Neutral It Sumber Daya Air
Neutral It Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
green algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi
manusia dan hewan (Wikipedia, 2013).
Fosfat merupakan satu dari sekian banyak zat-zat kimia dalam detergen yang dapat
merusak lingkungan. Jika jumlah limbah detergen yang dibuang ke lingkungan semakin
banyak maka pencemaran air akan semakin parah. Padahal jika limbah detergen diolah
dengan tepat maka limbah detergen tidak akan mencemari lingkungan bahkan bisa
digunakan kembali (reuse). Mengingat hal tersebut, maka pengolahan limbah detergen
sangat perlu untuk dilakukan, sehingga paradigma masyarakat yang selama ini
menganggap bahwa limbah detergen merupakan penyebab kerusakan air di lingkungan
akan mulai bergeser. Masyarakat akan lebih menganggap bahwa limbah detergen bisa
bermanfaat bagi kegiatan rumah tangga seperti menyiram tanaman, mencuci kendaraan,
sampai menggunakannya untuk mencuci pakaian lagi. Untuk dapat digunakan kembali,
limbah detergen harus disaring untuk menurunkan pH (tingkat keasaman) dan menurunkan
tingkat kekeruhan air limbah tersebut.
Alat saring Neutral It dengan bahan-bahan seperti spons, kain katun, batu cadas
arang aktif, kerikil, dan pasir belerang dapat dipergunakan untuk menyaring limbah
detergen agar pH (tingkat keasaman) limbah menurun dan tingkat kekeruhannya juga
menurun. Dengan demikian, limbah detergen dapat dibuang ke lingkungan tanpa harus
khawatir terjadi pencemaran air bahkan bisa dipergunakan kembali.
Hal inilah yang mendorong kami untuk melakukan penelitian tentang “Penggunaan
Alat Saring Neutral It dengan Media Pasir Belerang untuk Filtrasi Limbah Detergen”.
1.2.1 Apakah alat saring Neutral It dengan media pasir belerang dapat menurunkan pH
(tingkat keasaman) limbah detergen ?
1.2.2 Apakah alat saring Neutral It dengan media pasir belerang dapat menurunkan
tingkat kekeruhan limbah detergen ?
Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui alat saring Neutral It dengan media pasir belerang dapat
menurunkan pH (tingkat keasaman) limbah detergen.
1.3.2 Untuk mengetahui alat saring Neutral It dengan media pasir belerang dapat
menurunkan tingkat kekeruhan limbah detergen.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak sebagai berikut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pasir belerang merupakan senyawa kimia yang pada umumnya ditemukan di daerah
pegunungan. Secara fisik pasir belerang memiliki tekstur yang lembek, berwarna coklat
dan abu-abu serta berbau logam. Pasir belerang merupakan senyawa yang sudah bereaksi
dengan unsur-unsur lain dan mengalami proses oksidasi sehingga tidak dalam wujud
Hidrogen Sulfida (H2S), melainkan dalam bentuk senyawa Asam Sulfat (H2SO4). Senyawa
asam sulfat banyak digunakan dalam industri pupuk, bahan peledak, obat-obatan, zat
pewarna, plastik, pembersih minyak bumi, pembersih logam dari karat, dan menurunkan
basa.
Mengingat pasir belerang mempunyai manfaat yang besar untuk kehidupan maka
pasir belerang perlu dimanfaatkan secara maksimal melalui beberapa upaya pengolahan
misalnya dalam hal menurunkan basa yang terkandung dalam limbah rumah tangga atau
industri.
Namun perlu diperhatikan juga bahaya yang ditimbulkan dari belerang misalnya
senyawa-senyawa belerang yang bertindak sebagai zat pencemar yang berbahaya adalah
SO2 dan SO3 yang dapat menyebabkan radang paru-paru dan tenggorokan (merusak
saluran pernapasan ) dan hujan asam.
untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring, household cleaner sebagai
pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal,
gelas (Arifin, 2008).
