Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang
artinya “extreme hunger” alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran
para bulimics (orang yang bulimia), mereka cenderung makan dalam jumlah banyak
dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan. Dan selanjutnya sebagai
“kompensasi” dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara
yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah
makan banyak.3 Bulimia nervosa merupakan satu gangguan fungsi makan yang
ditandai oleh episode nafsu makan yang lahap tanpa dapat dikendalikan. Penyelaan
sosial dan gangguan fisik yaitu, nyeri abdomen atau mual-mual, menghentikan
pesta makan yang sering diikuti oleh perasaan bersalah, depresi, atau muak terhadap
diri sendiri. Orang selalu memiliki perilaku kompensasi yang rekuren seperti
mencahar (muntah yang diinduksi sendiri, pemakaian laksatif yang berulang, atau
pemakaian diuretika), puasa, atau latihan yang berat. Namun pasien bulimia
nervosa mampu mempertahankan berat badan yang normal.2,3,4

DSM-IV membagikan Bulimia nervosa dalam dua bentuk yaitu purging dan
nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan
secara sengaja. Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan
menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain.
Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak
menambah berat badan. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara
lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau
berolahraga secara berlebihan. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari
makanan dapat langsung dibakar dan habis. Menurut kriteria diagnostik dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat ( DSM-IV),
pesta makan dan perilaku kompensasi harus terjadi dengan rata-rata sekurangnya
dua kali seminggu selama tiga bulan.2,3, yang dimaksud dengan pesta makan disini
adalah makan,dalam periode waktu yang terpisah (misalnya, 2 jam) sejumlah

3
4

makanan yang secara signifikan lebih besar daripada yang khas bagi kebanyakan
orang selama periode yang ditentukan sama. Perilaku ini dikaitkan dengan
hilangnya kontrol makan selama waktu ini.

2.2 Epidemiologi
Bullimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita di bandingkan pada
laki-laki, Diperkirakan bulimia nervosa terjadi pada sekitar satu sampai tiga persen
pada wanita muda. Onsetnya lebih sering pada masa remaja atau pada masa dewasa
muda.1,2,5
Prevalensi bulimia nervosa untuk wanita di Amerika Serikat adalah 2%
sampai 3%, namun dapat mencapai 10% pada populasi yang rentan,
seperti perguruan tinggi yang khusus untuk wanita. Gejala yang kadang ditemukan
pada bullimia nervosa, seperti episode pesta makan dan mencahar yang terisolasi,
telah dilaporkan pada hampir 40 persen wanita perguruan tinggi. Kejadian ada pria
hanya sepersepuluh dari wanita. Secara demografis, sebagian besar pasien dengan
bulimia nervosa masih lajang, berpendidikan perguruan tinggi, dan
dipertengahan usia 20 tahunan. Namun, kebanyakan pasien mulai mengalami
gejala bulimia nervosa selama masa pubertas. Bulimia terjadi pada 2,3%
perempuan kulit putih, dan 0,40% pada wanita kulit hitam. Faktor risiko
untuk bulimia nervosa meliputi pelecehan seksual saat anak-anak,
homoseksualitas laki-laki, tinggal sendirian, tinggal di asrama mahasiswi,
kontrol glikemik diabetes yang buruk, perasaan rendah diri, diet, keterlibatan
dengan atletik, pekerjaan yang berfokus pada berat badan. Pasien dengan faktor-
faktor risiko atau pada populasi berisiko tinggi untuk terkena gangguan ini, harus
segera menjalani skrining.1,2,5
Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka
orang-orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung
perfeksionis. Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah
dan sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif,
misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada
alkohol atau lainnya.4,6
5

Bullimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood
dan gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada
orang yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan
kepribadian, memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang
meningkat dan riwayat penyiksaan seksual.

