Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Matriks

Matriks adalah susunan kumpulan bilangan yang diatur dalam baris dan

kolom berbentuk persegi panjang. Mariks dicirikan dengan elemen-elemen

penyusun yang diapit oleh tanda kurung siku [ ] atau tanda kurung biasa ( ).

Ukuran sebuah matriks dinyatakan dalam satuan ordo, yaitu banyaknya

baris dan kolom dalam matriks tersebut. Ordo merupakan karakteristik suatu

matriks yang menjadi patokan dalam oprasi-oprasi antar matriks. Matriks pada

umumnya disimbolkan seperti berikut ini :

Keterangan :

A = Nama Matriks

m = Banyal Baris

n = Banyak kolom

m x n = Ordo Matriks
Amxn = Artinya elemen matriks baris ke-m kolom ke-n

B. Jenis-Jenis Matriks

a. Matriks Persegi

Suatu matriks yang memiliki banyaknya baris sama dengan banyaknya

kolom disebut matriks persegi.

Contoh :
2 9
A2×2 = [ ]
5 7

3
4

2 −1 2
B3X3 = [ 3 − 6 5 ]
−1 3 − 2
b. Matriks Baris

Matriks yang hanya mempunyai satu baris saja disebut matriks baris. Ordo

matriks baris ditulis (1xn) dengan n>1, dan bilangan asli.

Contoh :

S1x2 = [2 15]

Q1x4 = [4 2 14 18]

c. Matriks Kolom

Matriks yang hanya mempunyai satu kolom saja disebut matsiks kolom.

Ordo matriks kolom ditulis (mx1) dengan m > 2, dan bilangan asli.

Contoh :
2
A2X1 = [ 2 ]
14
3
K4X1 = [ ]
14
8
d. Matriks Diagonal

Matriks diagonal adalah matriks persegi yang semua elemen atau unsur

diluar diagonal utamanya adalah nol.

Contoh :
2 0 0
2 0
A2X2 = [ ] atau B3X3 = [ 0 1 0 ]
0 15
0 0 13
e. Matriks Identitas

Suatu matriks dikatakan identitas, apabila diagonal yang elemen-elemen

atau unsur-unsur diagonall utama bernilai 1.

Contoh :
1 0 0
1 0
I2X2 = [ ] atau I3X3 = [0 1 0]
0 1
0 0 1
f. Matriks Nol

Dikatakan sebagai matriks nol, apabila semua elemen atau unsurnya

adalah nol.
5

Contoh :
0 0 0
0 0
A2X2 = [ ] atau B3X3 = [0 0 0]
0 0
0 0 0
g. Matriks Simetris

Matriks simetris adalah matriks persegi yang unsur pada baris ke-n dan

kolom ke-m sama dengan unsur pada baris ke-m kolom ke-n.

Contoh :
3 4 1
A3X3 = [4 0 2]
1 2 0
h. Matriks segitiga

Matriks segitiga adalah matriks persegi yang mempunyai elemen-elemen

di atas diagonal utamanya bernilai nol atau elemen-elemen di bawah diagonal

utamnya bernilai nol.

Contoh :
1 0 0
A3x3 = [5 − 2 0]
1 4 7
C. Transpose dan Operasi Pada Matriks

Transpose matriks A adalah matriks baru yang diperoleh dengan cara

mengubah elemen baris menjadi elemen kolom atau sebaliknya.

Transpose A= At =At
1 2
1 5 8
Contoh : ( ) At = (5 0)
2 0 3
8 3
Operasi pada matriks sebagai berikut:
a. Penjumlahan dan Pengurangan

Dua matriks A dan B dapat dijumlahkan atau dikurangi jika :

Ordo A = Ordo B

Caranya : jumlahkan atau kurangi elemen yang seletak.


𝑎 𝑏 𝑝 𝑞 𝑎± 𝑝 𝑏 ±𝑞
( )±( )=( )
𝑐 𝑑 𝑟 𝑠 𝑐 ± 𝑟 𝑑 ±𝑠
A+B=B+A Komutatif
(A + B) + C = A + (B + C) Assosiatif
6

b. Perkalian scalar dengan matriks

Cara : kalikan scalar dengan semua elemen pada matriks


𝑎 𝑏 𝑘𝑎 𝑘𝑏
k. ( )=( ) dengan k = skalar
𝑐 𝑑 𝑘𝑐 𝑘𝑑
c. Perkalian dua matriks

Dua matriks A dan B dapat dikalikan jika : Banyaknya kolom matriks A =

banyaknya baris matriks B.

