Jenis-Jenis Putusan Hakim PDF
Jenis-Jenis Putusan Hakim PDF
M. Hamdan l
Abstrak
Kinds of judgements in criminal case regulated and formulated in Act
No.8//98J (criminal procedure code), that is judgement of convict,
judgement of acquittal judgement or judgement of justification. That
judgement will be changed. The change is formulated in Act Draft about
Criminal Procedur Code year 2009 (RUU HAP). The three ofjudgements in
that draft are not right because of (1) 170 sanction without fault principle, (2)
in appropriate with subjective and objective sentence of criminal
perpetration, (3) inappropriate with no criminal between justification reason
and excuse reason doctrine in acquittal judgement and justification
judgement.
I. Pendahuluan
KUHAP yang merupakan karya agung pada tahun 198 L sekarang ini
dirasakan sudah tidak sesuai lagi, sehubungan dengan beberapa konvensi
internasional yang berkaitan langsung dengan hukum acara pidana telah
diratifikasi, oleh karena itu perlu diperbarui. Pembaruan hukum acara pidana
ini juga dimaksudkan untuk lebih memberikan kepastian hukum dan
ketertiban hukum bagi masyarakat. 2 Pembaruan KUHAP tersebut sudah
di laksanakan dalam bentuk draf Rancangan Undang-undang Tentang Hukum
Acara Pidana (RUU HAP) Tahun 2009, dan termasuk sebagai salah satu
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun 2010. Salah satl! pembaruan
yang terdapat dalam Rancangan ini adalah tentang jenis-jenis putusan hakim,
sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 187 RUU HAP.]
II. Permasalahan
3 Selama ini jenis-jenis putusan disebut dengan putusan pengadilan (bukan putusan
hakim) sebagaiman yang terdapat dalam KUHAP (Undang-undang No.8 Tahun 1981, yang
terdiri dari:
a. Putusan pemidanaan sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 193 KUHAP yang
berbunyi: "jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana".
b. Putusan bebas sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 191 ayat (I) KUHAP yang
berbunyi: "jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan
terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas".
c. Putusan lepas dari segala tuntutan sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 191 ayat (2)
KUHAP yang berbunyi: "jika pengadilim berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan
kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka
terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum".
507 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No, 4 Oktober-Desember 2010
kepastian hukum dan ketertiban dalam masyarakat, akan tetapi juga harus
taat asas, dan berdasarkan teori serta sinkronisasi (keharmonisan) antara satu
peraturan dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
III. Pembahasan
Asas ini dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah "geen straJ
zander schuld", yang menjadi dasar dari baik hukum positif maupun
4
teori . Asas ini adalah asas mutlak yang harus dihormati dalam
putusan hakim. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada siapa
saja (terdakwa) yang melakukan tindak pidana, jika orang tersebut
tidak mempunyai kesalahan . Laksana sebuah gedung bertumpu pada
fundamennya, demikian juga pidana bertumpu pad a kesalahan. Karena
kesalahan, pidana menjadi sah. Dengan perkataan lain: kesalahan
5
adalah dasar yang mensahkan pidana. Dengan demikian apabila
putusan pemidanaan itu tidak didasarkan pada kesalahan , maka
putusan pemidanaan tersebut tidak sah. Asas kesalahan ini juga secara
jelas diatur dalal11 Pasal 6 ayat (2) Undang-undang No.4 Tahun 2004
6
tentang Kekuasaan Kehakil11an.
Jika diperhatikan bunyi putusan yang dirumuskan dalam Pasal
187 ayat (I) RUU HAP, jelas rumusan ini tidak tepat, karena
bertentangan dengan asas kesalahan sepelti tersebut di atas. Pasal 187
ayat (I) RUU HAP berbunyi: "jika hakil11 berpcndapat bahwa hasil
4 Utrecht. "I-Iukum Pidana [" , (Bandung: Penerbit Universitas, 1960). hal. 254 .
dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-
undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggungjawab, telah
bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya" .
Jenis-jenis Putusan Hakim dalam Perkara Pidana, Hamdan 508
7 Aliran klasik dalam hal pemidanaan pada prinsipnya berpendapat bahwa pi dana
harus sesuai dengan perbuatannya (let the punishmernt fit the crime). Sebaliknya aliran
modern dan neo-klasik berpendapat bahwa pidana harus sesuai dengan pelaku tindak pidana
(leI the p unishmerntfit the criminal). Lihat Muladi dan Barda Nawawi Arief. "Teori-teori dan
Kebijakan Pidana" , (Bandung: Alumni, 1984), hal. 61-63. Mu1adi, "Lembaga Pidana
Bersyarat", (Bandung: Alumni, 1985), hal. 42-43 .
8 Aliran monistis dalam hal syarat untuk menjatuhkan pidana berpendapat bawa,
pada prinsipnya orang dapat dipidana apabiJa melakukan tindak pidana. Aliran ini berpendapat
bahwa antara perbuatan dengan pertanggungjawaban pidana merupakan satu kesatuan.
Sebaliknya aliran dualistis berpendapat bahwa antara perbuatan pidana dengan
pertanggungjawaban pidana, merupakan dua hal yang berbeda (dipisahkan). Lihat Sudarto,
"Hukum Pidana I", (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990), ha1.40. A.Z.Abidin, Bunga Rampai
" Hukum Pidana", (Jakarta: Pradnya Paramita. 1983), haI.47-48. A. Zainal Abidin Farid.
" Hukum Pidana I", (Jakarta: Sinar Grafika. 1995), haI.43-44. Roeslan Saleh, " Perbuatan dan
Pertanggungjawaban Pidana Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana", (Jakarta: Aksara,
1983), hal. 75-79.
509 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 NO,4 Oktober-Desember 2010
Rumusan Pasal 187 ayat (1) RUU HAP ini juga ternyata tidak
lebih baik dari Pasal 193 KUHAP yang mau diperbarui. Dibandingkan
dengan Pasal 193 KUHAP yang mengatur tentang putusan
pemidanaan ini, maka Pasal 193 KUHAP adalah lebih baik, oleh
karena perumusannya tetap mencantumkan tentang kesalahan
terdakwa, disamping tentang tindak pidana yang didakwakan. 9 Dengan
kata lain KUHAP jelas lebih baik perumusannya, karena menganut
asas kesalahan, disamping menganut system daad-dader straafrecht
dalam hal pemidanaan, yang tetap memperhatikan pada perbuatan dan
(kesalahan) pelaku . Selanjutnya jika perumusan RUU HAP ini tetap
dipertahankan, hal ini juga bertentangan dengan bunyi Pasal 44 ayat
(I) KUHPidana 10 dan maksud dari Pasal 4 ayat (1) Undang-undang
No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.11 Oleh karena
berdasarkan kedua pasal tersebut maka orang gila dan anak yang
berumur dibawah 8 tahun, tidak dapat dipidana. Sedangkan menurut
Pasal 187 ayat (I) RUU HAP hakim akan menjatuhkan pidana kepada
merka itu (yang sesungguhnya tidak dapat dipertanggungjawabkan)
karena terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pi dana,
meskipun sebenarnya menurut Undang-undang Pengadilan Anak dan
KUHP merka tidak dapat dipidana. Dengan kata lain penyusunan RUU
HAP tidak memperhatikan harmonisasinya dengan peraturan
perundang-undangan yang lain (antara hukum pidana formil dengan
hukum pidana materiel tidak sinkron/harmonis) .
II Pasal Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak berbunyi: "Batas umur
Anak Nakai yang dapat diajukan ke Sidang Anak adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan)
tahun tetapi, belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin",
Selanjutnya dalam Penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa anak yang belum mencapai
umur 8 (delapan) tahun dianggap belum dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Jenis-jenis Putusan Hakim dalam Perkara Pidana, Hamdan 510
12 Lihat Andi Hamzah , "Asas-asas Hukum Pidana", (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
USU Press, 2008), hal.! mengutip Arnhem E. Ph. R. Sutorius (1988). "Alasan-alasan
Penghapus Kesalahan Khusus", Penerjemah Wonosutanto. Bahan Penataran Hukum Pidana
Angkatan II. Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda. Bandar Lampung: FH Unila. hal. 11.
511 Jurnai Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No, 4 Oktober-Desember 2010
15 Schaffmeister, Op. Cit., "A Justification speaks to the rightness of the act; an
excuse, to whether the actor is accountable for a concededly wrongful act". Fletcher, George
P., "Rethinking Criminal Law", (New York: Oxford University Press, 2000), hal. 56-58.
16 Hamdan. Op. Cit., hal. 21. "In general the courts have tended to mix arguments of
j ustification whit those of excuse whitout noticing the distinction", Andrew Ashworth,
" Principle of Criminal Law ", (New York: Oxford University Press, 2003), hal. 225 .
17 Lihat Schaffmeister. Op. Cit., ha1.l48-150. Remmelink. Op. Cit., hal. 209-227 .
Saleh. Op. Cit., hal. 95-96. Moeljatno.Op.Cit.ha1.29-30. Abidin. Op. Cit., ha1.48-49. Farid. Op
Cit., hal. 203.
Jenis-jenis Putusan Hakim da/am Perkara Pidana, Hamdan 512
Hukum Pidana Indonesia Studi Kasus tentang Penerapan dan Perkembangannya dalam
Yurisprudensi", (Bandung: Alumni, 2002), hal. 51-56.
5/3 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No.4 Oktober-Desember 2010
IV. Penutup
Daftar Pustaka
Buku