Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

PELAYANAN ANASTESI

RSIA HARAPAN BUNDA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan karena atas
berkat dan rahmat – Nya pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan penyusunan Panduan
Cuci Tangan.

Adapun tujuan dari penyusunan panduan ini adalah sebagai acuan dalam meningkatkan
mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit.

Dalam penyusunan panduan ini banyak pihak – pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah memberikan sumbangsih baik berupa tenaga, pikiran, dorongan moril maupun
bantuan lainnya. Untuk itu kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas bantuannya dalam penyusunan pedoman ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan panduan ini masih ada hal – hal yang perlu
disempurnakan. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan penyusunan selanjutnya.

Semoga Panduan Cuci Tangan ini dapat diterima sebagai panduan bagi seluruh unit kerja
dalam meningkatkan mutu layanan rumah sakit.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ………..………………………………………………………………2

DAFTAR IS ………………………………………………………………………………......3

BAB I DEFINISI ………...……………………………………………………………………3

BAB II RUANG LINGKUP ………..………………………………………………………...7

BAB III TATA LAKSANA ………..…………………………………………………………8

BAB IV DOKUMENTAS…………………………………………………………………....13

BAB I

3
DEFINISI

A. Pengertian
Pembedahan atau operasi adalah : Semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
infasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani Rumah Sakit
RSIA Harapan Bunda. Proses operasi merupakan pembukaan bagian tubuh untuk dilakukan
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Operasi/Pembedahan
terdapat beberapa macam tahap :
a. Preoperatif adalah : Fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani
operasi/pembedahan dibuat dan diakhiri ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.
Dalam tahapan ini persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan
mental sangat penting dilakukan, karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan
pasien berasl dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap preoperasi.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperasi apapun bentuknya dapat
berdampak pada tahap tahap selanjutnya untuk diperlukan kerjasama yang baik antara
masing-masing komponen yang berkopeten untuk menghasilkan outcome yang
optimal. Berikut ini persiapan yang perlu dilakukan pada tahap preoperasi yaitu :
1) Persiapan fisik : Persiapan fisik yang dilakukan sebelum operasi biasanya
mencakup status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi, pencukuran daerah
operasi, personal hygiene, dll
2) Persiapan Penunjang : Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan/operasi. Pemerksaan penunjang yang
dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun
pemeriksaan lainnya.
3) Inform consent : Inform consen adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk
terjemahan dari persetujuan tindakan medic. Inform konsen terdiri dari dua kata
yaitu inform dan consen. Inform diartikan telah diberitahukan telah disampaika
atau telah diinformasikan dan consen yang berarti persetujuan yang diberikan oleh
seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas dari inform
consen adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk

4
berbuat sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau informasi. Pengertian
inform consen oleh Komalawati (1989 :86) disebutkan sebagai berikut: .“Yang
dimaksud dengan inform consen adalah suatu kesepakatan/ persetujuan pasien
atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien
mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat mungkin
terjadi.”
Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis yang akan dilaksanakan oleh
dokter pada pasien, lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009
Tentang Praktek Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut:
a) Setiap Tindakan Kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter atau terhadap
pasien harus mendapat persetujuan.
b) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
diberikan penjelasan lengkap
c) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup:
i. Diagnosis dan tatacara tindakan medis
ii. Tujuan tindakan medis dilakukan
iii. Alternatif tindakan lain dan resikonya
iv. Resikop dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
v. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Dengan lahirnya UU No.29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas peluang
bagi pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-jelasnya tentang
penyakitnya dan sekaligus mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan
informasi medis yang benar, akurat dan berimbang tentang rencana sebuah
tindakan medic yang akan dilakukan, pengobatan maupun perawatan yang akan
diterima oleh pasien. Karena pasien yang paling berkepentingan terhadap apa
yang akan dilakukan terhadap dirinya dengan segala resikonya, maka Informed
Consent merupakan syarat subjektif terjadinya transaksi terapeutik dan
merupakan hak pasien yang harus dipenuhi sebelum dirinya menjalani suatu
upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya . Sehubungan
dengan penjelasan tersebut diatas maka Informed Consent bukan hanya