A (m x n) x B(n x r)

Sama
𝑎 𝑏 𝑝 𝑞 𝑎𝑝 + 𝑏𝑟 𝑎𝑞 + 𝑏𝑠
( )( )= ( )
𝑐 𝑑 𝑟 𝑠 𝑐𝑝 + 𝑑𝑟 𝑐𝑞 + 𝑑𝑠
Catatan : Untuk mempermudah pengerjaan, matriks depan dibagi menurut

banyaknya baris, sedangkan matriks belakang dibagi menurut banyaknya kolom.

D. Sifat- Sifat Matriks

Sifat-sifat matriks sebagai berikut :


1 0
a. A. A-1 .A = I, dengan I = Matriks identitas = ( )
0 1
b. A.I = I.A = A

c. (A-1)-1 = A

d. (A.B)-1 = B-1. A-1

e. |A.B| = |A|. |B|


f. |At| = |A|

g. |A-1| = 1 |A|

h. Jika A.B +C, maka |A|. |B| = |C|

E. Persamaan dan Kesamaan Dua Matriks

Persamaan matriks sebagai berikut:

Jika A.B = C, maka A = C . B-1


7

Jika A.B = C, maka B = A-1 . C

Dua matriks A dan B dikatakan sama, jika :

a. Ordo A = ordo B

b. Elemen-elemen yang seletak matriks A dan B juga harus sama

Contoh :
𝑎 𝑏 𝑝 𝑞
Jika ( )=( ) maka: a = p, b = q, c = r, dan q = s
𝑐 𝑑 𝑟 𝑠

F. Pengertian dan Penyelesaian Sistem Persamaan Linear

Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu

pengetahuan. Di bidang ilmu ukur, diperlukan untuk mencari titik potong dua

garis dalam satu bidang. Di bidang ekonomi atau model regresi statistik sering

ditemukan sistem persamaan dengan banyaknya persamaan sama dengan

banyaknya variabel dalam hal memperoleh jawaban tunggal bagi variabel.

Apabila variabel lebih banyak dari persamaan, seperti dalam perancangan linear,

umumnya diperoleh jawaban yang tak hingga banyaknya. Namun dalam teknik

listrik sering ditemukan variabel lebih sedikit dari persamaan. Karena beberapa

dari persamaan mempunyai sifat ketergantungan maka jawaban masih mungkin

untuk diperoleh.

Secara umum sebuah persamaan linear dalam n variable x1, x2, …, xn dapat

dinyatakan dalam bentuk : a1x1 + a 2x 2 + … + a n x n = b, dengan a 1, a 2, …, a


n dan b adalah konstanta real.

Contoh :

Persamaan berikut merupakan persamaan linear :

a. x + 3y = 7

b. y = 5x + 3z + 1

Persamaan berikut bukan persamaan linear :


a. x2 + 3y = 5
8

b. y – sin x = 0

Himpunan berhingga dari persamaan linear dalam n variable x1, x2, …, xn

dinamakan sistem persamaan linear atau sistem linear. Bentuk umum sistem

persamaan linear (disingkat SPL) yang terdiri dari m persamaan dan n variable x1,

x2, …, xn dapat ditulis sebagai :

a11 x1 + a12 x2 + … + a1n xn = b1

a21 x1 + a22 x2 + … + a2n xn = b2

am1x1 + am2 x2 + … + amn xn = bm,

dengan aij dan bi (1 § i § m, 1 § j § n) adalah konstanta-konstanta real.

Suatu sistem persamaan linear dengan m persaman dan n variable x1, x2, …,

xn dengan Am x n = (aij ), Xn x 1 = ( ) x j , dan Bm x 1 = ( ) bi . Jika matriks B

pada SPL di atas diganti dengan matriks nol O, maka sistem persamaan linear

tersebut dikatakan homogen, jika tidak disebut SPL non homogen.

