Adapun tingkatan stres menurut Psychology Foundation of

Australia (2010), antara lain :

a. Stres ringan

Merupakan stres yang muncul akibat stresor yang di hadapi

bisa berlangsung beberapa menit atau jam.Contohnya adalah

dimarahi dosen, kemacetan lalu lintas. Stressor ini dapat


26

menimbulkan gejala antara lain kesulitan bernafas, bibir

kering, lemas, keringat berlebihan ketika temperatur tidak

panas, takut tanpa ada alasan yang jelas, merasa lega jika

situasi berakhir.

b. Stres sedang

Merupakan stres yang berlangsung beberapa hari.Hal ini

disebabkan misalnya adanya perselisihan yang tidak dapat

diselesaikan dengan seseorang.Stressor ini dapat

menimbulkan gejala yaitu, mudah merasa letih, mudah marah,

sulit untuk beristirahat, mudah tersinggung, dan gelisah.

c. Stres berat

Merupakan situasi stres kronis yang dapat terjadi dalam

beberapa minggu, seperti perselisihan dengan dosen atau

teman secara terus-menerus, penyakit fisik jangka panjang

dan kesulitan finansial. Stressor ini dapat menimbulkan gejala

seperti merasa tidak kuat lagi untuk melakukan kegiatan,

mudah putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa

tidak dihargai, merasa tidak ada hal yang bisa diharapkan di

masa depan.

Sedangkan menurut sarafino (2008), tingkatan stres di

klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Stres tingkat rendah, terjadi ketika seseorang dengan

kemampuan lebih dari cukup untuk menghadapi situasi yag


27

sulit, maka seseorang akan merasakn sedikit stres dan merasa

tidak memiliki tantangan.

b. Stres tingkat sedang, terjadi ketika seseorang merasa cukup

mungkin akan kemampuannya untuk menghadapi suatu

kejadian tetapi dia harus berusaha keras, maka seseorang

akan merasakan perasaan stres dengan tingkatan menengah

atau sedang. Pada tahap ini, seseorang masih bisa

beradaptasi terhadap stresor yang dihadapi.

c. Stres tingkat tinggi, terjadi ketika seseorang merasakan bahwa

kemampuannya mungkin tidak akan mencukupi pada saat

berurusan dengan stresor dari dalam diri dan lingkungannya,

maka akibatnya seseorang akan mengalami perasaan stres

yang berat.

2.3.6 Tahapan-tahapan stress

a. Stres tahap I

Tahapan stres yang pertama biasanya menyenangkan dan

bertambah semangat, tanpa disadari sebenarnya cadangan

energinya sedang menipis, biasanya ditandai dengan adanya

perasaan-perasaan seperti :

1) Semangat besar.

2) Penglihatan tajam, tidak sebagaimana biasanya.

3) Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan

pekerjaan lebih dari biasanya.

b. Stres tahap II
28

Dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan

mulai muncul keluhan-keluhan karena cadangan energi tidak

lagi cukup sepanjang hari, keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan diantaranya

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, atau merasa lelah

sesudah makan siang.

2) Terkadang ada gangguan dalam sistem pencernaan atau

gangguan usus, perut kembung, kadang-kadang jantung

berdebar.

3) Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk

atau belakang leher, dan perasaan tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Pada tahap ketiga seseorang sudah harus berkonsultasi dengan

psikolog kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi dan

tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi guna

memulihkan suplai energi. Keluhan keletihan semakin tampak disertai

dengan gejala seperti

1. Gangguan usus besar lebih terasa misalnya “maag” (gastritis),

sering buang air besar (diare) maupun buang air kecil

2. Otot-otot terasa lebih tegang, perasaan tegang yang semakin

meningkat.

3. Gangguan tidur (insomnia) misalnya sukar tidur, sering

terbangun malam hari dan sukar tidur kembali, atau bangun

terlalu pagi.
29

4. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa goyah dan serasa

mau pingsan).

d. Stres tahap IV

Pada tahap ini stres menunjukkan keadaan yang lebih buruk, yang

ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Untuk dapat bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.

2) Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa

sulit.

3) Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan

sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.

4) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering

kali terbangun dini hari.

5) Perasaan yang negatif terhadap sesuatu.

6) Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam.

7) Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan.

e. Stres tahap V

Keadaan stres pada tahap kelima ini semakin lebih berat, dengan

di ciri-ciri sebagai berikut :

1) Kelihatan mendalam (physical and psychological exhaustion)

2) Untuk melakukan pekerjaan yang sederhana terasa kurang

mampu

3) Gangguan sistem pencernaan atau sakit maag dan gangguan

usus lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya tinja

encer (Diare)
30

4) Perasaan takut yang menjadi-jadi, mirip panik.

f. Stres tahap VI

Tahap keenam merupakan tahap puncak dari stres dimana sudah

terjadi kegawatdaruratan.Tidak jarang orang dalam tahapan ini

dibawa ke ICCU (Unit Perawatan Jantung Intensif). Gejalanya

adalah sebagai berikut:

1) Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan karena

zat adrenalin yang dikeluarkan karena stres, cukup tinggi

dalam peredaran darah.

2) Sesak nafas, tersenggal-senggal.

3) Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.

4) Tenaga untuk hal-hal yang ringan tidak ada lagi.

5) Pingsan atau kolaps.

2.3.7 Faktor penyebab stress

a. Faktor individu

Adanya faktor individu berperan juga dalam mempengaruhi

stres.Dalam faktor individu kepribadian seseorang lebih

berpengaruh terhadap stres. Diamana kepribadian seseorang

akan menentukan seseorang mudah atau tidak mengalami

stres.

b. Faktor lingkungan
31

Lingkungan berpengaruh menimbulkan stres. Dimana tidak

adanya dukungan sosial terhadap seseorang maka tingkat stres

seseorang akan tinggi.

c. Faktor keluarga

Keluarga juga merupakan faktor penyebab stres yang dialami

seseorang karena disebabkan misalnya kondisi keluarga yang

tidak baik atau rusak.

2.3.8 Pencegahan stress

1. Kenali dan cari tahu penyebab stres yang Anda alami

2. Usahakan untuk mengendalikan stres itu dengan kegiatan yang

Anda sukai, bisa bersama keluarga maupun teman. Usaha

tersebut bisa dalam bentuk curhat, jalan-jalan maupun bermain,

sehingga Anda akan merasa lebih rileks dan bisa melupakan

stres yang Anda alami.

3. Membina kedewasaan Anda, baik dalam pola berfikir, tindakan,

sikap dan mental Anda, melalui pendidikan dan juga pengalaman

hidup Anda.