2.3 Etiologi

Faktor genetik, Pada umumnya para peneliti percaya bahwa faktor hereditas
berpengaruh terhadap gangguan pola makan. Neurotransmitter tertentu, suatu
senyawa kimia yang menghantarkan impuls syaraf, pada orang yang bulimia
kadarnya tidak normal sehingga para peneliti ini beranggapan ada kelainan pada
sistem syaraf pusat yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Neurotransmitter
yang abnormal tersebut adalah serotonin, yang juga dipercaya sebagai
neurotransmitter yang berhubungan dengan gangguan mood. Penelitian terhadap
kembar identik dan kembar fraternal membuktikan bahwa prilaku gangguan pola
makan pada kembar identik lebih besar kemungkinan terjadinya dibandingkan
kembar fraternal. Hal itu disebabkan susunan genetik kembar identik sama
dibandingkan kembar fraternal.3
Faktor biologis, gangguan pola makan juga dipengaruhi oleh komponen
gentika lainnya yakni neurochemistry. Para peneliti telah menemukan bahwa
neurotransmitter serotonin dan norepinefrin secara signifikan menurun pada pasien
yang menderita Anorexia dan Bulimia Nervosa akut. Neurotransmitter ini akan
berfungsi secara abnormal pada penderita depresi. Hal ini membuktikan bahwa ada
hubungan antara dua gangguan tersebut. Disamping menciptakan rasa kepuasan
fisik dan emosi, neurotransmitter serotonin juga menghasilkan efek kurang nafsu
makan. Bahan kimia otak juga telah diteliti pengaruhnya terhadap gangguan pola
makan. Ditandai dengan meningkatnya kadar hormon vasopressin dan kortisol.
Kedua hormone ini secara normal di keluarkan sebagai respon terhadap stress yang
dialami oleh penderita tersebut. Pada penelitian lain ditemukan bahwa tingginya
level neuropeptida dan peptide juga berpengaruh terhadap penderita Bulimia.
Kedua hormon tersebut menyebabkan rangsangan untuk makan pada uji coba
6

binatang. Kadar hormone. Oleh karena kadar endorphin plasma meningkat pada
pasien Bulimia Nervosa yang muntah, perasaan nyaman setelah muntah yang
dialami oleh pasien Bulimia Nervosa mungkin diperantai oleh meningkatkan kadar
endorphin.2,3,4
Faktor sosiokultural. Pasien dengan bulimia nervosa, seperti pasien dengan
anoreksia nervosa, cenderung mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan perlu
berespon terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Banyak pasien bulimia
nervosa adalah pasien terdepresi dan memiliki depresi familial yang tinggi hal ini
disebabkan oleh orang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan yang
mengharuskan pengontrolan berat badan yang ketat seperti balet, senam, modeling
dapat sebagai faktor risiko timbulnya bulimia nervosa. Faktor sosiokultural
merupakan salah satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap timbulnya
kelainan ini. Kita tahu bahwa makanan yang banyak beredar serta disukai oleh
banyak orang pada masa ini adalah makanan seperti roti-roti, fast food, es krim,
pizza yang merupakan karbohidrat olahan. Setelah diteliti, mereka yang
mengkonsumsi makanan ini, kadar serotonin dalam darah mereka meningkat
sementara hingga 450 %. Coba lihat juga makanan yang ditawarkan oleh berbagai
gerai makanan yang ada di pusat perbelanjaan, sebagian besar merupakan makanan
karbohidrat olahan. Itulah salah satu alasan kenapa di negara-negara maju angka
kejadian bulimia pada gadis remaja atau wanita muda nya cukup tinggi. Berbeda
dengan mereka yang tinggal di negara berkembang, yang pola konsumerisme
berbeda, pola makan juga berbeda. Di negara berkembang, orang lebih banyak
mengkonsumsi makanan berkarbohidrat bukan olahan -nasi, sayur, buah- yang
efeknya jauh lebih rendah dalam meningkatkan serotonin dalam darah. Tapi kalau
di negara berkembang yang mall-mall nya juga berkembang pesat, berarti perlu
diteliti lebih lanjut tentang kejadian bulimia nervosanya.2,3,4
Faktor psikologis. Pasien dengan bullimia nervosa memiliki kesulitan dengan
kebutuhan remaja, tetapi pasien bulimia nervosa lebih mengungkapkan, marah, dan
impulsif dibandingkan pasien anoreksia nervosa. Ketegantungan alkohol, mencuri
di toko, dan labilitas emosional (termasuk usaha bunuh diri) adalah berhubungan
dengan bulimia nervosa. Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang
tidak terkendali yang dilakukannya sebagai ego-distonik dibandingkan pasien
7

dengan anoreksia nervosa sehingga pasien dengan bulimia nervosa lebih cepat
mencari bantuan.2,3,4

2.4 Skrining
Kuisioner (BITE) adalah tes singkat untuk deteksi dan deskripsi bulimia
nervosa. BITE ini terdiri dari satu set 33 pertanyaan (30 ya / tidak jenis dan 3
penilaian respon) yang secara bersamaan menilai kehadiran dan relatif keparahan
gangguan makan. BITE ini dibagi menjadi 2 bagian, skala gejala dan skala
keparahan. Skala gejala terdiri dari 30 pertanyaan ya / tidak, 1 poin diberikan untuk
setiap jawaban "ya", dan skor 20 atau lebih mengindikasikan gangguan makan. 3
pertanyaan lain(respon) membentuk skala keparahan dan meminta pasien untuk
menilai frekuensi tindakan mereka. Skor 5 atau lebih pada bagian ini dianggap
signifikan secara klinis, dan skor 10 atau lebih dianggap parah. BITE mengambil
rata-rata 10 menit untuk menyelesaikan dan dapat segera dicetak oleh
praktisi. Meskipun tidak dimaksudkan untuk skrining dalam perawatan primer,
instrumen ini dapat digunakan untuk melacak tingkat keparahan penyakit pada
pasien.1