Kemampuan detergen untuk menurunkan tingkat berbagai kotoran yang menempel
pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan
infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan
peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat
penggunaan detergen, hal inilah yang menyebabkan detergen menjadi bagian penting yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
Detergen pada umumnya digunakan dalam skala yang besar pada rumah tangga.
Namun, tidak semua rumah tangga memiliki pengolahan limbah yang baik sehingga
mereka cenderung membuang limbah detergen ke sembarang tempat. Pembuangan limbah
detergen ke sungai atau sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya, mengandung
tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air sungai untuk
digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya. Selain
itu, limbah detergen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang
mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah
menjadi menurun. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah detergen yang
mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air.
Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan
seperti ikan, udang dan kerang akan mati.
Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian (Ahsan et al, 2005). Selain itu pencemaran akibat limbah detergen
mengakibatkan timbulnya bau busuk. Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang
merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
Kerugian lain dari penggunaan detergen adalah terjadinya proses eutrofikasi di
perairan. Ini terjadi karena penggunaan detergen dengan limbah yang mengandung fosfat
tinggi yang dapat menimbulkan pertumbuhan tak terkendali bagi eceng gondok dan
menyebabkan pendangkalan sungai. Sebaliknya limbah detergen dengan kandungan fosfat
yang rendah beresiko menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik.
BAB III
METODE PENELITIAN
Mencari data √ √
Membuat desain alat saring √ √
Konsultasi penelitian √
Pematangan data √
Penulisan Laporan √
Pembuatan alat saring √
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik kualitatif. Teknik kualitatif yaitu dengan menganalisis data yang tidak berupa
angka dan hitungan. Dalam penelitian ini, data yang dianalisis adalah kekeruhan dan pH
(tingkat keasaman) limbah detergen setelah disaring.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Mekanisme Kerja Alat Saring Neutral It dengan Media Pasir Belerang
Alat yang kami buat merupakan gabungan 2 (dua) prinsip kerja yaitu penetralan dan
juga penyaringan. Alat yang kami buat terdiri dari 2 (dua) buah bak dengan ukuran yang
berbeda. Untuk proses penetralan, bak yang digunakan berukuran 15 cm x 15 cm x 25 cm.
Sedangkan, bak kedua yang digunakan untuk penyaringan berukuran 15 cm x 15 cm x 75
cm. Ukuran bak penyaring lebih tinggi karena dalam proses penyaringan tersebut
menggunakan lebih banyak bahan dibanding proses penetralan. Pada bagian dasar bak
diberi lubang sebagai tempat pengeluaran hasil dari proses penetralan dan penyaringan.
Gambar bak dapat dilihat pada gambar 1.1.
Bak pertama yang berukuran lebih kecil ini berfungsi untuk menurunkan pH (tingkat
keasaman) atau untuk menetralkan air limbah detergen yang bersifat basa, sehingga
mendekati pH 7. Pada bak pertama ini terdiri dari 2 (dua) buah bahan yaitu pasir belerang
dan ijuk.
Lapisan paling bawah diisi dengan ijuk. Ijuk yang digunakan merupakan ijuk bekas
yang telah dicuci hingga benar-benar bersih. Bak diisi ijuk sampai ketinggian ± 10 cm dari
dasar bak. Pengisian ijuk ini dimaksudkan untuk menahan agar lapisan pasir belerang tidak
hanyut terbawa oleh air limbah.
Bak kedua berfungsi untuk menyaring air yang telah dinetralkan pada proses
pertama. Bak kedua terdiri dari 6 (enam) lapisan yaitu lapisan spons, kain katun, batu
cadas, ijuk, arang aktif, dan kerikil. Semua bahan-bahan tersebut telah dicuci dan dijemur
hingga kering baru kemudian digunakan.
Lapisan paling atas diisi dengan kerikil dengan diameter ± 1-2 mm. Bak diisi dengan
kerikil setinggi 10 cm. Lapisan kerikil ini berfungsi untuk menyaring kotoran yang
berukuran besar yang terdapat dalam limbah detergen. Kotoran atau sampah yang
berukuran besar tidak akan mampu melewati lapisan kerikil dan akan tertinggal pada
bagian atas kerikil.
