TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang
disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Tekanan
bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20
mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan mengakibatkan kerusakan saraf
penglihat yang terletak di dalam bola mata. Pada keadaan tekanan bola mata tidak
normal atau tinggi maka akan terjadi gangguan lapang pandangan. Kerusakan saraf
penglihatan akan mengakibatkan kebutaan. Makin tinggi tekanan bola mata makin
cepat terjadi kerusakan pada serabut retina saraf optik. Pada orang tertentu dengan
tekanan bola mata normal telah memberikan kerusakan pada serabut saraf optik
(Normal tension glaucoma – glaukoma tekanan rendah). Tekanan bola mata pada
glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan bola mata yang tinggi
akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina sehingga mengganggu
metabolisme retina, yang kemudian disusul dengan kematian saraf mata. Pada
kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila
proses berjalan terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total.
Humor aqueous (HA) adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera
anterior dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 uL, dan kecepatan
pembentukannya, yang bervariasi diurnal, adalah 1,5-2 uL/menit. Tekanan osmotik
sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan
plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat
yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Sekresi HA 80%
oleh epitel siliaris non pigmentasi melalui proses metabolik aktif yang bergantung
2
3
pada banyaknya sistem enzimatik (enzim karbonik anhidrase) dan 20% oleh proses
pasif dari ultrafiltrasi dan difusi.
Cairan akuos mengisi bilik mata depan atau kamera oculi anterior (KOA)
dan bilik mata belakang atau kamera oculi posterior (KOP). Cairan akuos
diproduksi oleh prosesus siliaris dan kemudian dicurahkan ke KOP. KOP dibatasi
oleh permukaan belakang iris, korpus siliaris, badan kaca, dan lensa. Dari KOP,
cairan akuos dialirkan menuju KOA melalui pupil. KOA dibatasi oleh permukaan
depan iris, kapsul lensa dan kornea. Pada tepi KOA terdapat sudut iridokorneal
(sudut antara iris dan kornea), dan pada apeksnya terdapat kanalis Schlemm. KOA
diubungkan dengan kanalis Schlemm melalui anyaman trabekulum (Trabeculum
Meshwork). Dari KOA, cairan akuos dibuang melalui trabekulum menuju kanalis
Schlemm, kemudian ke sitem vena episklera untuk kembali ke jantung. Fungsi
cairan akuos adalah memberikan nutrisi ke organ avascular yaitu kornea dan lensa,
serta mempertahankan bentuk bola mata.
Dapat juga terjadi hambatan pada aliran cairan akuos pada pupil, misalnya
blockade (hambatan) pupil karena seklusio pupil, sehingga terjadi blockade aliran
dari KOP ke KOA, atau iris perifer terdesak kea rah sudut iridokorneal sehingga
ayaman (Meshwork) trabekulum tertutup yang mengakibatkan aliran keluar cairan
akuos terhenti. Midriasis juga dapat menyebabkan sudut iridokorneal tertutup
karena iris terkumpul di sudut iridokorneal dan menutup anyaman trabekulum.
Keadaan tersebut dapat terjadi setelah pemberian sulfas atrofin yang meyebabkan
midriasis. Pada orang tua yang menderita katarak imatur/ insipient dimana lensa
mengalami intumensi, KOA dipersempit ke depan sehingga iris terdorong ke depan
dan menutup anyaman trabekulum sehingga terjadi glaukoma sudut tertutup.
5
Pembuangan cairan akuos terdiri dari 2 aliran yaitu aliran trabecular yang
mengalirkan 80-89 % dari seluruh cairan akuos dan aliran uveosklera yang
mengalirkan 5-15% cairan akuos. Hambatan aliran pembuangan cairan akuos dapat
terjadi pada tiga tempat, yaitu sebelum masuk anyaman trabekulum, pada anyaman
trabekulum, dan setelah anyaman trabekulum (kanalis Schlemm, saluran kolektor
dan vena episklera).