5
sekedar mendapatkan formulir persetujuan tindakan yang ditanda tangani oleh
pasien atau keluarganya tetapi persetujuan tindakan medik adalah sebuah proses
komunikasi intensif untuk mencapai sebuah kesamaan persepsi tetang dapat
tidaknya dilakukan suatu tindakan, pengobatan, perawatan medis. Jika porses
komunikasi intesif ini telah dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara dokter
sebagai pemberi pelayanan dan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan
maka hal tersebut dikukuhkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak,demikian halnya jika bahwa ternyata
setelah proses komunikasi ini terjadi dan ternyata pasien menolak maka dokter
wajib untuk menghargai keputusan tersebut dan meminta pasien untuk
menandatangani surat pernyataan menolak tindakan medik jadi informed
Consent adalah sebuah proses bukan hanya sekedar mendapatkan tandatangan
lembar persetujuan tindakan. Hal pokok yang harus di perhatikan dalam proses
mencapai kesamaan persepsi antara dokter dan pasien agar terbangun suatu
persetujuan tindakan medik adalah bahasa komunikasi yang digunakan. Jika
terdapat kesenjangan penggunaan bahasa atau istilahistilah yang sulit dimengerti
oleh pasien maka besar kemungkinan terjadinya mispersepsi yang akan membuat
gagalnya persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan. Sehubungan dengan
hal tersebut , Komalawati ( 2002: 111) mengungkapkan bahwa informed
conset dapat dilakukan ,antara lain :
a) Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis
b) Dengan bahasa yang sempurna secara lisan
c) Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan
d) Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan.
e) Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh pihak
lawan
Jika setelah proses informed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan ternyata
pasien gagal memberikan consent sebagaimana yang di harapkan , tidaklah berari
bahwa upaya memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal total tetapi dokter
harus tetap memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk pasien berfikir kembali
setiap keuntungan dan kerugian jika tindakan medis tersebut dilakukan atau tidak

6
dilakukan. Selain itu dokter tetap berusaha melakukan pendekatan-pendekatan
yang lebih efektif dan efisien yang memungkinkan untuk memperoleh persetujuan
atas tindakan yang akan dilakukan jika memang tindakan tersebut adalah tindakan
yang utama dan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menolong
menyembuhkan atau meringankan sakit pasien.

BAB II

7
RUANG LINGKUP

Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan
tangan.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana.
A. Jenis Pembedahan
1. Bedah Minor
Bedah Minor merupakan pembedahan dimana seacara sederhana, tidak memiliki risiko
terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya
2. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relative lebih sulit untuk dilakukan
daripada pembedahan mayor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap nyawa
pasien dan memerlukan bantuan asisten.

B. Sifat Operasi
1. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien.
2. Bedah Emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat
mendadak untuk menghindari kmplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.

BAB III

8
TATA LAKSANA

A. Penjadwalan Operasi
Penjadwalan pasien yang akan dioperasi dikamar bedah agar dapat dilaksanakan
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Prosedur penjadwalan dapat dilihat di SPO

B. Penerimaan Dan Penyerahan Pasien


Menerima pasien yang akan dilakukan tindakan operasi yang diantar petugas,
baik rawat inap, IGD, Poliklinik maupun ruang bersalin.
Agar tidak terjadi kesalahan pasien dan kesalahan diagnose/tindakan maka perawat
pre operasi memeriksa kelengkapan pasien :
1. Nama pasien
2. Riwayat penyakit (ashma, alergi obat dan riwayat penggunaan obat steroid dalam
tiga bulan terkhir).
3. Terpasang gigi palsu atau tidak, bila ya petugas anasthesi membantu untuk
melepaskannya.
4. Menanggalkan semua perhiasan pasien dan menyerahkannya kekeluarga pasien.
5. Pastikan kuku dan bibir pasien bebas dari zat pewarna (cutek dan lipstick) bila
masih ada, petugas anesthesia membantu membersihkannya.
6. Dokumen pasien : Informed consend, hasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan fisik terakhir

C. Persiapan Operasi
Dalam pemberian rasa aman dan nyaman kepada pasien sangat berhubungan dengan
pemberian informasi yang sejelas-jelasnya mencakup manfaat dan risiko
pembedahan . Beberapa hal yang perlu perbaikan sebagai berikut :
1. Informed consend perlu dibuat secara tertulis dan untuk operasi standart
dikuatkan risalah informasi bahwa agar memudahkan dalam pemberian karena
factor bebas pelayanan yang cukup banyak.
D. Kerjasama Antar Disiplin

9
1. Pre Operasi
a. Persiapan Operasi : Persiapan Operasi, pasien diperiksa di UGD oleh perawat
UGD kemudian hasilnya dilaporkan/ dikonsulkan ke dokter anastesi
b. Evaluasi Pra Bedah : Dokter operator harus melakukan evaluasi pra bedah
untuk menentukan kemungkinan pemeriksaan tambahan dan konsultasi lain
untuk membuat suatu asesmen pra bedah. Semua informasi yang diberikan
pada pasien, mengenai kondisi pasien, rencana tindakan, alternative tindakan,
tingkat keberhasilan, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan rencana
pengelolaan pasca bedah harus didokumentasi lengkap dan disertakan dalam
rekam medis pasien dan ditandatangani oleh dokter bedah yang bersangkutan.
c. Durante Operasi
1) Bila timbul penyulit selama operasi dokter operator minta konsul kepada
dokter anastesi.
2) Perawat pelayanan menghubungi dokter konsulen anastesi yang bertugas.
d. Prusedur umum durante operasi :
 Melakukan Aseptik dan antiseptic pada area operasi.
 Tutup area non steril dengan linen operasi steril.
 Membantu pelaksanaan operasi, sebagai scrub nurse dan sirkuler
 Menutup luka operasi
2. Post Operasi
a. Pasien diantar ke ruang pulih oleh penata anestesi dan perawat sirkuler dan
diobservasi diruang pulih dibawah tanggung jawab dokter anastesi.
b. Memonitoring keadaan pasien yang telah dilakukan tindakan operasi dengan
mengukur tanda – tanda vital dan mencatat pada lembar pengawasan, apabila
kondisi pasien menurun menunjukkan kearah yang lebih buruk atau tidak
stabil dan untuk dilakukan re operasi atau dilakukan pengawasan di HCU.
c. Pasien dipindahkann ke ruang rawat inap sesudah mendapat persetujuan
dokter Anestesi dan diserah terimakan kepada perawat rawat inap yang
menerima pasien.