2.5 Diagnosis dan Gejala Klinis


Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM –IV, Diagnostic
and Kriteria Statistical Disorders.(2,4,7)
A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua hal
berikut ini
i. Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam),
jumlah makan jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan
orang pada waktu dan situasi yang serupa.
ii. Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut
(misalnya merasa tidak dapat menghentikan makan atau
mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakannya).
B. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah kenaikan
berat badan, seperti muntah diinduksikan sendiri, penyalahgunaan laksatif, enema,
atau medika lain, puasa, atau olahraga berat.
8

C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi
dengan rata-rata sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan.
E. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.1,2
Gejala gejala bulimia nervosa yaitu1-4 :
 Makan dalam jumlah yang berlebihan.
 Terobsesi dengan makanan dan kalori.
 Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut.
 Sering menghilang ke kamar mandi bila selesai makan, untuk
mengeluarkan makanan - makanan yang telah ditelan.
 Bersikap penuh rahasia.
 Merasa kehilangan kontrol.
Menurut DSM-IV, ciri penting dari bulimia nervosa adalah episode rekuren
pesta makan; suatu perasaan tidak adanya pengendalian terhadap makan selama
pesta makan; muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan laksatif atau diuretik,
berpuasa, atau latihan berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan; dan
penilaian diri sendiri yang persisten yang terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat
badan. Pesta makan biasanya mendahului muntah dengan kira-kira satu tahun.2,4,5
Muntah adalah sering terjadi dan biasanya diinduksi dengan memasukkan jari
ke dalam tenggorokan, walaupun beberapa pasien mampu untuk muntah atas
kehendaknya sendiri. Muntah menurunkan nyeri abdomen dan perasaan penuh dan
memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan mengalami kenaikan berat
badan. Depresi sering kali mengikuti episode dan disebut penderitaan setelah pesta
makan (postbinge anguish). Selama pesta makannya pasien makan makanan yang
manis, tinggi kalori, dan biasanya lembut atau lunak, seperti cake dan kue kering.
Makanan dimakan secara sembunyi-sembunyi dan secara cepat, dan kadang-
kadang tidak dikunyah. 2,4,5
Sebagian besar pasien bulimia nervosa adalah dalam rentang berat badan
yang normal, tetapi beberapa pasien khawatir terhadap citra tubuh dan
penampilannya, khawatir terhadap tanggapan orang lain terhadap dirinya, dan
khawatir terhadap daya tarik seksualnya. Sebagian besar pasien bulimia nervosa
adalah aktif secara seksual, dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa. Pika
9

dan perebutan selama makan kadang-kadang ditemukan dalam riwayat pasien


bulimia nervosa.2
Mirip dengan anoreksia nervosa, orang yang menderita bulima nervosa juga
mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan
penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari aspek
penyingkiran penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah
gastrointestinal, dan masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi.2
Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan,
pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan
meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap
asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat
penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat
diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh.2
Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan bulimia nervosa dan
simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan pasien dengan
bulimia nervosa mengalami depresi ringan dan sesetengah mengalami gangguan
mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan
alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan bulimia nervosa
merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya
dari keluarga dan teman-teman.

2.6 Pemeriksaan Fisik & Laboratorium


Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk penting menunjukkan adanya
bulimia nervosa, terutama untuk menyingkirkan subtipe gangguan tersebut. Pada
pemeriksaan, dokter mungkin mencari tanda-tanda komplikasi medis disebutkan
sebelumnya, termasuk erosi gigi, jaringan parut atau abrasi pada kuku-kuku jari,
dan kelenjar parotis bengkak.1
Penyedia layanan kesehatan primer harus mempertimbangkan penggunaan
tes laboratorium di kedua evaluasi diagnostik dan tindak lanjut. Untuk pasien kurus,
pasien dengan dicurigai bulimia nervosa tetapi membantah, dan pasien dengan
gejala fisik dan tanda-tanda yang muncul, tes laboratorium mungkin berguna untuk
mengesampingkan gangguan lain atau juga dapat mendiagnosa positif bulimia
10