Papil saraf optik yang normal mempunyai gambaran nisbah cup disc (CD)
sebesar 0,2-0,5. Nisbah C/D adalah perbandingan antara diameter cupping/ lekukan
dan diameter diskus papil saraf optik. Pada kerusakan papil saraf optik akibat
glaukoma dengan rasio CD ≥ 0,6 berarti sudah terjadi pengurangan serabut saraf
optic yang membentuk bingkai saraf optik (optic rim). Kerusakan serabut saraf
tersebut akan mengakibatkan gangguan lapangan pandang sesuai dengan daerah
inervasi saraf tersebut pada retina. Pada fase awal, terjadi kerusakan lapangan
pandan pada daerah Bjerrum, yang biasanya tidak disadari oleh penderita karena
tidak mempengaruhi pandangan sentral. Pada fase akhir akan terjadi lapangan
pandangan yang sangat sempit (Pinhole Vision) yang akhirnya akan menghilang
dan terjadi kebutaan total (Absolut Stage).
di bawah lapisan endotel kanalis schelmm.hal ini berbeda dari proses penuaan
normal. akibatnya adalah penurunan drainase cairan aquos yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. dan 2) glaukoma sudut tertutup. Terdiri atas
Akut
Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris
bombe yang menyebabkan sumbatan sudut bilik mata depan (BMD)
oleh iris perifer. hal ini menyumbat aliran cairan aquos dan tekanan
intraokular meningkat dengan cepat. Glaukoma sudut tertutup
terjadi pada mata yangsudah mengalami penyempitan anatomik
BMD.
sub akut
Pada glaukoma sudut tertutup sub akut episode peningkatan TIO
berlangsung singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut
membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada
sudut BMD berupa pembentukan sinekia anterior perifer.
Kronik
Sejumlah kecil pasien dengan predisposisi penutupan BMD tidak
pernahmengalami episode peningkatan akut TIO tetapi mengalami
sinekia anterior perifer yang semakin meluas disertai peningkatan
bertahap dari TIO.
1. Glaukoma Pigmentasi
belakang iris akibat friksi, dan menimbulkan efek transiluminasi iris.Sindrom ini
paling sering terjadi pada pria miopia berusia antara 25 dan 40 tahun yang memiliki
bilik mata depan yang dalam dengan sudut bilik mata yang lebar.1
Kelainan pigmentasi dapat terjadi jika tanpa disertai glaukoma, tetapi orang-
orang ini harus dianggap sebagai ”tersangka glaukoma”. Hingga 10% dari mereka
akan mengalami glaukoma dalam 5 tahun dan 15% dalam 15 tahun (glaukoma
pigmentasi). Pernah dilaporkan beberapa pedigere glaukoma pigmentasi herediter
autosomal dominan, dan satu gen untuk sindrom dispersi pigmen dipetakan pada
kromosom tujuh.1
2. Glaukoma Pseudoeksofoliasi
b. Intumesensi Lensa
c. Glaukoma Fakolitik
Penutupan sudut akut akibat seklusi pupil dapat dipulihkan dengan midriasis
intensif, tetapi sering memerlukan iridotomi perifer dengan laser atau iridektomi
bedah. Setiap uveitis dengan kecenderungan pembentukan sinekia posterior harus
diterapi dengan midriatik selama uveitisnya aktif untuk mengurangi resiko seklusi
pupil.1
b. Tumor
Sindrom irikornea endotel terdapat beberapa tanda yaitu atropi iris, sindrom
chandler, sindrom nevus iris. Kelainan idiopatik pada dewasa muda yang jarang ini
biasanya unilateral dan bermanisfestasi sebagai kompensasi kornea, glaukoma, dan
kelainan iris (corectopia dan polycoria).1
Cedera konstusio bola mata dapat disertai dengan peningkatan dini tekanan
intraokular akibat perdarahan kedalam bilik mata depan (hifema). Darah bebas
menyumbat anyaman trabekular, yang juga mengalami edema akibat cedera. Terapi
awal dilakukan dengan obat-obatan, tetapi mungkin diperlukan tindakan bedah bila
11
tekanannya tetap tinggi, yang kemungkinan besar terjadi bila ada episode
perdarahan kedua.1
Cedera kontusio berefek lambat pada tekanan intraokular; efek ini timbul
akibat kerusakan langsung pada sudut. Selang waktu antara cedera dan timbulnya
glaukoma mungkin menyamarkan hubungan tersebut. Secara klinis, bilik mata
depan tampak lebih dalam daripada mata yang satunya, dan gonioskopi
memperlihatkan resesi sudut. Terapi medis biasanya efektif, tetapi mungkin
diperlukan tindakan bedah.6
Laserasi atau robek akibat kontusio pada segmen anterior sering disertai
dengan hilangnya bilik mata depan. Apabila bilik mata tidak segera dibentuk
kembali setelah cedera – baik secara spontan, dengan inkarserasi iris kedalam luka,
atau secara bedah – akan terbentuk sinekia anterior perifer dan menyebabkan
penutupan sudut yang ireversibel.
