Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KROMATOGRAFI KOLOM

NAMA :
PRISCILIA C. ONDANG 515 18 011 493
RISKA REMAK 512 18 011 494
MARIA SELVIANA 514 18 011 118
ALDO 515 18 011 451
DHEA EKA NANDA 515 18 011 534
UNIVERSITAS PANCASTI
FAKULTAS FARMASI
2019

DAFTAR ISI

JUDUL

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kromatografi Kolom

Gambar 2. Struktur Silica

BAB I

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kromatografi

B. Pengertian Kromatografi Kolom

C. Metode dan Instrumen Kromatografi Kolom

D. Jenis-jenis Kromatografi Kolom

E. Komponen Dalam Kromatografi Kolom

F. Manfaat Dari Kromatografi Kolom

G. Kelebihan Dan Kelebihan Dari Kromatografi Kolom

BAB III

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphien
berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tsweet
(1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tsweet dalam percobaannya ia
berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak
tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam
kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali
dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat,
kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna
yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen
dalam ekstrak tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).
Saat ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat penting, terutama
dalam bidang kimia, farmasi, industri, dan bidang-bidang lainnya. Suatu analisis
kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi
senyawa, pemekatan, dan pengukuran banyak dilakukan dengan menggunakan
metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau metode analisis
lainnya, akan tetapi membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan hasil analisis.
Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis serta produk
pangan lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur /
zat yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang
elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai
kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan
saat ini yaitu metode kromatografi. “Kromatografi ( Chromatography )
sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada
hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan
dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil” (Ibrahim dan
Sitorus, 2013).
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat.
Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan
analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap
permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan
jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi
dilakukan dengan cara menganalisis langsung beberapa sifat fisika umum dari
molekul. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik
kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat
kelarutan senyawa yang akan dipisahkan (Aswad, 2001).
B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa Pengertian Kromatografi

b. Apa Pengertian Kromatografi Kolom

c. Bagaimana Metode dan Instrumen Kromatografi Kolom

d. Apa Jenis-jenis Kromatografi Kolom

e. Apa Komponen Dalam Kromatografi Kolom

f. Bagaimana Manfaat Dari Kromatografi Kolom

g. Bagaimana Kelebihan Dan Kelebihan Dari Kromatografi Kolom

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi.

b. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom.

c. Untuk mengetahui metode serta instrumen dari kromatografi kolom.

d. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi kolom.

e. Untuk mengetahui komponen dalam kromatografi kolom.

f. Untuk mengetahui manfaat dari kromatografi kolom.

g. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom.


BA II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan


tertentu. “Kromatografi pertama kali di perkenalkan oleh Michael Tsweet pada
tahun 1903 yang merupakan seorang di ahli botani dari rusia. Dalam
percobaannya Michael Tsweet berhasil memisahkan klorofil dan pigmen pigmen
warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium
karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut”
(Mulyadi, 2006).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Definisi lain dari kromatografi adalah
proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi
terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan
menghasilkan apa yang di sebut kromatogram. Pada dasarnya, semua
kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang
lain fase bergerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan
relative dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan
sifat-sifat fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair (Puspita, 2007).
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena
fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system
kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan (Himawan, 2009).
Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan dengan
menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian
dialirkan pelarut petroleum eter, dan hasilnya berupa pita pita warna yang terlihat
sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak
tumbuhan. Cara asli telah dilakukan pada tahun 1903 oleh Tsweet, ia telah
menggunakannya untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama
kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian
pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir
kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan
pada senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas (Himawan, 2009).
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena
fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system
kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan (Himawan, 2009).

B. Pengertian Kromatografi Kolom


Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai
alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut
berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah kolom untuk
mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat yang
akan dipindahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter kolom
sekitar 8:1 sedangkan daya penyerapnya adalah 25-30 kali berat bahan yang akan
dipisahkan. Teknik banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa
organik dan konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk
pemisahan jenis logan-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai (Yazid,
2005, hal: 98).

C. Metode dan Instrumen Kromatografi Kolom


1. Metode Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling
awal yang pertama kali dilakukan oleh D.T. Davy untuk membedakan
komposisi minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya, kromatografi
kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi
kolom digolongkan kedalam kromatografi cair – padat (KCP) kolom
terbuka. Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada
adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda
terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk
pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak
sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase
bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen
campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom
adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang
harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben
dalam kolom. Apabila cairan ( elutor ) dialirkan secara kontinue melalui
kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat
kolom, maka yang pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen
yang paling lemah terikat kepada adsorben.
Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan
afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada
komponen – komponen tersebut (Alimin, 2007 : 74-75).
Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan
kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari
penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya
berupa materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel
yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat
padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair
sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada
penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa
yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap dan
menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin
untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat
polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam
kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang
mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom.
Jika fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi
cair-cair. Teknik ini banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-
senyawa organik maupun anorganik (Arsyad, 2001).
Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada
bidang antarmuka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak
serta kelarutan relatif komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-
molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada
permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya
secara bergantian tertahan beberapa saat dipermukaan adsorben dan
masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen
dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang ditambahkan
secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas
lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen
dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran
pelarut (Yazid, 2005 : 100)
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian
(ion positif atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan
bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan jenis ion/muatan yang
dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar kation
adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion adalah ion
negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion –
ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan
pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi jumlah gugus
ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan
resin tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka
semakin besar pula nilai kapasitas resinnya.
Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan
berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan
menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat
jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin
tersebut dikatakan telah “exchausted”. Dalam keadaan demikian resin
dapat dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan
asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan dari
reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-polimer stiren
dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan amin yang
bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang
jumlahnya ekuivalen (Aswad,2001).
Parameter yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom,
setelah mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara kromatografi, mutu
kromatografi dapat di kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian
sistem tertentu. Salah satu diantaranya adalah perhitungan pelat pelat
teoritis untuk suatu kolom dan terdapat dua parameter utama lainnya
untuk menilai kinerja (Keenan, 2002).

2. Intrumen Kromattografi Kolom


Ciri khas dari kromatografi kolom adalah penggunaan sebuah tabung
kaca kolom dengan diameter 5 hingga 50 mm dan tinggi 5 cm hingga 1
meter sebagai wadah bahan fase stasioner (bagian yang diam). Bahan
campuran (larutan) masuk melalui sisi atas tabung dan mengalir perlahan
melewati bahan stasioner. Zat-zat penyusun campuran akan terpisah
berdasarkan kecepatannya mengalir di dalam bahan stasioner. Zat yang
paling cepat mengalir akan mencapai bagian outlet tabung terlebih
dahulu, dan diikuti dengan zat-zat yang lainnya (Ibrahim dan Sitorus,
2013).

Gambar.1. Kromatografi Klom


Prinsip kerja kromatografi kolom terletak pada bahan stasioner yang
digunakan, yaitu berupa silica gel atau juga alumina. Serupa dengan alumina,
silica gel memiliki struktur kimia inti silikon dioksida, dimana atom silikon
berikatan dengan oksigen dan membentuk struktur kovalen besar. Selanjutnya
pada sisi permukaan struktur silica, setiap atom silikon terikat dengan molekul
OH- (Syaputri, 2012).

Gambar. 2. Struktur Silica


Misalnya sebuah campuran terdiri atas dua komponen zat yang memiliki
perbedaan sifat, yang pertama (A) bersifat mudah untuk membentuk ikatan
hidrogen, sedangkan yang kedua (B) tidak mudah untuk bereaksi dengan zat lain
(dalam kata lain memiliki gaya interaksi van der waals lemah). Jika campuran ini
dilewatkan ke dalam kolom kromatografi berisi silica gel, maka zat A akan lebih
lambat sampai ke bawah sisi kolom karena zat ini akan bereaksi dengan silica gel
membentuk ikatan hidrogen. Sedangkan zat B akan lebih cepat menuju ke sisi
bawah kolom karena ia tidak mudah bereaksi dengan silica gel. Perbedaan
kecepatan melewati silica gel inilah yang menyebabkan kedua komponen zat
tersebut terkromatografi (Khopkar, 2010).

D. Jenis-jenis Kromatografi Kolom


1. Berdasarkan interaksi komponen dengan adsorben, kromatografi dapat
dibedakan menjadi menurut Alimin (2007) yaitu :
a. Kromatografi adsorbsi
Dalam kromatografi adsorbsi, komponen yang dipisahkan secara
selektif teradsorbsi pada permukaan adsorben yang dipakai untuk
bahan isian kolom.
b. Kromatografi partisi
Dalam kromatografi partisi, komponen yang dipisahkan secara
selektif mengalami partisi antara lapisan cairan tipis pada penyangga
padat yang bertindak sebagai fase diam dan eluen yang bertindak
sebagai fase gerak.
c. Kromatografi petukaran ion
Kromatografi petukaran ion memishkan komponen yang
berbentuk ion. Komponen-komponen tersebut yang terikat pda
penukar ion sebagai fase diam secara selektif akan terlepas/terelusi
oleh fase gerak.
d. Kromatografi filtrasi gel
Dalam kromatografi filtrasi gel, kolom diisi dengan gel yang
permeabel sebagai fase diam. Pemisahan berlangsung seperti proses
pengayakan yang didasarkan atas ukuran molekul dari komponen
yang dipisahkan

2. Berdasarkan gaya yang bekerja pada kolom, kromatografi dapat


dibedakan menjadi menurut Marston (1995) yaitu :
a. Kromatografi kolom gravitasi
Dalam kromatografi kolom gravitasi, eluen bergerak berdasarkan
gaya gravitasi atau perkolasi.
b. Kromatografi kolom tekanan
Dalam kromatografi kolom tekanan, eluen bergerak karena
adanya pemberian tekanan pada kolom. Tekanan yang diberikan tidak
terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.

3. Berdasarkan jenis fasa diam dan fasa gerak, kromatografi dapat


dibedakan menjadi menurut Bernaseoni (2005) yaitu :
a. Kromatografi fase normal
Kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya
“normal” bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya
bersifat non polar.
b. Kromatografi fase terbaliik
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non
polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase
normal.