nervosa. Meskipun tidak ada panel standar dari tes yang dijelaskan, jumlah
elektrolit serum dan urin, penilaian asam-basa, dan tingkat fosfor harus diperoleh
dari pasien kurus baik saat diagnosis atau saat tindak lanjut. Monitoring
elektrokardiogram harus dilakukan pada pasien bulimia dengan kelainan elektrolit,
jantung berdebar, nyeri dada, atau berat badan rendah. Pasien bulimia dengan
setidaknya dengan riwayat 5 bulan berat badan rendah atau anoreksia harus
dilakukan penilaian kepadatan tulang. Pengujian lain, seperti endoskopi GI atas
atau bagian lebih rendah, harus dipertimbangkan, tergantung pada konstelasi gejala
dan tanda. Misalnya, kondisi lain yang dapat bermanifestasi dengan gejala GI
termasuk penyakit radang usus, celiac sprue, dan irritabel bowl sindrom.1
Para penderita bulimia dengan berat badan normal atau overweight (gemuk)
mungkin tidak memiliki kelainan laboratorium yang signifikan. Kelainan
laboratorium menjadi lebih umum dengan penurunan berat badan dan
meningkatkan keparahan perilaku (membersihkan). Tingkat elektrolit yang paling
mungkin akan terpengaruh.1
Hipokalemia, hypochloremia, hiperfosfatemia, dan alkalosis metabolik
adalah umum, terutama bulimia dengan berat badan yang rendah. Tingkat
keparahan hipokalemia dan hypochloremia secara langsung berkaitan dengan
jumlah dan pengalaman pasien dalam membersihkan, terutama yang melibatkan
diuretik, pencahar, dan muntah berulang-ulang. Sebuah studi kasus-kontrol terbaru
menyarankan bahwa rasio natrium urin untuk klorida urin adalah prediktor terbaik
untuk perilaku bulimia. Kehadiran alkalosis metabolik dan hiperfosfatemia
meningkatkan kecurigaan adanya muntah diam-diam yang dilakukan pasien.
Meskipun kadar kalium serum telah dianggap sebagai penanda yang baik untuk
pasien dengan perilaku bulimia, frekuensi yang relatif (4,1% menjadi 13,7%) dari
hipokalemia yang signifikan pada bulimia menurunkan sensitifitasnya sebagai test
skrining.1
Gambaran keseluruhan laboratorium pasien tergantung pada mekanisme
kompensasi. Pasien yang pembersihannya dengan muntah dapat datang dengan
alkalosis metabolik (peningkatan kadar bikarbonat serum) karena kontraksi
volume. Namun, pasien pembersihannya dengan menyalahgunakan obat pencahar
dapat datang dengan asidosis metabolik (penurunan kadar bikarbonat serum) karena
11

kehilangan cairan alkali dari usus. Pasien menggunakan lebih dari satu mekanisme
pembersihan dapat menampilkan temuan campuran asam-basa.
Ketidakseimbangan elektrolit memberikan kontribusi kelemahan, kelelahan, dan
pada kasus berat, dapat menyebabkan aritmia jantung dan kematian mendadak pada
pasien.1
Penentuan amilase serum dapat membantu untuk mendiagnosis dan
memantau bulimia nervosa. Tingkat amilase tinggi mungkin menunjukkan bahwa
pasien telah muntah. Dalam beberapa kasus, maka akan diperlukan untuk
menyingkirkan penyebab organik kadar amilase tinggi atau muntah, seperti
pankreatitis. Ketika difraksinasi menjadi komponen-komponen serum dan saliva,
peningkatannya terkadang tidak proporsional, dengan amilase saliva tinggi
melebihi amilase pankreas pada pasien yang telah muntah. Karena itu tes
difraksinasi mungkin bermanfaat untuk digunakan sebagai alat bantu diagnostik
dalam kasus dimana muntah ditolak dan memonitor terus muntah pada pasien yang
menjalani pengobatan.1

2.7 Diagnosis Banding


Diagnosis bulimia nervosa tidak dapat dibuat jika perilaku pesta makan dan
mencahar terjadi semata-mata selama episode anoreksia nervosa. Pada kasus
tersebut diagnosis adalah anoreksia nervosa, tipe pesta makan/mencahar.
Klinisi harus memastikan bahwa pasien tidak menderita penyakit neurologis,
seperti kejang ekuivalen-epileptik, sindrom Kluver-Bucy, atau sindrom Kleine-
Levin. Sindrome Kleine Levin terdiri dari hipersomnia periodik yang berlangsung
dua sampai tiga minggu dan hiperfagia, seperti pada bulimia nervosa, onset
biasanya selama masa remaja.
1. Sindroma Kluver-Bucy
Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah
agnosia visual, menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa
objek dengan mulut, ketidakmampuan mengenali tiap stimulus,
plasiditas, perubahan perilaku seksual (hiperseksualitas), dan perubahan
kebiasaan makan, khususnya hiperfagia.
12

2. Sindroma Kleine-Levin
Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodic yang
berlangsung dua sampai tiga minggu atau hiperfagia seperti pada
bullimia nervosa. Onset biasanya selama masa remaja. Sindroma lebih
sering pada laki-laki dibandingkan wanita. Pasien dengan gangguan
kepribadian ambang kadang-kadang pesta makan, tetapi makan adalah
disertai dengan tanda lain dari gangguan.1,2,5

