Anda di halaman 1dari 30

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen Perbankan

Dosen Pengampu : Murdiyah Hayati, M.M.

Disusun Oleh:

Endang Listia Ningrum (NIM 11170810000052)

Faizal Surya Y.T (NIM 11170810000072)

Anis Rohmatiah (NIM 11170810000069)

Brolin (NIM 11150810000072)

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun Akademik 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Atas segara
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih ibu Murdiyah Hayati,
M.M. selaku Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Perbankan yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
LPS merupakan badan hukum yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2004. LPS merupakan lembaga independen, transparan dan
akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai penjamin
simpanan masyarakat. Keberadaan LPS begitu penting dalam upaya pengawasan
lembaga keuangan. Oleh karena itu penulis menulis makalah ini agar pembaca
dapat mengenal LPS lebih dalam serta peran besarnya dalam upaya pengawasan
lembaga keuangan.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran penulis harapkan agar makalah ini lebih baik. Penulis harap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.

Tangerang, 25 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 3

1.1 Latar Belakang .................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ................................................... 6

1.3 Tujuan Dan Manfaat .................................................. 6

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan ..................................... 7

1.5 Sumber Data .................................................. 7

1.6 Sistematika Penulisan ............................................. 8

BAB II ISI ..................................................................................... 9

2.1 Status dan Landasan Hukum Lembaga Penjamin Simpanan 9

2.2 Struktur Organisasi ..................................... 9

2.3 Fungsi, Tugas & Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 14

2.4 Pendanaan/ Permodalan LPS ....................... 15

2.5 Skema Penjaminan Simpanan ........................... 16

2.6 Kekayaan Surplus Defisit ................................... 17

2.7 Pen `yelesaian dan Penanganan Bank Gagal .............


21

2.8 Likuidasi Bank Gagal .............................................. 24

3
BAB III PENUTUP ........................................................... 28

3.1 Simpulan ..................................................... 28

3.2 Saran .......................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................... 29

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting


dalam perekonomian suatu negara. Krisis pada 1997-1998 telah memberi
pelajaran yang berharga bahwa kepercayaan masyarakat dan stabilitas sistem
perbankan itu sangat mahal harganya. Krisis menimbulkan keraguan dan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap keamanan menempatkan dananya pada
sistem perbankan.
Ketidakpercayaan tersebut kemudian mendorong masyarakat untuk
menarik simpanannya secara besar-besaran dari sistem perbankan (bank run /
bank rush). Dana yang ditarik nasabah tersebut sebagian dilarikan ke luar
negeri dan menyebabkan capital flight, sebagian dibelikan valuta asing, serta
sebagian dibelanjakan untuk keperluan konsumtif yang mengakibatkan tingkat
inflasi melonjak drastis.
Untuk mengatasi dampak buruk dari penarikan dana tersebut serta sebagai
upaya menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem
perbankan, pemerintah mengeluarkan kebijakan penjaminan terhadap seluruh
kewajiban pembayaran bank umum dan BPR (blanket guarantee) melalui
Keppres Nomor 26 dan Nomor 193 Tahun 1998. Di samping kebijakan
tersebut, dalam rangka memperbaiki kinerja perbankan dan memperkuat
struktur permodalan bank, pemerintah melakukan restrukturisasi dan
rekapitulasi.
Kebijakan blanket guarantee telah terbukti menumbuhkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Dengan pertimbangan
perlunya menjaga kepercayaan masyarakat dan meminimalkan dampak negatif
dari garansi simpanan, pemerintah menetapkan untuk secara bertahap
mengurangi lingkup penjaminan dan hanya akan memberikan jaminan
terhadap simpanan dalam jumlah terbatas.

5
Kebijakan tersebut dituangkan dalam ketentuan pasal 37B UU Perbankan
Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatur bahwa setiap bank wajib menjamin
dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan. Untuk
menjamin dana masyarakat tersebut, pemerintah membentuk suatu lembaga
penjamin simpanan. Sebagai implementasinya, pada tanggal 22 September
2004 ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjaminan Simpanan (LPS).
Melihat dari peranannya dalam ruang lingkup pengawasan industri
perbankan, LPS merupakan badan usaha yang penting dalam industri
perbankan. Oleh karena itu, masyarakat dirasa perlu untuk mengetahui secara
mendalam tentang LPS ini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa Itu LPS?
2. Apa Landasan Hukum LPS?
3. Bagaimanakah struktur organisasi, permodalan, kekayaan, serta surplus
dan defisit LPS?
4. Bagaimanakah fungsi dan tugas wewenang LPS?
5. Bagaimanakah skema penjaminan simpanan, penyelesaian serta
penanganan bank gagal?
6. Bagaimana proses likuidasi bank gagal?