E. Komponen Dalam Kromatografi Kolom


1. Adsorben
Silika gel (SiO2) dan alumina (Al2O3) adalah 2 adsorben yang paling
umum digunakan untuk kromatografi kolom. Ukuran partikel dari
adsorben sangat berpengaruh pada bagaiman eluen bergerak melewati
kolom. Partikel yang lebih kecil (mesh lebih besar) digunakan untuk
kromatografi kolom tekanan sedangkan adsorben dengan ukuran partikel
yang lebih besar digunakan untuk komatografi kolom gravitasi. Alumina
lebih sering digunakan dalam kromtografi kolom dibanding kromtografi
lapis tipis. Daya adsorbsi alumina dapat diatur dengan mengatur jumlah
air yang dikandung. Caranya ialah dengan mengeringkan alumina pada
suhu 360 0C selma 5 jam, kemudian membiarkan alumina kering tersebut
menyerap air sampai jumlah tertentu. Aktivitasnya tergantung dari kadar
airnya dan dinyatakan dalam skala Brockman (Watson, 2005).
2. Pelarut
Pelarut mempunyai peranan yang penting dalam mengelusi sampel
yang dapat menentukan keberhasilan pemisahan secaa kromatografi
kolom. Pelarut yang mampu menjalankan elusi terlalu cepat tidak akan
mampu mengadakan pemisahan yang sempurna. Sebaliknya elusi yang
terlalu lambat akan menyebabkan waktu retensi yang terlalu lama.
Sistem pelarut dengan kepolaran yang bertingkat sering juga
digunakan adalah pelarut mengelusi kolom. Dalam hal ini pelarut yang
pertama kali digunakan adalah pelarut non polar untuk mengelusi
komponen yang kurang polar. Pelarut yang lebih polar ditambahkan
untuk mengelusi komponen yang lebih polar juga (Aswad, 2001).
3. Syarat-syarat Adsorben dan Pelarut
Suatu adsorben dan pelarut dalam suatu kromatografi kolom,
memiliki suatu syarat-syarat menurut Sudjadi (1988) antara lain :
a. Harus memiliki luas permukaan besar internal. Kecepatan adsorbsi
akan semakin bertambah dengan semakin kecilnya ukuran diameter
adsorben.
b. Harus mudah diregenerasi.
c. Tidak cepat kehilangan kapasitas serap.
d. Pemilihan pelarut tergantung dari sifat kelarutannya, akan tetapi lebih
baik untuk memilih suatu pelarut yang tidak tergantung pada
kekuatan elusi sehingga zat-zat elusi yang lebih kuat dapat dicoba.
“kekuatan” dari zat elusi adalah daya penyerapan pada penyerap
dalam kolom.

F. Manfaat Dari Kromatografi Kolom


Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang
sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif,
senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek
molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam
bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekul-
molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan
molekul penting lainnya. Dengan data-data yang didapatkan dengan
menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat
ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan
jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat
tersebut sehingga bisa bertahan lama (Arsyad, 2001).
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama
dalam menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang
pasien, dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien
tersebut. Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat
atau ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel
air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa
memberikan data yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit
dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat. Sekarang ini,
deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama
bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti
spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya
membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan
hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi (Mulyadi, 2006).

G. Kelebihan Dan Kelebihan Dari Kromatografi Kolom

Menurut Keenan (2002) penggunaan kromatografi kolom mempunyai


kelebihan dan kelemahan, yaitu :

1. Kelebihan kromatografi kolom


Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative. Digunakan
untuk menentukan jumlah komponen campuran. Digunakan untuk
memisahkan dan purifikasi substansi.
2. Kekurangan kromatografi kolom
Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan
manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time
consuming).

BAB III
PENUTTUP

A. KESIMPULAN
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom
sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat
tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah kolom
untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari banyaknya
zat yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter
kolom sekitar 8:1 sedangkan daya penyerapnya adalah 25-30 kali berat bahan
yang akan dipisahkan. Teknik banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-
senyawa organic dan konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan
untuk pemisahan jenis logan-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai
(Yazid, 2005).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih
banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan
partisi. Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan kimia berdasarkan
pertukaran ion anion dan ion kation.

B. SARAN
Kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
referensi bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Alimin. 2007. Kimia Analitik. Makassar : Alauddin Press.

Arsyad, Natsir. 2001. Kimia. Jakarta : Gramedia.

Aswad. 2001. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Bernaseoni, G. 2005. Teknologi Kimia. Jakarta : PT Padya Pranita.

Himawan, Joseph. 2009. Kromatografi Kolom. Jakarta : Erlangga.

Ibrahim, Sanusi dan Sitorus, Marham. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Keenan, Charles. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Khopkar, SM. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas


Indonesia Press

Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung : Penerbit ITB.

Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.


Puspita,Dewi. 2007. Kromatografi Kolom. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Konsius.

Syaputri, Yolani. 2012. Kromatografi Kolom. Jakarta : Erlangga.

Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Kedokteran.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Paramedis. Yogyakarta: Graha Ilm

Anda mungkin juga menyukai