Pembimbing :
dr. Lita Farlina, Sp. A, M. Biomed
Disusun Oleh :
Ilham Agustio
1102015094
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas penulisan laporan kasus ini
tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Maka dari itu penulis
mengucapkan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyusun
tugas laporan kasus ini, terutama kepada dr. Lita Farlina, Sp. A, M. Biomed yang telah
memberikan bimbingan dan waktu kepada penulis ditengah kesibukan dan padatnya
aktivitas beliau.
Dalam penulisan ini, penulis sadar masih banyak sekali kekurangan diberbagai
hal. Maka dari itu penulis berharap kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran
kepada penulis, demi memperbaiki penulisan tugas laporan kasus ini. Dan semoga tugas
ini dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Ilham Agustio
Penyusun
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MFF
Umur : 7 thn/ 10 bln/ 26hr
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Wonogiri, 11 Juni 2011
Alamat : Cikeusal
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 06 Mei 2019
Tanggal Keluar RS : 10 Mei 2019
Ruang Rawat : Flamboyan 2
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 06 Mei 2019
Keluhan Utama
Demam
Keluhan Tambahan
Batuk, pilek, muntah, pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang bersama
orangtuanya dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam
pertama muncul pada pagi hari serta muncul secara tiba-tiba dan tinggi selama 4 hari,
pasien tidak mengeluhkan sesak dan tidak ada cairan keluar dari telinga. Lalu pasien
dibawa ke Puskesmas terdekat dan di puskesmas pasien mengalami muntah 1 kali,
muntah timbul setelah pasien mengalami batuk. Pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak, dahak berwarna putih. Serta BAB dan BAK normal.
2
Selain keluhan diatas pasien juga mengalami pusing apabila berdiri dan nafsu
makan terganggu. Riwayat kejang disangkal serta tidak ada perdarahan aktif. Riwayat
berpergian keluar kota (-) dan riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis (-).
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : Nadi : 102 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 38,4 oC (axilla)
TD : 110/70 mmHg
Berat Badan : 20 kg
Tinggi Badan : 116 cm
Lingkar Kepala : 52 cm
Status Gizi : BMI : 15 (Normal)
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal
Wajah : Simteris, Deformitas (-)
Mata:
1. Exophthalmus : Tidak ada
2. Enopthalmus : Tidak ada
3. Edema kelopak : Tidak ada
4. Konjungtiva anemi : -/-
5. Sklera ikterik : -/-
6. Pupil : isokor
7. Refleks cahaya : langsung (+/+) tidak langsung (+/+)
Telinga:
1. Bentuk : Normotia
2. Pendengaran : Dalam batas normal
3. Darah & sekret : Tidak ditemukan
4. Nyeri Tekan : Tidak ada
Hidung:
1. Bentuk : Normotia
2. Napas cuping hidung : Tidak ditemukan
4
3. Septum deviasi : Tidak ditemukan
4. Sekret : mucus (+)
Mulut:
1. Trismus : Tidak ada
2. Faring : faring hiperemis (-)
3. Lidah : lidah tidak kotor berwarna putih, deviasi (-)
4. Uvula : Letak ditengah, tidak deviasi
5. Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
Leher:
1. Trakea : Tidak deviasi
2. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
3. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
4. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thorax
1. Inspeksi : pergerakan simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
2. Palpasi : Massa (-), krepitasi (-)
3. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
4. Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung:
1. Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
2. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 4 linea midclavicula
3. Perkusi : Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea mid clavicular sinistra
4. Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen:
1. Inspeksi : Tampak datar
5
2. Palpasi : Nyeri tekan (-), turgor kulit baik, shifting dullnes
(-)
Hepar dan lien tidak teraba
3. Perkusi : Timpani seluruh lapang perut
4. Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas:
1. akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah kanan-kiri
2. edema (-)