1.3 Tujuan dan manfaat


Tujuan yang dibahas pada makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui LPS?
b. Untuk mengetahui Landasan Hukum LPS?
c. Untuk mengetahui struktur organisasi, permodalan, kekayaan, serta
surplus dan defisit LPS?
d. Untuk mengetahui fungsi dan tugas wewenang LPS?

6
e. Untuk mengetahui skema penjaminan simpanan, penyelesaian serta
penanganan bank gagal?
f. Untuk mengetahui proses likuidasi bank gagal?

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah:


a. Mengetahui tentang LPS?
b. Memahami Landasan Hukum LPS?
c. Memahami struktur organisasi, permodalan, kekayaan, serta
surplus dan defisit LPS?
d. Memahami fungsi dan tugas wewenang LPS?
e. Memahami skema penjaminan simpanan, penyelesaian serta
penanganan bank gagal?
f. Memahami proses likuidasi bank gagal?

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan


Penulisan makalah ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pengertian LPS
b. Landasan Hukum LPS
c. Struktur organisasi, permodalan, kekayaan, serta surplus dan defisit
LPS
d. Fungsi dan tugas wewenang LPS
e. Skema penjaminan simpanan, penyelesaian serta penanganan bank
gagal
f. Proses likuidasi bank gagal

1.5 Sumber Data


Sumber data yang diambil untuk penulisan makalah ini adalah melalui
media cetak yaitu buku serta media internet seperti website dan jurnal.

7
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini disusun dnegan urutan sebagai
berikut:
BAB I pendahuluan
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, ruang lingkup penulisan, serta sumber data yang
digunakan dalam pebuatan makalah ini.
BAB II pembahasan
Bab ini akan membahas tentang pengertian, landasan, hingga proses likuidasi
LPS.
BAB III Penutup
Bab ini akan mengemukakan simpulan dari pembahasan sebelumnya serta
saran dari penulis mengenai materi yang dibahas sebelumnya.

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Status dan Landasan Hukum Lembaga Penjamin Simpanan

LPS adalah badan hukum yang dibentuk berdasarkan Undang-undang


Nomor 24 Tahun 2004. LPS merupakan lembaga independen, transparan dan
akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya serta bertanggung jawab
langsung kepada Menteri Keuangan. Independensi LPS mengandung arti bahwa
pihak manapun termasuk pemerintah tidak boleh melakukan campur tangan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang kecuali
hal-hal yang dinyatakan secara jelas dalam undang-undang ini.

Kebijakan penjamin dapat berdampak pada sektor perbankan dan fiskal, maka di
dalam LPS terdapat wakil dari masing-masing otoritas yang berwenang.
Keberadaan para wakil otoritas tersebut dimaksudkan untuk bersama-sama
merumuskan kebijakan penjaminan yang dapat mendukung kebijakan lain pada
sektor-sektor tersebut. Namun, pelaksanaan kebijakan tersebutmerupakan
sepenuhnya tanggung jawab dan kewnangan LPS tanpa campur tangan dari pihak
manapun termasuk pemerintahan.

2.2 Struktur Organisasi

Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin


Simpanan, LPS memiliki struktur organisasi kepengurusan yang terdiri dari:

9
a. Dewan Komisioner

Dewan komisioner menurut undang-undang adalah pimpinan LPS. Dewan


komisioner dipimpin oleh seorang Ketua Dewan Komosioner. Dewan komisioner
bertugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan serta melakukan
pengawasan dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang LPS.

Anggota dewan komisioner berjumlah 6’ orang, yang terdiri atas:

 1 orang pejabat setingkat eselon I Departemen Keuangan yang ditunjuk


Menteri Keuangan;
 1 orang unsure pimpinan Lembaga Pengawas Perbankan (LPP) yang
ditunjuk oleh pimpinan LPP;
 1 orang dari unsur pimpinan Bank Indonesia yang ditunjuk oleh pimpinan
BI;
 3 orang yang berasal dari dalam dan/atau dari luar LPS. Dua dari anggota
tersebut diusulkan oleh Menteri Keuangan.

Anggota Dewan Komisioner diangkat oleh Presiden atas usul Menteri Keuangan.
Salah seorang dari anggota akan dipilih sebagai Ketua Dewan Komisioner, salah
satu dari anggota akan dipilih sebagai Kepala Eksekutif. Tugas kepala eksekutif
adalah melaksanakan kegiatan operasional LPS berdasarkan Keputusan Dewan
Komisioner.

b. Masa tugas dan keanggotaan Dewan Komisioner

Anggota dewan komisioner diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan


hanya dapat diangkat kembali sekali untuk masa jabatan berikutnya. Anggota
dewan komisioner melakukan tugas secara penuh waktu dan tidak diperbolehkan
menduduki jabatan eksekutif di tempat lain, kecuali merupakan penugasan
sehubungan dengan jabatan yang dipegang atau merupakan bagian dari kegiatan
sosial.