Lapisan kedua yaitu arang aktif atau karbon aktif. Tinggi lapisan arang aktif yang
dimasukkan ke dalam bak adalah 10 cm. Arang aktif ini dapat berupa arang batok kelapa
dan arang kayu. Arang batok kelapa dan arang kayu dihancurkan sehingga ukurannya
menjadi lebih kecil, yaitu berdiameter ± 2-3 mm. Arang aktif memiliki permukaan atau
bidang serap yang luas. Oleh karena itu arang berfungsi untuk menyerap kotoran dari
limbah detergen. Selain itu arang aktif juga mampu menyerap warna dan mengurangi bau.
Di lapisan ketiga diisi dengan ijuk. Ijuk diisi dengan ketinggian 15 cm. Ijuk disusun
rapat agar celahnya semakin sempit sehingga kotoran yang ukurannya lebih kecil tidak bias
turun.
Selanjutnya lapisan keempat menggunakan batu cadas setinggi 10 cm. Batu cadas
yang kami pakai merupakan sisa-sisa pembangunan Pura di sekolah. Batu cadas yang kami
kumpulkan dipecahkan hingga ukurannya ± 5-10 mm. Batu cadas ini adalah batu yang
memiliki pori-pori kecil dan banyak sehingga dapat menyerap warna.
Lapisan kelima menggunakan kain katun setinggi 5 cm. Kain katun memiliki celah
yang kecil sehingga kotoran yang tidak mampu disaring oleh batu cadas akan disaring lagi
oleh kain katun.
Lapisan paling bawah atau dasar adalah spons dengan ketebalan 15 cm. Spos harus
dicuci terlebih dahulu agar bersih sehingga tidak ada bahan-bahan berbahaya yang
tertinggal. Lapisan spons diletakkan pada lapisan paling bawah karena spons memiliki
pori-pori yang paling kecil. Sehingga kotoran yang tidak mampu disaring oleh bahan-
bahan diatasnya akan disaring kembali oleh spons ini sehingga air yang keluar nantinya
akan benar-benar bersih.
Setelah semua bahan dimasukkan dan disusun, selanjutnya kedua bak tersebut
diletakkan bertingkat, dengan posisi bak penetralan atau penurunan pH (tingkat keasaman)
berada di atas bak penyaringan atau penurunan tingkat kekeruhan. Proses penetralan
dilakukan terlebih dahulu karena hasil dari proses penetralan masih keruh sehingga perlu
disaring lagi oleh bak penyaringan.
Mekanisme kerja dari alat kami adalah pertama air dimasukkan ke dalam bak
pertama secara perlahan. Disini limbah detergen akan diturunkan pH (tingkat
keasamannya) oleh pasir belerang. Kemudian air akan turun dan keluar melalui lubang
yang dibuat menuju ke bak kedua. Pada bak kedua air limbah akan disaring kekeruhan,
warna dan baunya. Setelah proses penyaringan selesai maka air bersih akan dikeluarkan
melalui lubang kedua menuju ember penampungan. Proses penyaringan ini diulang
sebanyak 2 (dua) kali untuk memperoleh hasil yang maksimal.
4.2 Alat Saring Neutral It dengan Media Pasir Belerang dapat Menurunkan pH
(Tingkat Keasaman) Limbah Detergen
Penelitian yang kami lakukan meneliti 3 (tiga) buah sampel limbah detergen dengan
tingkat pH yang berbeda-beda. pH (tingkat keasaman) limbah yang kami pakai sebagai
sampel yaitu 8,20; 9,05; dan 10,26. Ketiga limbah detergen yang kami teliti memiliki
tingkat kekeruhan yang hampir sama dan tercemar pewarna sintetis pakaian (warna
merah). Setiap sampel dilakukan penetralan dan penyaringan masing-masing sebanyak 2
(dua) kali. Data dari hasil penetralan tersebut kami sajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut.
pH (tingkat keasaman)
Sampel
Awal Uji I Uji II
I 8,20 7,56 7,36
II 9,05 7,65 7,46
III 10,26 7,77 7,58
Pada bak pertama terjadi reaksi kimia antara asam sulfat (H 2SO4) dan juga natrium
hidroksida (NaOH). Pasir belerang yang bersifat asam memiliki nilai molar (M) kurang
lebih 1,2 x 10-6. Volume dari pasir belerang itu adalah 15 cm x 15 cm x 10 cm = 2250 cm 3.