2.8 Penatalaksanaan
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan dalam pola makan
seperti kelainan genetik, tekanan sosial untuk menjadi langsing, tekanan dari teman
sebaya, dan lain-lain. Penerimaan dari lingkungan merupakan langkah awal
penyembuhan kelainan bulimia. Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam
penyangkalan dan menolak untuk ditolong. Langkah penyembuhan lain adalah
dengan melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga maupun lingkungan tempat
penderita berasal. Pemberian obat, termasuk antidepresan, kadang-kadang
dibutuhkan dalam situasi tertentu. Terapi gizi juga penting sebagai asupan vitamin
dan mineral bagi penderita. Namun jika langkah-langkah tersebut tidak membawa
hasil, satu-satunya cara yaitu dengan membawa penderita ke rumah sakit untuk
diopname, terutama bagi penderita anoreksia. Itu dilakukan jika berat badan
penderita menurun hingga 25% dari berat normal atau jika organ-organ vital dalam
tubuh mengalami cedera. Ingatlah bahwa pola makan sehat adalah cara hidup yang
terbaik. Jangan biarkan diri kita di bawah tekanan sosial atau teman sebaya. Satu
lagi yang terpenting, tetaplah percaya diri sebab nilai personaliti kita tidak
ditentukan oleh seberapa kurus atau gemuknya tubuh kita.
Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk
Psikotherapi individual dengan pendekatan kognitif perilaku, terapi kelompok,
terapi keluarga dan farmakoterapi.1,4
Terapi CBT ( Cognitive behavioral therapy) merupakan terapi psikologis
yang memiliki tujuan menstop makanan yang berlebihan yang dapat menyebabkan
muntah dan mengubah sikap pasien terhadap makanan. Metode CBT memiliki
3 fase yang memerlukan waktu khusus dalam 20 minggu terapi fase pertama,
13

pasien diajarkan tentang bulimia nervosa yaitu faktor-faktor yang menyebabkan


penyakit ini diantaranya tindakan pengaturan frekuensi dan pola makan dengan cara
menghindari makanan yang sebanyak banyaknya atau pengetahuan tentang purging
pada sesi terapi ini. Pada fase kedua, pasien diajarkan dalam kebebasan memilih
makanan dan diberi tambahan waktu untuk memperbaiki makanan disfungsional
dalam tubuh dan pola pikirnya. Pada fase ketiga, tujuannya ialah maintenance dan
mencegah kekambuhan. Pada terapi CBT (Cognitive behavioral therapy) di
dapatkan 45 % pasien berhenti bingeing and purging dan 35 % tidak lagi memenuhi
kriteria bulimia nervosa. Pada 31 %- 44% pasien mengalami kekambuhan dalam
waktu 4 bulan setelah terapi CBT (Cognitive behavioral therapy). kekambuhan ini
diduga akibat motivasi rendah selama terapi dan makanan yang terlalu khusus yang
menyebabkan peningkatan frequensi muntah sebelum terapi.1
 Terapi Farmakologi
Medikasi antidepresan dapat menurunkan pesta makan dan mencahar
terlepas dari adanya suatu gangguan mood. Jadi, untuk siklus pesta makan dan
mencahar yang sukar yang tidak responsif terhadap psikoterapi saja, antidepresan
telah digunakan dengan berhasil. Imipramine (tofranil), desipramine (Norpramin),
trazodone (desyrel), dan inhibitor monoamin oksidas telah membantu. Fluoxetine
(Prozac) juga menjanjikan sebagai terapi yang efektif.2 Obat fluoxetine dengan
dosis 60 mg / hari yang mempunyai efek dapat menurukan respon muntah dan
memperbaiki gangguan makan. Fluoxetine dilaporkan dapat menurunkan respon
muntah dan memperbaiki gangguan makanan dalam 4 minggu terapi. Penggunaan
terapi fluoxetine selama 1 tahun di laporkan dapat menurunkan kekambuhan dan
efeknya lebih tinggi dari pada placebo. Berbagai kasus 5 pasien kurus dengan
gangguan makan dilaporkan bahwa sertraline memiliki efek dapat memulihkan
berat badan dan mengurangi gangguan makan. Pada citalopram memiliki efek
dalam mengobati gangguan makan. Sedangkan pada milnacipran, obat anti
depresan, kedua serotonergik dan noradrenergic mempunyai efek dalam
mengurangi gejala bulimia pada beberapa kasus yg tidak tertangani. Tetapi sampai
saat ini hanya fluoksetin, yang merupakan satu-satunya obat yang dibenarkan Oleh
U.S food and Drug Administration sebagai terapi Bulimia Nervosa.1
14