4. Mengembangkan pola hidup sehat, karena kegiatan sehat baik

olahraga, istirahat, pola makan, dan aktivitas yang Anda lakukan

bisa mempengaruhi kesehatan otak Anda. Apabila otak Anda

sehat, maka secara tidak langsung Anda akan mendapatkan

kekuatan mental untuk mengatasi stres yang Anda alami.

5. Hindari sikap negatif, baik dalam bentuk tingkah laku maupun

cara berfikir Anda.


32

6. Tidak mudah menyerah dan tetap berusaha.

7. Jangan pernah takut untuk mencoba.

2.3.9 DASS 42

DASS adalah kuesioner 42-item yang mencakup tiga

laporan diri skala dirancang untuk mengukur keadaan emosional

negatif dari depresi, kecemasan dan stres.Masing-masing tiga

skala berisi 14 item, dibagi menjadi sub-skala dari 2-5 item dengan

penilaian setara konten.Skala Depresi menilai dysphoria, putus

asa, devaluesi hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat /

keterlibatan, anhedonia, dan inersia.

Skala Kecemasan menilai gairah otonom, efek otot rangka,

kecemasan situasional, dan subjektif pengalaman mempengaruhi

cemas. Skala Stres (item) yang sensitif terhadap tingkat kronis non-

spesifik gairah. Ini menilai kesulitan santai, gairah saraf, dan yang

mudah marah/gelisah, mudah tersinggung / over-reaktif dan tidak

sabar.Responden yang diminta untuk menggunakan 4-point

keparahan/skala frekuensi untuk menilai sejauh mana mereka

memiliki mengalami setiap negara selama seminggu terakhir.

Kelebihan menggunakan DASS yaitu karena DASS lebih menuju

kepada penilaian tingkat strees nya dan DASS adalah

seperangkatskala subjektif yang dibentuk tidak hanya mengukur

secara konvensional mengenai status emosional, tetapi proses

yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, pengukuranyang

berlaku di manapun dari status emosional.


33

Skor untuk masing-masing responden selama masing-masing sub-

skala,sedangkan untuk penilaian DASS yaitu

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang


kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat


dipertimbangkan, atau lumayan sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, selalu atau sering sekali.

( DASS 42)

kemudian dievaluasi sesuai dengan keparahan rating indeks

dibawah:

a) Stres ringan : 0-14

b) Stres sedang : 15-28

c) Stres berat : 29-42

( Lovibond& Lovibond 2003 )


34

2.4 Hubungan Fungsi Keluarga Sebagai Pendidik Dengan Tingkat

Stress Pasien Post Recurrent Stroke Di Wilayah Puskesmas

Bareng

Konsep Hubungan Fungsi Keluarga Sebagai Pendidik

Dengan Tingkat Stress Pasien Post Recurrent Stroke yaitu agar bisa

mengetahui peran dan fungsi keluarga sebagai factor-fator sebagai

pemberi edukasi dan sebagai pemberi motivasi tentang bagaimana

pasien bisa tetap yakin untuk sembuh.


35

2.5 Kerangka konsep

Pasien Recurrent Stroke

Prognosa :
1. Kelumpuhan pada satu sisi tubuh.
2. Kelemahan pada satu sisi tubuh.
3. Masalah dengan berpikir, kesadaran,
perhatian, pembelajaran, penilaian, dan
Fungsi Keluarga Sebagai memori.
Pendidik 4. Gangguan memahami sesuatu.
5. Kesulitan mengendalikan atau
mengekspresikan emosi.
Indikator fungsi pendidik keluarga: 6. Mati rasa atau sensasi yang aneh.
1. Membantu mencegah 7. Nyeri di tangan dan kaki yang
kecacatan menjadi seminimal memburuk dengan perubahan gerakan
mungkin. dan suhu.
2. Melatih pasien mandiri dalam
melakukan kegiatan sehari-hari 8. Stress
3. Meningkatkan rasa percaya diri
pasien.
4. Mencegah terulangnya stroke.
Stress
Gejala Interpersonal
Gejala Kognitf
Gejala Emosional
Gejala fisikal

Tinggi: 11-15 Ringan : 0-14

Cukup: 6-10 Sedang : 15- 28

Kurang: 0-5 Berat : 29 - 42


36

Keterangan:

= diteliti

= tidak diteliti

= berpengaruh

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.5.1 Deskripsi Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep diatas dijelaskan bahwa Stroke berulang

atau Recurrent Stroke adalah serangan stroke yang kedua setelah

serangan pertama pada pasien stroke. Serangan stroke berulang dapat

mengakibatkan Kelumpuhan pada satu sisi tubuh, kelemahan pada satu

sisi tubuh, masalah dengan berpikir, kesadaran, perhatian, pembelajaran,

penilaian, dan memori, gangguan memahami sesuatu, kesulitan

mengendalikan atau mengekspresikan emosi, mati rasa atau sensasi

yang aneh, nyeri di tangan dan kaki yang memburuk dengan perubahan

gerakan dan suhu serta depresi. Fungsi keluarga sangat penting bagi

penanganan pasien post recurrent stroke, salah satunya adalah keluarga

sebagai fungsi pendidik. Indikator fungsi pendidik keluarga yaitu

membantu mencegah kecacatan menjadi seminimal mungkin, melatih

pasien mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari, meningkatkan rasa

percaya diri pasien, serta mencegah terulangnya stroke. Fungsi keluarga

sebagai pendidik dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan yaitu tinggi,

cukup dan kurang. Stress dapat timbul pada pasien post recurrent stroke

sehingga stress dapat terlihat dari munculnya beberapa gejala, yaitu


37

gejala interpersonal, gejala kognitif, gejala emosional, dan gejala fisikal

sehingga dari beberapa gejala itu stress dapat digolongkan menjadi tiga

tingkatan yaitu ringan sedang dan berat.


38

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga penelitian dapat memperoleh jawaban

terhadap perntanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasional

dengan menggunakan pendekatan cross sectional study, dimana

dilakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu

(Alatas et al, 2011).

