Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UAS SURVEILANS

“LAPORAN PENYELIDIKAN KASUS”

DI SUSUN OLEH :

RIRIN LAADJIM

1713201056

IV/A

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK

2019
Laporan kasus Surveilans penyakit Anemia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Ngoresan Surakarta

Kejadian anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkit
lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 35%.
Pada tahun 2007 WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
di Filiphina berkisar 55%, Thailand 45%, Malaysia 30% dan Singapura 7%.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan dapat dilihat dari
tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus
sebesar 10.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara
berkembang sebesar 99 %. Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi antara 130 dan 780
dalam 100.000 persalinan hidup. Kendatipun telah dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi
dengan makin menurunnya angka kematian ibu dan bayi disetiap rumah sakit, kematian ibu di
Indonesia masih berkisar 425/100.000 persalinan hidup. Sedangkan kematian bayi sekitar
56/10.000 persalinan hidup (Manuaba, 2010).
Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan. Anemia
pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social
ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu
dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait
dalam pelayanan kesehatan. Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan
89% dengan menetapkan Hb 11 g% sebagai dasarnya (Manuaba, 2010).
Di Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup tinggi yaitu sekitar
50-70 juta jiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20%-
33%. Parahnya lagi 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl
Berdasarkan Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2010 di
440 kota/kabupaten di 33 provinsi di Indonesia oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI mengungkapkan bahwa secara nasional prevalensi anemia di perkotaan
mencapai 14,8%.
Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari
kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup.
Di Jawa Tengah pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia adalah 57,7%.
Masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9% (Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, 2009).
Pada tahun 2008 jumlah ibu hamil di kota Semarang berjumlah 29.261 orang. Ibu hamil
yang diukur kadar Hb kurang dari 10 gr% ada 20,79%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang,
2008).
Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9.39%. Tercatat
bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes, 2010).

1. Spesifikasikan tujuan surveilans

1. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.


2. Mengetahui angka kejadian anemia pada ibu hamil.
3. Mengetahui distribusi frekuensi anemia pada ibu hamil menurut umur.
4. Mengetahui distribusi frekuensi anemia pada ibu hamil menurut waktu.
5. Mengetahui distribusi frekuensi anemia pada ibu hamil menurut tempat

2. Definisikan data surveilans untuk dikumpulkan


1. Definisi Anemia Pada ibu Hamil
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah
nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel
darah merah dibawah nilai normal (Rukiyah, dkk, 2010 : 114).
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya
anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga
pada janin yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini
penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan.
Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin
terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya (Proverawati, 2011 : 129).
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi
atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono, Hermawan, dkk,
2009 : 101).
2. Tanda dan gejala anemia pada Ibu Hamil
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang
batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria
WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori yaitu:
a. Normal > 11gr%
b. Ringan 8-11gr%
c. Berat <8gr%
(Rukiyah, dkk, 2010 : 114)
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah
pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Feryanto, Achmad, 2011 :
37).
Menurut Proverawati (2011) banyak gejala anemia selama kehamilan, meliputi:
a. Merasa lelah atau lemah
b. Kulit pucat progresif
c. Denyut jantung cepat
d. Sesak napas
e. Konsentrasi terganggu

3. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak,
perdarahan akibat luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi
adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu
disebut “Anemia Gizi Besi”.
Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
(Feryanto, Achmad, 2011 : 37-38)

4. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan
sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume
plasma meningkat 45-65% pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada
bulan ke-9, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus
(Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 115).

5. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

Menurut Fatmah (2007), anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di
negara berkembang. Anemia terjadi pada wanita usia reproduksi terutama wanita hamil dan
menyusui karena banyak yang mengalami defisiensi zat besi. Secara keseluruhan anemia terjadi
pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju, seperti di Amerika, 2% Wanita
Usia Subur (WUS) (15 – 49 tahun) dan 11% wanita hamil mengalami anemia. Bahkan menurut
Crawley (2004), anemia masih menjadi masalah kesehatan yang paling sulit diatasi pada negara-
negara endemik malaria di Afrika. Lebih dari setengah wanita hamil dan anak-anak di bawah
usia 5 tahun menderita anemia.

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia dan jenis kelamin. Kriteria anemia
menurut WHO (2002) adalah sebagai berikut:

 Laki-laki dewasa : Hb <13 gr%/dl


 Wanita dewasa : Hb <12 gr%/dl
 Wanita hamil : Hb <11 gr%/dl
 Anak usia 6 – 14 tahun : Hb <12 gr%/dl
 Anak usia 6 bulan – 6 tahun : Hb <12 gr%/dl

Sedangkan derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin antara lain :

 Ringan sekali : Hb 10 gr%/dl – Batas normal


 Ringan : Hb 8 gr%/dl – 9,9 gr%/dl
 Sedang : Hb 6 gr%/dl – 7,9 gr%/dl
 Berat : Hb < 6 gr%/dl

6. Diagnosis Anemia pada kehamilan


7. Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
8. Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan
Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan jika :

a. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

b. Hamil dengan lebih dari satu anak

c. Sering mual dan muntah

d. Tidak mengkonsumsi cukup zat besi

e. Hamil saat masih remaja

f. Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama operasi)

(Proverawati, Atikah, 2011 : 134)

9. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan


Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil

cenderung terkena anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun

cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir

(Sinsin, Lis, 2008 : 65 ).


Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga

menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat

pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada

kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan

bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada

kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan

kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus), gangguan proses persalinan

(atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan

stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR,

kematian perinatal) (Rukiyah, dkk, 2010 : 114-115).

10. . Pencegahan Anemia Kehamilan


Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika

sedang hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran

berdaunan hijau, daging merah dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa

tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian

vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan

tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari. Jika mengalami anemia selama

kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa

wanita hamil diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia

(Proverawati, Atikah, 2011 : 137).

11. Pengobatan Anemia Kehamilan

a. Pemberian tablet Fe untuk meningkatkan kadar HB dengan dosis 1 x sehari selama

90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.


b. Pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60

mg besi + 500 mcg asam folat.

c. Pemberian parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)

intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat

meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian

parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat).

Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC

(Setiawan Y, 2006) . Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala

yang dialami cukup parah (Proverawati, Atikah, 2011 : 136).

3. Seleksi metode surveilans

Pada Surveilans ini metode yang digunakan ialah prevalence targeted, alasanya karena
baik kasus baru maupun kasus lama yang terjaring dalam surveilans akan dibahas, maka seolah-
olah angka prevalansinya lebih tinggi dibandingkan insidensi, survey ini berfokus pada ibu hamil
yang mengalami anemia.

4. Kembangkan prosedur pengumpulan data

Pelaksanaan praktik dilaksanakan di Puskesmas Ngoresan Kecamatan Jebres Surakarta.


Puskesmas Ngoresan berada di jalan kartika RT 03 RW 18 No.2 Surakarta Puskesmas ini sudah
berstandar ISO 90001 pada tahun 2008. Adapun gambaran umum dari puskesmas Ngoresan
adalah sebagai berikut :
1) Kondisi Geografis
Puskesmas Ngoresan adalah puskesmas yang terdapat di wilayah kecamatan Jebres dan
memegang satu wilayah kelurahan saja yaitu kelurahan Jebres. Kelurahan Jebres merupakan
kelurahan yang cukup besar sebagai gerbang timur kota Solo dan mempunyai morfologi alam
berupa kontur tanah yang berbukit-bukit. Luas wilayah kelurahan jebres 3,170 km2. Batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut :
a) Sebelah Utara : Kelurahan Mojosongo
b) Sebelah Timur : Sungai Bengawan solo
c) Sebelah Barat : Kelurahan Tegalharjo
d) Sebelah Selatan : Kelurahan Pucang Sawit
Iklim dan Curah Hujan
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Surakarta memiliki iklim muson tropis. Sama seperti
kota-kota lain di Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan
musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Solo adalah 2.200 mm,
dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan Februari. Suhu udara
relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi
adalah 32,5 derajat Celsius, sedangkan terenda adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan
udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah
angin 240 derajat. Sumber: http://www.weatherbase.com
2) Kondisi Demografis
Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Ngoresan adalah 36.469 jiwa dengan total
Kepala Keluarga (KK) 8.866. Laju pertumbuhan penduduk kecamatan Jebres paling tinggi bila
dibandingkan dengan kecamatan lain yaitu 0,88. Dan jumlah penduduk kecamatan Jebres ini
berada peringkat 2 besar di Surakarta setelah kecamatan Banjarsari. (Sensus, 2010)
Kelurahan Jebres adalah salah satu diantara 11 kelurahan yang ada di kecamatan Jebres.
Kelurahan Jebres memiliki wilayah yang cukup luas, membentang dari perempatan Panggung
hingga Taman Satwa Taru Jurug. Wilayahnya terdiri dari 36 Rukun Warga (RW) dan 137 Rukun
Tetangga (RT).
Adapun ciri-ciri kependudukan dari kelurahan Jebres ini adalah :
a) Kepadatan Penduduk
Kelurahan Jebres memiliki kepadatan penduduk sebesar 9.583/km2
b) Sex Ratio
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah perempuan pada Kelurahan Jebres
adalah 93. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak
memiliki jenjang yang terlalu jauh.