Pemberian kombinasi CBT dengan obat fluoxetine terbukti lebih unggul dari
pada pemberian CBT saja atau Obat fluoxetine saja. Yang bila kedua pengobatan
dikombinasi memiliki efek menurunkan frekuensi dan keparahan muntah serta
dapat mengurangi gangguan makan, pada penelitian terbaru di laporkan pasien yang
sudah di terapi dengan kombinasi CBT dan obat fluoxetine dapat memperbaiki
penyusesuaian dalam lingkungan sosial yang lebih baik hingga 10 tahun setelah
menerima terapi kombinasi tersebut bila dibandingkan dgn terapi bulimia yg
menggunakan placebo. Pada pasien yang tidak berespon pada terapi CBT,
fluoxetine telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala bulimia. Mengingat
penelitian ini, pengobatan saat ini yang digunakan untuk terapi bulimia nervosa
terdiri dari rawat jalan berbasis CBT dan terapi fluoxetine.1

 Terapi nutrisi
Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai
tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang
salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa
dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya
komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur
dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang
sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan
juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan
kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin
yang sesuai dengan kebutuhan penderita.8
Berikut adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
keadaan yang sudah membaik :9

 Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya


untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap
bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.
 Agar pasien mau makan, maka kita katakana kepadanya bahwa rasa
lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
 Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi
ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya
akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh
15

karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah
berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah
dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap
penampilan dan berat badannya.
Primary care, dokter seharusnya mempertimbangkan dalam merujuk pasien
ke perawatan lebih khusus pada pasien gangguan makanan yang persistent,
gangguan psikis, perilaku yang merugikan diri sendiri atau keinginan bunuh diri.1

2.9. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati ada-
tidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa
gejala ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan
mendorong untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan
dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya
oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan
untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita
penyakit ini jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah
terjadi komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang.
Kesesuaian dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain.
Selama pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang
dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi.
Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas dua bagian 8
1. Program pencegahan primer
Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi untuk
mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik.
Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai
sikap dan prilaku terhadap remaja.
2. Program pencegahan sekunder
Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan
memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan
kesehatan primer.
16

Selain diatas untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia


nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:8
1. Rajin berkonsultasi dengan dokter
2. Tingkatkan rasa percaya diri
3. Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang
nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan
4. Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan
oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal

2.10. Komplikasi Medis

 Masalah dermatologi

Masalah dermatologi ditemukan pada pasien bulimia nervosa, walaupun


kurang dipedulikan, termasuk “Russell’s sign”. terdapat penebalan atau scar pada
punggung tangan yang disebabkan oleh penekanan jari terhadap gigi saat
menginduksi muntah, lesi tersebut bisa menjadi permanen. Tanda ini biasanya
terlihat pada stadium awal penyakit ini. Pada pasien kronis, cara menginduksi
muntah biasanya dilakukan dengan menekan abdomen. Perbuatan melukai diri
sendiri terkadang terlihat pada pasien dengan BN, contohnya menusuk diri dengan
jarum, membakar kulit dengan api rokok.10

 Masalah gastrointestinal

Gangguan traktus gastrointestinal bisa terjadi pada penderita bulimia,


seperti perut kembung, flatulensi, konstipasi, keterlambatan pengosongan lambung
(peristaltik menurun), GERD, Mallory – Weiss tears syndrome, Rectal prolaps, dan
apabila hal ini terjadi terutama pada kaum wanita maka bulimia nervosa bisa
dijadikan differensial diagnosa. Ipeca sering digunakan oleh pasien bulimia untuk
menginduksi muntah. Namun obat ini memiliki efek samping yang cukup besar
yakni kardiomiopati. Dental enamel erosi dan gigi yang sensitif terhadap suhu
panas dan dingin pada makanan maupun minuman merupakan hal yang biasa
ditemukan pada BN. Asam lambung menyebabkan enamel menjadi lebih lembut
secara bertahap. Pasien harus diajarkan cara untuk mengurangi kerusakan enamel
17

dengan cara membersihkan mulut setelah muntah, yaitu dengan alkalinisasi mulut
dengan berkumur menggunakan soda kue yang dilarutkan dalam air dan menunggu
selama 30 menit terlebih dahulu baru dibersihkan. Cairan panas dan dingin harus
dihindari apabila menyebabkan nyeri pada gigi. Sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter gigi, penyakit gusi juga sering didapatkan pada pasien ini.10