Untuk reaksi yang pertama limbah detergen yang kami uji memiliki pH 8,20 dengan
volume 1 liter. Reaksi penetralannya adalah sebagai berikut.
= 5,80
M = 1,6 x 10-6
n NaOH1 = M x V
Reaksi akan bersifat netral apabila jumlah mol NaOH = jumlah mol H2SO4
2 NaOH = H2SO4
2 x n NaOH1 = M2 . V2
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah mol NaOH tidak sama
dengan jumlah mol H2SO4. Namun selisih antara jumlah mol NaOH dan jumlah mol H2SO4
sangatlah kecil. Itu berarti reaksi tersebut akan menghasilkan larutan yang memiliki pH
yang mendekati 7 namun memiliki sedikit sifat basa. Secara perhitungan maka pH
akhirnya sebagai berikut.
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4 mmol
[OH-] =
= 1,53 x 10-7
= 7 - 0,18
= 6,82
pH = 14 – pOH
= 14 – 6,82
= 7, 18
Pada sampel II reaksi kimia yang terjadi sama dengan reaksi pada sampel pertama
hanya saja terjadi perbedaan pH yang diuji. Sampel yang kedua memiliki nilai pH yang
lebih tinggi yaitu 9,05. Pada sampel yang ke II ini ternyata terjadi penurunan pH juga pada
uji pertama dan uji kedua. Pada uji pertama terjadi penurunan pH yang tajam yaitu sebesar
1,4. Uji kedua pada sampel ke II menyebabkan pH air limbah turun menjadi menjadi 7,46.
pH tersebut masih tergolong dalam pH air yang normal, meski nilai pHnya memiliki selisih
0,28 dari perhitungan seharusnya.
Hal yang sama terjadi pula pada sampel yang ke III. Dengan menggunakan cara
perhitungan yang sama, hasil akhir pH airnya akan mendekati netral. Berdasarkan hasil
pengamatan penurunan pH yang sangat mencolok terjadi saat uji yang pertama. Pada uji
yang pertama terjadi penurunan pH sebesar 2,49. Sedangkan pada uji yang kedua terjadi
sedikit penurunan sehingga pHnya menjadi 7,58. Hasil akhir pada sampel ke III ini juga
menunjukkan tingkat keasamaan yang mendekati netral namun sifat airnya sudah
mendekati sifat basa.
Data dari hasil percobaan menunjukan angka yang tidak berbeda jauh dari hasil
perhitungan secara kimia. Ini menunjukkan bahwa alat ini efektif dalam menurunkan pH
limbah detergen yang berifat basa sehingga kembali nomal.
4.3 Alat Saring Neutral It dengan Media Pasir Belerang dapat Menurunkan Tingkat
Kekeruhan Limbah Detergen
Penyaringan ditujukan untuk mengubah bentuk fisik air sehingga masuk dalam
kategori air yang baik. Kategori air yang baik dilihat dari 3 (tiga) hal pokok yaitu bau,
warna, dan kekeruhan. Air yang memiliki kualitas fisik yang baik adalah air yang tidak
berbau, tidak berwarna dan jernih.
Maka dari itu hasil percobaan yang kami lakukan menggunakan tiga indikator di atas
sebagai pengukur tingkat keberhasilan penyaringan. Untuk mengetahui baunya, kami
mencium bau air hasil dari penyaringan. Untuk melihat warna air kami meletakkan kertas
putih dibelakang sampel air hasil penyaringan sehingga perbedaan warnanya terlihat lebih
jelas. Dan untuk mengetahui tingat kekeruhan air kami mengujinya dengan menggunakan
kaca arloji. Apabila kaca arloji terlihat dengan jelas jika dimasukkan ke dalam air hasil
penyaringan maka air memiliki tingkat kejernihan yang baik.