3. capilary refill time <2 detik
Kulit:
1. Warna : Sawo matang
2. Petekie : (+)
3. Pigmentasi : dalam Batas Normal
4. Turgor : Baik
5. Ikterus : Tidak ada
6. Sianosis : Tidak ada
7. Pucat : Tidak ada
STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4V5M6 = 15
Kaku kuduk :-
Laseque : >70o / >70o
Kernig : >135o / >135o
Brudzinski I :-/-
Brudzinski II :-/-
Refleks patologis
Babinski : -/- Gorda : -/-
Chaddock : -/- Gordon : -/-
Schaeffer :-/- Oppenheim: -/-
6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 06 Mei 2019 jam 11.30
Hasil pemeriksaan IgG dan IgM Dengue tanggal 06 Mei 2019 jam 11.30
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 06 Mei 2019 jam 23.40
7
Trombosit 44.000 /ul 140.000 - 440.000
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 07 Mei 2019 jam 17.40
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 08 Mei 2019 jam 07.05
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 08 Mei 2019 jam 19.05
8
Trombosit 46.000 /ul 140.000 - 440.000
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 09 Mei 2019 jam 07.10
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 09 Mei 2019 jam 19.20
Hasil pemeriksaan darah H2TL pada tanggal 10 Mei 2019 jam 07.05
9
Trombosit 81.000 /ul 140.000 - 440.000
V. Diagnois
Diagnosis Kerja
Dengue Haemorrhagic Fever
Diagnosis Tambahan
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
VII. Penatalaksanaan
IGD :
IVFD RL 70 cc/ jam
Omeprazole 1x1 mg Inj
Paracetamol 3x250 mg, IV
Ranitidin 2x40 mg, IV
Rawat inap :
Non Medikamentosa
Banyak minum
Nasi tim 3x sehari
Tirah baring
10
VIII. FOLLOW UP
Tanggal Follow up
8 Mei 2019 S/ Demam (-), Batuk (+), Muntah (-), Nafsu makan menurun, Perut
Sakit, Pusing (-)
O/
KU : TSS KS : Compos Mentis
TD : 110/80 HR : 102 x/menit
RR : 26 x/menit Suhu : 36,1 oC
Kepala : Normocephal
Mata : SI -/-, CA -/-
THT : PCH (-), Tonsil T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : SSD, retraksi (-)
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Super, BU (+), NT (+)
H/L : tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
A/ Febris H7 e.c. DHF dengan ISPA
P/
RL 70 cc/jam
Paracetamol 250, IV
Cefotaxim stop
Trolit 2x1 sach
Nasi Tim 3x
Px H2TL /12jam
Tanggal Follow up
9 Mei 2019 S/ Demam (-), Batuk (+), Muntah (-), Nafsu makan membaik, Sakit
perut, Pusing (-)
O/
KU : TSS KS : Compos Mentis
TD : 100/70 HR : 107 x/menit
11
RR : 24 x/menit Suhu : 36,2 oC
Kepala : Normocephal
Mata : SI -/-, CA -/-
THT : PCH (-), Tonsil T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : SSD, retraksi (-)
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Super, BU (+), NT (+)
H/L : tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
A/ Febris H8 e.c. DHF dengan ISPA
P/
RL 70 cc/jam
Paracetamol 250, IV
Ambroxol 3x1 cth
Trolit 2x1 sach
Nasi Tim 3x
Px H2TL /12jam
Tanggal Follow up
10 Mei 2019 S/ Demam (-), Batuk (-), Muntah (-), Nafsu makan baik, Sakit perut (-)
O/
KU : TSS KS : Compos Mentis
TD : 100/60 HR : 102 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 35,7 oC
Kepala : Normocephal
Mata : SI -/-, CA -/-
THT : PCH (-), Tonsil T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : SSD, retraksi (-)
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Super, BU (+), NT (-)
H/L : tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
12
A/ Febris H9 e.c. DHF dengan ISPA
P/
BLPL
Biostrum 1x1 cth
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala
perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau
lebih dari nilai normal.1
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian.2
2. Epidemiologi
Berdasarkan data yang di himpun dari WHO pada tahun 2010, 75% dari seluruh
jumlah kasus DHF berada di Asia Pasifik. Sedangkan ada 30 negara yang memiliki
wilayah endemis di seluruh dunia, Indonesia merupakan Negara urutan ke-2 dengan
kasus DHF terbanyak dari 30 negara tersebut. Tercatat pada data tahun 2017 ada sekitar
68.407 kasus DHF diseluruh Indonesia dengan provinsi jawa barat dengan jumlah kasis
yang paling tinggi yaitu sekitar 10.016 kasus, setelahnya Jawa timur dengan 7.838 kasus
dan Jawa tengah 7.400 kasus. Dan jumlah kasus paling terandah berada di provinsi
Maluku utara. 3,12
14
Jumlah kasus kematian akibat DHF yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017
berjumlah 493 kematian. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan jumlah kasus pada tahun
2016. Untuk jumlah kasus kematian akibat DHF berada di provinsi Jawa Timur sekitar 92
kasus kematian.3
Selama bulan Januari 2019 menurut Dinas kesehatan provinsi Banten terdapat 368
kasus DHF. Jumlah tersebut meningkat lima kali lipat dibandingkan dengan tahun 2018
dengan bulan yang sama yang hanya 65 kasus. Sedangkan pada kota Serang sendiri pada
bulan Januari 2019 terdapat 9 kasus DHF, dan selama 2018 berjumlah 63 kasus.4,5
3. Etiologi
DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan RNA
virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini
termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus.
Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai
RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70oC. Virus dengue mempunyai 4
serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. 1
Sedangkan untuk masa inkubasi virus dengue dalam darah nyamuk 8-12 hari
sebelum menularkan virusnya. Penularan juga dapat terjadi secara vertikal dari ibu
kepada janin yang sedang dikandung. 1
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti betina dan Aedes
Albopictus betina. Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti sebagai berikut :
15
Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
Hidup di dalam dan di sekitar rumah
Menggigit/menghisap darah pada siang hari
Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di
got/comberan
Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-
lain.6
16
c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibody.1
Aktifasi komplemen oleh kompleks imun yang menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a
akibat aktivasi C3 dan C5 yang akan menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang
ekstravaskuler.1
Hipotesis ”the secondary heterologous infection” yang di rumuskan oleh
Suvatte,1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang pasien, respon antibody anamnestik yang akan terjadi dalam beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi dengan menghasilkan titer tinggi antibody
IgG anti dengue.1
17
Gambar 6. Patogenesis Perdarahan pada DHF
18
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami demam dengan suhu
tubuh 39-40oC, bersifat bifasik (menyerupai Pelana kuda), fase demam selama 2-7 hari,
yang diikuti oleh fase kritis pada hari ke-3 selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien
sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak
mendapat pengobatan tidak adekuat.2
Fase Febris: - Demam mendadak tinggi 2-7 hari
- Muka kemerahan, eritema kulit
- Sakit kepala
- Beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorokan,infeksi faring dan
konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah.
- Dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie, perdarahan
mukosa, walau jarang terjadi dapat pula terjadi perdarahan pervaginam
dan gastrointestinal.
Fase Kritis: - Terjadi pada hari 3-7 sakit.
- Ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas
kepiler dan timbul kebocoran plasma yang biasanya berlangsun 24-48
jam.
- Kebocoran plasma sering didahului lekopeni progresif disertai penurunan
hitung trombosit.
- Dapat terjadi syok.
Fase Pemulihan: - Terjadi setelah fase kritis.
- Terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler
secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.
- KU membaik, nafsu makan pulih, hemodinamik stabil, diuresis
membaik.
Menurut manifestasi kliniknya DHF sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4
derajat :
Derajat I : Demam disertai uji tourniquet positif.
Derajat II : Demam + uji tourniquet positif disertai manifestasi perdarahan
(seperti : Epistaksis, perdarahan gusi )
Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menyempit (<20 mmhg), hipotensi, sianosis,
disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
19
Derajat IV : Syok berat (profound syok), nadi tidak teraba, dan tekanan
darah tidak terukur.