Seperti halnya trauma pada segmen anterior, tindakan bedah yang menyebabkan
mendatarnya bilik mata depan akan menimbulkan pembentukan sinekia anterior
perifer. Diperlukan pembentukkan kembali bilik mata depan melalui tindakan
bedah dengan segera apabila hal tersebut tidak terjadi secara spontan.
8. Glaukoma Neovaskular
Neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) dan sudut bilik mata depan paling
sering disebabkan oleh iskemia retina yang luas seperti yang terjadi pada retinopati
diabetik stadium lanjut dan oklusi vena sentralis retina. Glaukoma mula-mula
timbul akibat sumbatan sudut olah membran fibrovaskular, tetapi kontraksi
membran selanjutnya menyebabkan penutupan sudut.1
Glaukoma vaskular yang telah terbentuk sulit diatasi dan terapi sering tidak
memuaskan baik rangsangan neovaskularisai maupun peningkatan TIO perlu
ditangani. Pada banyak kasus, terjadi kehilangan penglihatan dan diperlukan
prosedur siklodestruktif untuk mengontrol TIO.
peningkatan TIO. Pasien yang mendapatkan terapi steroid topikal atau sistemik
harus menjalani tonometri dan oftalmoskopi secara periodik, terutama apabila
terdapat riwayat glaukoma dalam keluarga
Anamnesis
a. Biomikroskopi
Pada kasus glaukoma berbagai perubahan dapat dijumpai misalnya injeksi siliar,
pelebaran pembuluh darah konjungtiva dan epislera, edema kornea, keratik
presipitat, sinekia iris, atropi iris, neovaskularisasi iris, pelebaran pupil, ekstropion
uvea, dan katarak glaucomatous.1
c. Tonometri
Pengukuran ini dikenal dengan palpasi atau finger tension. Pengukuran ini
memberikan hasil yang kasar, dan memerlukan banyak pengalaman. Walaupun
tidak teliti, cara palpasi ini masih bermanfaat pada keadaan di mana pengukurn
tekanan dengan alat tidak dapat dilakukan, misalnya menghindari penularan
konjungtivitis dan infeksi kornea.
- Mata penderita disuruh melihat ke bawah, tetapi celah mata tidak tertutup rapat.
- Kedua jari telunjuk pemeriksa diletakkan di atas kelopak mata atas, tepat di bawah
rima orbita. Kedua telunjuk ini sedikit ditekan sampai permukaan sklera terasa.
o Bila tinggi : N +
o Bila rendah : N -
Dengan cara ini, TIO dapat diukur secara langsung, dengan kanulasi ke bilik
mata depan yang dihubungkan dengan manometer, atau secara tak langsung,
melalui kornea dengan alat tonometer. Banyak alat dirancang untuk cara tak
langsung seperti tonometer Schiotz, tonometer Maklakof, tonometer anaplasi
Goldmann, tonometer anaplasi Hand Held, tonometer Mackay Marg, dan lail-lain.
d. Funduskopi
e. Perimetri
f. Gonioskopi
g. Tonografi
h. Tes Provokasi
- Penderita diminta meminum air sebanyak 1 liter dalam waktu 5-10 menit.
- Bila ada kenaikan TIO lebih dari 8 mmHg tes dianggap positif.
17
2.6 Prognosis
2.7 Penatalaksanaan
Apabila terjadi karena uveitis, maka kita obati dulu penyebab awalnya yaitu dengan
pemberian midriatkum, steroid, obat-obbatan sitotoksik, dan pemberian
siklosporin.11
2. 7. 1 Medikamentosa
1) Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk terapi
glaukoma. Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat
18
lain. Preparat yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%,
betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%.
1
3) Epinefrin 0,25-2%, diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan aliran
keluar humor akueus dansedikit banyak disertai penurunan pembentukan humor
akeus. Terdapat sejumlah efek samping okular eksternal, termasuk vasodilatasi
19
2. 7. 2 Pembedahan
B. Trabekuloplasti laser
D. Tindakan siklodestruktif