Untuk dapat diangkat sebagai anggota dewan komisioner harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:

10
1. WNI;

2. Mampu melakukan perbuatan hukum;

3. Sehat jasmani dan rohani;

4. Berusia maksimal 63 tahun;

5. Bukan sebagai konsultan, pegawai, pengurus, dan/atau pemilik bank baik


langsung maupun tidak langsung;

6. Bukan pengurus partai;

7. Memiliki pengalaman dan/atau keahlian di bidang ekonomi, keuangan,


perbankan, dan/atau hukum;

8. Tidak pernah dipidana penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan;

9. Tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pengurus


bank/perusahaan yang menyebabkan bank/perusahaan tersebut pailit atau
dilikuidasi; dan

10. Tidak dinyatakan sebagai orang perseorangan yang tercela di bidang


perbankan dan jasa keuangan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c. Pemberhentian Anggota Dewan Komisioner

Anggota dewan komisioner hanya dapat diberhentikan oleh presiden apabila:

1. Berhalangan tetap (meninggal dunia, kehilangan kewarganegaraan


Indonesia, atau mengalami cacat fisik dan/atau cact mental yang tidak
memungkinkan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan
baik);

2. Masa jabatannya berakhir;

3. Mengundurkan diri;

11
4. Tidak hadir dalam rapat Dewan Komisioner sebanyak 4 kali berturut-turut
tanpa alasan;

5. Tidak menjalankan tugasnyasebagai anggota dewan komisioner lebih dari


6 bulan meskipun dengan alasan yang dapat dipertimbangkan;

6. Memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua atau besan


dengan anggota dewan komisioner yang lain, dan tidak ada satupun yang
mengundurkan diri;

7. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan sebagaimana


dijelaskan di atas.

d. Rapat dewan komisioner

Dewan komisioner wajib mengadakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya


satu bulan sekali dengan agenda yang memuat:

1. Menetapkan kebijakan penjaminan simpanan nasabah berdasarkan


undang-undang LPS;

2. Menetapkan kebijakan LPS dalam mendukung stabilitas sistem keuangan;

3. Mengevaluasi pelaksanaan penjaminan simpanan nasabah dan


opelaksanaan peran LPS dalam mendukung stabilitas sistem keuangan;

4. Menerima dan mengevaluasi hal-hal lain yang dilaporkan Kepala


Eksekutif, dan/atau

5. Hal-hal yang berhubungan dengan tugas LPS.

Rapat – rapat dewan komisioner dipimpin oleh ketua dewan komisioner


atau menunjuk anggota untuk memimpin rapat. Apabila ketua dewan komisioner
tidak menunjuk anggota untuk memimpin rapat, maka anggota akan musyawarh
untuk mufakat memilih salah satu diantara mereka untuk memimpin rapat. Dalam
pengambilan keputusan dewan komisioner, kepala eksekutif tidak memiliki hak

12
suara. Rapat dewan komisioner dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya oleh lebih dari separuh anggota komisioner yang memiliki hak suara.

b. Kepala eksekutif dan direktur

Salah satu dari anggota dewan komisioner tidak termasuk ketua dewan
komisioner ditetapkan oleh Presiden sebagai kepala eksekutif yang bertugas
melaksanakan kegiatan operasional LPS berdasarkan keputusan dewan
komisioner.

Kepala eksekutif dibantu oleh sebanyak banyaknya 5 orang direktur yang


diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisioner. Kepala eksekutif dan direktur
sekurang-kurangnya menjalankan fungsi penjaminan, manajemen risiko, hukum,
keuangan, penyelamatan, likuidasi, dan administrasi. Kepala eksekutif
mengangkat dan memberhentikan pegawai LPS selain direktur.

Bentuk & Status Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1. LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor


24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

2. LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun


2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

3. LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel


dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

4. LPS bertanggung jawab kepada Presiden.

5. LPS berkedudukan di Jakarta dan dapat mempunyai kantor perwakilan di


wilayah negara Republik Indonesia.