Contoh :

a. SPL non homogen berikut

x1 – x2 + x3 = 2

2x1 – x2 – x3 = 4

b. SPL homogen berikut

x1 + x2 = 0

x1 – x2 = 0

Sebuah penyelesaian persamaan linear a1x1 + a2 x2 + … + anxn = b adalah

sebuah urutan dari n bilangan s1, s2, …, sn sehingga persamaan tersebut dipenuhi

jika kita mensubstitusikan x1 = s1, x2 = s2, …, xn = sn. Himpunan semua

penyelesaian tersebut dinamakan himpunan penyelesaiannya. Penyelesaian SPL

adalah sebuah tupel n terurut bilangan-bilangan x1, x2, …, xn yang memenuhi


semua persamaan dalam SPL.
9

Contoh :

Pasangan terurut (1,2) adalah penyelesaian dari sistem

x1 + 2x 2 = 5

2x1 + 3x 2 = 8

karena : 1(1) + 2(2) = 5 dan 2(1) + 3(2) = 8.

Tetapi, pasangan terurut (3,1) bukan penyelesaian dari SPL tersebut karena

tidak memenuhi persamaan kedua, yakni 2(3) + 3(1) ≠ 8.

Tripel terurut (2,0,0) adalah penyelesaian dari SPL

x1 – x2 + x3 = 2

2x1 – x2 – x3 = 4

karena 1(2) – 1(0) + 1(0) = 2

2(2) + 1(0) – 1(0) = 4

Periksalah bahwa tripel terurut (2,1,1), (2,2,2), (2,3,3), …. juga merupakan

penyelesaian SPL tersebut. Jadi SPL tersebut mempunyai banyak penyelesaian.

Jika α adalah sebarang bilangan real, maka terlihat bahwa tripel terurut (2, α,α)

adalah penyelesaian SPL tersebut. Tidak semua sistem persamaan linear

mempunyai penyelesaian, hal ini dapat ditunjukkan pada sistem.

x1 + x2 = 2

x1 – x2 = 1

x1 = 4

Pada persamaan ketiga x1= 4, sehingga jika disubstitusikan ke persamaan

pertama dan kedua, maka x2 harus memenuhi :

4 + x2 = 2

4 – x2 = 1

Karena tidak ada bilangan real yang memenuhi kedua persamaan ini, maka

SPL ini tidak mempunyai penyelesaian. Sebuah SPL yang tidak mempunyai
10

penyelesaian disebut tak konsisten (inconsistent). Sebuah SPL yang mempunyai

paling sedikit satu penyelesaian disebut konsisten (consistent).

Dari contoh di atas, banyaknya penyelesaian suatu SPL dibedakan 3 yaitu :

a. SPL mempunyai satu penyelesaian (penyelesaian tunggal)

b. SPL mempunyai banyak penyelesaian (tak terhingga penyelesaian)

c. SPL tidak mempunyai penyelesaian

SPL homogen AX = 0 selalu mempunyai penyelesaian (konsisten) yaitu X

= 0, yang dinamakan dengan penyelesaian trivial. Jika ada penyelesaian lain,

(yang tidak nol) maka penyelesaian tersebut dinamakan penyelesaian tak trivial.

Contoh :

2x1 + x 2 – 3 x 3 = 0

x1+2x2=0

x2+x3=0

SPL homogen di atas mempunyai penyelesaian tak trivial yaitu :

x1=2x3

x2=–x3

Jika x3=t, dengan t bilangan real, maka x1 = 2t, x2 = –t sehingga

himpunan penyelesaiannya adalah {(t,2t,-t)} = {t(1,2,-1)}. Ini menunjukkan SPL

di atas mempunyai tak terhingga banyak penyelesaian, sebanyak bilangan real t.

G. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel

Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang mengandung dua

variabel dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu. Bentuk

umum persamaan linear dua variabel adalah:

ax + by = c

dimana = x dan y adalah variabel


11

Sistem persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua

variabel yang mempunyai hubungan diantara keduanya dan mempunyai satu

penyelesaian. Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel adalah

ax + by = c

px + qy = d

dimana: x dan y disebut variabel

a, b, p dan q disebut koefisien

c dan r disebut konstanta

H. Penyelesaian Sistem Persmaan Linear Dua Variabel

a. Cara Grafik

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

 Gambarlah grafik garis lurus pada bidang koordinat.