Kelenjar parotis dan submandibular seringkali membesar secara simetris


dan juga terasa sedikit nyeri. dan sialadenosis (non-inflamatory saliva glands
enlargement) sekitar 10-66% yang biasanya disebabkan oleh kelainan sistemik
seperti diabetes mellitus, alakoholik, anoreksia nervosa dan bullimia nervosa. Tidak
seperti anoreksia nervosa, pada bulimia nervosa tidak terjadi gangguan densitas
mineral tulang, hanya saja gangguan densitas tulang ini tergantung pada usia
menarche, amenorrhhea, dan berat badan (semakin kurus semakin beresiko).
Hipertropi parotid dan submandibular bisa terjadi akibat kebiasaan muntah,
malnutrisi, dan disfungsi autonom. Cara utama untuk mencegah terjadinya
pembesaran kelenjar tersebut adalah tidak menginduksi muntah, dengan demikian
ukuran kelenjar parotis dan submandibular akan berkurang secara perlahan dalam
beberapa bulan. Terapi lain yang bisa dilakukan adalah kompres hangat pada
kelenjar tersebut, mencoba menggunakan pilocarpin oral untuk menstimulasi
pengeluaran air liur.1,3,10

Sebagai catatan, eritema pada konjungtiva, yang seringkali disertai dengan


perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi akibat dari muntah. Hal ini terjadi karena
terjadinya elevasi pada penekanan vena saat muntah.10

Batu empedu juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis diferensial


pada AN dan BN yang datang dengan keluhan muntah atau nyeri perut kuadran
kanan atas. Nyeri tersebut disebabkan oleh batu empedu, yang angka kejadiannya
meningkat pada pasien yang mengalami penurunan berat badan. USG merupakan
cara untuk menyingkirkan keberadaaan dari batu empedu tersebut.10

Konstipasi, tidak jarang terdapat pada pasien BN. Pasien mengeluhkan perut
kembung dan susah buang air besar, sering kali pasien mengatasinya dengan
mengkonsumsi laksative. Hal tersebut justru dapat memperbukruk konstipasinya.
Tidak jarang pasien justru mengkonsumsi laksative dengan pertimbangan bahwa
18

dengan mengkonsumsi laksative maka berat badan akan semakin berkurang,


sedangkan laksative memiliki efek samping terhadap motilitas kolon. Secara
umum, dengan usaha pengembalian berat badan dan memperbanyak makan secara
bertahap maka usus akan mengalammi perbaikan dalam waktu 3 minggu.
Penatalaksanaan untuk konstipasi itu sendiri adalah dengan edukasi terhadap pasien
agar minum air yang banyak 6-8 gelas perhari, serat dalam jumlah yang rendah
yaitu 10 gram perhari, laktulosa jenis sintetik nonabsorbsi disakarida, 30-60 ml satu
sampai dua kali perhari, kita juga perlu mempberi tahu bahwa walaupun pemberian
laktulosa tersebut berasa sangat manis, pasien tidak perlu cemas akan penambahan
kalori yang mungkin terjadi, karena obat tersebut tidak diabsobsi.10

Muntah yang dipaksakan dapat merusak permukaan esofagus, biasanya


paling banyak terjadi pada sambungan antara esofagus dan lambung. Kadang
terdapat muntah darah berwarna merah segar, yang dibarengi dengan isi lambung.
Hal ini disebut Boerhaave’s sindrom yaitu ruptur pada dinding esofagus yang
merupakan dampak dari muntah yang dipaksakan, kondisi seperti ini jarang
ditemukan, namun sangat berbahaya.10

Ruminative behavior merupakan regurgitasi isi lambung yang dilakukan


secara sadar, yaitu pengunyahan dan penelanan makanan, kemudian dikunyah lagi,
dan ditelan lagi, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi gigi, aspirasi, dan
Barrett’s esofagus.10

 Masalah pada jantung

Komplikasi jantung lebih sering terjadi pada AN dibandingkan dengan BN,


manifestasi klinis yang didapatkan berupa palpitasi yang disebabkan oleh sinus
takikardia yang merupakan efek dari hipokalemia, hipomagnesaemia, dan dehidrasi
yang terjadi.

 Masalah Endokrin

Hanya setengah dari pasien bulimia yang mengalami gangguan menstruasi


termasuk amenore dan oligomenore. Wanita dengan bulimia dan gangguan
menstruasi disebabkan oleh karena gangguan release hormon gonadotropin dan
leptin. 1,4
19

2.11. Komorbiditas Psikiatri


Komorditas psikiatrik yang terkait dengan bulimia sangat mencolok. Pasien
bulimia ditandai dengan perfeksionis ekstrovert yang kritis terhadap diri sendiri,
impulsif, dan emosional tak terkendali. Tingkat prevalensi yang tinggi dari setiap
gangguan afektif (75%), gangguan depresi mayor (63%), dan gangguan kecemasan
(36%) telah dilaporkan. Sebagian besar pasien melaporkan bahwa presentasi awal
dari depresi atau gangguan kecemasan terjadi sebelum presentasi dari gejala
bulimia. Dengan demikian, identifikasi awal positif dari gangguan afektif atau
kecemasan dapat memberikan kesempatan untuk mencegah perkembangan gejala
dan gangguan makan, terutama di populasi berisiko tinggi.1
Penyalahgunaan zat merupakan komorbiditas umum tambahan. Pusat
Nasional Penyalahgunaan Ketergantungan Zat di Columbia University melaporkan
bahwa 30% sampai 70% dari penderita bulimia memiliki masalah penyalahgunaan
zat. Zat penyalahgunaan meliputi tembakau, alkohol, dan obat resep dan over-the-
counter, seperti pil diet dan perangsang. Alkoholisme telah dilaporkan
mempengaruhi 31% dari penderita bulimia dan sering ditemukan dengan penyakit
depresi dan gangguan stres pasca trauma. Hubungan keluarga yang kuat juga telah
diamati antara bulimia nervosa dan alkoholisme.1
Melukai diri adalah kekhawatiran untuk pasien dengan bulimia nervosa.
Dalam sebuah penelitian, 34% pasien penderita bulimia dilaporkan telah melukai
diri sendiri di suatu waktu dalam hidup mereka, dan 21,3% dilaporkan telah
melukai diri sendiri dalam 5 bulan terakhir. Pasien paling sering melukai diri sendiri
dengan memotong atau menggaruk lengan, tangan, kaki, atau wajah, dan banyak
dari hasil cedera dalam perdarahan dan jaringan parut. Pasien dengan gangguan
kepribadian yang melukai diri sendiri lebih mungkin untuk juga menderita bulimia
nervosa daripada mereka yang tidak melukai diri sendiri. Diagnosis komorbid dari
bulimia nervosa dan gangguan kepribadian telah terbukti meningkatkan risiko
sering melukai diri sendiri, yang dapat mempengaruhi tingkat usaha bunuh diri pada
pasien. Pasien bulimia paling mungkin berasal dari orangtua alkoholisme,
hubungan dengan orang tua buruk dan harapan orangtua tinggi. Meskipun gejala
20

utama dari gangguan ini adalah gangguan kebiasaan makan dan persepsi diri,
komorbiditas signifikan menyulitkan identifikasi dan pengobatan bulimia nervosa.1

2.12. Prognosis
Meskipun bulimia nervosa lebih umum dari anoreksia nervosa, angka
kematian lebih rendah dan tingkat pemulihan lebih tinggi dari anoreksia nervosa.
Kematian dari bulimia nervosa diperkirakan pada 0% hingga 3% tetapi dapat
dianggap remeh karena beberapa jangka panjang tindak lanjut penelitian yang
melibatkan pasien bulimia. Sekitar 50% dari pasien bebas dari seluruh gejala
bulemia 5 tahun setelah treatment. Meskipun hasil penelitian pada bulemia nervosa
adalah jarang, dengan perkiraan statistik terbatas, telah menunjukkan bahwa angka
kematian dan pemulihan secara langsung berhubungan dengan intervensi dini dan
pengobatan.1
Pasien yang menderita anoreksia nervosa dan bulimia menunjukkan fitur
lebih sulit mencapai berat badan normal dan cenderung berada pada berat badan
rendah, bahkan setelah treatment. Anoreksia juga rentan terhadap mengembangkan
pesta makan setelah pengobatan untuk anoreksia nervosa. Sebuah penelitian di
tahun 1997 melaporkan bahwa 30% dari penderita anoreksia diobati dengan
perilaku pesta-makan sampai dengan 5 tahun post-hospitalization. Ketika menilai
pasien normal atau kelebihan berat badan dengan bulimia nervosa, penting untuk
mengumpulkan informasi sejarah tentang keberadaan dan anoreksia nervosa akhir-
akhir ini. Anoreksia nervosa dengan gejala bulemia dikaitkan dengan tingkat
kematian lebih tinggi daripada bulemia nervosa itu sendiri. Namun, tingkat
kematian dan tingkat komorbiditas untuk semua gangguan makan mungkin
berlebihan karena kebanyakan studi berlangsung dalam pengaturan penelitian
akademik atau khusus. Pasien-pasien ini sering lebih sakit parah dibandingkan
pasien di rawat jalan. Tingkat pemulihan yang sebenarnya untuk gangguan makan
mungkin lebih besar, dan gambar hasil secara keseluruhan tidak begitu baik.
Namun, penting bagi dokter dalam perawatan primer untuk tahu dengan gejala yang
ada dari bulemia nervosa ataupun anoreksia nervosa dengan melakukan intervensi
dini dalam perjalanan penyakit. Sayangnya, dalam studi yang dilakukan hampir 10
21

tahun yang lalu, sekitar 1 dari 10 pasien dengan bulimia nervosa berada dalam
perawatan.1
Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang
lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia
nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari
50 % yang mengalami perbaikan.1,4
Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar,
yaitu apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana
muntah yang sering mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar
liur dan karies gigi.2,4,10 Pada beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan
terjadi dalam satu sampai dua tahun.2

Anda mungkin juga menyukai