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah tahapan atau langka-langka kegiatan

penelitian yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang diteliti

untuk mencapai tujuan penelitian (Setiadi, 2007). Kerangka kerja yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


39
Populasi : Seluruh keluarga pasien postrecurrent
stroke di wilayah kerja puskesmas Bareng Malang
sejumlah 32 orang.

Sampel :Seluruh keluarga pasien postrecurrent stroke


di wilayah kerja puskesmas Bareng Malang sejumlah
32 orang

Sampling :Total Sampling

Variabel bebas : Fungsi pendidikan


keluarga
Variabel terikat : stress

Instrumen : kuesioner
Variabel terikat : Tingkat stress

Pengolahan dan analisa data:


Editing, coding, scoring, tabulating, spearman rank

Penyajian hasil penelitian

Penyajian data

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Fungsi Keluarga Sebagai

Pendidik Dengan Tingkat Stress Pasien Post Recurrent Stroke


40

3.3 Populasi, sampel dan sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini

adalah keluarga pasien yang mengantar control dan pasien

postrecurrentstroke di wilayah kerja puskesmas Bareng Malang

sejumlah 32 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Ariani, 2014). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah keluarga pasienyang mengantar control dan

pasien post recurrent stroke di wilayah kerja puskesmas Bareng

Malang sejumlah 32 orang.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008).Sampling yang

digunakan pada penelitian ini adalah Total Sampling.Total sampling

yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2007)


41

3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam,

2008). Variabel dalam penelitian ini:

1. Variabel Independent

Variabel independent adalah variable yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini

yang menjadi variable independent adalah fungsi keluarga

sebagai pendidik.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini yang

menjadi variable dependent adalah Tingkat stress pasien post

recurrent stroke.
42

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Adalah uraian tentang batasan variable yang dimaksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo,2010).

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skor

Data

Variabel Fungsi suami dan istri. 1. Membantu mencegah Kuesioner Ordinal Skor:
kecacatan menjadi
independent : Tinggi: 11 - 15
seminimal mungkin
Fungsi keluarga 2. Melatih pasien mandiri Cukup:6-10
dalam melakukan
sebagai Kurang: 0 - 5
kegiatan sehari-hari
pendidik 3. Meningkatkan rasa
percaya diri pasien
4. Mencegah terulangnya
stroke
43

Varieabel Respon psikologis Kemampuan klien dalam Kuesioner Ordinal Ringan = 0 - 14

dependent : pasien setelah menjawab pertanyaan Sedang = 15 - 28

Tingkat stress mengalami serangan dengan benar tentang Berat = 29 – 42

pasien post stroke berulang atau stress pada DASS 42

recurrent stroke suatu kondisi ketegangan yang meliputi:

yang mempengaruhi 1. Jengkel pada hal kecil

emosi dan proses berpikir 2. Reaksi berlebihan

pada pasien post stroke. 3. Sulit rileks

4. Energy yang terbuang

percuma

5. Tidak sabaran

6. Menjengkelkan bagi

orang lain

7. Sulit mentolelir
44

gangguan

8. Tegang

9. Gelisah
45

3.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.5.1 Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008). Proses

pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dengan mengajukan

permohonan ijin kepada pihak-pihak terkait antara lain Direktur

Poltekkes RS dr. Soepraoen untuk meminta surat pengantar yang

ditujukan kepada Bakesbangpol, setelah mendapatkan surat ijin

dari Bakesbangpol tahap selanjutnya adalah meminta ijin ke Dinkes

Kota Malang dan dilanjutkan untuk diberikan pada kepala

Puskesmas Bareng untuk meminta ijin penelitian.

Untuk pengambilan data, sebelumnya peneliti melakukan

study pendahuluan untuk mengetahui berapa pasien post stroke

yang ada di puskesmas bareng yang terjadwal kontrol pada bulan

januari 2018. Setelah itu peneliti mulai mengumpulkan data dengan

didahului informed consent kepada responden setelah itu

memberikan kuesioner kepada pasien serta keluarga yang datang

ke puskesmas maupun ketika door to door sekaligus memberikan

penjelasan dan tujuan tentang kuesioner.

2. Instrumen pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan lembar kuesioner yang telah di setujui


46

dengan bimbingan peneliti. Lembar kuesioner ini digunakan untuk

mengetahui fungsi pendidikkeluarga dan tingkat stress pasien yang

mengalami stroke berulang.

3. Waktu dan tempat pengumpulan data

Waktu dan tempat penelitian dilaksanakan pada Bulan 1 Maret – 31

Mei

3.5.2 Analisa Data

Analisa data merupakan proses penghimpunan atau pengumpulan,

pemodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk memperoleh

informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan, dan

mendukung pembuatan keputusan (Widi, 2010). Langkah – langkah

analisa data sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang

dikunpulkan karna kemungkinan data yang masuk (raw data)

atau data ang terkumpul tidak logis dan meragukan. Tujuan

editing adalah utuk menghilangkan kesalahan yang terdapat

pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi ulang untuk

memastikan bahwa data terkumpul, peneliti melakukan koreksi

ulang untuk memastikan bahwa data yang masuk benar agar

tidak terjadi kesalahan pada proses selanjutnya.

2. Coding

Coding adalah pemberian kode pada setiap lembar jawaban

yang terkumpul pada lembar observasi untuk memudahkan


47

proses pengumpulan data. Pengkodean dalam penelitian ini

dilakukan untuk mengubah identitas responden dengan

memberikan pengkodean berupa angka pada tiap responden.

Peneliti memberikan kode pada masing-masing data umum

seperti berikut:

1) Coding untuk jenis kelamin

a) Laki-laki diberikan kode: 1

b) Perempuan diberikan kode: 2

2) Coding untuk usia

a) <50 tahun diberikan kode: 1

b) >50 tahun diberikan kode: 2

3) Coding untuk pekerjaan

a) Petani diberikan kode: 1

b) PNS diberikan kode: 2

c) Pensiunan diberikan kode: 3

d) Wiraswata diberikan kode: 4

e) IRT diberikan kode: 5

4) Coding untuk pendidikan

a) SD diberikan kode: 1

b) SMP diberikan kode: 2

c) SMA diberikan kode: 3

3. Scoring

Pemberian nilai atau skor pada tiap variabel penelitian


(Nursalam, 2013) pemberian skor ini pada data khusus yaitu:
1) Scoringuntuk fungsi pendidikan keluarga
48

a) Tinggi diberikan skor :11-15


b) Cukup diberikan skor :6-10
c) Kurang diberikan skor :0-5
2) Scoringuntuk tingkat stress
a) Ringan diberikan skor : 0-14
b) Sedang diberikan skor : 15-28
c) Berat diberikan skor : 29-42

4. Tabulating

Setelah data terkumpul, maka untuk memudahkan proses

selanjutnya peneliti menyajikan data dalam bentuk tabel yang

berisi data dasar yang dianalisis baik data karakteristik

responden maupun data inti mengenai hasil pengukuran fungsi

pendidikan dan tingkat stress

3.5.3 Uji statistika

Tahap analisis penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan

analisis bivariat.Analisis univariat berfungsi untuk meringkas

kumpulan data hasil pengukuran sehingga kumpulan data tersebut

berubah menjadi informasi yang berguna.Dalam penelitian ini

analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel.