 Tentukan titik potong kedua garis tersebut. Koordinat titik potong

tersebut merupakan pasangan penyelesaian dari system persamaan

yang dimaksud.

b. Metode Eliminasi

Pada metode eliminasi, untuk menentukan himpunan penyelesaian dari

sistem persamaan linear dua variabel, caranya adalah dengan menghilangkan

(mengeliminasi) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika


variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus mengeliminasi

variabel y terlebih dahulu, atau sebaliknya. Perhatikan bahwa jika koefisien dari

salah satu variabel sama maka kita dapat mengeliminasi atau menghilangkan salah

satu variabel tersebut, untuk selanjutnya menentukan variabel yang lain.

Contoh:

Dengan metode eliminasi, tentukan himpunan penyelesaian sistem


persamaan 2x + 3y = 6 dan x – y = 3
12

Penyelesaian:

2x + 3y = 6 dan x – y = 3

Langkah I (eliminasi variabel y)

Untuk mengeliminasi variabel y, koefisien y harus sama, sehingga

persamaan 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan persamaan

x – y = 3 dikalikan 3.

2x + 3y = 6 × 1 2x + 3y = 6

x – y = 3 × 3 3x – 3y = 9

5x = 15

x = 15/5

x=3

Langkah II (eliminasi variabel x)

Seperti langkah I, untuk mengeliminasi variabel x, koefisien x harus

sama, sehingga persamaan 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan

x – y = 3 dikalikan 2.

2x + 3y = 6 ×1 2x + 3y = 6

x – y = 3 ×2 2x – 2y = 6

5y = 0

y = 0/5

y=0

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {(3,0)}.

c. Metode Subtitusi

Metode Substitusi Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua

variabel dengan metode substitusi, terlebih dahulu kita n yatakan variabel yang

satu ke dalam variabel yang lain dari suatu persamaan, kemudian

menyubstitusikan (menggantikan) variabel itu dalam persamaan yang lainnya.


13

Contoh:

Dengan metode substitusi, tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan

2x+3y = 6 dan x – y = 3!

Penyelesaian:

Persamaan x – y = 3 ekuivalen dengan x = y + 3. Dengan menyubstitusi

persamaan x = y + 3 ke persamaan 2x + 3y = 6 diperoleh sebagai berikut:

2x + 3y = 6

<=> 2 (y + 3) + 3y = 6

<=> 2y + 6 + 3y = 6

<=> 5y + 6 = 6

<=> 5y + 6 – 6 = 6 – 6

<=> 5y = 0

<=> y=0

Selanjutnya untuk memperoleh nilai x, substitusikan nilai y ke persamaan x =

y + 3, sehingga diperoleh:

x=y+3

<=> x = 0 + 3

<=> x = 3

Jadi, himpunan penyelesaiaanya adalah {(3,0)}.

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode

gabungan, kita menggabungkan metode eliminasi dan substitusi.

Contoh:

Dengan metode gabungan tentukan himpunan penyelesaian dari sistem

persamaan 2x – 5y = 2 dan x + 5y = 6 !

Penyelesaian:

Langkah pertama yaitu dengan metode eliminasi, diperoleh.


14

2x – 5y = 2 ×1 2x – 5y = 2

x + 5y = 6 ×2 2x +10y = 12

-15y = -10

y = (-10)/(-15)

y = 2/3

Kemudian, disubstitusikan nilai y ke persamaan x + 5y = 6 sehingga diperoleh.

x + 5y = 6

<=> x + 5 (2/3) = 6

<=> x + 10/15 = 6

<=> x = 6 – 10/15

<=> x = 22/3

Jadi, himpunan penyelesaiaanya adalah {(2 2/3,2/3)}

d. Cara Determinan

Determinan adalah suatu bilangan yang berkaitan dengan matriks bujur

sangkar (persegi). Untuk menyelesaikan dengan cara determinan dari bentuk

persamaan :

ax + by = c

px + qy = r

diubah dalam susunan bilangan sebagai berikut dan diberi notasi : D, Dx, Dy.

Dengan : D = = aq – bp

Dx = = cq – br

Dy = = ar – cp

Kemudian x dan y dapat ditentukan dengan :

x = dan y =

Contoh:
15

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan dengan cara

determinan !

Jawab:

D = = 2.1 – 3.3 = 2 – 9 = -7

Dx = = 1.1 – 3.5 = 1 – 15 = -14

Dy = = 2.5 – 1.3 = 10 – 3 = 7

x= = =2

y = = = -1

Jadi HP = {(2, -1)}

I. Integrasi Ayat

Anda mungkin juga menyukai