13
PP 32 th 2005 ttg modal awal LPS

Dalam Pasal 81 UU No 24 Tahun 2004 tentang LPS diatur bahwa modal


awal LPS merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan ditetapkan sekurang-
kurangnya Rp4 triliun dan sebesar-besarnya Rp8 triliun. Pemisahan kekayaan
negara untuk modal awal LPS merupakan wujud komitmen Pemerintah dalam
mendukung industri perbankan yang sehat dan stabil.

Dengan mempertimbangkan kepercayaan masyarakat terhadap


kemampuan LPS dalam memenuhi kewajibannya, dan setelah berkonsultasi
dengan DPR, modal awal LPS ditetapkan sebesar Rp4 miliar.

Pokok-pokok yang diatur dalam PP ini meliputi:

o Modal awal LPS, dengan PP ini, ditetapkan sebesar Rp4.000.000.000,00


(4 triliun rupiah).

o Modal awal tersebut berbentuk tunai dan merupakan kekayaan negara


yang dipisahkan.

2.3 Fungsi, Tugas & Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.


2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dengan kewenangannnya.

Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan


simpanan.
2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif
memelihara stabilitas sistem perbankan.

14
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian
Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.
5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.

Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.


2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali
menjadi peserta.
3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan
keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak
melanggar kerahasiaan bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data
tersebut pada angka 4.
6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk
bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna
melaksanakan sebagian tugas tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang
penjaminan simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.

2.4 PENDANAAN/ PERMODALAN LPS

Sumber pendanaan LPS berasal dari:

 modal awal yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan sebesar Rp


4 triliun;
 kontribusi kepesertaan yang dibayarkan pada saat bank pertama kali
menjadi peserta;
 premi penjaminan yang dibayarkan bank setiap semester; dan
 hasil investasi cadangan penjaminan.

15
Bagaimana jika LPS mengalami kesulitan keuangan?

Pemerintah mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjaga


keberlangsungan LPS termasuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap LPS.
UU LPS mengatur bahwa dalam hal modal LPS menjadi kurang dari modal awal,
Pemerintah dengan persetujuan DPR akan menutup kekurangan tersebut.

Sedangkan apabila LPS mengalami kesulitan likuiditas dalam pembayaran


klaim penjaminan, LPS dapat memperoleh pinjaman dari Pemerintah.

2.5 Skema Penjaminan Simpanan

Bank Sebagai Peserta Penjamin Diwajibkan :

 Menyerahkan dokumen salinan menganai anggaran dasar dan/atau akta


pendiri bank. Tingkat kesehatan bank:
 Surat pernyataan direksi dan komisaris dan pemegang saham bank.

Modal Awal

Modal Awal LPS ditetapkan sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000.000


dan sebesar-besarnya Rp. 8.000.000.000.000. Kekayaan LPS merupakan aset
ngara yang dipisahkan. Kekayaan LPS berbentuk investasi dan bukan investasi.
Investasi hanya dapat ditempatkan pada surat berharga yang diterbitkan
Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia. LPS tidak dapat menempatkan
investasi pada Bank atau Perusahaan lainnya, kecuali dalam bentuk penyertaan
modal sementara dalam rangka penyelamatan atau penanganan Bank gagal. LPS
dapat menempatkan kekayaan bukan investasi (giro, gedung kantor, dan
perlengkapan lainnya) dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya.

16
2.6 Kekayaan Surplus dan Defisit

Surplus yang diperoleh LPS dari kegiataan operasionalnya selama satu


tahun dialokasikan sebagai berikut:

a. 20% untuk cadangan tujuan

b. 80% diakumulasikan sebagai cadangan penjaminan

Jika akumulasi cadangan penjaminan mencapai tingkat sasaran sebesar


2,5% dari total simpanan pada seluruh bank, maka bagian surplus tersebut
merupakan penerimaan negara bukan pajak.l

Defisit yang terjadi karena pembayaran klaim penjaminan dalam satu


tahun diperhintungkan sebagai pengurang cadangan penjaminan. Apabila
cadangan penjaminan tidak mencukupi, maka defisit tersebut diperhitungkan
sebagai pengurang modal LPS. Selanjutnya apabila modal LPS kurang dari modal
awal sebesar yang ditetapkan, pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat menutup kekurangan tersebut. Demikian pula apabila LPS mengalami
kesulitan likuiditas. LPS dapat memperoleh pinjaman dari pemerintah.

B. Skema Penjaminan Simpanan

Kepesertaan

Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Indonesia


menurut UU ini wajib menjadi peserta skema pinjaman. Kewajiban untuk
mengikuti skema pinjaman berlaku pula bagi kantor cabang dari Bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam wilayah
Republik Indonesia.