6. Diagnosis
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcript
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik ini lebih rumit, saat ini tes serologis
yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa
antibodi total, IgM maupun IgG.14
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, atau riwayat demam akut,
berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, biasanya bifasik (plana kuda).
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
- Uji torniquet positif.
- Petekie, ekimosis, purpura.
- Perdarahan mukosa ( epitaksis atatu perdarahan gusi )
- Hematemesis atau melena.
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi,kaki dan tangan dingin,kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
20
Kriteria Laboratoris :
Trombositopenia ( jumlah trombosit <100.000/ul ).
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.7
Pemeriksan Penunjang :
b. Laboratorium :
Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru
(LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8.
Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
Protein/ albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT/ SGPT dapat meningkat
Ureum, kreatinin
Bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi)
Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeteksi mulai hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60 – 90 hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
Uji HI
Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
NS 1
21
Antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
ke delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% - 93,4% dengan
spesifisitas 100% sama tingginya dengan spesifisitas gold standard
kultur virus. Hasil negative antigen NS 1 tidak menyingkirkan adanya
infeksi virus dengue.10
7. Diagnosis Banding
Pada awal fase demam, diagnosis banding meliputi spektrum luas infeksi virus,
bakteri dan protozoa yang mirip dengan DF. Manifestasi hemoragik, mis. tes
tourniquet positif dan leukopenia (≤5000 sel / mm3), menunjukkan penyakit dengue.
Kehadiran trombositopenia bersamaan dengan hemokonsentrasi dapat membedakan
DBD / DSS dari penyakit lain. Pada pasien yang tidak mengalami peningkatan
hematokrit akibat perdarahan hebat dan / atau terapi cairan intravena dini, demonstrasi
efusi pleura / asites menunjukkan kebocoran plasma. Hipoproteinemia / albuminaemia
mendukung adanya kebocoran plasma. Tingkat sedimentasi eritrosit normal (ESR)
membantu membedakan demam berdarah dari infeksi bakteri dan syok septik. Perlu
dicatat bahwa selama periode syok, ESR adalah <10 mm / jam.9,17
8. Tatalaksana
a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok7
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
syok terkompensasi (compensated shock).
22
b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok7
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
9. Komplikasi
Komplikasi biasa terjadi dalam kaitannya dengan syok yang berkepanjangan
dan mengarah pada asidosis metabolik dan perdarahan hebat sebagai akibat DIC dan
kegagalan multi-organ seperti disfungsi hati dan ginjal. Lebih penting lagi,
penggantian cairan yang berlebihan selama periode kebocoran plasma menyebabkan
efusi masif yang menyebabkan gangguan pernapasan, kemacetan paru akut dan / atau
gagal jantung. Terapi cairan lanjutan setelah periode kebocoran plasma akan
menyebabkan edema paru akut atau gagal jantung, terutama ketika ada reabsorpsi
cairan ekstravasasi. Selain itu, syok yang dalam / berkepanjangan dan terapi cairan
yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan metabolisme/ elektrolit. Kelainan
metabolik sering ditemukan sebagai hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan
kadang-kadang, hiperglikemia.
Gangguan ini dapat menyebabkan berbagai manifestasi yang tidak biasa, mis.
ensefalopati.
10. Pencegahan
Menurut WHO deteksi dini gejala DBD dapat mengurangi penyebaran penyakit
DBD melalui pemeriksaan laboratorium dan tanda adanya demam tinggi disertai ruam
pada kulit. Vaksin untuk DBD sampai saat ini belum tersedia sehingga dilakukan
tindakan pencegahan berupa pengendalian vektor nyamuk Aedes sp.. Ada beberapa
cara yang dianjurkan WHO untuk mengurangi terjadinya kasus DBD seperti
23
penggunaan alat pelindung diri, penggunaan insektisida aerosol, jaga sanitasi air,
pengurangan sampah di sekitar wilayah rumah ataupun di dalam rumah.12,13
Depkes sendiri telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam
pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai
protap, memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan vektor (nyamuk
dewasa dan jentik – jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD
(Kelompok Kerja Operasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan peningkatan profesionalisme
pelaksana program. 16
Kegiatan yang paling utama dalam menanggulangi peningkatan kasus adalah
program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (Menguras –
Menutup – Mengubur). Program ini kemudian berkembang menjadi PSN 3M Plus
yaitu dengan digunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk.16
11. Prognosis
Prognosis Demam Berdarah Dengue (DBD) ditentukan oleh derajat penyakit,
cepat tidaknya penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD
derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara
cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada syok yang tidak terkontrol
sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-
2%.1,2
24
BAB III
ANALISA KASUS
1. Anamnesis
Pasien mengeluh demam 4 hari SMRS demam datang secara mendadak tanpa ada
kejang.
Nafsu makan menurun
Pasien mengalami mual dan muntah
Sesak tidak ada
Keluar cairan dari telinga tidak ada
Riwayat berpergian keluar kota tidak ada
Nenek mengalami gejala yang sama
Manifestasi klinis yang dialami pasien pertama kali adalah demam pada pagi hari
timbul secara mendadak dan berlangsung 4 hari SMRS. Selain itu pasien mengalami
gejala infeksi virus lainnya berupa mual dan muntah, serta penurunan nafsu makan.
Tidak ada riwayat kejang, sesak maupun teinga keluar cairan. Sedangkan neneknya
terkena penyakit dengan gejala yang sama.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kulit : Petekie (+), Turgor baik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan pasien yang tampak sakit sedang dan pada
kulit terdapat petekie serta turgor kulit dalam keadaan normal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung diagnosis pasien maka dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan darah H2TL serta pemeriksaan serum IgM dan IgG Dengue.
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 06 Mei 2019 dengan hasil sebagai berikut :
Pemeriksaan H2TL :
25
Trombosit 74.000 /ul 140.000 - 440.000
Berdasarkan hasil Anamnesis, Pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan maka ditegakan diagnosis Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
4. Penatalaksanaan
Kausal
o Cefotaxime 3x500 mg, IV
Simtomatis
o RL 18 Tetes/menit makro 70cc/jam
o Paracetamol 3x 250, IV
o Trolit 2x1 sach
o Omeprazole 1x1 mg, Inj
o Kebutuhan Cairan :
10 Kg Pertama : 10 x 100 cc = 1000 cc
10 Kg Kedua : 10 x 50 cc = 500 cc
26
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Infeksi virus dengue merupakan penyebab penyakit DHF dengan vector berupa
nyamuk dari golongan Aedes sp. Yang biasa hidup di wilayah tropis ataupun subtropis,
salah satunya adalah Indonesia. Indonesia sendiri menduduki peringkat kedua sebagai
negara yang kasus demam berdarah terbanyak dari 30 negara yang sebagai endemis
nyamuk Aedes sp.
Penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue ini mempunyai spektrum klinis
dari asimptomatis, undifferentiated febrile illness, demam dengue (DD) dan demam
berdarah dengue (DBD), mencakup manifestasi paling berat yaitu sindrom syok dengue
(dengue shock syndrome/DSS).
Dalam menegakan diagnosis serta penangan tepat pada kasus infeksi virus
dengue harus memahami bagaimana perjalanan penyakitnya dimulai dari Anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis. Serta
pemantauan klinis dan laboratoris secara berkala merupakan kunci untuk mencegah
komplikasi dan memberikan prognosis yang baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
4. http://www.rmolbanten.com/read/2019/02/05/5913/Warning,-Selama-Bulan-Januari-
368-Orang-Terjangkit-DBD-Di-Banten- . di akses pada tanggal 12 Mei 2019
5. https://daerah.sindonews.com/read/1372865/174/kasus-dbd-di-kota-serang-
meningkat-di-awal-tahun-1548227713 . di akses pada tanggal 12 Mei 2019
6. Rejeki S, Adinegoro S.2004. (DHF) Demam Berdarah Dengue, Tatalaksana Demam
Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta
7. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta: WHO
Indonesia
8. Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika
28
13. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2008.
Buletin Jendela Epidemiologi. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian
Kesehatan RI
29