5. Kumpulkan dan tabulasikan data


Tabel 4.1
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu di puskesmas Ngoresan pada tahun 2013 (
januari – november 2013)

Jumlah Ibu
Jumlah Ibu
No Bulan hamil dengan Persentase
hamil
Anemia
1 Januari 26 18 69,23
2 Februari 25 19 76
3 Maret 24 11 45,83
4 April 22 17 77,27
5 Mei 23 14 60,87
6 Juni 22 18 81,82
7 Juli 17 8 47,06
8 Agustus 11 4 36,36
9 September 5 4 80
10 Oktober 17 9 52,94
11 November 10 4 40
Jumlah 202 126 62,38

Dari tabel di atas di dapatkan jumlah ibu hamil periode januari – november 2013 sebanyak 202
orang, dari 202 orang tersebut terdapat 126 (62,38%) orang yang mengalami anemia dalam
kehamilan.
B. Usia Ibu
Hasil surveilans anemia pada ibu hamil menurut usia ibu yang di bagi dalam tiga kategorik usia
ibu < 20 tahun, 20-30 tahun dan > 30 tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil menurut usia ibu di puskesmas
Ngoresan pada tahun 2013 ( januari – november 2013)

No Usia Ibu Frekuensi Persentase


1 < 20 tahun 15 11.9
2 20 – 30 tahun 76 60.3
3 >30 tahun 35 27.8
Jumlah 126 100

Berdasarkan tabel di atas, kejadian tertinggi anemia terdapat pada usia 20 – 30 tahun yaitu
sebanyak 76 kasus, kemudian terdapat 35 kasus pada usia > 30 tahun dan kejadian terendah
terdapat pada usia < 20tahun 2013.
c. Tempat
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil menurut tempat yaitu di puskesmas
Ngoresan pada tahun 2013 ( januari – november 2013) sebanyak 126 kasus (62,38%) dari 202
kasus.
6. Analisis data
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil menurut waktu di puskesmas
Ngoresan pada tahun 2013 ( januari – november 2013)
No Bulan frekuensi Persentase
1 Januari 18 14,3
2 Februari 19 15,1
3 Maret 11 8,73
4 April 17 13,5
5 Mei 14 11,1
6 Juni 18 14,3
7 Juli 8 6,35
8 Agustus 4 3,17
9 September 4 3,17
10 Oktober 9 7,14
11 November 4 3,17
Jumlah 126 100

Berdasarkan tabel di atas, terjadinya penurunan angka kejadian anemia pada ibu hamil dari bulan
januari sampai bulan september tetapi, kemudian meningkat lagi pada bulan oktober sebanyak 9
kasus, kemudian menurun lagi pada bulan selanjutnya, yaitu terdapat 4 kasus di bulan november
2013.
Berdasarkan hasil surveilans yang telah dilakukan, di dapatkan hasil bahwa :
a. Jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri di puskesmas Ngoresan periode januari –
november 2013 sebanyak 202 orang dengan jumlah anemia sebanyak 126 orang (62.38%).
b. Angka kejadian tertinggi anemia pada ibu hamil menurut usia ibu terdapat pada usia 20–30
tahun sebanyak 76 kasus (60,3%) dan 50 kasus (39.7%) di usia resiko tinggi ( usia <20tahun dan
>30 tahun) yang merupakan anemia ringan dan sedang, dan ada 2 kasus yang merupakan anemia
berat yaitu dengan kadar hemoglobinya di bawah 8 gr%, pada surveilans ini kejadian tertinggi
terdapat pada usia reproduksi yaitu 20 – 30 tahun hal ini di sebabkan oleh rendahnya
pengetahuan, dalam surveilans ini tenaga kesehatan terus melakukan pencegahan dan
penatalaksaan dengan pemberian konseling pada ibu hamil baik itu tentang makan bergizi,
bahaya anemia pada kehamilan serta pemberian tablet Fe.
c. Angka kejadian anemia menurut waktu, terjadinya penurunan angka kejadian anemia pada
ibu hamil dari bulan januari sampai bulan september tetapi, kemudian meningkat lagi pada bulan
oktober sebanyak 9 kasus, kemudian pada bulan november terjadi penurunan lagi yaitu sebanyak
4 kasus, pada surveilans ini kejadian anemia terus menurun hal ini terjadi karena pencegahan dan
penatalaksaan yang baik oleh tenaga kesehatan di puskesmas Ngoresan, hal ini menunjukan
adanya kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien.
d. Angka kejadian anemia menurut tempat, kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas
Ngoresan surakarta sebanyak 126 kasus, terus mengalami penurunan dari bulan ke bulan, ini
menunjukan sudah meningkatnya derajat kesehatan di wilayah kerja puskesmas Ngoresan
7. Penyelidikan penyebab
Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:

a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.

b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.

c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak,

perdarahan akibat luka.

Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi

adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu

disebut “Anemia Gizi Besi”.

Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.

(Feryanto, Achmad, 2011 : 37-38)

8. mengambil tindakan
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil.

Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah

dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang

diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh

memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari.

Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen

zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk

pemeriksaan anemia (Proverawati, Atikah, 2011 : 137).


9. Persiapan dan sajikan laporan
Dari hasil surveilans di atas, dapat di simpulkan bahwa angka kejadian anemia bisa
diturunkan melalui pencegahan dan penatalaksanaan dengan baik saat ANC, melalui konseling
seperti makanan bergizi, istirahat cukup, tanda bahaya anemia pada kehamilan, dan dengan
penatalaksanaan dengan baik dengan pemberian tablet Fe yang di konsumsi secara rutin sesuai
dengan dosis yang telah diberikan, penurunan angka kejadian anemia pada ibu hamil di
puskesmas Ngoresan membuktikan bahwa anemia itu bisa di cegah.

Anda mungkin juga menyukai