Bank sebagai peserta penjaminan diwajibkan:

a. Menyerahkan dokumen salinan mengenai anggaran dasar dan


akta pendirian; perizinan bank, tingkat kesehatan bank.
b. Surat pernyataan direksi dan komisaris dari pemegang saham
bank yang memuat:

17
i. Kemitraan dan kesediaan direksi komisaris dari pemegang
saham untuk memenuhi seluruh ketentuan yang ditetapkan
LPS
ii. Kesediaan untuk bertanggung jawab secara pribadi atas
kelalaian atau peratuan yang melanggar hukum yang
mengakibatkan kerugian bank
iii. Kesediaan untuk melepaskan dan menyerahkan kepada LPS
c. Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% dari modal
sendiri (ekuitas) bank pada akhir tahun fiskal sebelumnya atau
dari modal disetor bagi bank baru.
d. Membayar premi penjaminan.
e. Menyampaikan laporan secara berkala dalam format yang
ditentukan.
f. Memberikan data, informasi, dan dokumen yang dibutuhkan
dalam rangka penyelenggaraan penjaminan.
g. Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di dalam
kantor bank sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh
masyarakat.

Jenis dan Jumlah Simpanan yang Dijamin

Jenis simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan adalah sebagai
berikut;

b. Giro
c. Deposito
d. Sertifikat Deposito
e. Tabungan dan yang dipersamakan dengan itu

Nilai simpanan yang dijamin LPS menurut ketentuan dalam skema penjaminan ini
adalah sebagai berikut:

a. Nilai simpanan yang dijamin setiap nasabah pada satu bank maksimal Rp.
100.000.000.

18
b. Nilai simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu atau
lebih kriteria sebagai berikut:
• Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar-besaran.
• Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun.
• Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi
kurang dari 9o% dari jumlah nasabah penyimpan seluruh kantor
bank.

Premi Penjaminan dan Pembayaran Klaim

Bank-bank yang menjadi peserta skema penjaminan diwajibkan membayar


premi penjaminan untuk setiap periode tertentu sebesar 0,1% (satu basis point)
dari rata-rata saldo bulanan total simpanan dalam setiap periode. Perhitungan
jumlah premi dilakukan sendiri oleh bank. Namun dapat diverifikasi oleh LPS
melalui pemeriksaan dokumen, pemanggilan pejabat bank yang bersangkutan, dan
pemeriksaan langsung pada bank. Tingkat premi yang ditetapkan tersebut dapat
diubah, setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat, apabila dipenuhi
sekurang-kurangnya satu kriteria:

a. Terjadi perubahan nilai simpanan yang dijamin (Rp100.000.000)


untuk setiap nasabah pada satu bank.
b. Akumulasi cadangan penjaminan telah melampaui tingkat sasaran
sebesar 2,5% dari total simpanan setiap bank.
c. Terjadi perubahan tingkat resiko kegagalan pada insutri perbankan.

Penetapan tingkat premi sebesar 0,1% dapat diubah dan disesuaikan


berdasarkan skala risiko kegagalan bank. Sehingga besaran premi berbeda antara
bank satu dengan bank lainnya. Namun dalam hal tingkat premi ditetapkan
berbeda antara satu bank dengan bank lainnya, maka perbedaan tingkat premi
yang terendah dan yang tertinggi tidak melebihi 0,5% atau lima basis point.

LPS menurut UU wajib membayar klaim penjaminan kepada nasabah


penyimpanan dari bank yang dicabut izin usahanya selambat-lambatnya 5 hari
kerja terhitung sejak verifikasi dimulai. Jumlah simpanan yang layak dibayar
tersebut ditentukan setelah dilakukan rekonsiliasi dan verifikasi selambat-

19
lambatnya 90 hari kerja terhitung sejak izin usaha dicabut. Jangka waktu
pengajuan klaim penjaminan oleh nasabah penyimpan kepada LPS adalah 5 tahun
sejak izin usaha bank dicabut.

Klaim penjaminan dinyatakan tidak layak dibayar apabila berdasarkan hasil


rekonsiliasi dan verifikasi:

a. Data simpanan nasabah tidak tercatat pada bank.


b. Nasabah penyimpanan merupakan pihak yang diuntungkan
secara tidak wajar.
c. Nasabah penyimpanan merupakan pihak yang menyebabkan
keadaan bank tidak sehat.

