Anda di halaman 1dari 10

BUDAYA KETIDAKJUJURAN MAHASISWA DALAM PERKULIAHAN DAN

DAMPAK YANG DITIMBULKAN

RATNA ANALISA (D0213074)


Ilmu Komunikasi – B
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang dimiliki oleh suatu negara
yang memiliki kesempatan mengasah kemampuan di perguruan tinggi dan merupakan aset
negara di masa mendatang. Sebagai kalangan yang memiliki kesempatan lebih untuk
memangku pendidikan mahasiswa dituntut lebih cerdas. Cerdas di sini tidak terpaku pada
akademis saja, namun mahasiswa juga perlu cerdas dalam bersikap selayaknya kaum terdidik
pada umumnya.

Lingkungan universitas identik sebagai tempat kaum cendekiawan dan intelek yang
senantiasa dipercaya oleh publik. Universitas merupakan wadah pengembangan iptek dan
menjadi tolak ukur tata perilaku dan etika. Namun dewasa ini banyak mahasiswa yang tidak
lagi menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Fenomena yang merebak saat ini dikalangan
mahasiswa yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta menunjukkan bahwa, budaya
ketidakjujuran kian menggejala di kalangan mahasiswa. Ketidakjujuran ini meliputi
menyontek ketika ujian, plagiarisme atau pun menitip absen ketika tidak hadir dalam
perkuliahan.

Pada penelitian sosial ini penulis akan membahas mengenai tindak ketidakjujuran
yang dilakukan mahasiswa dalam perkuliahan. Penulis meneliti fenomena riil yang terjadi di
lingkungan mahasiswa lalu berusaha untuk menguak apa motif atau alasan mahasisawa
melakukan tindak ketidakjujuran dan berusaha memberi pemecahan masalah yang mugkin
bisa dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa mengenai budaya ketidakjujuran dalam


perkuliahan?
2. Apa alasan atau motif mahasiswa melakukan tindak ketidakjujuran dalam
perkuliahan?
3. Bagaimana dampak yang mungkin ditimbulkan dari tindak ketidakjujuran dalam
perkuliahan?
4. Bagaimana solusi yang bisa diambil untuk menyikapi tindak ketidakjujuran dalam
perkuliahan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana pengetahuan mahasiswa mengenai budaya ketidakjujuran


dalam perkuliahan.
2. Mengetahui tindak ketidakjujuran apa yang dilakukuan mahasiswa.
3. Mengetahui apa alasan mahasiswa bertindak tidak jujur.
4. Mengetahui dampak apa yang mungkin diimbulkan dari perilaku tidak jujur
mahasiswa dalam pekuliahan.
5. Mengetahui solusi apa yang mungkin bisa diambil untuk menyikapi tindak
ketidakjujuran dalam perkuliahan.

D. Sistematika

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Sistematika
BAB II. KERANGKA TEORI
A. Mahasiswa
B. Perilaku Menyimpang
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
B. JenisPenelitian
C. Populasi dan Sampel
D. TeknikPengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV. HASIL PENELITIAN
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Mahasiswa
Pengertian mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah
peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono
(1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran
di perguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun.
Pengertian mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Sarwono, 1978) adalah
merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi
(yang makin menyatu dengan masyarakat) dididik dan diharapkan menjadi calon-calon
intelektual.

B. Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-
norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang mahasiswa yang menyontek saat ujian, titp absen saat tidak hadir kuliah
dan plagiarisme.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi
(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian
(deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:
1. James Vander Zenden
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal
yang tercela dan di luar batas toleransi.
2. Robert M.Z. Lawang
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku
dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
3. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
Teori mengenai perilaku menyimpang:
1. Teori diferensiasi asosiasi oleh Edwin H. Sutherland
Penyimpangan terjadi karena seseorang bergaul dengan orang-orang yang beperilaku
menyimpang.
2. Teori fungsi oleh Emile Durkheim
Penyimpangan akan selalu terjadi sampai kapanpun, dengan demikian moralitas dan hukum
beserta lembaganya dapat berkembang secara normal.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 – 20 Desember 2013 dan bertempat di


lingkungan kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universias Sebelas Maret
Surakarta.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena sosial yang terjadi di kalangan mahasiswa, dalam hal ini adalah
fenomena ketidakjujuran dalam perkuliahan yang telah membudaya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dalam lingkungan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Pemilihan sampel didasarkan pada teknik probability sampling
karena semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel dan cara
pengambilannya dengan cara acak (Simple Random Sampling).

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data serta informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik studi kepustakaan dan teknik angket (kueioner). Penulis
melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang autentik seperti dengan membaca buku-
buku, serta literature dari internet yang berhubungan dengan permasalahan serta
menyebarkan angket yang bersifat terbuka kepada responden.

E. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian penulis menggunakan teknik atau metode


deskriptif analisis. Peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun,
menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk menguraikan
secara lengkap, teratur dan teliti terhadap obyek penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket untuk mendapatkan data mengenai
fenomena yang akan diteliti. Penulis mengajukan 30 buah angket terbuka yang berisikan
enam pertanyaan dan ditujukan kepada responden secara acak. Berikut adalah pertanyaan
dalam angket sekaligus jawaban yang didapatkan:

1. Pernahkah Anda melakukan tindak ketidakjujuran dalam perkuliahan (seperti menyontek,


titip absen, atau plagiarism)?

Dari pentanyaan berikut sebanyak 27 responden menjawab pernah melakukan tindak


ketidakjujuran, bahkan ada 1 responden yang mengaku sering melakukan, sedangkan 2
responden lain pernah melakukan tapi tidak sering.

