DI SUSUN OLEH :
RIRIN LAADJIM
1713201056
IV/A
2019
Laporan kasus Surveilans penyakit Anemia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Ngoresan Surakarta
Kejadian anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkit
lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 35%.
Pada tahun 2007 WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
di Filiphina berkisar 55%, Thailand 45%, Malaysia 30% dan Singapura 7%.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan dapat dilihat dari
tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus
sebesar 10.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara
berkembang sebesar 99 %. Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi antara 130 dan 780
dalam 100.000 persalinan hidup. Kendatipun telah dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi
dengan makin menurunnya angka kematian ibu dan bayi disetiap rumah sakit, kematian ibu di
Indonesia masih berkisar 425/100.000 persalinan hidup. Sedangkan kematian bayi sekitar
56/10.000 persalinan hidup (Manuaba, 2010).
Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan. Anemia
pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social
ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu
dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait
dalam pelayanan kesehatan. Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan
89% dengan menetapkan Hb 11 g% sebagai dasarnya (Manuaba, 2010).
Di Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup tinggi yaitu sekitar
50-70 juta jiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20%-
33%. Parahnya lagi 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl
Berdasarkan Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2010 di
440 kota/kabupaten di 33 provinsi di Indonesia oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI mengungkapkan bahwa secara nasional prevalensi anemia di perkotaan
mencapai 14,8%.
Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari
kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup.
Di Jawa Tengah pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia adalah 57,7%.
Masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9% (Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, 2009).
Pada tahun 2008 jumlah ibu hamil di kota Semarang berjumlah 29.261 orang. Ibu hamil
yang diukur kadar Hb kurang dari 10 gr% ada 20,79%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang,
2008).
Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9.39%. Tercatat
bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes, 2010).
Menurut Fatmah (2007), anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di
negara berkembang. Anemia terjadi pada wanita usia reproduksi terutama wanita hamil dan
menyusui karena banyak yang mengalami defisiensi zat besi. Secara keseluruhan anemia terjadi
pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju, seperti di Amerika, 2% Wanita
Usia Subur (WUS) (15 – 49 tahun) dan 11% wanita hamil mengalami anemia. Bahkan menurut
Crawley (2004), anemia masih menjadi masalah kesehatan yang paling sulit diatasi pada negara-
negara endemik malaria di Afrika. Lebih dari setengah wanita hamil dan anak-anak di bawah
usia 5 tahun menderita anemia.
Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia dan jenis kelamin. Kriteria anemia
menurut WHO (2002) adalah sebagai berikut:
cenderung terkena anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun
cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat
pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada
kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan
(atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan
stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR,
sedang hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran
berdaunan hijau, daging merah dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa
tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian
vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan
tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari. Jika mengalami anemia selama
kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa
wanita hamil diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia
meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian
parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat).
Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC
(Setiawan Y, 2006) . Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala
Pada Surveilans ini metode yang digunakan ialah prevalence targeted, alasanya karena
baik kasus baru maupun kasus lama yang terjaring dalam surveilans akan dibahas, maka seolah-
olah angka prevalansinya lebih tinggi dibandingkan insidensi, survey ini berfokus pada ibu hamil
yang mengalami anemia.
Jumlah Ibu
Jumlah Ibu
No Bulan hamil dengan Persentase
hamil
Anemia
1 Januari 26 18 69,23
2 Februari 25 19 76
3 Maret 24 11 45,83
4 April 22 17 77,27
5 Mei 23 14 60,87
6 Juni 22 18 81,82
7 Juli 17 8 47,06
8 Agustus 11 4 36,36
9 September 5 4 80
10 Oktober 17 9 52,94
11 November 10 4 40
Jumlah 202 126 62,38
Dari tabel di atas di dapatkan jumlah ibu hamil periode januari – november 2013 sebanyak 202
orang, dari 202 orang tersebut terdapat 126 (62,38%) orang yang mengalami anemia dalam
kehamilan.
B. Usia Ibu
Hasil surveilans anemia pada ibu hamil menurut usia ibu yang di bagi dalam tiga kategorik usia
ibu < 20 tahun, 20-30 tahun dan > 30 tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil menurut usia ibu di puskesmas
Ngoresan pada tahun 2013 ( januari – november 2013)
Berdasarkan tabel di atas, kejadian tertinggi anemia terdapat pada usia 20 – 30 tahun yaitu
sebanyak 76 kasus, kemudian terdapat 35 kasus pada usia > 30 tahun dan kejadian terendah
terdapat pada usia < 20tahun 2013.
c. Tempat
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil menurut tempat yaitu di puskesmas
Ngoresan pada tahun 2013 ( januari – november 2013) sebanyak 126 kasus (62,38%) dari 202
kasus.
6. Analisis data
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil menurut waktu di puskesmas
Ngoresan pada tahun 2013 ( januari – november 2013)
No Bulan frekuensi Persentase
1 Januari 18 14,3
2 Februari 19 15,1
3 Maret 11 8,73
4 April 17 13,5
5 Mei 14 11,1
6 Juni 18 14,3
7 Juli 8 6,35
8 Agustus 4 3,17
9 September 4 3,17
10 Oktober 9 7,14
11 November 4 3,17
Jumlah 126 100
Berdasarkan tabel di atas, terjadinya penurunan angka kejadian anemia pada ibu hamil dari bulan
januari sampai bulan september tetapi, kemudian meningkat lagi pada bulan oktober sebanyak 9
kasus, kemudian menurun lagi pada bulan selanjutnya, yaitu terdapat 4 kasus di bulan november
2013.
Berdasarkan hasil surveilans yang telah dilakukan, di dapatkan hasil bahwa :
a. Jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri di puskesmas Ngoresan periode januari –
november 2013 sebanyak 202 orang dengan jumlah anemia sebanyak 126 orang (62.38%).
b. Angka kejadian tertinggi anemia pada ibu hamil menurut usia ibu terdapat pada usia 20–30
tahun sebanyak 76 kasus (60,3%) dan 50 kasus (39.7%) di usia resiko tinggi ( usia <20tahun dan
>30 tahun) yang merupakan anemia ringan dan sedang, dan ada 2 kasus yang merupakan anemia
berat yaitu dengan kadar hemoglobinya di bawah 8 gr%, pada surveilans ini kejadian tertinggi
terdapat pada usia reproduksi yaitu 20 – 30 tahun hal ini di sebabkan oleh rendahnya
pengetahuan, dalam surveilans ini tenaga kesehatan terus melakukan pencegahan dan
penatalaksaan dengan pemberian konseling pada ibu hamil baik itu tentang makan bergizi,
bahaya anemia pada kehamilan serta pemberian tablet Fe.
c. Angka kejadian anemia menurut waktu, terjadinya penurunan angka kejadian anemia pada
ibu hamil dari bulan januari sampai bulan september tetapi, kemudian meningkat lagi pada bulan
oktober sebanyak 9 kasus, kemudian pada bulan november terjadi penurunan lagi yaitu sebanyak
4 kasus, pada surveilans ini kejadian anemia terus menurun hal ini terjadi karena pencegahan dan
penatalaksaan yang baik oleh tenaga kesehatan di puskesmas Ngoresan, hal ini menunjukan
adanya kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien.
d. Angka kejadian anemia menurut tempat, kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas
Ngoresan surakarta sebanyak 126 kasus, terus mengalami penurunan dari bulan ke bulan, ini
menunjukan sudah meningkatnya derajat kesehatan di wilayah kerja puskesmas Ngoresan
7. Penyelidikan penyebab
Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi
adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
8. mengambil tindakan
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil.
Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah
dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh
memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari.
Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen
zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk