Anda di halaman 1dari 18

Penyempitan Pada Aliran Darah Mempengaruhi Ekstremitas Atas

Hermita Octoviagnes Buarlele (102013148)

Lidya Oktavia (102013254)

Ricky Djunaedi (102014008)

Vivian Chau (102014036)

Retty Tonapa (102014121)

Fakhrurrozi Pratama (102014129)

Dewi Luckyta Mahenu (102014195)

Lynett Dawina Tokiu (102014253)

Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi : Jalan Tanjung Duren Raya Lama No.2,Jakarta Barat
fakhrurrozi.2014fk129@civitas.ukrida.ac.id

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Abstrak
Setiap kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, baik saat kita sedang bekerja, belajar,
berolahraga, bermain, bahkan beristirahat membutuhkan kerja dari sistem kardiovaskular
agar dapat berjalan dengan baik. Jantung merupakan salah satu organ manusia yang bersifat
fundamental. Pada Jantung secara anatomi memiliki 4 ruangan yang membentuknya, terdapat
2 atrium sinister dan dexter kemudian terdapat 2 ventrikel pada sisi sinister dan dexter.
Jantung adalah organ yang dipersarafi oleh saraf otonom, mendapat persarafan dari serabut
simpatis dan para simpatis yang tersusun dari saraf otonom melalui plexus cardiacus yang
terletak di bawah arcus aorta. Pasokan darah yang membawa darah dengan O2 ke jantung
terutama dilakukan oleh a.coronaria yang berasal dari sinus aorta. Sel-sel jantung memiliki
laju ritme yang berbeda-beda, namun nodus SA menjadi pemacu normal untuk jantung, untuk
membaca perubahan potensial yang terjadi pada kulit sekitar jantung kita membutuhkan suatu
alat yang disebut elektrokardiograf yang disingkat EKG. Angina pectoris merupakan sindrom
klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri miokard berkurang sehingga ketidak
seimbangan terjadi antara suplay O2 ke miokardium yang dapat menimbulkan iskemia
sehingga mempengaruhi ekstremitas bagian atas yang menjalar hingga ke punggung.

Kata Kunci : jantung, O2, darah

Abstract

Every activity we do every day, whether we're working, learning, exercise, play, even at rest
requires the work of the cardiovascular system in order to run properly. The heart is one of
the fundamental human organs. At the heart are anatomically has four rooms that make it up,
there are two atria sinister and dextra then there are two ventricles on the sinister and dextra.
The heart is an organ that is innervated by the autonomic nerves, got innervation of
sympathetic fibers and composed of the sympathetic autonomic nerves through cardiacus
plexus located below the aortic arch. O2 of blood supply to the heart is mainly done by
a.coronaria originating from the aortic sinus. The cells of the heart rhythm has a different
rate, but the SA node becomes normal pacemaker for the heart, to read the potential changes
that occur on the skin around the heart we need a tool called abbreviated EKG
electrocardiograph. Angina pectoris is a clinical syndrome caused by arterial blood flow to
the myocardium is reduced so that an imbalance occurs between O2 supply to the
myocardium that may cause ischemia thereby affecting the upper limb that spread to the
back.

Keywords: heart, O2, blood

Pendahuluan

Setiap kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, baik saat kita sedang bekerja, belajar,
berolahraga, bermain, bahkan beristirahat membutuhkan kerja dari sistem kardiovaskular
agar dapat berjalan dengan baik. Sistem respirasi memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, gangguan pada sistem ini dapat menyebabkan gangguan pada
kegiatan sehari-hari hingga bahkan kematian.

Jantung merupakan salah satu organ manusia yang bersifat fundamental. Dikatakan
fundamental dikarenakan fungsi utamanya yang menyokong kehidupan manusia, tentunya
selain jantung ada pula organ lain yang juga ikut mempertahankan kehidupan manusia,
seperti paru-paru. Seperti yang sudah kita semua ketahui, bahwa jantung berperan dalam
sistem sirkulasi darah. Darah yang disirkulasikan oleh jantung mengandung oksigen dan sari-
sari makanan yang dibutuhkan oleh jaringan-jaringan pada tubuh manusia terutama otak.
Selain mengangkut oksigen dan sari-sari makanan, karbondioksida dan zat-zat hasil
metabolisme juga ikut disirkulasikan oleh jantung, sehingga tercipta lah suatu sistem transpor
dalam tubuh. Darah pada jantung selama mengalir di dalam pipa-pipa darah akibat kerja
pompa jantung terbagi menjadi aliran sirkulasi pembuluh darah pulmonal dan sistemik.
Pada kasus ini seorang laki-laki berusia 57 tahun di bawa ke unit gawar darurat dengan
keluhan nyeri dada yang menjalar ke punggung dan lengan kiri. Setelah melakukan
pemeriksaan fisik dokter memberitahukan keluarga bahwa pasien tersebut menderita Angina
pectoris dan perlu dilakukan pemeriksaan EKG.

Tujuan makalah ini dibuat agar mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya proses
perdarahan pada tubuh.

Organ Jantung Manusia

Organ jantung merupakan organ muskulus berongga yang berfungsi sebagai pompa untuk
mempompakan darah dan memberdayakan sistem sirkulasi darah, sehingga darah dapat
sampai ke jaringan-jaringan. Jantung terletak di sebelah posterior dari sternum dan kartilago
kosta, di sebelah anterior dari oesophagus, dan terletak di dalam mediastinum inferior, pars
media yang terselubung oleh mediastinum. Dua pertiga dari jantung dapat ditemukan terletak
di sebelah sinistra dari linea midsternal. Jantung memiliki ukuran sebesar kepalan tangan
pemiliknya dan memiliki bentuk seperti kerucut yang tumpul pada ujung sinistra pada
jantung. Ujung atas jantung yang lebar mengarah ke bahu kanan, sedangkan ujung bawah
yang mengerucut yang biasa disebut apex cordis, lebih mengarah ke panggul kiri. Detakan
jantung sering dirasakan pada bagian sinistra dada, padahal sebenarnya jantung terletak di
tengah-tengah dada. Efek detakan jantung yang berada di sebelah sinistra disebabkan karena
apex jantung yang berdetak kuat bagian dada kiri saat jantung berdenyut.1-3

Jantung dibungkus oleh sebuah lapisan berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil
yang dikenal dengan perikardium. Selain membungkus jantung, perikardium juga ikut
menyelimuti pembuluh-pembuluh darah besar. Perikardium pada jantung disebut juga
sebagai kantung serofibrosa dikarenakan komponennya yang terdiri atas komponen fibrosa
dan serosa. Oleh karena itu, perikardium terdiri atas 2 jenis yaitu

Perikardium fibrosa, yang merupakan lapisan kuat yang menyelimuti jantung. Berbentuk
konus dan akan berlanjut ke superior menjadi fascia pretrachealis dan juga bergabung dengan
pangkal dari pembuluh besar. Perikardium ini di sisi inferior atau kaudal, melekat kuat
dengan centrum tendineum diafragma. Pada sisi anteriornya, dibatasi oleh pleura dan paru
terhadap dinding anterior thorax, sedangkan pada sisi posterior berbatasan langsung dengan
trakea, oesophagus dan aorta descendens. Perikardium fibrosa merekat dengan sternum
melalui 2 ligamentum, yaitu melalui ligamentum pericardiacosternalis superior yang
berikatan dengan ujung superior corpus sternum dan ligamentum pericardiacosternalis
inferior yang berikatan dengan ujung inferior dari corpus sternum.1-3

Pada perikardium serosa terdiri atas 2 bagian, yaitu pars parietalis dan pars visceralis dan
memiliki permukaan yang halus dan berfungsi sebagai bantalan bagi jantung. Pada pars
parietalis yang berada pada pericardium berlekatan dengan perikardium fibrosa dan terletak
di inferior perikardium fibrosa, sedangkan pada pars visceralis yang disebut sebagai
epikardium, yang berlekatan langsung dengan jantung. Di antara kedua perikardium ini
terdapat dua sinus yang penting, seperti sinus transversus pericardii, yang terletak di antara
vena cava superior dan atrium sinister di bagian posterior serta truncus pulmonalis dan aorta
di bagian anterior lalu sinus obliquus pericardii, yang terletak di posterior dari atrium sinister,
dan dibatasi oleh vena cava superior et inferior dan vv. pulmonalis yang berjumlah 4 buah.2-3

Pada Jantung secara anatomi memiliki 4 ruangan yang membentuknya, terdapat 2 atrium
sinister dan dexter kemudian terdapat 2 ventrikel pada sisi
sinister dan dexter lihat pada gambar 1.4

Pada Atrium dexter terletak ventrosuperior terdiri atas 2


bagian yaitu atrium propia dan auricula dextra. Pada
atrium propria yang merupakan sebuah ruang di antara 2
vena cava superior et inferior dan ostium
atrioventrikularis. Pada auricula dextra yang berbentuk
seperti kuping ialah kantung yang terdapat di antara vena
cava superior dan ventriculus dexter. Auricula dan atrium
dibatasi dengan sebuah alur yang dikenal dengan sulcus
terminalis. Di sebelah dalam dari alur ini terdapat sebuah
Gambar no. 1 penonjolan berbentuk rigi yang disebut crista terminalis.
Ruang-Ruang Jantung4
Pada Atrium sinister memiliki ukuran yang sedikit lebih
kecil dibandingkan dengan atrium dexter, dan mengisi sebagian besar bagian posterior dari
jantung. Tidak jauh berbeda dengan atrium dexter, atrium ini juga terdiri atas 2 bagian yaitu
atrium propria yang merupakan muara dari keempat v. pulmonalis. Muara ini tidak memiliki
katup. Pada ostium A-V sinistra, dilekati oleh katup yang terdiri atas 2 daun pintu atau biasa
disebut valva bicuspidalis dan auricula sinister yang lebih melengkung dibanding yang
dextra.3
Pada bagian ventriculus dextra sebagian besar menempati permukaan anterior jantung.
Ventriculus dexter memiliki dinding lebih tebal dibandingkan dengan atriumnya, namun
tidak lebih tebal daripada dinding ventriculus sinister. Dinding dari ventriculus ini
mengandung otot yang disebut trabecula carnae. Pada bagian otot trabecula carnae yang
menonjol ke depan dari septum interventrikular ke dinding anterior dikenal dengan moderator
band atau pita moderator yang memiliki fungsi penting untuk konduksi impuls dan mencegah
over distensi dari ventriculus. Terdapat pita moderator yang berfungsi penting untuk
konduksi impuls karena memiliki cabang kanan dari nodus A-V. Seperti halnya dengan
bagian atriumnya, ventriculus dexter juga memiliki beberapa lubang penting, seperti ostium
atrioventricularis dextra yang sebenarnya merupakan lubang berbentuk oval yang dilindungi
oleh sebuah katup dengan tiga daun pintu disebut valva tricuspidalis. Pada ketiga daun pintu
dari valva tricuspidalis dihubungkan oleh chorda tendinae. Chorda tendinae sebenarnya
berfungsi untuk mencegah katup terbuka ke arah atrium karna tekanan ventrikel yang tinggi.3

Pada chorda tendinae terdapat perlekatan muskulus papillaris, yang akan ikut berkontraksi
ketika ventrikel mengalami kontraksi dan menarik chorda tendinae ke arah bawah untuk
mempertahankan katup tetap tertutup apabila menerima tekanan yang tinggi dari ventrikel.
Kemudian ventriculus dextra memiliki ostium truncus pulmonalis yang merupakan lubang
pada puncak conus arteriosus. Ostium truncus pulmonalis juga dilindungi oleh sebuah katup
yang disebut valva truncus pulmonalis atau valva semilunaris, karena memiliki 3 daun katup
yang berbentuk seperti setengah bulan sabit. Katup akan terbuka ketika tekanan di dalam
ventrikel melebihi tekanan pada arteri pulmonalis dan akan segera menutup ketika tekanan
ventrikel menurun, agar tetap menjaga aliran darah.1,2,4

Ventriculus sinister memiliki dinding yang jauh lebih tebal dibandingkan dengan ventriculus
dexter dikarenakan fungsinya untuk memompa darah teroksigenasi dengan tekanan tinggi
melalui sirkulasi sistemik. Secara stuktur masih sama dengan ventrikel kanan. Ventrikel kiri
memiliki bentuk yang lebih menonjol, pada puncak konus membentuk apex cordis. Pada
ventrikel kiri terdapat lubang-lubang penting seperti ostium atrioventricularis sinistra dan
ostium aorticum. Pada ostium atrioventricularis sinistra berciri-ciri memiliki ukuran yang
lebih kecil dibandingkan dengan bagian dextra dan dilindungi oleh katup bicuspidalis. Pada
bagian ostium ini terdapat juga adanya trabecula carnae namun memiliki jumlah dan
ketebalan yang lebih dibandingkan dengan yang dexter. Pada ostium ini tidak ditemukan
adanya pita moderator seperti pada ventrikel kanan. Pada ostium aorticum terlihat seperti
lubang bulat pada bagian ventral dan dextra dari ostium A-V sinistra, memiliki katup yang
bentuknya sama seperti katup pada truncus pulmonalis yaitu semilunar. Pada sisi ventrikel
yang letaknya terdapat pada inferior dari ostium aorticum yaitu vestibulum aorticum. Di
antara daun katup dan dinding aorta terdapat pelebaran yang berbentuk seperti kantung
disebut sinus aorticum yang merupakan asal dari a.coronaria dextra dan sinistra.1-3

Jantung adalah organ yang dipersarafi oleh saraf otonom, mendapat persarafan dari serabut
simpatis dan para simpatis yang tersusun dari saraf otonom melalui plexus cardiacus yang
terletak di bawah arcus aorta. Persarafan simpatis pada jantung berasal dari ganglia simpatis
cervicalis superior, media dan inferior dan juga thoracalis I-V. Sedangkan pada persarafan
parasimpatis untuk jantung berasal dari N.vagus yaitu ramus cardiacus superior dan inferior.1-
3

Pasokan darah oksigenasi ke jantung terutama dilakukan oleh a.coronaria yang berasal dari
sinus aorta. Terdapat dua jenis a.coronaria, yang sinister dan yang dexter.1-3

Sepanjang perjalanannya, arteri ini memiliki beberapa cabang, yaitu ramus atrialis yang
bercabang di antara aurikula dextra dan aorta ascendens ke arah posterior dan membentuk
ramus nodus sinuatrial, ramus marginalis dextra yang bercabang pada batas inferior jantung
sepanjang batas inferior menuju ke apex jantung, dan ramus interventricularis posterior yang
bercabang pada bagian posterior jantung dan berjalan menelusuri sulcus interventricularis
posterior. Arteri coronaria dextra dan seluruh cabang-cabangnya memperdarahi atrium et
ventriculus dextrum, nodulus sinuatrial et atrioventricular, septum interatrial, serta sebagian
atrium et ventriculus sinistrum dan septum interventricularis.3

Arteri coronaria sinistra berjalan di antara truncus pulmonalis dan aurikula sinistra, hingga
akhirnya menyusuri sulcus coronarius. Pada bagian posterior dari truncus pulmonalis, arteri
coronaria sinistra bercabang menjadi dua, yaitu ramus interventricularis anterior yang
berlanjut ke sisi kiri dari truncus pulmonalis dan berjalan ke arah apex jantung sepanjang
sulcus interventricularis anterior dan ramus circumflexa yang berjalan ke arah kiri menuju ke
basis jantung sepanjang sulcus coronarius dan berakhir sebelum sulcus interventricularis
posterior. Ramus circumflexa arteri coronarius sinistra mem-bentuk arteri marginalis sinistra
pada tepi kiri jantung, yang akan berjalan menyusuri tepi kiri jantung.3

Pada jantung terdapat pembuluh darah balik, sebagian besar vena jantung akan bermuara
pada sinus coronarius yang kemudian akan dialirkan ke atrium dexter. Sinus coronarius ini
terletak pada bagian posterior sulcus coronarius. Beberapa vena yang bermuara di sinus
coronarius seperti v.cordis magna, v.cordis varva, v.cordis media yang mengikuti
a.interventrikular posterior, v. arterii sinistrii dari atrium kiri, dan v. cordis posterior.3

Organ Jantung Manusia Secara Mikroskopik

Pada organ jantung merupakan organ berotot dan berongga yang berkontraksi secara
berirama untuk memompa darah untuk masuk ke dalam sistem sirkulasi tubuh, baik yang
sistemik maupun yang pulmonal. Secara mikroskopik dinding jantung tersusun atas tiga
lapisan utama, yaitu epikardium di luar, miokardium di tengah, dan endokardium di dalam,
lihat gambar 4. Selain itu, jantung juga memiliki daerah pusat yang fibrosa yang berfungsi
sebagai pangkal katup, selain sebagai tempat asal dan insersi dari miosit jantung.

Gambar no. 2
Gambar no. 4
Lapisan Jantung5
Lapisan Dalam Jantung5

Endokardium pada jantung strukturnya mirip dengan tunika intima pada pembuluh darah.
Terdiri dari selapis sel endotel gepeng, yang terbentang di atas lapisan subendotel tipis
jaringan ikat longgar dengan serat-serat elastin dan kolagen, selain sel otot polos. Di antara
endokardium dan miokardium, terdapat lapisan subendokardium yang menyatu dengan
endomisium yang juga mengandung vena, saraf, dan cabang-cabang sistem hantar-rangsang
jantung.6

Sedangkan pada miokardium merupakan lapisan jantung yang paling tebal dan terdiri atas
sel-sel otot jantung yang tersusun dalam lapisan yang mengelilingi bilik-bilik jantung. Sel-sel
otot jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu sel otot jantung yang kontraktil dan yang non-
kontraktil yang berfungsi sebagai sel pembangkit dan penghantar rangsang. Sel-sel otot
jantung yang menjadi penyusun utama dari lapisan miokardium, memiliki ciri struktur khusus
bila dibandingkan dengan sel otot rangka dan polos. Miosit jantung dirangkai ujung dengan
ujungnya melalui diskus interkalaris.6

Epikardium yang homolog dengan tunika adventisia pada pembuluh darah ialah pembungkus
serosa dari jantung yang membentuk lapisan visceral dari perikardium. Bagian luarnya
ditutupi oleh epitel selapis gepeng yang ditunjang oleh lapisan tipis jaringan ikat. Lapis
subepikardium terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung vena, saraf dan ganglia
saraf. Jaringan lemak yang biasa ditemukan membungkus jantung juga dapat ditemukan pada
lapisan ini.6-7

Katup jantung terdiri atas jaringan ikat padat sebagai pusat, pada katup jantung terdiri dari
lapisan fibrosa, lapisan spongiosa, dan lapisan ventrikuler. Lapisan fibrosa merupakan
kekuatan utama dari katup-katup jantung dan merupakan perpanjangan dari kerangka
jantung. Lapisan spongiosa tersusun atas jaringan ikat longgar yang terletak pada sisi atrium
pada katup AV atau sisi pembuluh darah besar pada katup semilunaris yang disebut arterialis.
Lapisan spongiosa mengandung proteoglikan dalam jumlah besar, sehinga dapat berfungsi
sebagai penahan getaran yang timbul saat katup menutup, juga sebagai komponen elastis dari
daun katup. Terakhir, lapisan ventrikuler berada pada sisi atrium dan ventriculus daun katup
dan terlapisi oleh lapisan endotel. Mengandung jaringan ikat padat, lapisan ventrikuler
berlanjut sebagai chordae tendineae yang terikat pada musculus papillaris.6-7

Pada rangka jantung kerangka fibrosa jantung terdiri dari jaringan ikat padat. Komponen
utamanya ialah septum membranaseum, trigonum fibrosum, dan annulus fibrosus. Bangunan
ini terdiri atas jaringan ikat padat, dengan serat-serat kolagen kasar yang teorientasi ke
berbagai arah. Pada beberapa daerah tertentu ditemukan nodulus tulang rawan fibrosa.6

Satu lagi jenis jaringan yang secara khusus ada pada jantung adalah serat-serat Purkinje yang
memiliki kemampuan untuk menghantarkan impuls. Serat Purkinje banyak terdapat pada
lapisan subendokardial yang berada di antara miokardium dan endokardium dari jantung,
yang cabang-cabangnya akan terus berlanjut ke lapisan miokardium dan mengkeksitasi otot-
otot jantung. Seperti layaknya serat saraf lainnya, serat Purkinje memiliki nukleus yang
berada di tengah-tengah seratnya.7

Semua struktur yang ada pada jantung menjalankan fungsinya masing-masing agar jantung
dapat berfungsi dengan baik. Salah satu fungsi jantung yang merupakan fungsi yang sangat
penting adalah fungsi kelistrikan jantung. Jantung manusia bekerja dibawah pengaruh
kelistrikan yang dibentuk oleh sel-sel jantung itu sendiri, bukan sel saraf. Oleh karena fungsi
ini, jantung memiliki kemampuan autorhytmicity, yaitu kemampuan untuk membentuk
impuls secara spontan dan teratur.6-7

Mekanisme Kerja Pompa Jantung

Diskus intekalaris hubungan yang terbentuk antar ujung-ujung serat otot jantung. Pada diskus
interkalaris ini, terdapat 2 jenis taut membran yaitu: desmosom dan gap junction. Desmosom,
merupakan suatu taut erat yang menyatukan sel-sel secara mekanis dan terdapat sangat
banyak di jaringan yang mengalami stres mekanis besar seperti jantung. Gap junction
memilki daerah dengan resistensi listrik yang rendah memungkinkan potensial aksi untuk
menyebar dengan mudah. Sebagai sel otot jantung dapat mengalami kontraksi tanpa
mendapat rangsangan apapun. Apa bila terjadi potensial aksi secara spontan, maka potensial
aksi tersebut akan menjalar ke sel-sel jantung lainnya dan akibatnya massa otot-otot sekitar
akan ikut mengalami eksitasi dan kontraksi sebagai suatu sinsitium fungsional. Gap junction
tidak menyatukan sel-sel kontraktil atrium dan ventrikel namun ada sistem hantaran khusus
yang mengatur koordinasi kontraksi atrium dan ventrikel untuk memastikan sinkronisasi
keduanya berjalan ritmis.4

Jantung dapat berdenyut secara berirama karena memiliki sifat otoritmisitas. Ada 2 jenis sel
otot jantung, yaitu sel kontraktil yang melakukan kerja mekanis memompa darah dan tidak
dapat membentuk potensial aksi dengan sendirinya dan sel non-kontraktil yang berfungsi
untuk membangkitkan potensial aksi pada sel kontraktil. Pada sel otot non-kontraktil tidak
ikut berkontraksi dan tidak memiliki aktivitas potensial istirahat, sel ini justru menunjukkan
aktivitas pemacu dimana terdapat gambaran depolarisasi yang berlangsung perlahan hingga
akhirnya mencapai ambang dan menimbulkan potensial aksi. Pergeseran perlahan potensial
ini hingga mencapai ambang disebut sebagai pace maker yang nantinya akan terus bekerja
untuk menimbulkan potensial aksi yang memicu denyut berirama tanpa mendapat rangsangan
apapun.4,8

Siklus jantung secara umum dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu sistol dan diastol. Satu
siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi/diastol dan satu periode kontraksi/sistol.
Siklus jantung dapat dibedakan menjadi beberapa fase, seperti fase relaksasi isovolumetrik
ventrikel, merupakan awal dari fase relaksasi ventrikel, dimana satu katup aorta tertutup dan
katup AV belum terbuka. Tidak ada darah yang masuk ke ventrikel dari atrium. Tidak terjadi
perubahan volume/volume tetap. Terjadi pada akhir sistolik. Kemudian terjadi pengisian
cepat ventrikel, terjadi akibat tekanan ventrikel yang lebih rendah dibandingkan tekanan di
atrium. Tekanan yang besar di atrium akibat mengumpulnya darah di atrium menyebabkan
katup AV terbuka, dan mengisi darah ke ventrikel dengan cepat atau disebut periode
pengisian cepat yaitu pada saat keadaan darah mengalir dengan deras ke ventrikel akibat
tekanan yang sangat tinggi di atrium dan selanjutnya diikuti dengan periode pengisian lambat
yaitu adalah fase dimana aliran darah melambat akibat tekanan di atrium berangsur-angsur
menurun dan darah sudah dialirkan hampir seluruhnya ke ventrikel.4-8

Kontraksi isovolumetrik ventrikel, merupakan fase saat tekanan ventrikel melebih tekanan
atrium dan katup AV sudah menutup. Untuk membuka katup semilunaris, tekanan ventrikel
harus lebih tinggi dibanding tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Pada fase ini, ventrikel
mengalami kontraksi namun volume ventrikel tetap dan ventrikel menjadi suatu ruang yang
tertutup. Tekanan di dalam ventrikel pada fase ini terus meningkat.9

Ejeksi, merupakan fase ketika tekanan di dalam ventrikel lebih tinggi dibanding tekanan pada
aorta dan arteri pulmonalis, sehingga ventrikel dengan cepat memasukan darah melalui katup
semilunar. Volume diastol akhir ialah volume darah yang dapat ditampung oleh ventrikel
ketika proses pengisian ventrikel tuntas, sedangkan volume sistol akhir ialah volume darah
yang masih tertinggal di ventrikel ketika ejeksi telah tuntas.4,8,9

Jenis perdarahan terbagi menjadi 2 dalam tubuh manusia dikenal dengan sebutan peredaran
darah sistemik dan pulmonal. Pada sirkulasi sistemik atau peredaran darah besar adalah
sirkulasi darah dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh. Darah dari ventrikel kiri dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta, kemudian pembuluh darah Aorta bercabang-cabang menjadi
arteri dan arteri bercabang lagi membentuk aeteriol yang tersebar dan bisa mengakses ke
seluruh sel tubuh. Kemudiandarah dikembalikan ke jantung bagian kanan tepatnya ke
ventrikel dexter melalui vena cava superior dan Vena cava inferior. Sirkulasi darah antara
jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah. Darah dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-
paru kemudian kembali ke jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui
aorta. Aorta akan bercabang-cabang menjadi arteri, pembuluh kapiler. Selanjutnya
dikembalikan ke jantung melalui venula menuju vena kemudian menuju vena cava yang
bertugas sebagai pembuluh balik.8

Sedangkan pada sirkulasi pulmonal atau peredaran darah kecil adalah peredaran darah dari
jantung ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, darah ini banyak
mengandung CO2 sebagai sisa metabolisme untuk dibuang melalui alveolus paru-paru ke
atmosfer. Selanjutnya darah akan mengalami pertukaran O2 dengan CO2 pada kapiler paru
dan kembali ke jantung pada atrium kiri melalui vena pulmonalis.8

Hantaran Listrik pada Jantung

Hantaran listrik pada jantung adalah sebuah proses pensinyalan saraf pada organ jantung,
dalam menciptakan otoritmisitas jantung, setidaknya ada beberapa sel-sel jantung non-
kontraktil yang ikut berperan diantaranya seperti nodus sinoatrialis, nodus atrioventrikularis,
berkas atrioventrikular dan serat Purkinje.4,8

Pada nodus sinoatrialis nodus SA adalah sebuah daerah kecil khusus di dinding atrium dexter
dekat pintu masuk vena cava superior. Memiliki laju otoritimisitas paling cepat, dengan
demikian irama nodus SA yang menjadi patokan irama dasar untuk semua nodus. 4,8,9

Pada Nodus atrioventrikularis / nodus AV, suatu berkas kecil sel-sel otot jantung yang
terletak di dasar atrium dexter dekat dengan septum, tepat di antara atrium dan ventrikel.Pada
berkas atrioventrikular atau lebih dikenal dengan berkas His memiliki jaras sel khusus yang
berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel untuk kemudian bercabang
menjadi cabang yang ke kanan dan yang ke kiri. Berkas cabang kanan dan kiri ini akan
meyusur sepanjang septum kemudian mengelilingi ventrikel dan kemudian akan berjalan
balik ke arah atrium di dinding luar. Sedangkan pada serat Purkinje, percabangan kembali
dari berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel. 4,8,9

Gerakan potensial aksi dapat terjadi dengan melibatkan sejumlah kejadian ion-ion. Ada 2
kejadian ionik yang dapat menyebabkan potensial aksi, yang pertama penurunan arus K+
keluar disertai dengan oleh arus Na+ masuk yang konstan dan peningkatan arus Ca2+ yang
masuk, lalu yang kedua adalah ketika saluran ion Ca2+ tipe T akan membuka sebelum
membran mencapai ambang, dan mengalami depolarisasi lambat. 4,8,9

Pada awal fase depolarisasi lambat menuju ke ambang letup disebabkan karna penurunan
fluks pasif K+ yang keluar disertai dengan kebocoran Na+ yang mengakibatkan Na+ secara
konstan masuk. Permeabilitas K+ pada sel ototritmik jantung tidak stabil dan cenderung untuk
menurun hingga pada keadaan potensial negatif yang menyebabkan pintu K+ tertutup,
mencegah K+ keluar. Influks pasif Na+ yang menyebabkan bagian dalam jantung menjadi
kurang kenegatifannya dan secara perlahan akan membawa membran pada ambang
batasnya.2 Sedangkan pada fase kedua potensial aksi yaitu pada saluran ion Ca2+ tipe T akan
membuka sebelum membran mencapai ambang, dengan kata lain saluran ini akan terbuka
ketika membran masih mengalami depolarisasi lambat. Ketika mencapai ambang letup,
terjadi pembukaan saluran ion Ca2+, pada tipe L berpintu voltase yang membuka lebih lama
dibanding yang tipe T. Pembukaan ini akan menimbulkan gambaran potensial aksi yang naik.
Pada sel otoritmik jantung hal itu dikerjakan oleh Ca2+.4

Fase repolarisasi disebabkan karena efluks K+ akibat permeabilitasnya yang meningkat


seiring diaktifkannya saluran K+ berpintu voltase. Setelah satu potensial aksi selesai,
membran kembali dalam fase depolarisasi lambat dengan pintu K+ yang sudah menutup
kembali, lihat pada gambar 3.4

Gambar 3. Diagram Aktivitas Potensial Aksi Sel Otoritmik Jantung2

Potensial aksi yang terbentuk pada nodus sinus dikirimkan melalui serat-serat nodus sinus
yang bersatu dengan serat-serat otot atrium di sekelilingnya hingga mencapai nodus AV lihat
pada gambar 4.

Selain berkas tersebut, ada pula berkas serat otot atrium yang membentang dari nodus SA
atrium kanan ke kiri, yang disebut sebagai anterior interatrial band. Pita ini bertujuan untuk
memastikan atrium terdepolarisasi bersamaan sehingga dapat berkontraksi secara bersamaan
pula. Ada pula berkas lain yang berjumlah 3 buah yang terbentang dari dinding atrium dan
berakhir di nodus AV, disebut jalur internodus anterior, media, dan posterior.4,9

Konduksi impuls yang berlangsung dari atrium ke ventrikel berlangsung lambat dan
cenderung untuk mengalami penundaan. Pada masa penundaan, hal ini sangat penting karna
terjadi untuk memastikan atrium sudah melakukan pengosongan secara sempurna dan
ventrikel juga sudah terisi sempurna sebelum ventrikel melakukan kontraksi.
Setelah impuls dijalarkan ke nodus AV, impuls kemudian di kirimkan ke berkas His terlebih
dahulu dan menuju ke serat Purkinje agar potensial aksi dapat diteruskan ke seluruh bagian
miokardium ventrikel. Nodus AV hanya dapat meneruskan impuls searah yaitu dari atrium ke
ventrikel, sehingga penjalaran balik impuls dari ventrikel ke atrium tidak akan pernah terjadi.

Penjalaran di dalam sistem Purkinje berlangsung dengan sangat cepat, potensial aksi yang
cepat dimungkinkan dapat terjadi karena tingkat permeabilitas gap junction yang makin
tinggi pada diskus interkalaris sel-sel jantung yang menyusun serat Purkinje.

Penjalaran potensial aksi yang 6 kali lebih cepat dari sel-sel kontraktil sinsisium ventrikel
dimaksudkan agar potensial aksi dapat langsung mencapai apeks dan distribusi dari impuls
dapat merata pada kedua ventrikel, sehingga ventrikel dapat berkontraksi bersamaan
memompa darah ke sirkulasi sistemik dan pulmonal, tentunya hal ini terjadi untuk alasan
efisiensi pompa.4,9

Gambar 4. Sistem Konduksi Sel Otoritmik Jantung9

Sel-sel otoritmik jantung memiliki laju otoritmisitas yang berbeda-beda, pada nodus SA
memiliki laju otoritmisitas yang paling tinggi dibandingkan yang lainnya yaitu sekitar 70-80
potensial aksi per menit, sehingga nodus SA akan menjadi pemacu detak untuk jantung. Pada
jantung akan berdenyut dengan berpatokan pada laju otoritmisitas ini.4,8,9

Nodus SA menjadi pemacu normal untuk jantung karena kemampuannya untuk segera pulih
dari keadaan hiperpolarisasi yang lebih cepat dibanding dengan nodus AV dan serat Purkinje.
Bila nodus SA mengalami kerusakan maka laju otoritmisitas akan digantikan pada nodus AV
atau pun ke serat Purkinje yang peka rangsang.

Keadaan blok jantung komplit terjadi pada jaringan penghantar antara atrium dan ventrikel
yang rusak sehingga kecepatan denyut tersebut tidak mampu menopang eksistensi kehidupan
dan biasanya sedang berada dalam keadaan koma.

Potensial aksi yang dihasilkan oleh sel kontraktil jantung memiliki gambaran yang sedikit
berbeda dengan yang dihasilkan oleh sel non-kontraktil jantung. Berikut adalah fase yang
ikut terlibat dalam pembentukan potensial aksi sel kontraktil jantung seperti fase istirahat.

Fase istirahat membran, berkisar sekitar -90 mV. Ketika terjadi influks Na+ dengan cepat
maka membran sedang mengalami fase naik potensial aksi. Permeabilitas membran terhadap
Na+ meningkat sehingga influks Na+ berlangsung cepat.8

Ketika membran sudah mencapai fase naik potensial aksinya, terbentuklah fase datar yang
khas pada potensial aksi ini yang disebut masa plateau. Pada fase datar yang khas ini timbul
akibat perubahan permeabilitas membran terhadap ion Ca2+ dan K+. Ketika terjadi
peningkatan potensial aksi secara tiba-tiba menyebabkan saluran ion kalsium tipe L yang
“lambat”, untuk membuka dan memungkinkan influks ion kalsium dari luar cairan ekstrasel
ke dalam sel. Keadaan ini juga diperkuat oleh permeabilitas ion kalium yang menurun.8

Fase repolarisasi terjadi akibat efluks ion kalium dikarenakan permeabilitas ion kalium yang
berangsur-angsur dan memungkinkan ion kalium untuk keluar dengan cepat, membuat
membran kembali dalam fase istirahat.8,9

Gambar no. 5
Diagram Aktivitas Sel Kontraktil Otot Jantung, Terdapat Gambaran Plateau yang Khas8
Tubuh manusia mengandung banyak sekali air yang kita tahu merupakan konduktor listrik,
yaitu zat yang mampu menghantarkan listrik dengan baik. Oleh karena itu kelistrikan yang
dialami jantung dihantarkan ke segala arah hingga mencapai kulit, sehingga dapat dibaca oleh
kita untuk mendapatkan kondisi kerja jantung. Untuk melakukan hal ini, kita membutuhkan
suatu alat yang disebut elektrokardiograf yang disingkat EKG yang berfungsi untuk dapat
membaca perubahan potensial yang terjadi pada kulit sekitar jantung.8

Alat EKG dapat membaca perubahan


potensial jantung dengan
menggunakan tiga tiga sadapan dapat
dilihat pada gambar 20, yang secara
total menghasilkan dua belas sadapan
yang semuanya perlu dibandingkan
untuk mendapat informasi yang
optimal. Sadapan yang pertama
adalah sadapan anggota gerak yang