2. Ketidakjujuran apa yang Anda lakukan tersebut?

Sebanyak 9 responden pernah menyontek. 7 responden pernah menyontek, titip absen


maupun plagiarisme. 5 responden pernah menyontek dan plagiarism. 4 responden pernah titip
absen dan menyontek. 1 responden pernah titip absen dan plagiarisme. 2 responden pernah
titip absen dan 2 pernah melakukan plagiaisme.

3. Apa alas an Anda melakukan tindak ketidakjujuran tersebut?

Pertanyaan tersebutmendapatkan banyak jawaban, ada yang karena terdesak, malas, lelah
kuliah, agar presensi penuh meskipun tidak hadir, agar tugas cepat selesai dengan praktis,
agar nilai tinggi meskipun tidak menguasai materi, dan ada yang menjawab melakukan hal
tersebut karena adanya kesempatan.

4. Menurut pendapat Anda, apakah tindak ketidakjujuran dalam perkuliahan sudah menjadi
suatu hal yang biasa atau wajar?

Sebanyak 23 responden sepakat menjawab hal tersebut sudah biasa bahkan membudaya, 5
responden beranggapan hal tersebut sudah biasa tapi tidakwajar, sedangkan sisanya
beranggapan hal tersebut tidak seharusnya menjadi kebiasaan.

5. Dampak apa yang Anda rasakan setelah melakukan tindak ketidakjujuran?


Sebanyak 4 responden menjawab mereka menjadi tidak berkembang pengetahuannya karena
terbiasa dengan cara praktis, 7 responden menganggap tidak ada dampak yang dirasakan dan
sisanya merasa bersalah serta ada rasa takut jika ketahuan.

6. Solusi apakah yang mungkin bisa diambil untuk mengurangi budaya tersebut?

Ada berbagai jawaban dari pertanyaan ini. 12 responden menjawab untuk lebih giat belajar.
Responden yang lain beranggapan untuk membenahi diri sendiri, meningkatkan kesadaran
diri, mengadakan seminar atau sosialisasi, lebih percaya diri, mendekatkan diri pada Tuhan,
dan membenahi aturan atau sistem yang ada.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian diatas, maka pembahasannya adalah:

1. Budaya ketidakjujuran mahasiswa dalam perkuliahan

Ketidakjujuran dalam perkuliahan yang dilakukan mahasiswa kini sudah menjadi sebuah
kebiasaan yang bahkan bisa dianggap membudaya. Pada dasarnya tindakan tersebut
merupakan perilaku menyimpang karena tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Penyimpangan ini bisa terjadi karena adanya sosialisasi yang tidak sempurna, pengaruh
lingkungan dan adanya tindakan meniru perilaku yang salah. Penyimpangan ini bersifat
negative karena merugikan pihak lain maupun dirinya sendiri meskipun ada juga yang tidak
merasakan dampaknya secara langsung sedangkan menurut kadarnya penyimpangan ini
termasuk penyimpangan primer karena masih bisa dimaafkan atau diterima masyarakat.

2. Dampak ketudakjujuran mahasiswa dalam perkuliahan

Sebuah perilaku menyimpang sudah tentu akan membawa dampak bagi para deviant.
Ketidakjujuran yang dilakukan mahasiswa akan membuat mahasiswa itu sendiri merasa
bersalah atau measa tidak tenang dalam dirinya. Menyontek, plagiarism dan titip absen di
kalangan mahasiswa juga menjadikan mahasiswa tidak berkembang bahkan cenderung
menjadi seorang yang pragmatis. Pragmatisme merupakan sifat atau ciri seseorang yang
cenderung berfikir praktis, sempit dan instant. Orang yang mempunyai sifat pragmatis ini
menginginkan segala sesuatu yang dikerjakan atau yang diharapkan ingin segera tercapai
tanpa mau berfikir panjang dan tanpa melalui proses yang lama. Kepragmatisan ini jika terus
dibiarkan akan membawa dampak yang sangat buruk karena bisa menjadi bibit-bibit korupsi
di masa mendatang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar
mahasiswa pernah melakukan tindak ketidakjujuran selama perkuliahan dan bahkan
mayoritas menganggap ketidakjujuran seperti menyontek, titip absen dan plagiarisme
merupakan hal yang biasa bahkan membudaya. Pada dasarnya mahasiswa telah menyadari
bahwa hal tersebut merupakan perilaku menyimpang tetapi tetap dilakukan karena berbagai
alas an. Hal tentu saja tersebut membawa dampak negatif bagi pelaku itu sendiri maupun
pihak lain dan bahkan bisa menjadi bibit munculknya korupsi di masa depan.

B. Saran

1. Mahasiswa perlu meningkatkan kesadaran diri dan mengubah mindset yang ada pada diri
sendiri

2. Diadakan sosialisasi mengenai dampak penyimpangan untuk menyadarkan para deviant


serta lebih gencar melakukan kampanye budaya jujur di kalangan mahasiswa

3. Peningkatan pengawasan dari dosen agar tidak ada celah untuk mahasiswa melakukan
tindakan tidak jujur

4. Dilakukan monitoring dari universitas dan pemberian sanksi tegas

5. Universitas harus memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis mahasiswa serta


pembinaan karakternya agar lulusan menjadi lulusan yang siap secara akademis dan
berkarakter baik
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, S. W. (1978). Perbedaan Antara Pemimpin dan Aktivis dalam Gerakan Protes Mahasiswa
(Cet. 1. ed.). Jakarta: Bulan Bintang.

Soekanto, S. (2003). Sosiologi Sebuah Pengantar (Vol. 36). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

LAMPIRAN

Angket (kuesioner) yang digunakan:

Anda mungkin juga menyukai