Glaukoma adalah neuropati optik yang disebabkan oleh tekanan intraocular
(TIO) yang relatif tinggi, yang ditandai ole kelainan lapangan pandang yang khas dan atrofi papil saraf optic. Pada keadaan ini TIO tidak harus selalu (absolut ) tinggi, tetapi TIO relative tinggi untuk individu tersebut . Misal, untuk populasi normal TIO sebesar 18 mmHg masih normal, tetapi pada individu tertentu tekanan sebesar itu sudah dapat menyebabkan glaukoma yang disebut glaukoma normotensi atau glaukoma tekanan rendah.
Glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan” sebab pada sebagian besar
kasus glaukoma, gejala sering tidak dirasakan oleh penderita. Pada tahap awal, kerusakan terjadi pada tepi lapangan pandang sehingga penderita tidak menyadarinya, penderita akan merasa terganggu jika kerusakan sudah mengenai lapangan pandang sentral dan pada saat itu penyakit sudah terlanjur parah. Proses kerusakan optik berjalan secara perlahan sampai akhirnya menjadi kebutaan total. Akhirnya penderita menjadi benar-benar buta. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan peringkat kedua di Indonesia setelah katarak. Kebutaan yang terjadi pada glaukoma bersifat menetap, tidak seperti katarak yang dapat dipulihkan dengan pembedahan. Maka hal yang penting pada terapi glaukoma adalah deteksi dini sehingga tidak terjadi kerusakan optic yang semakin parah.
Terapi glaukoma ialah dengan menurukan TIO ke tingkat “aman”. Aman
disini berarti mencapai TIO yang tidak lagi merusak saraf optik. Penurunan TIO dapat dilakukan antara lain dengan cara menurunkan produksi atau menambah pembuangan cairan akuos., atau keduanya. Pada tekanan yang aman tersebut diharapkan tidak terjadi kerusakan saraf optik lebih lanjut sehingga kebutaan dapat dicegah.