20
2.7 Penyelesaian dan Penanganan Bank Gagal

Prinsip Serta Cara Penyelesaian dan Penanganan Bank Gagal

Proses penyelesaian dan penanganan bank gagal di awali dari adanya


pemberitahuan dari lembaga pengawas perbankan mengenai bank bermasalah
yang sedang dalam upaya penyehatan. Selanjutnya dalam melakukan penyelesaian
atau penanganan bank gagal tersebut LPS menempuh 2 cara:

a. Penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistematik dilakukan


dengan penyelamatan atau tidak melakukan penyelamat terhadap bank
gagal dimaksud.
b. Penanganan bank gagal yang berdampak sistematik dilakukan dengan
penyelamatan yang mengikutsertakan pemegang saham lama atau
tanpa mengikutsertakan pemegang saham lama.
c. Sementara prinsip yang digunakan untuk memutuskan melakukan
penyelamatan atau tidak melakukan penyelamatan suatu bank gagal
oleh LPS didasarkan pada pertimbangan atau perkiraan biaya bila
melakukan penyelamatan dan bila tidak melakukan penyelamatan bank
gagal. Penyelesaian dan penanganan bank gagal berdasarkan UU
Lembaga Penjamin Simpanan dibedakan berdasarkan kondisi masing-
masing sebagai berikut:
a. Penyelamatan bank gagal yang tidak berdampak sistematik.
b. Bank gagal yang tidak berdampak sistematik yang tidak selamatkan.
c. Penanganan bank gagal yang berdampak sistematik dengan penyetoran
modal oleh pemegang saham.
d. Penanganan bank gagal yang berdampak sistematik tanpa penyetoran
modal oleh pemegang saham.

21
Penyelamatan Bank Gagal yang Tidak Berdampak Sistematik

Dalam pengambilan Keputusan LPS untuk menyelamatkan bank gagal


yang tidak berdampak sistematik, sekurang-kurangnya harus memiliki persyaratan
sebagai berikut:

a. Perkiraan biaya penyelamatan secara signifikan lebih rendah dari


perkiraan biaya tidak melakukan penyelamatan bank.
b. Setelah diselamatkan, bank masih menunjukkan prospek usaha yang
baik.
c. Ada pernyataan dari rapat umum pemegang saham (RUPS) bank yang
sekurang-kurangnya memuat kesediaan untuk menyerahkan hak dan
wewenang RUPS kepada LPS.
d. Bank menyerahkan kepada LPS dokumen mengenai:
• Penggunaan fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia.
• Data keuangan nasabah debitur.
• Struktur permodalan persusunan pemegang saham tak berakhir.
• Informasi lainnya yang terkait dengan aset, kewajiban termasuk
permodalan bank, yang dibutuhkan oleh LPS.

Semua biaya penyelamatan bank yang dikeluarkan oleh LPS menjadi


penyertaan modal sementara LPS pada bank. Seluruh penyertaan saham LPS pada
bank yang diselamatkan wajib dijual secara transparan dan terbuka dalam jangka
waktu paling lama 2 tahun sejak RUPS menyerahkan hak dan wewenangnya
terhadap LPS. Jika tingkat pengembaliannya optimal tidak dapat tercapai dalam
jangka waktu 2 tahun tersebut, penyertaan modal tersebut dapat diperpanjang
maksimal 2 kali lamanya perpanjangan masing-masing 1 tahun.

Penanganan Bank Gagal yang Berdampak Sistematik dengan Penyetoran


Modal oleh Pemegang Saham

Penanganan bank gagal yang berdampak sistematik dilakukan oleh LPS


dengan mengikutsertakan pemegang saham dengan persyaratan sebagai berikut:

22
a. Pemegang saham yang berasal dari bank gagal telah menyetor modal
sekurang-kurangnya 20% dari perkiraan biaya penanganan.
b. Ada pernyataan dari RUPS bank sekurang-kurangnya memuat
kesediaan untuk:
• Menyerahkan kepada LPS dan hak wewenang RUPS.
• Menyerahkan kepada LPS kepengurusan bank.
• Tidak menuntut LPS atau pihak yang ditunjuk LPS jika proses
penanganan tidak berhasil, sepanjang LPS atau pihak yang
ditunjuk LPS melakukan tugasnya sesuai dengan perundangan.
c. Bank menyerahkan kepada LPS, dokumen mengenai penggunaan
fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia, data keuangan nasabah
debitur, struktur saham selama 3 tahun terakhir, dan informasi lainnya
yang terkait dengan aset.