E. Pelayanan Bedah

10
1. Pemeriksaan Pra bedah dan Perencanaan Pra bedah yang berdokumentasi
Dokter operator harus melakukan evaluasi pra bedah untuk menentukan
kemungkinan pemeriksaan tanbahan dan konsultasi lain untuk membuat suatu
asesmen pra bedah. Semua informasi yang diberikan pada pasien mengenai
kondisi pasien, diagnosis penyakit (indikasi operasi/tindakan), Alasan mengapa
harus dilakukan operasi/tindakan, hal yang akan terjadi bila tidak dilakukan
operasi/tindakan, apa yang dilakukan saat operasi atau tindakan, rencana tindakan,
alternative tindakan, tingkat keberhasilan, komplikasi operasi atau tindakan yang
mungkin terjadi, alternative terapi atau tindakan lain (bila ada), prognosis /
kemungkinan-kemungkinan gambaran kedepan yang terjadi dan rencana
pengelolaan pasca bedah, perkiraan biaya, harus di dokumentasikan lengkap dan
disertakan dalam rekam medis pasien dan ditanda tangani oleh pasien atau
keluarga, dokter bedah yang bersangkutan/DPJP, saksi pihak pasien atau keluarga
dan saksi pihak RS. INformasi yang diberikan dicatat dalam lembar khusu
informed consent yang disertakan dalam rekam medis pasien.
2. Edukasi Pasien dan Keluarga
Dokter operator melakukan edukasi kepada pasien dan kelurga mengenai :
a. Prosedur yang akan dijalani baik prosedur bedah atau alternatif tindakan lain.
b. Resiko, komplikasi dan manfaat tindakan yang akan dilakukan .
c. Kemungkinan kebutuhan transfuse darah maupun komponennya beserta
resiko dan manfaatnya.
d. Kemungkinan perawatan diruang rawat intensif ICU/HCU.
3. Time Out dan Sign Out
Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum dilakukan insisi, dokter operator
bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur “time out” dan “sign out” yang tata
caranya dijabarkan dalam SPO
4. Laporan Operasi
Dokter operator harus mendokumentasi semua tindakan bedah dan kejadian –
kejadian yang terjadi selam pembedahan. Dokter bedah mencatat laporan operasi
yang harus memuat minimal :
a. Tanggal dan jam waktu operasi dimulai dan selesai

11
b. Diagnosa pre dan pasca bedah.
c. Dokter operator dan asisten
d. Nama prosedur bedah
e. Spesimen bedah dan pemeriksaan
f. Catatan spesifik yang terjadii selam pembedahan termasuk ada tidaknya
komplikasi. Yang terjadi, dan jumlah perdarahan.
g. Instruksi Pasca Bedah.
h. Tanda tangan dokter tang bertanggung jawab.
5. Pemantauan keadaan pasien selama tindakan bedah
a. Pada tindakan bedah dengan anestesi local tanda vital pasien dimonitor secara
kontinu dengan interval sesuai dengan keadaan pasien menurut penilaian
dokter penanggung jawab pasien dan dicatat dam rekam medis pasien.
Pencatatan selama anestesi local atau sedasi ringan dilakukan oleh perawat
sirkuler. Formulir Pemantauan keadaan pasien selama anestesi lokal atau
sedasi ringan ditanda tangani oleh DPJP. Pemilihan jenis obat anestesi local
dan sedasi ringan ditentukan oleh dokter atau DPJP bedah.
b. Pada tindakan bedah dengan anestesi baik umum atau regional kebijakan
pencatatan keadaan tanda vital diserah kepada tenaga anestesi yang bertugas.

BAB IV

12
DOKUMENTASI

Dalam pelaksanaannya, pembuatan laporan pelayanan bedah didokumentasikan dalam


lembar formulir bedah sesuai dengan yang digunakan di rumah sakit

13

Anda mungkin juga menyukai