Gambar no. 6 diletakkan pada pergalangan tangan


Sadapan EKG8 kiri (sadapan aVL), pergelangan
tangan kanan (sadapan aVR), dan pergelangan kaki kiri (sadapan aVF). Sadapan yang kedua
adalah beda potensial dari ketiga sadapan anggota gerak, yaitu sadapan I (sadapan aVL dan
sadapan aVR), sadapan II (sadapan aVR dan sadapan aVF), dan sadapan III (sadapan aVL
dan sadapan aVF). Tipe sadapan ketiga adalah sadapan pada tubuh, yang diurutkan sebagai
V1-V6 seperti pada gambar no. 20.8

Setelah melakukan rekaman EKG, akan diperoleh hasil yaitu memiliki tiga buah defleksi
postitif (ke arah atas) dan dua buah defleksi negatif (ke arah bawah). Secara berurutan,
rekaman EKG akan memperlihatkan gelombang P, yang akan diikuti dengan kompleks QRS,
dan diakhiri dengan gelombang T. Gelombang P adalah hasil rekaman dari depolarisasi yang
dialami oleh atrium, kompleks QRS adalah hasil rekaman depolarisasi ventriculus yang
sekaligus menutupi repolarisasi atrium, sedangkan gelombang T adalah rekaman dari
repolarisasi ventriculus.

Normalnya, gelombang P, R, dan T merupakan defleksi yang positif, sedangkan gelombang


Q dan S merupakan defleksi yang negatif. Dapat pula dilihat bahwa antara gelombang P dan
Q teradapat garis lurus yang disebut sebagai keadaan isoelektrik (tidak ada perubahan
kelistrikan) yang disebut segmen PR, serta segmen ST di antara gelombang S dan T. Di
antara gelombang T hingga ke gelombang P yang selanjutnya terdapat interval TP, dan di
antara gelombang R dengan gelombang R berikutnya didapati interval RR.8

Hasil rekaman EKG dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat deviasi dari jantung
dengan meneliti vektor jantung, yaitu arah dari gelombang listrik jantung pada saat tertentu.
Untuk meneliti vektor ini, biasa digunakan kompleks QRS. Perlu kita ketahui juga bahwa
jumlah dari sadapan I dengan sadapan III akan menghasilkan sadapan II. Oleh karena itu, kita
dapat menentukan vektor jantung dengan hanya menggunakan sadapan I dan sadapan III.

Untuk dapat membentuk vektor tersebut perlu diketahui patokan dari vektor jantung, yaitu
bahwa sadapan pada lengan kanan selalu negatif, sedangkan sadapan pada kaki kiri selalu
positif. Setelah mendapatkan vektor dari sadapan I dan sadapan III, dapat ditentukan resultan
dari vektor tersebut. Dari vektor resultan, dapat pula ditentukan sudut arah gelombang listrik
jantung. Pada jantung normal, sudut tersebut berada di antara −10° hingga 110°, di luar
angka tersebut dapat dikatakan bahwa jantung tersebut mengalami deviasi.10

Angina pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri
miokard berkurang sehingga ketidak seimbangan terjadi antara suplay O2 ke miokardium
yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang kemungkinan akibat
dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang menghasilkan asam laktat yang
merangsang timbulnya nyeri.11

Simpulan

Jantung adalah pusat dari sistem kardiovaskuler yang berperanan sangat penting dalam
menjaga keadaan tubuh. Dalam menjalankan fungsinya, jantung diatur oleh sinyal-sinyal
listrik yang berasal dari sel-sel otoritmis dan saraf otonom. Pengaturan kerja jantung tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor. Berbagai macam tes dapat dilakukan untuk dapat menguji
kemampuan dan fungsi jantung salah satunya adalah tes elektrokardiograf (EKG), pada
penyakit Angina pectoris disebabkan karna terjadi ischemia pada daerah pembuluh darah
sehingga mempengaruhi ekstremitas bagian atas yang menjalar hingga ke punggung.11
Daftar Pustaka

1. Sobotta. Editor: Putz R, Pabst R, Gmbh E, Munich. Atlas anatomi manusia jilid 1.
Edisi: 22. Jakarta: EGC; 2007.p.74-80.
2. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray's anatomy for students. 2nd edition.
Philadelphia: Churchill Livingstone/Elsevier; 2009: p. 177, 192-4, 198-200.
3. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s atlas of anatomy. 13th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2013: p. 48-9, 52-3, 56-7, 67, 73.
4. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 7th edition. Belmont:
Brooks/Cole, Cengage Learning; 2010: p. 307-8, 310-1, 314, 316-8, 322, 325,
329, 376, 378.
5. Di unduh dari https://fajarini.files.wordpress.com/2010/10/ch13f1.jpg. 21 Juni
2015.
6. Gartner LP, Hiatt JL. Color atlas and text of histology. 6th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2014: p. 191.
7. Ross M, Pawlina W. Histology. 6th edition. Philadelphia: Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins Health; 2011: p. 403-7.
8. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 8th edition. Belmont:
Brooks/Cole, Cengage Learning; 2013: p. 327-9, 331-5, 338-41, 343-7, 393, 395-
8.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-11. Jakarta: EGC;
2007.
10. Rhoades RA, Bell DR. Medical physiology. Principles for clinical medicine. 4th
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013: p. 241-3.
11. Smith T. Hati-hati dengan nyeri dada pada angina. Jakarta: Arcan. h. 15-4.

Anda mungkin juga menyukai