Jenis analisis yang kedua adalah analisis bivariat yang berupa

analisis terhadap dua variabel yang diduga saling berhubungan.

Penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan

derajat kepercayaan 95% dimana nilai α=0,05; bermakna bila

p<0,05 maka penelitian yang dilakukan ada hubungan tetapi jika


49

p>0,05 maka penelitian tidak ada hubungan. Pengolahan data

menggunakan komputer dengan program SPSS 22for Windows.

R = 0,0 – 1,00

Tabel kolerasi spearman

Nilai Makna
0,00 – 0,19 Sangat rendah/sangat lemah
0,20 – 0,39 Rendah/lemah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Tinggi/kuat
0,80 – 1,00 Sangat tinggi/kuat

3.5.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian dilaksanakan padaBulan Januari di

Puskesmas Bareng Malang

3.6 Etika Penelitian

Peneliti menggunakan berbagai pertimbangan etik dalam proses

penelitian. Pertimbangan etik digunakan untuk melindungi responden

dari berbagai masalah etik yang mungkin muncul selama penelitian

berlangsung. Pertimbangan etik yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan pada pedoman etika penelitian yang dikemukakan oleh

Arikunto (2010) yaitu:

1. Prinsip Self Determination

Prinsip self determination memberikan kebebasan kepada

responden untuk berhak membuat keputusan atas dirinya sendiri,


50

dilakukan dengan secara sadar dan dipahami dengan baik, atau

bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian

ini dan untuk berhenti dari penelitian ini. Dalam prinsip ini, hak

sepenuhnya diberikan kepada responden. Peneliti akan

memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan proses

penelitian kepada responden. Penjelasan akan dikemukakan

secara verbal dalam bentuk tertulis sehingga dapat dipahami

dengan jelas, kemudian apabila respon dan menyetujui, maka

sebagai bentuk persetujuan, responden diminta menandatangani

informed consent yang telah disediakan oleh peneliti.

2. Prinsip privacy dan dignity

Prinsip privacy dan dignity yaitu memberikan keleluasaan kepada

responden untuk dihargai terhadap apa yang telah dilakukan dan

apa yang dilakukan kepada responden, untuk mengontrol apa dan

bagaimana informasi tentang responden diketahui orang lain.

Peneliti akan melakukan prinsip privacy dan dignity dengan

mematuhi keputusan yang telah disepakati antara peneliti dengan

responden. Peneliti akan memenuhi prinsip ini dengan melakukan

pengambilan data pada waktu yang disetujui responden. Peneliti

hanya akan menunjukkan hasil pengambilan data kepada

pembimbing akademik sebagai proses penyusunan laporan.

3. Prinsip anonymity

Prinsip anonymity yaitu memberikan kerahasiaan dalam

menyertakan nama responden. Peneliti akan melakukan prinsip ini


51

dengan tidak mencantumkan nama partisipan tetapi dengan

mencantumkan kode dan tidak akan mencantumkan alamat

responden pada hasil pengambilan data.

4. Prinsip confidentiality

Confidentiality yaitu prinsip memberikan jaminan kerahasiaan data

atau informasi yang telah disampaikan oleh partisipan dan hanya

menggunakannya untuk kepentingan penelitian. Prinsip tersebut

diwujudkan dengan memberikan penjelasan bahwa peneliti akan

menjamin kerahasiaan data responden dan meyakinkan bahwa

lembar observasi akan didokumentasikan sendiri oleh peneliti.

5. Prinsip protection from discomfort

Protection from discomfort yaitu melindungi responden atas ketidak

nyamanan saat dilakukan penelitian. Prinsip-prinsip etik yang telah

dijelaskan merupakan hak-hak responden dalam penelitian dan

akan dituangkan ke dalam bentuk pernyataan persetujuan

(informedconsent). Pernyataan ini dipergunakan untuk

mengevaluasi kesediaan.

3.7 Keterbatasan

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan keterbatasan penelitian

berupa kurang terbuka nya pasien dan keluarga dalam memberikan

informasi, dan menemui pasien tidak dalam satu lokasi.


52

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Bareng berdiri pada tahun 1982, berdasarkan inpers

tahun 1975 yang terletak di jalan Bareng Tenes gang IV A nomer 639

Malang, dengan wilayah kerja Puskesmas Bareng meliputi : Kelurahan

Bareng, Gading kasri, Kasin, Sukoharjo, Pisang Candi, dan Kelurahan

Karang Besuki.

Pada tahun 1988 wilayah tersebut mengalami perubahan karena

adanya pemekaran wilayah Kota Malang sehingga hanya meliputi :

Kelurahan Bareng, Kelurahan Gading Kasri, Kelurahan Kasin, dan

Kelurahan Sukoharjo. Pada tahun 1997 Puskesmas Bareng mempunyai

atau membuka puskesmas pembantu Galunggung di Kelurahan Gading

kasri.
53

4.2 Data Umum

Pada data umum penelitian akan di diskripsikan tentang data

responden meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan pada pasien

post recuren stroke.

4.2.1 Tabel Data Umum Responden Tingkat Stres

Data Frekuensi Jumlah (%)


JenisKelamin
 Laki-Laki 19 59
 Perempuan 13 41
Usia
 <50 5 16
 >50 27 84
Pekerjaan
 Petani 3 9
 PNS 1 3
 Pensiunan 4 13
 Wiraswasta 9 28
 IRT 8 25
 Lain-Lain 7 22
Pendidikan
 SD 12 38
 SMP 10 31
 SMA 6 19
 PerguruanTinggi 4 12

Total 32 100
(Sumber: Data Primer, 2018)

Berdasakan tabel di atas sebagian besar responden berjenis kelamin

laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (59%) dan hampir sebagian berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 13 orang (41%). Berdasarkan tabel di

atas sebagian besar responden berumur >50 tahun sebanyak 27 orang

(84%) dan sebagian kecil berumur <50 tahun sebanyak 5 (16%).

Berdasarkan tabel di atas hamper setengahnya bekerja sebagai


54

Wiraswasta berjumlah 9 (28%) dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS

berjumlah 1 (3%). Berdasarkan tabel diatas diketahui hamper

setengahnya berpendidikan SD berjumlah 12 (38%) dan sebagian kecil

berpendidikan perguruan tinggi berjumlah 4 (13%).

4.2.2 Tabel Data Umum Fungsi Pendidikan Keluarga

Data Frekuensi Jumlah (%)


JenisKelamin
 Laki-Laki 12 38
 Perempuan 20 62
Usia
 <50 5 16
 >50 27 84
Pekerjaan
 Petani 1 3
 PNS 2 6
 Pensiunan 10 31
 Wiraswasta 6 19
 IRT 13 41
Pendidikan
 SD 20 62
 SMP 3 6
 SMA 10 31
Data
Respondenkeluargasebagaipendidik
 Suami 13 41
 Istri 19 59

Total 32 100
(Sumber: Data primer, 2018)

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar keluarga berjenis kelamin

laki-laki yaitu sebanyak 13 orang (41%) dan hampir setengahnya jenis

perempuan yaitu sebanyak 19 orang (59%). Pada usia keluarga dijelaskan

pada tabel diatas keluarga yang berusia >50 hampir seluruhnya sebanyak

27 orang (84%) dan sebagian kecil berusia <50 sebanyak 5 orang (16%).

Pada tabel pekerjaan keluarga didapatkan hasil diatas sebagian besar 13


55

orang (41%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan sebagian kecil

sebanyak 1 orang (3%) bekerja sebagi petani. Sedangkan pada

pendidikan keluarga sebagian besar 20 orang (63%) berpendidikan SD,

dan sebagian kecil berpendidikan SMP sebanyak 3 orang (6%). Pada

tabel diatas data responden anggota keluarga sebagai pendidik sebagian

besar adalah istri sebanyak 19 orang (59%) sedangkan sebagian kecil

anggota keluarga

Sebagai pendidik sebanyak 13 orang (41%)

4.3 Data Khusus

Pada data khusus penelitian akan didiskripsikan tentang data

responden meliputi variabel fungsi pendidikan keluarga, variable tingkat

stres, tabel silang fungsi pendidikan keluarga dengan tingkat stres pada

pasien post recuren stroke


56

4.3.1 Tabel Fungsi keluarga sebagai Pendidik dan Tingkat Stres

Data Frekuensi Persentase (%)


Fungsi keluarga sebagai pendidik
 Tinggi 16 50
 Cukup 14 44
 Kurang 2 6
Tingkat Stress
 Ringan 6 19
 Sedang 15 47
 Berat 11 34
Total 32 100
(Sumber: Data Primer, 2018)

Berdasarkan tabel diatas diketahui setengahnya yang memiliki

pendidikan tinggi sebanyak 16 (50%) dan sebagian kecil yang memiliki

pendidikan kurang sebanyak 2 (6%). Berdasarkan tabel di atas diketahui

hamper setengahnya memiliki tingkat stress sedang 15 (47%) dan

sebagian kecil memiliki tingkat stress ringan 6 (19%).


57

4.3.2 Tabel Tabulasi silang fungsi keluarga sebagai pendidik dengan

tingkat stress

Tingkat Ringan Sedang Berat


stres Total
Tingkat F (%) F (%) F (%)
Pndidkan
6 18,8 0 0,0 0 0,0 18,8%
Tinggi

Cukup 1 3,1 11 34,4 3 9,4 46,9%

Kurang 3 9,4 1 3,1 7 21,9 34,4%


Jumlah 10 12 10 100,0%

Dari tabel diatas didapatkan data bahwa responden memiliki fungsi

pendidikan kurang mayoritas tingkat stress yang sedang sejumlah 34%

disisi lain mereka yang mengalami fungsi pendidikan kurang mengalami

tingkat stress yang berat dengan ini menunjukkan adanya dugaan

pengaruh yang csearah antara fungsi pendidikan dan stress, namun

didapatkan data bahwa ada 3 orang responden dengan tingkat fungsi

pendidikan yang kurang namun memiliki tingkat stress yang ringan.

4.3.3 Tabel Hasil Uji Statistik

Variabel I P-Value r Jumlah Variabel II

Fungsi pendidikan 0,002 0,534 32 Tingkat stress

Spearman rank

Berdasakan tabel 4.3.3 diatas didapatkan nilai koofesien korelasi

sebesar 0,534 dan nilai sig-2 tailed 0,002 dimana nilai sig <α (0,000 <
58

0,005) sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan antara fungsi

keluarga sebagai pendidik dan tingkat stress pada pasien post recurrent

stroke di Puskesmas Bareng Kota Malang. Nilai korelasi Spearman (r)

sebesar (+) 0,0534 yang menujukkan bahwa korelasi (r) bersifat positif

atau searah yang artinya semakin besar nilai satu variable semakin besar

pula nilai variable lainnya dan berkekuatan kuat. Maka fungsi keluarga

sebagai pendidik sangatlah berpengaruh terhadap tingkat stress pada

pasien recurrent stroke.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Fungsi keluarga sebagai Pendidik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 32 responden di

wilayah puskesmas bareng didapatkan hasil Fungsi keluarga sebagai

pendidik yang tinggi sebanyak 16 orang ( 50% ), cukup berjumlah 14

orang ( 44% ), kurang berjumlah 2 orang ( 6% ). Menurut Idayati (2010)

fungsi pendidikan keluarga mempengaruhi tingkat stress pada pasien

recurrent stroke, dimana keluarga tidak hanya menerima keadaan

anggota keluarga yang mengalami recurrent stroke tetapi juga membantu

memenuhi kebutuhannya. Keluarga merupakan perkumpulan dua orang

atau lebih individu yang hidup bersama dalam keterikatan, emosional dan

setiap individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga (Fatimah, 2010). Menurut families (2010), fungsi keluarga adalah

ukuran dari bagaimana sebuah keluarga beroperasi sebagai unit dan

bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini


59

mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga dan kualitas hubungan

keluarga. Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas kesehatan dan

kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Jenis kelamin, usia, pekerjaan

pendidikan mempengaruhi fingsi keluarga dalam mendidik Keluarga

anggota keluarga yang mengalami stroke. Jenis kelamin merupakan

identitas dari individu, pria lebih sulit untuk menghadapi suatu situasi

untuk berfikir apabila sedang menghadapi suatu masalah, mereka lebih

terfokus terhadap satu masalah saja (I tasks I think), dan hal ini berbeda

dengan wanita yang mampu menampung semua masalah dan berfikir

untuk setiap masalahnya sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita lebih

mempunyai sifat yang tenang untuk mengarahkan atau mendidik

keluarganya untuk menghadapi stress. Usia juga merupakan salah satu

dominan penting yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

dalam hidupnya, semakin tua seseorang maka akan semakin banyak

pengalaman yang dijalani orang tersebut namun daya ingat mulai

menurun, tetapi jika masih dalam rentan usia muda rata-rata kemampuan

seseorang dalam menerima informasi lebih mudah karena daya ingatnya

masih baik. . Pekerjaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan

seseorang sehingga dapat menyita banyak waktu dan tantangan, pada

anggota keluarga yang merawat pasien dan memiliki pekerjaan akan

berkurang waktu dan tenaga untuk memberikan pendidikan kepada

keluarga yang sakit. Dan pendidikan pada keluarga yang memiliki

pendidikan yang tinggi akan lebih mudah dalam memberikan pendidikan


60

atau pengetahuan kepada keluarga yang sakit.Didaktika.Vol. XII, No 2

(2012).