Sistematis Penyelesaian Bank

23
Penanganan Bank Gagal Tanpa Penyetoran Modal oleh Pemegang Saham

LPS melakukan penanganan bank gagal dengan langkah sebagai berikut:

a. LPS mengambil alih segala hak dan wewenang RUPS, kepemilikan,


kepengurusan, dan kepentingan lain pada bank.
b. Pemegang saham dan pengurus bank tidak dapat menuntut LPS atau
pihak yang ditunjuk oleh LPS dalam hal penanganan tidak berhasil,
sepanjang LPS atau pihak yang ditunjuk LPS melakukan tugasnya
sesuai dengan peraturan UU.
c. Menguasai, mengelola, dan melakukan tindakan kepemilikan aset
milik atau yang menjadi hak-hak bank atau kewajiban bank.
d. Melakukan persyaratan modal sementara.
e. Menjual atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan nasabah debitur
atau kewajiban bank tanpa persetujuan nasabah kreditur.
f. Mengalihkan manajemen bank kepada pihak lain.
g. Melakukan pengalihan kepemilikan bank.

24
Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan mengubah kontrak bank yang
memikat bank dengan pihak ketiga yang menurut LPS merugikan bank.

2.8 Likuidasi Bank Gagal

Tindakan Dan Pembentukan Tim Likuidasi :

1. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang


saham, termasuk hak dan wewenang RUPS.
2. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang
diselamatkan.
3. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan /atau mengubah setiap
kontrak yang mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga
yang merugikan bank.
4. Menjual dan /atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan
/atau kewajiban bank tanpa persetujuan melakukan kewenangan.
5. Memberikan talangan untuk pembayaran gaji pegawai yang terutang dan
talangan pesangon pegawai sebesar jumlah minimum pesangon
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
6. Melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pengamanan aset bank
sebelum proses likuidasi dimulai.
7. Memutuskan pembubaran badan hukum bank, membentuk tim likuidasi,
dan menyatakan status bank sebagai bank dalam likuidasi.

Pelaksanaan likuidasi bank dilakukan oleh tim lukuidasi yang anggotanya


maksimal 9 orang. Apabila diperlukan, saah satu anggota direksi, komisaris, atau
pemegang saham lama, dapat ditunjuk sebagai anggota tim likuidasi.
Tanggungjawab dan kepengurusan bank dalam likuidasi dilaksanakan oleh tim
likuidasi. Dewan komisaris dan direksi bank dalam likuidasi dinyatakan nonaktif.
Pengawasan atas pelaksanaan likuidasi bank dilakukan oleh LPS. Masa kerja tim
likuidasi paling lama 2 tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 2 kali masing-
masing paling lama satu tahun.

25
Cara Pelaksanaan Likuidasi :

a. Pencarian aset dan /atau penagihan piutang kepada para debitur diikuti
dengan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil
pencairan dan /atau penagihan tersebut
b. Penagihan aset dan kewajiban bank kepada pihak lain berdasarkan
persetujuan LPS.
c. Pembayaran kewajiban bank kepada kreditur dari hasil pencairan dan
/atau penagihan dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
 Penggantian atas talangan pembayaran gaji pegawai yang
terutang;
 Penggantian atas pembayaran talangan pesangon pegawai;
 Biaya perkara di pengadilan, biaya lelang yang terutang, dan
biaya operasional kantor
 Biaya penyelamatan yang dikeluarkan oleh LPS dan /atau
pembayaran atas klaim penjaminan yang harus dibayarkan oleh
LPS;
 Pajak yang terutang;
 Bagian simpanan dari nasabah penyimpan yang tidak
dibayarkan penjaminannya dan simpanan dari nasabah
penyimpan yang tidak dijamin.
 Hak dari kreditur lainnya.

d. Honorarium tim likuidasi yang termasuk salah satu komponen dalam


biaya likuidasi ditetapkan berdasarkan peraturan LPS.
e. Apabila seluruh kewajiban bank dalam likuidasi telah dibayarkan
kemudian masih terdapat sisa hasil likuidasi, maka sisa tersebut
diserahkan kepada pemegang saham lama. Sebaliknya pemegang
saham lama yang terbukti menyebabkan bank menjadi gagal, wajib
membayar apabila masih terdapat kewajiban bank setelah seluruh aset
bank dalam likuidasi terjual habis.

26
f. Setelah menyelesaikan proses likuidasi, tim likuidasi menyampaikan
neraca akhir likuidasi dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada LPS.

Setelah menerima pertanggungjawaban tim likuidasi, LPS melakukan langkah-


langkah berikut:
1. Meminta tim likuidasi mengumumkan berakhirnya likuidasi dengan
menempatkan dalam Berita Negara RI dan dalam dua surat kabar
harian yang mempunyai peredaran las dan memberitahukan instansi
yang berwenang agar nama badan hukum bank tersebut dicoret dari
daftar perusahaan;
2. Membubarkan tim likuidasi.

Proses likuidasi bank gagal oleh LPS:

1. Bank dalam pengawasan khusus : pengawasan ini dilakukan bagi bank


yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya. Bank Indonesia (BI) akan memerintahkan bank tersebut untuk
mengajukan rencana perbaikan modal. Apabila bank tersebut kondisinya
semakin memburuk, maka bank tersebut diserahkan pada BPPN dengan
status Bank Dalam Penyehatan (BDP)
2. Bank gagal: apabila pada proses penyehatan bank tidak dapat
menyelesaikan programnya sesuai waktu yang disepakati dan kondisi bank
menurun tajam, maka bank tersebut dinyatakan bank gagal.
3. Penyelamatan oleh LPS : tahap ini LPS menyerahkan modal sementara
pada bank gagal
4. Likuidasi Bank : ketika penyelamatan tidak berhasil, maka dilakukan
tindak likuidasi, dengan membentuk tim likuidasi atau kurator.
5. Pencabutan izin usaha : pada tahap ini BI aka mencabut izin usaha bank
tersebut atas usulan LPS
6. Pengumuman dan pembubaran : tahap pengumuman dan pembubaran
bank terhitung paling lambat 30 hari setelah tanggal penbubaran bank.

27
Pada tahap ini likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor
dalam surat kabar. Kreditor diberi waktu menagih hingga 60 hari.
7. Pencatatan : likuidator wajib melakukan pemberesan harta kekayaan dan
diumumkan dalam surat kabar dan berita negara
8. Pembagian harta kekayaan hasil dari likuidasi
9. Pertanggung jawaban likuidator
10. Pengumuman hasil likuidasi.

Likuidasi Bank Oleh Pemegang Saham


Likuidasi bank yang dicabut izin usahanya atas permintaan pemegang
saham sendiri dilakukan oleh pemegang saham yang bersangkutan. LPS tidak
membayar klaim penjaminan nasabah penyimpan dari bank yang dicabut izin
usahanya atas permintaan pemegang saham sendiri.

Contoh kasus bank yang dilikuidasi oleh LPS


Bank IFI
Pada april 2009, BI memutuskan untuk mellikuidasi bank IFI. Bank IFI
akan masuk tim likuidasi dan menjalani proses verifikasi, dan diambil alih oleh
lembaga penjamin simpanan (LPS).
Bank IFI dilikuidasi karena tidak memenuhi perrsyaratan permodalan atau
kecukupan modal yang dimiliki dibawah standar, yaitu dibawah 8%. Hal ini
akibat tingginya rasio kredit bermasalah yang mencapai 24%.
Proses penanganan dana nasabah akan dilakukan sesuai dengan skim
penjaminan. LPS memiliki waktu 90 hari untuk melakukan verifikasi terhadap
dana simpanan bank IFI yang layak maupun tidak layak masuk dalam program
penjaminan, untuk mengetahui jumlah rekening nasabah yang dibawah 2 miliar
dengan tingkat bunga sesuai dengan bunga penjaminan LPS yaitu 8.85%.

28
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
LPS merupakan badan hukum yang menjamin simpanan nasabah
penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan.
Keberadaan LPS dalam dunia perbankan sangat penting karena LPS dapat
menumbuhkan kepercayaan masyarakat sehingga masyarakat merasa aman
ketika menyimpan uangnya di bank.
Selain untuk menjamin simpanan nasabah, LPS juga turut menjaga dan
memlihara stabilitas sistem perbankan dengan upaya menyelamatkan atau
penyehatan terhadap bank gagal baik yang berdampak sistemik maupun
nonsistemik.

Saran
Adanya lps telah menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap industri
perbankan. Namun, hal ini juga dapat membebani keuangan negara, apabila
jumlah bank yang terlikuidasi banyak. Oleh karena itu, pengawasan yang ketat
dan pemberian sanksi yang tegas terhadap pelaku bank yang melakukan
pelanggaran dirasa perlu agar pihak bank lebih waspada dalam mengelola
keuangannya.
Selain itu, dibutuhkan sosialisasi pada masyarakat tentang LPS dan hak-
hak nasabah yang ditanggung LPS agar masyarakat semakin cermat dalam
meyimpan uang di bank.

29
Daftar pustaka
Siamat, dahlan. 2005. Manajemen lembaga keuangan: kebijakan moneter dan
perbankan. Jakarta: fakultas ekonomi UI
LPS. 2010. peran-lps-dalam-mendukung-stabilitas-sistem-perbankan. Diakses
25 maret 2019
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjaminan Simpanan
(LPS).
www.lps.go.id. Diakses 25 maret 2019
Kompasiana.com. 2016. Peran-lps-dalam-melikuidasi-bank-gagal-dan-
melindungi-nasabah. Diakses 25 maret 2019

30

Anda mungkin juga menyukai