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, data yang diperoleh kami sajikan
dalam bentuk tabel seperti dibawah ini.
Dari data tersebut dapat dilihat sampel I, II, dan ke III memiliki kondisi awal yang
hampir sama yaitu memiliki bau yang wangi, warna air kemerahan dan tingkat kekeruhan
air yang tunggi.
Setelah mengalami uji yang pertama baik pada sampel I, II, dan III terjadi perbaikan
kualitas air secara fisik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji yang pertama bau air
limbah sampel I, II, dan III sedikit berkurang. Dan ketika dilakukan uji yang kedua bau
wangi pada air limbah menghilang. Ini menunjukkan bahwa arang dan batu cadas dapat
berfungsi dengan baik dalam menghilangkan bau.
Dilihat dari segi warnanya, pada air limbah I, II, dan III sama-sama mengalami
perubahan warna. Uji yang pertama warna air limbah berubah dari merah menjadi
kekuningan. Itu berarti warna sintetis yang larut dalam air dapat diserap sehingga pada uji
yang kedua dihasilkan air limbah yang lebih jernih meski masih sedikit berwarna
kekuningan. Hal tersebut menujukkan bahwa batu cadas yang kami gunakan memang
dapat menyerap warna meskipun belum optimal.
Untuk indikator yang terakhir yaitu tingkat kekeruhan air limbah, kami mengujinya
dengan menggunakan kaca arloji. Kondisi awal ketiga sampel limbah cucian yang kami
gunakan memilki tingkat kekeruhan yang tinggi. Itu dibuktikan dengan kaca arloji yang
dimasukkan tidak terlihat dari permukaan air. Setelah dilakukan uji yang pertama kaca
arloji kembali dimasukkan ke dalam air hasil penyaringan dan ketika dilihat dari atas
permukaan kaca arloji mulai sedikit terlihat. Dan setelah dilakukan uji yang kedua hasilnya
kaca arloji dapat terlihat jelas dari permukaan air. Ini berarti tingkat kekeruhan air dapat
dikurangi dari proses penyaringan.
Berdasarkan ketiga indikator tersebut berarti alat kami dapat meningkatkan kualitas
air secara fisik. Limbah detergen yang awalnya berbau wangi, berwarna merah dan keruh
dapat diubah menjadi air yang memilki wujud fisik seperti air standar, yaitu tidak berbau,
tidak berwarna, dan jernih.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Bedasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka kami dapat menarik simpulan
sebagai berikut.
5.1.1 Alat saring Neutral It dengan media pasir belerang dapat menurunkan pH (tingkat
keasaman) limbah detergen, hal tersebut dapat terlihat dari ketiga sampel yang
diteliti mengalami penurunan pH hingga mendekati pH normal.
5.1.2 Alat saring Neutral It dengan media pasir belerang dapat menurunkan tingkat
kekeruhan limbah detergen, itu terbukti dari hasil proses penyaringan yang tidak
berbau, tidak berwarna, dan jernih.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka diajukan beberapa saran sebagai
berikut.
5.2.1 Kepada masyarakat disarankan agar mampu mengolah sendiri limbah detergen
yang dihasilkan dalam rumah tangga sebelum dibuang ke lingkungan, sehingga
mengurangi pencemaran lingkungan.
5.2.2 Kepada pemerintah disarankan agar lebih mendukung penemuan-penemuan baru
yang dapat memberikan solusi dalam mengatasi pencemaran lingkungan.
5.2.3 Kepada peneliti lain disarankan agar dapat mengembangkan penelitian ini dalam
ruang lingkup yang lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan S. 2005. Effect of Temperature on Wastewater Treatment with Natural and Waste
Materials [Original Paper] . Clean Technology Enviroment Policy. 7:198-202.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Statistik Lingkungan Hidup Pengelolaan B3 dan
Limbah B3. http://tutorjunior.blogspot.com (diakses pada tangga 04 April 2014).
Jurado, E et all. 2006. Enzyme Based Detergent formulas for Fatty Soils and Hard Surface
in a Continous Flow Device . Journal of Surfactant and Detergents. Vol. 9. Qtr 1.