Menurut peneliti didapatkan hasil bahwa, setengahnya yang memiliki

fungsi pendidikan tinggi sebanyak 16(50%) dan sebagian kecil yang

memiliki fungsi pendidikan kurang sebanyak 2(6%). Keluarga yang

memeliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima

informasi dibandingkan dengan keluarga yang kurang.

4.4.2 Tingkat Stress

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 32 responden

di wilayah puskesmas bareng didapatkan hasil tingkat stress pasien

sebanyak 6 orang ( 19% ), sedang 15 orang ( 47% ), berat 11 orang ( 34%

) . Pasien yang memiliki tingkat stress ringan cenderung memiliki keluarga

yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, begitupun sebaliknya

pasien yang memiliki tingkat strees yang tinggi mempunyai keluarga yang

berpendidikan kurang.

Menurut Abdullah (2007) fisik dan psikis seseorang yang tidak

dapat berfungsi secara normal. Stres juga dapat terjadi setiap saat

terhadap seseorang tanpa mengenal jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan

pendidikan. Jenis kelamin merupakan identitas dari individu, pria lebih sulit

untuk menghadapi suatu situasi untuk berfikir apabila sedang menghadapi

suatu masalah, mereka lebih terfokus terhadap satu masalah saja, dan hal

ini berbeda dengan wanita yang mampu menampung semua masalah dan

berfikir untuk setiap masalahnya sehingga dapat disimpulkan dapat


61

diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan stress diantara pria dan

wanita. Usia juga merupakan salah satu dominan penting yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam hidupnya, semakin

tua seseorang maka akan semakin banyak pengalaman yang dijalani

orang tersebut, semakin bertambahnya usia maka tingkat beban pikiran

semakin banyak sehingga dapat menimbulkan tingkat stress. Pekerjaan

merupakan kegiatan yang harus dilakukan seseorang sehingga dapat

menyita banyak waktu dan tantangan, berdasarkan pekerjaan ditemukan

bahwa yang bekerja mudah mengalami tingkat stress lebih tinggi

dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Pada pendidikan semakin tinggi

pendidikan formal maka semakin mudah seseorang menerima informasi

dan melakukan pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan, secara tidak

langsung pernyataan tersebut menerangkan bahwa dengan tingginya

tingkat pendidikan orang tua dapat dengan mudahnya unruk mampu dan

mengerti dan memahami setiap diagnosis yang telah dijelaskan oleh

dokter dan melaksanakan perawatan sesuai dengan anjuran yang telah

diberikan. Maupun Kedudukan dan jabatan turut menyumbang

keberadaan stress dalam kehidupan seseorang. Jenis kelamin. Menurut

Psychology Foundation of Australia (2010) tingkatan stress dibagi menjadi

3 yaitu ringan, sedang, berat. Menurut peneliti dari hasil penelitian

diketahui bahwa pada pasien recurrent stroke memiliki tingkat stroke

sedang lebih banyak dari pada tingkat stress ringan.


62

4.4.3 Hubungan fungsi keluarga sebagai pendidik dengan tingkat

stress

Dari hasil analisa hubungan antara fungsi keluarga sebagai

pendidik dengan tingkat stress dengan menggunakan uji spearman rank

dengan SPSS didapatkan hubungan antara dua variable fungsi

pendidikan dan tingkat stress pada pasien recurrent stroke di wilayah

puskesmas Bareng Malang didapatkan nilai p-value sebesar 0,002

dimana kurang dari batas kritis penelitian 0,0534 sehingga keputusan

hipotesis yaitu terdapat hubungan fungsi keluarga sebagai pendidik

dengan tingkat stress padapasien post recurrent stroke.

Menurut sepvia (tahun, 2013) stroke merupakan penyakit bahaya

dan menyebabkan kematian, sehingga keluarga menjadi cemas akan

keadaan yang bisa berubah setiap saat. Kecemasan yang dialami oleh

keluarga pasien kemungkinan disebabkan karena kurangnya

pengetahuan dan informasi tentang perkembangan atau kondisi anggota

keluarga yang teserang stroke. Tingginya tingkat stress ini umumnya

disebabkan oleh kurangnya fungsi pendidikan keluarga. Terjadinya

serangan stroke berulang pada penderita stroke umumnya dipicu dari

psikologis pasien yang merasa menyerah terhadap penyakit dan kondisi

tubunhya yang mengalami kecacatan atau kelumpuhan jangka panjang

pasca stroke, sehingga penderita tidak dapat melakukan aktivitas dan

berperan seperti sebelumnya. Rendahnya motivasi dan harapan sembuh

penderita serta kurangnya pengetahuan keluarga dalam menangani


63

stroke berulang sangat berpotensi menimbulkan bebandan berujung pada

stress (kumolohadi, 2009).

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Hartati, (2013) didapatkan bahwa dari 78 fungsi keluarga sebagai pendidik

terdapat 45 (57,7%) memiliki fungsi keluarga sebagai pendidik dengan

kategori baik, sebanyak 30 responden (36,5%) memiliki fungsi keluarga

sebagai pendidik dengan kategori cukup, dan sebanyak 3 responden

(3,8%) memiliki fungsi keluarga sebagai pendidik dengan kategori kurang.

Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri

Puji S mengenai Hubungan antara fungsi keluarga sebagai pendidik

dengan tingkat stress pada pasien post reccurent stroke di Rumah Sakit

Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2008 bahwa sebagian besar

responden 88,0% memiliki fungsi keluarga sebagai pendidik yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa dalam fungsi keluarga juga terdapat

beberapa faktor pendukung diantaranya adalah motivasi keluarga, dan

ada juga faktor lain yaitu dari penderita stroke sendiri contohnya motivasi

internal (diri sendiri) dan paparan informasi yang memadai atau tidak, dan

dari peniliti bahwa fungsi keluarga sebagai pendidik memiliki hubungan

terhadap tingkat stress pada pasien stroke.


64

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Fungsi keluarga sebagai pendidik di wilayah puskesmas Bareng

bahwa setengahnya memiliki pendidikan tinggi yaitu sebanyak 16

orang (50,0%) dan sebagian kecil yang memiliki pendidikan kurang

sebanyak 2 orang (6,3%).

2. Tingkat stress pasien post recurrent stroke di wilayah puskesmas

Bareng bahwa hampir setengahnya memiliki tingkat stress sedang

15 orang (46,9%) dan sebagian kecil memiliki tingakat stress ringan

6 orang (18,8%).

3. Ada Hubungan fungsi keluarga sebagai pendidik dengan tingkat

stress pasien post recurrent stroke di wilayah puskesmas Bareng

yang di uji statistik menggunakan Spearman Rank dengan p-value

sebesar 0,002

5.2 Saran

Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian

yang ditemukan sebagai berikut:

1. Bagi Keluarga

Perlu ditingkatkan kembali kesadaran keluarga untuk mengetahui

informasi tentang stroke meliputi pengertian, penyebab serta cara


65

perawatan pasien stroke agar dapat mengurangi tingkat stress dari

anggota keluarga yang menderita stroke

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan tema serupa

agar menambahkan alat ukur atau instrument yang berkaitan

dengan tema agar data yang didapat lebih valid serta

memungkinkan untuk dikaji faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi tingkat stress pada pasien post recurrent stroke


66

DAFTAR PUSTAKA

Yastroki.(2007). Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam. [internet]. [cited


2017 Maret 20] Diaksespada
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=317.
Setiadi.(2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta
:Graha Ilmu.
Nursalam.(2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam.(2010). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta,
Rineka Cipta
Arikunto.(2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta:Rineka Cipta
Widi, Restu K. (2010). Asas Metodologi Penelitian : Sebuah Pengenalan
dan
Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian.
Yogyakarta: GrahaIlmu.
Ariani, A.P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Sugiyono (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv.
Alatas, et al., (2011). Desain penelitian. Dalam :Sastroasmoro,
Sudigdodan
Sofyan Ismael, (2011). Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta:
Sagung Seto, 112.
Sarafino, E. P. (2008). Health Psychology, Byopsychosocial Interactions
(6thed.). New York: John Wiley & Sons Inc.Smet, B. (1994). Psikologi
Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia.
Australian Psychological Society. Stress and wellbeing in Australia survey
2014. https://www.psychology.org.au/Assets/Files/2014-APS-NPW-
Survey-WEB-reduced.pdf. 2014.
67

Harmoko, (2016) Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Pustaka


Pelajar
Fred C. Pampel, Patrick M. Krueger, and Justin T. Denney, (2010).
Socioeconomic Disparities in Health Behaviors. Annu Rev
Sociol.August; 36: 349–370.
Palmer, A. (2007). Tekanan darah tinggi.Alih bahasa Elizabeth Yasmine.
Penerbit Erlangga
Abdul Azis Wahab. (2009). Motodedan Model-Model Mengajar.Bandung:
Alfabeta.
Mubarak. Wahid Iqbal. (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta :Graha
Ilmu. (2007). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika
Handayani & Dewi. (2009). Analisis Kualitas Hidup Penderita dan
Keluarga Pasca Serangan Stroke (dengan gejala sisa). Diunduh di
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71093544_1693-1076.pdf
pada tanggal 25 November 2012.
American Heart Association, (2013).Congenital Cardiovascular Defect.
WHO. (2010). Medicine: Rational Use of Medicines. World Health
Organization Media Centre. www.who.int. Diaksespada 31 Maret
2013
Pinzon & Asanti, (2010).Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan,
Perawatan dan Pencegahan. Yogyakarta : CV. Andi Offset
Setiadi.(2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
CaplanL.R. (2009). Stroke a clinical approach.4 th edition. Saunders
Elsevier. USA.
68

Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Bulan ke-


1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Penyusunan x x
proposal
2. Penyusunan X
instrumen
3. Seminar proposal x

4. Perbaikan proposal x

5. Persiapan lapangan X

6. Uji coba instrumen X

7. Pengumpulan data X

8. Pengelolaan data X X
9. Analisa data x
10. Penyusunan laporan x X
11. Uji sidang x
69

Lampiran 2
Surat Studi Pendahuluan
70

Lampiran 3
Surat Penelitian
71

Lampiran 4
Surat Balasan
72

Lampiran 5
Lembar Konsul
73
74

Lampiran 6
Lembar Permohonan Menjadi Responden

Saya mahasiswi Prodi Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen


yang bernama Enggar Sukma Alifianandha, mengharap partisipasi anda
dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Fungsi Keluarga Sebagai
Pendidik Dengan Tingkat Stres Pasien Post Recurrent Stroke Di Wilayah
Puskesmas Bareng”.
Saya berharap bapak/ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini dimana akan dilakukan wawancara yang terkait dengan
penelitian ini dan juga mengharapkan tanggapan dan jawaban yang
diberikan sesuai dengan keluhan yang bapak atau ibu rasakan tanpa
dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan
identitas bapak/ibu atas informasi yang anda berikan hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Setelah anda membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas,
maka saya mohon untuk mengisi nama, umur, jenis kelamin dan tanda
tangan di bawah ini. Tanda tangan di bawah ini, menunjukkan anda telah
diberi informasi dan menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Nama : (L/P)

Umur :

Malang, 2017
Responden

(..........................................)
77

Lampiran 7
Lembar Persetujuan Sebagai Partisipan

Saya yang bertanda tangan di bawahini :

Nama :

Umur :

JenisKelamin :

Alamat :

Setelah saya membaca maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka

saya dengan sadar menyatakan bahwa saya setuju diikutsertakan dalam

penelitian yang berjudul “Hubungan Fungsi Keluarga Sebagai Pendidik

Dengan Tingkat Stres Pasien Post Recurrent Stroke Di Wilayah

Puskesmas Bareng. Dengan catatan bila sewaktu waktu merasa dirugikan

dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya percaya

apa yang saya respon dijamin kerahasiaannya.

Malang, 2017

Peneliti Responden

Enggar Sukma Alifianandha


NIM 15.1.140 (.........................................................)
78

Lampiran 8
KISI-KISI KUISIONER
Kisi-kisi Kuesioner Fungsi Keluarga

No KISI-KISI NOMOR SOAL


Membantu mencegah kecacatan
1. 1,2,12,
menjadi seminimal mungkin
Melatih pasien mandiri dalam
2. 4
melakukan kegiatan sehari-hari
Meningkatkan rasa percaya diri
3. 6
pasien
4. Mencegah Terulangnya stroke 3,5,7,8,9,10,11,13,14,15
Kisi-kisi Kuesioner Stress

No KISI-KISI NOMOR SOAL


1. Jengkel padahal kecil 1,4
2. Reaksi berlebihan 2,7,11
3. Sulit rileks 3,8
4. Energi yang terbuang percuma 5
5. Tidak sabaran 6
6. Menjengkelkan bagi orang lain 9
7. Sulit mentolerir gangguan 13
8. Tegang 10

9. Gelisah 12,14
79

Lampiran 9 Kuesioner (Fungsi Keluarga dan Tingkat Stress)

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah anda mengetahui tentang penyakit dan penyebab stroke?
2. Apakah keluarga memberikan informasi kepada pasien dalam
pencegahan kecacatan pasca stroke?
3. Apakah keluarga mengetahui tentang tanda gejala stroke?
4. Apakah keluarga mendidik pasien dengan cara melakukan aktifitas
sehari-hari?
5. Apakah keluarga mengetahui cara perawatan stroke?
6. Apakah keluarga pernah memberikan motivasi kepada pasien?
7. Apakah keluarga mengetahui tentang pencegahan tentang stroke
berulang?
8. Apakah keluarga memberikan penjelasan tentang stroke pada
pasien?
9. Apakah keluarga memahami tentang kepatuhan pemberian obat
pada pasien stroke?
10. Apakah keluarga mengetahui tentang penyebab stroke yang dialami
pasien saat ini?
11. Apakah keluarga mengetahui cara mengontrol kadar tekanan darah
pada pasien?
12. Apakah keluarga memahami tentang penangan yang diberikan pada
kekambuhan pasien stroke?
13. Apakah keluarga mendapatkan informasi tentang stroke?
14. Apakah keluarga mendapatkan penjelasan dari layanan kesehatan?
15. Apakah keluarga memiliki akses informasi dari orang lain tentang
stroke?

Bagian II. Kuesioner Tingkat Stress


80

Petunjuk:
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup
sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap
pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau
lumayan sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, selalu atau sering sekali.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara
memberi tanda ceklis (√) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak
ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan
keadaan diri Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan
jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.

No PERNYATAAN TP K S SS

Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena


1
hal-hal sepele.
Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
2
situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai.
4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
5
merasa cemas.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
6 mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).
7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu
81

membuat saya kesal.


Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan
11
terhadap hal yang sedang saya lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
13 menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan.
14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
82

Lampiran 10
Lembar Hasil Penelitian
Data Umum Keluarga Pasien
Fungsi
jenis
Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Pendidikan
kelamin
Keluarga
Tn A L 30 PNS SMA Kurang
Tn A L 56 Pensiunan SD Kurang
ny m P 58 IRT SD Kurang
tn j L 62 Pensiunan SMA Kurang
ny l P 53 IRT SD Kurang
ny l P 46 Wiraswasta SD Kurang
ny k P 57 IRT SD Kurang
tn b L 51 Petani SD Cukup
tn j L 58 Pensiunan SMA Kurang
tn h L 61 Wiraswasta SD Kurang
ny a P 63 Wiraswasta SD Tinggi
ny a P 66 Wiraswasta SD Kurang
ny a P 70 Pensiunan SD Cukup
tn l L 42 PNS SMA Tinggi
ny k P 68 Wiraswasta SD Tinggi
ny l P 53 Wiraswasta SD Cukup
ny u P 56 IRT SD Tinggi
tn b L 54 Pensiunan SMA Kurang
ny m P 42 IRT SMA Cukup
ny a P 57 IRT SD Cukup
tn d L 63 Pensiunan SMA Cukup
ny s P 66 IRT SD Cukup
tn y L 61 Pensiunan SD Tinggi
tn a L 62 Pensiunan SD Tinggi
ny a P 44 IRT SMA Tinggi
ny m P 60 IRT SD Cukup
ny i P 61 IRT SD Kurang
ny i P 65 IRT SD Kurang
ny l P 62 IRT SD Kurang
ny k P 58 Pensiunan SMA Kurang
tn u L 56 Pensiunan SD Kurang
ny a P 59 IRT SMA Cukup
83

Data Umum Pasien


Jenis Tingkat
Nama kelamin Umur Pekerjaan Pendidikan strees
Ny.s p 30 PNS SMA Sedang
Ny.s p 30 Wiraswasta SMA Sedang
Tn.k L 30 Wiraswasta SMA Sedang
Ny.n P 45 PNS SMP Sedang
Tn.s L 45 PNS SMA Sedang
Tn.t L 56 Pensiunan SMA Sedang
Tn.s L 36 Petani SMA Sedang
Ny.s P 45 Petani SMA Sedang
Ny.s P 47 Wiraswasta SMA Sedang
Ny.s P 40 Wiraswasta SMA Sedang
Tn.s L 32 Wiraswasta SMA Sedang
Tn.s L 38 Wiraswasta SMA Sedang
Tn.s L 44 PNS SMP Sedang
Ny.m P 55 IRT SMA Rendah
Tn.j L 54 Wiraswasta SMP Rendah
Tn.s L 57 Wiraswasta SMP Rendah
Tn.k L 38 Wiraswasta SD Rendah
Ny.t P 41 IRT SD Rendah
Tn.p L 48 Wiraswasta SMP Rendah
Tn.s L 51 Wiraswasta SMA Rendah
Ny.s P 34 IRT SD Sedang
Tn.w L 47 Wiraswasta SMA Sedang
Ny.n P 58 IRT SMP Sedang
Ny.y P 41 IRT SMP Sedang
Tn.t L 32 Wiraswasta SMP Berat
Tn.a L 46 Wiraswasta SMA Berat
Tn.k L 33 Wiraswasta SD Berat
Tn.k L 49 Wiraswasta SD Berat
Tn.w L 39 Wiraswasta SMP Berat
Tn.e L 55 Pensiunan SMP Sedang
Ny.f P 42 IRT SMP Berat
Tn.h L 50 Pensiunan SMA Berat
84

Lampiran 11
Tabel SPSS

FungsiPendidikanKeluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 16 50.0 50.0 50.0

Cukup 14 43.8 43.8 93.8

Kurang 2 6.3 6.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

FungsiPendidikanKeluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 16 50.0 50.0 50.0

Cukup 14 43.8 43.8 93.8

Kurang 2 6.3 6.3 100.0

Total 32 100.0 100.0


85

Lampiran 12
Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai