Anda di halaman 1dari 10

Mustaqiem. Pengaturan Perpajakan Daerah Dalam...

Pengaturan Perpajakan Daerah Dalam Sistem


Hukum Pajak Indonesia

Mustaqiem

Abstrak
Based on Statutes and regulatiuon above, the enacttment of localtaxation were decen
tralization pattern, even though boththe systems are use the same time. The local regula
tion have function as legalbase forimposition the localtax, to fulfill the formal and materiil
standart that have been determined by laww and regulation upon him.

Pendahuluan (b) pinjaman,


(c) penciptaan uang baru.
Guna melaksanakan pemerintahan di
Pungutan sendiri merupakan nama
setiap negara diperiukan berbagai macam
himpunan yang meliputi pajak, retrlbusi,
dana pendukung sebab tanpa dukungan dana
sumbangan, monopoli, dan pungutan-
yang mencukupi program kegiatan
pungutan lain. Khusus penerimaan dari sektor
pemerintah tidak dapat direalisir optimal. Dana
pajak,. eksistensinya pada dasarnya sebagai
yang diperiukan dalam penyeienggaraan
species dan genus pemungutan telah ada
pemerintahan tIdak sedikit, sehingga
sejak zaman Romawl.^
memerlukan banyak sumber-sumber
Beberapa penerimaan pemerintah
penerimaan dana, apalagi disertai dengan
tersebut, jika disederhanakan dapat
kegiatan pembangunan.^ Penerimaan
dibedakan atas penerimaan pajak dan
Pemerintah mempunyal arti yang luas, meliputi:
penerimaan non-pajak.^ Pajak sebagai salah
pajak, hasil penjualan barang dan jasa,
satu penerimaan pemerintah, dapat
pinjaman, mencetak uang, dan sebagainya.^
dikatagorikan sebagai berikut: ^
Pendapat lain mengatakan bahwa penerimaan
a). State taxes;
negara berasal dari:
(1) Income tax;
(a) pungutan
(2) Value-added tax;

^Arifin P. SoeriaAtmadja, Mekanisme Pertanggunglawaban Keuangan Negara Suatu Tinjauan Yuridis,


Gramedia, Jakarta, 1986, him.3
^Suparmoko, Keuangan Negara, BPFE, Yogyakarta, 1999, him,93-94.
^Santoso Brotodlhardjo, Pengantarllmu Hukum Pajak, Fresco, Bandung, 1989, hlm.2
^Tomo,HS, dkk; PenerimaanNegaraBukan Pajak,7IAPI,Yogyakarta, 2004,him.16.
5Doing Busness and Investing In Indonesia, Price Vaferfjouse Cooper, 1994,p. 129

103
(3) Sales tax on luxury goods; dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah
(4) Stamp tax; Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota,
(5) Property tax (on land and buildings); yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, dan Kota
(6) Fiscal exit tax. itu mempunyal pemerintahan daerah, yang
b). Regional taxes: diatur dengan undang-undang".
(1) Development tax; Berdasarkan peraturan perundang-
(2) Motor vehicles tax; undangan yang dipergunakan untuk mengatur
(3) Other minor taxes, including house Pemerintahan Daerah yang pemah berlaku
hold tax. seiama ini, memposisikan Pemerintah Daerah
c). Customs and excise taxes: berstatus sebagai Daerah Otonom.
(1) Export tax; Konsekuensi Daerah Otonom adalah harus
(2) Import tax; memiiiki sumber pendapatan asli daerah
(3) Tobacco, sugar, beerand alcohol and sendiri, yang salah satunya berasal dari hasil
gasoline taxes. pajak daerah.
Pemungutan pajak di Indonesia secara Seiama perjalanan vi/aktu, peraturan
yuridis konstitusional awalnya didasarkan perundang-undangan yang dipakai untuk
pada Pasal 23ayat (2) Undang-Undang Dasar mengatur pajak daerah meliputi:
1945 yang menetapkan bahwa, segala pajak (a). Undang Undang Nomor 11 1Drt/1957,
untuk negara berdasar undang-undang. (b). Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997,
Selanjutnya pasal tersebut diamandemen (c). Undang Undang Nomor 34 Tahun 1999.
dengan Pasal 23 A Undang-Undang Dasar Keberadaan peraturan perundang-undangan
1945 yang menetapkan: "pajak dan pungutan tersebut, tidak lepas dari peraturan
lain yang sifatnya memaksa untuk keperluan perundang-undangan yang mengatur tentang
negara diatur dengan undang-undang". Pasal Pemerintahan Daerah; seperti Undang
hasil amandemen tersebut cakupannya lebih Undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang
luas jika dibandingkan dengan pasal Undang Nomor 5 Tahun 1974, Undang
sebelumnya. Maksudnya iaiah pasal hasil Undang Nomor 22 Tahun 1999, maupun
amandemen selain sebagai dasar Undang Undang Namor 32 Tahun 2004.
pemungutan pajak, juga sekaligus sebagai Berdasarkan iatar belakang permasalah-
dasarpungutan lain di luar pajak yang sifatnya an di atas, maka tulisan ini akan mengkaji;
memaksa. pertama, bagaimana pengaturan perpajakan
Berkaitan dengan kategori pajak, mulal daerah dalam sistem hukum pajak Indonesia?
tahun 1957 sampai sekarang di Indonesia Kedua, bagaimana kriteria produk hukum
terdapat pajak pusat dan pajak daerah. pajak daerah dalam sistem hukum pajak In
Terciptanya kategori pajak tersebut, tidak donesia?
lepas dari bentuk Indonesia sebagai negara
kesatuan, yang wilayahnya terdiri atas
Sistem Perpajakan
berbagal daerah; seperti yang ditetapkan
dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 Secara singkat sejarah pemungutan
ayat (1) "Negara Kesatuan Repubiik Indonesia pajak pada umumnya dapat digambarkan

104 JURNAL HUKUM NO. 1 VOL 13 JANUARI2006; 103-112


Mustaqiem. Pengaiuran Perpajakan Daerah Dalam...

mulai zaman purba.^ Pada zaman purba itu, (2). Ekonomi, bahwa pemungutan pajak tidak
orang menganggap sangat bijaksana dan akan merusak sumber-sumber kemakmuran
berbudi luhur untuk secara sukarela turut serta rakyat, (3). Dapat mencapai tujuan, bahwa
memellhara kelangsungan kehidupan pemungutan pajak jangan sampai
negaranya. Hal tersebut diawali apabila mengakibatkah adanya kemungkinan
pengeluaran-pengeluaran para raja pada penyelundupan atau pengurangan hasil
waktu itu sudah tidak dapat ditutup dengan karena tarifnya terlalu tinggi.® Sebenamya bagi
penghasilan pribadinya, kemudian berubah rakyat Indonesia, istilah pajak seperti yang
disampaikan suatu permintaan kepada rakyat dikenal sekarang ini bukan merupakan istilah
akan sumbangan bempa barang atau uang. asing, karena istilah tersebut sudah menjadi
Permintaan raja seperti itu dalam bahasa istilah sehari-hari; bahkan mengenai
Belanda disebut "bade"/ Lambat-laun, sifat pemungutan pajak sudah dikenai oleh rakyat
permintaan Itu berubah menjadi suatu Indonesia jauh sebelum abad 17.^®
paksaan, proses sifat paksaan tersebut dimulai Berkaitan dengan pajak, dalam literatur
setelah kerajaan-kerajaan memperluas dapat ditemukan berbagai defiiiisi pajak.
wilayahnya dengan cara menundukkan suku- Berdasarkan pendapat yang ada, pada gans
suku bangsa lain, rakyat suatu daerah yang besamya pajak merupakan iuran rakyat pada
sudah dapat ditundukkan tanpa ada paksaan kas negara berdasarkan undang-undang
tidak akan memberikan sumbangan untuk (dapatdipaksakan secara yuridis) dengantidak
memelihara kelangsungan hidup negara. mendapatkan jasa balik (kontraprestasi) yang
Padaperubahan yang terjadi dalam masyarakat, langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
pemungutan pajak secara paksaan atau untuk membayar pengeluaran umum.''^ Sedang
sewenang-wenang sudah tidak diperlukan lagi, pengertian hukum pajak, adalah keseluruhan
karena dalam masyarakat modern kehidupan peraturan-peraturan yang meliputi wewenang
memerlukan pedoman yang berupa aturan pemerintah untuk mengambil kekayaan
hukum. Berkenaan dengan hal tersebut, seseorang dan menyerahkannya kembali
pemunguran pajak saat sekarang harus kepada masyarakat melaiui kas negara,
didasarkan atas asas-asas dan norma-norma sehingga ini (hukum pajak) merupakan bagian
hukum.® Selain itu, masih harus memperhatikan dari hukum publik yang mengatur hubungan
juga hal-ha! yang berkaitan dengan : (1). hukum antara negara (sebagai pemungut
Keadllan, dalam arti pemungutan pajak harus pajak) dengan masyarakat (sebagai pembayar
bersifat umum, merata dan menurut kekuatan, pajak).^2 Pendapat lain memberikan pengertian

®Soedargo, PajakDaerah dan Retribus'i Daerah, Eresco, Bandung, 1964, him. 2


nbid.
8/b/d.
®/fa/d.
ChidirAli, Hukum Pajak,Eresco, Bandung, 1993, him. 24
" Mardiasmo, Perpajakan, Andi, Yogyakarta, 2000, him. 1
Santoso Brotodihardjo, Pengantar..., op.cit., him. 1

105
tentang hukum pajak, sebagai suatu kumpulan Keuangan Negara
peraturan-peraturann yang mengatur hubungan
Negara yang didirikan oleh sekelompok
antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan
orang pada dasamya merupakan awai untuk
rakyat sebagai pembayar pajak.'^ ^
meiangkah lebih lanjut, karena iangkah berikut
Berdasarkan kewenangah pemungutan-
yangharusdilakukan masih banyak ragamnya;
nya, pajak dapat dibedakan menjadi pajak pusat
satu diantaranya adaiah mewujudkan tujuan
(pajak yang pemungutannya berdasarkan
negara yang sudah menjadi kesepakatan
undang-undang dan hasil pajak dipergunakan
bersama. Semua tujuan negara adaiah sama,
untuk membiayai rumah tangga negara) dan
karena untuk penciptaan kesejahteraan bag!
pajak daerah (pajak yang pemungutannya
rakyatnya.'® Seiain itu tujuan negara yang
berdasarkan Peraturan daerah dan hasil pajak
demokratis, adaiah mempertinggi kemakmuan
daerah dipergunakan untuk kepentingan
rakyat.^® Tujuan negara merupakan kepentingan
penyeienggaraan rumah tangga daerah,
bersama seluruh rakyat, sehingga biaya-biaya
sebagai badan hukum pubiik)."
yang harus dikeiuarkan untuk mereaiisasi pro-
Menurut berbagai teori terdapat dasar
gram-program negara menjadi tanggungjawab
pembenaran negara memungut pajak. Dasar
bersama puia. Untuk menutup pengeiuaran
pembenar tersebut adaiah :
negara daiam rangka mereaalisasi program-
(1). Teori asuransi,
programnya, negara mencari pembiayaan
(2). Teori kepentingan,
dengan cara menarik pajak. Tidak beriebihan
(3). Teori bakti,
jika pajak dipergunakan sebagai unsur
(4). Teori daya beii,
pembiayaan negara.^^ Sehingga pemungutan
(5). Teori daya pikui.
pajak merupakan hal yang harus diiakukan
Di Indonesia yang dapat dipergunakan
oleh negara sebagai suatu fungsi esensiai,
sebagai iandasan filosofis pemungutan pajak,
artinya hasil peiaksanaan fungsi itu dapat
adaiah Pembukaan DUD 1945 aienia IV dan
dijadikan alat penggerak kegiatan, baik untuk
Pasai 23 A DUD 1945. Tujuan negara yang
kegiatan fungsi esensiai itu sendiri maupun
termaktub daiam aienia iV UUD 1945 harus
fungsi jasa dan niaga.
diwujudkan. Guna mewujudkan tujuan
Bagi suatu negara masaiah keuangan
negara, diperiukan dukungan dana yang tidak
negara sangat penting, makin baik keuangan
sedikit, dan saiah satu upaya untuk memenuhi
negara makin . stabii puia kedudukan
kebutuhan dana dilakukan pemungutan pajak.
pemerintahan daiam negara itu, sebaiiknya
Pembayaran pajakyang diiakukan oieh rakyat
jika keuangan negara kacau maka pemerintah
merupakan hak ral^at kepada negara.
akan menghadapi berbagai kesuiitan dan

" RahmatSoemitro, Dasar-DasarHukum Pajakdan PajakPendapatan 1944, Eresco, Bandung 1979, him. 24
" Soedargo, loc.cit, him. 11
ChidirAii, f.oc.c/f,hlm. 13
AJ. Wisse, Keuangan Negara, JajasanPembangunan, Djakarta, 1950, him. 11
" G. Goedhart, Garis-GarisBesarllmuKeuangan Negara, (teijemahan), Djambatan, Djakarta, 1975, him. 131

106 JURNAL HUKUM N0.1 VOL 13 JANUARf 2006; 103-112


Mustaqiem. Pengaturan Perpaj'akan Daerah Dalam...

rintangan dalam penyelenggaraan segala ketentuan nasional.^ Pihak lain berpendapat,


kewajiban yang diberlkan kepadanya. bahwa pengendalian tarif oleh daerah-daerah
Demlkian pula bag! Pemerintah Daerah, dipakai sebagai tolok ukurnya. Dalam hal
keuangan daerah merupakan masalah yang kecermatan semantik/hukum, penilaian
sangat panting baginya untuk mengatur dan definisi tidak" merupakan hal yang sangat
mengurus masalah rumah tangganya penting, namun demlkian,-hal tersebut
sendlriJ® merupakan makna yang .lebih penting jika
dianggap bahwa perpajakan yang didasarkan
perundang-undangan pemerintah regional/
Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah
daerah membawa akibat kewenangan yang
Sumber pendapatan daerah, berasal dari lebih luas dan kebebasan berkarya dalam arti
berbagal sektor, salah satunya berasal darl keuangan lebih leluasa.
pajak daerah. Pendapatan dari sektor pajak Selain itu, perpajakan daerah dapat
daerah, dapat dlbedakan menjadi tiga: (1) diartikan bermacam-macam, yaitu :
Berasal dari pembagian hasil pajak-pajak yang (1) Pajak yang dipungut oleh pemerintah
dikenakan atau dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah
pusat, (2) Berasal dari pungutan tambahan sendiri,
(opsen) atas suatu pajak yang dipungut atau (2) Pajak yang dipungut berdasarkan
dikumpulkan oleh pemerintah pusat, (3) peraturan nasional tetapi penetapan tarif
Berasal dari pajak yang diatur dan pajak dilakukan oleh pemerintah daerah,
dikumpulkan oleh pemerintah daerah {3) Pajak yang ditetapkan dan/atau dipungut
sendlri.^^ Pajak yang dipungut pemerintah oleh pemerintah daerah,
daerah, dapat ditetapkan berdasarkan (4) Pajak yang dipungut dan diadministrasi-
ketentuan peraturan perundang-undangan kan oleh pemerintah pusat, tetapi hasil
pemerintah pusat, yang bisa bersifat pungutannya diberlkan, dibagi hasllkan
memerintah atau mengijinkan atau dengan dengan/atau dibebani pungutan tambahan
istilah lain pemerintah pusat dapat opsen oleh pemerintah daerah.^' Suatu
memerintahkan pemerintah daerah untuk sumber pajak menjadi menarik, apabila
memungutnya, atau semata-mata memberi- pemerintah daerah memperoleh
kan wewenang untuk melaksanakan. pendapatan dari sumber tersebut; apakah
Pendapat lain mengatakan, bahwa suatu jenis memungut atau mengadministrasikan
pajak bukan merupakan pajak "regional/ atau tidak, atau menetapkan tarifnya.
daerah" kecuali apabila pajak tersebut Sebenarnya banyak cara untuk
dikenakan berdasarkan peraturan perundang- meningkatkan penghasilan dari pajak,
undangan regional/daerah bukan berdasar tetapi kebanyakan pemerintah Propinsi

M. Manullah, Dasar-DasarManajemen, Medan, 1974, him. 12


" KJ. Davey, Pembiayaan Pemerintah Daerah, Ul Press, Jakarta, 1988, him. 28-29
20 Ibid.
2' Ibid.

107
dan Kota/Kabupaten masih banyak yang yang iahir sebagai akibat dan
menggantungkan bantuan dari anggaran kemerdekaan bangsa Indonesia dengan
pemerintah pusat.^^ Hal tersebut terjadi, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
karena pemerintah pusat terlalu dominan intinya (Satjipto Rahardjo).
terhadap daerah. Pola pendekatan yang (3) Hukurn nasionai {national law), "has two
sentralistik dan seragam yang selama ini connotation: onemeaning axacly, national
dikembangkan oleh pemerintah pusat telah in contrast with the local the other more
mematikan inisiatif dan kreatlfitas daerah.^ prevalent during the last two decades
Meskipun pemerintah memiliki meaning the law of independent Indone
kewenangan menetapkan perpajakan sian as opposed to law originating in the
daerah. Tetap! kelayakan pajak perlu colony (Daniel S. Lev).
diperhatikan. Beberapa pertimbangan yang (4) Hukurn nasionai, iaiah :
harus diperhatikan untuk menilai pajak (a) hukum yang dinyatakan beriaku secara
daerah layak atau tidak, iaiah: nasionai oleh pembentuk undang-
(1). Taxyeild, undang nasionai,
(2). Equity, (b). hukum yang bersumber dan menjadi
(3). Economic efficiency, pemyataan langsung dantata budaya
(4). Abiiity to Impiement, nasionai,
(5) Suitabiiity as a iocai revenue source. (c). hukum yang bahan-bahannya (idiil dan
rill) primair berasal dari kebudayaan
Sistem Hukum Pajak Indonesia nasionai sendlri dengan tidak
menutup kemungkinan memasukkan
Berbicara mengenai sistem hukum bahan-bahan dari luar sebagai hasii
nasionai akan ditemukan beberapa macam pengolahan yang dibavi/a oleh
pendapat tentang hal ini, seperti yang dikutip perhubungan dengan luar nasionai,
Abdurrahman berikut inl.^^ (d). sebagai pengertian politis periawanan
(1) Sistem hukum nasionai, segala hukum antara nasionai dan koloriial ( Moh.
yang beriaku secara nasionai dan sah Koesnoe).
diseiuruh tanah air dari Sabang sampai Berpedoman pada sistem hukum nasionai
Merauke (dari Banda Aceh sampai dengan tersebut, maka pengertian sistem hukum pajak
irian JayaI Papua), yang dibuat oleh badan- indonesia tidak akanjauhberbeda karena secara
badan atau lembaga-iembaga nasionai konstitusionai kewajban negara membuat
yang, berwenang (JCT Simorangkir). hukum pajak sudah ditetapkan meiaiui Pasai 23
(2) Sistem hukum nasionai, tata hukum baru A Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan

^Richard L. Siegei, at all, Comparing Public Policy-UnitedState-Soviet Union and Europe, The Dorsey
Press, Homewood Illinois 60430 irwin Dorsey Limited Geoigetown, Ontario, p. 289,
" Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta, 2002, him. 96
Abdurrahman, BeberapaAspek Tentang Pembangunan Hukum Nasionai, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1995,him,145-149.

108 JURNAL HUKUM N0.1 VOL 13JANUARI2006; 103-112


Mustaqiem. Pengaturan Perpajakan Daerah Dalam...

dengan hal tersebut, yang dimaksud dengan Berdasarkan pendapat tersebut dan didukung
sistem hukum pajak Indonesia iaiah sistem dengan pendekatan yuridis-historis, maka
hukum dibidang perpajakan yang dibuat pengaturan perpajakan daerah yang pemah atau
menurut ketentuan Undang-Undang Dasar sedang dijalankan adalah sebagai berikut:
1945 maupun peraturan perundang-undarigan Tabel 1
lain yang dipergunakan sebagai dasar hukum
pengaturan bidang perpajakan di Indonesia. 1 Masa UU DPR berhak meng- Domokratis
No.11/Drt/ adakan pajak dan
Pengaturan perpajakan daerah di Indone 1957. retribusi daerah
sia selama ini berpedoman pada dua kaedah UU No.1 (DesentralisSk)
iaIah kaedah sentral (central norm) maupun Tahun1957.

kaedah local (local norm). Kaedah sentral (cen 2 Masa UU No. Pajak dan Retribusi Otoriter
ISTahun Daerah. ditetapkan
tra/ norm) dalam pengaturan perpajakan 1997. oleh pemerintah
daerah dapat dibedakan menjadi dua, iaIah: UU No. 5 fSentra//st/kj
(1) Peraturan perundang-undangan Tahun1974.

pemerintahan daerah, rnelipuli 3 Masa UU No. Pajak dan Retribusi Otoriterdan

a). Undang-Undang Nomor ITahun 1957. 34Tahun Daerah ditetapkan Demokratis


2000. p e m e i 1n t a h .
b)i Undang-Undang Nomor 5 Tahun (Sentralistik)
1974. Kabupaten / Kota
c). Undang-Undang Nomor 22 Tahun dengan Perda oleh
menetapkan jents
1999. pajak daerah,di luar
d). Undang-Undang Nomor 32 Tahun yangsudah ditetapkan
2004. pemerintah.
(Desentralistik)
(2) Peraturan perundang-undangan pajak dan
retribusi daerah. meliputi 4 UU No. 22 Pajak dan Retribusi Olorifiterdan
Tahun 1999. Daerah ditetapkan Demokratfs
a). Undang Undang Nomor 111 Drt /1957. Masa UU No. pemerintah,
b). Undang Undang Nomor 18Tahun 1997. 34 Tahun (Sentralistik)
c). Undang Undang Nomor 34Tahun 2000. 2000. Kabupaten 1 Kota
UU No. 32 dengan perda boleh
Kaedah lokal [local norm) dalam menetapkan jenis
Tahun 2004.
pengaturan perpajakan daerah menggunakan Pajakdaerah, diluar
Peraturan Daerah yang dibuat dan diberlakukan yang sudah ditetapkan
pemerintah.
oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan. (Desentralistik).
Substansi peraturan perundang-undangan
pajak daerah dan retribusi daerah tidak dapat Kriteria Produk Hukum Pajak Daerah
lepas dari pengaruh karakter peraturan
dalam Sistem Hukum Pajak Indonesia
perundang-undangan pemerintahan daerah.
Seperti pendapat Moh. Mahfud, konfigurasi Pengertian hukum pada dasamya dapat
politik tertentu menyebabkan lahirnya produk ditafsirkan secara terbatas iaiah sebagai
hukum dengan karakter tertentu pula. keputusan.25 Di Indonesia, hukum pajak

25 Yudha Bakti Ardhiwisastra, Penafsiran danKonstruksiHukum, Alumni, Bandung, 2COO.hlm.6

109
meaipakan juga keputusan pengusaha; hal ini pajak daerah atau kaedah iokal [local norm)
didasarkan atas Pasal 23 A Undang-Undang yang berbentuk peraturan Daerah Nomor 1
Dasar 1945. Menurut Kusumadi Pudjosewojo, Tahun 2002 di Propinsi Daerah istimewa
nama lain hukum pajak adalah hukum fiskal.^ Yogyakarta, teiah memeriuhi dua hai, iaiah :
Pendapat Rochmat Soemitro, hukum pajak (1). Aspek formii, (2) Aspek rnateriil.
adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan Pemenuhan terhadap dua aspek tersebut
yang mengatur hubungan antara pemerintah dapat dijeiaskan sebagai berikut::
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai 1). Pemenuhan Aspek Formii (procedural).
pembayar pajak.^^ Lain perkataan, hukum pajak (a). UU Nomor: 22 Tahun 1999, Pasai 69
menerangkan : Siapa-siapa wajib pajak "Kepala Daerah menetapkan Perda
(subyek) dan apa kewajiban-kewajiban mereka atas persetujuan DPRD daiam rangka
terhadap pemerintah, hak-hak pemerintah, penyeienggaraan otonomi daerah
obyek apa yang dikenakan pajak, timbui dan dan penjabaran Iebih ianjut dan
hapusnya hutang pajak, cara penagihan, cara peraturan perundang-undangan yang
mengajukan keberatan-keberatan, dan Iebih tinggi"
sebagainya.^ Menurut Hans Kelsen, bahwa (b) UU Nomor; 32 Tahun 2004, Pasai 136
norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang ayat (1): "Perda ditetapkan oleh Kepala
dan berlapis-iapis daiam suatu hirarki tata Daerah setelah mendapatkan
susunan norma yang iebih rendah berlakunya persetujuan bersama DPRD
sampai dengah norma dasar (ground norm).^ 2). Pemenuhan Aspek Materiil (substans).
Seiain itu, menurut teori perundang-undangan, (a). UU Nomon 22 Tahun 1999, Pasal 70:
pembentukan peraturan perundang-undangan "Perda tidak boleh bertentangan
meiiputi dua masaiah pokok yang harus dengan kepentingan urnum, Perda
diperlihatkan, iaiah aspek materiil/substansial lain, dan peraturan perundang-
dan aspek formil/prosedurai.^ Aspek matenW undangan yang tebih tinggi.
substansial berkenaan dengan ini dan suatu (b). UU Nomor: 32 Tahun 2004, Pasai 136
peraturan perundang-undangan, sedang ayat(4): "Perda dilarang bertentang
aspek formll/prosedur berkaitan dengan an dengan kepentingan umum, dan/
kewenangan dan tahapan pembuatannya. atau peraturan perundang-undangan
berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan yang iebih tinggi".
bahwa daiam pembentukan produk hukum (c) UU Nomor 10 Tahun 2004, Pasai 12:

2® Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran fata Hukum Indonesia, Aksara Bam, Jakarta, 1986, him. 177
" RochmatSoemitro, Dasar-DasarPerpajakan Dan PajakPendapatan 1944, Eresco, Jakarta-Bandung
1979, him.24
^/b/d, him. 24-25
^ Hans Kelsen, General TheoryofLawandState, aiih bahasa oieh Somadi berjudul: Teoeri Hukum Mumi
(dasar-dasar iimu hukum normative sebagai iimu hukum empiric-descreptif), Rindi, Pres, Jakarta, 1995, him. 16
Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Kathoiik Parahyangan, Ketrampilan Perancangan
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, him. 2

110 JURNAL HUKUM N0.1 VOL 13JANUARI2006; 103-112


Mustaqiem. Pengaturan Perpaj'akan Daerah Dalam...

Materi muatan Perda adalah seluruh (a). Mempergunakan sistem desentralistik


materi muatan dalam rangka pada waklu otonomi seluas-luasnya.
penyelenggaraan otonomi daerah dan (b). Mempergunakan sistem sentralistik pada
tugas pembantuan, dan menampung waktu otonomi nyata danbertanggungjawab.
kondisi khusus daerah, serta pen- (c). Mempergunakan s/sfem sentralistik dan
jabaran lebih ianjut peraturan per- desentralistik pada viaktu otonomi luas,
undang-undangan yang lebih tinggi. nyata dan bertanggungjawan.
(d) UU. Nomor; 34 Tahun 2000; (d). Menggunakan sistem sentralistik dan
Pasal 2: desentralistik pada waktu otonomi seluas-
(1) Jenis pajak Provinsi terdiri dari : luasnya.
Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Produk hukum yangberbentuk Peraturan
Batik Nama Kendaraan Bermotor Daerah Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pajak
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Bermotor, Pajak Pengambilan dan teiah memenuhi kriteria produk hukum dalam
Pemanfaatan Air Bawah Tanah sistem hukum pajak nasional, karena telah
dan Air Permukaan. memenuhi ketentuan formil dan materiil.
(2)Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri Menurut ketentuan formil, pembuatan
daril Pajak Hotel, Pajak Restoran, Peraturan Daerah tersebut harus melibatkan
Pajak Hiiburan, Pajak Rekiame dua lembaga daerah (eksekutif dan legislatif),
Pajak Penerangan Jaian, Pajak seperti yang diatur dalam Undang Undang
Pengambilan Bahan Galian Nomor 22 Tahun 1999 Pasai 69: maupun
Goiongan C, Pajak Parkir. Undang Undang Nomor 32Tahun 2004, Pasal
Pasai 3: 25 C, jika diukur dengan ketentuan materiil,
(1) "Maksimal tarif pajak daerah menunjukkan bahwa Peraturan Daerah
ditetapkan paling tinggi sebesar...". tersebut telah memenuhi ketentuan daiam
(sentralistik). Undang-Undang Nornor 22 Tahun 1999,
(2) Tarif pajak daerah (Provinsi) Pasal 70; Undang-Undang Nomor 34 Tahun
ditetapkan seragam diseluruh 2000, Pasai 2 ayat (1) dan (2), dan Pasal 4
indonesia dan diatur dengan ayat (3); Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Peraturan Pemerintah (sentralistik). 2004, Pasai 136 ayat (4); Undang Undang
(3) Tarif pajak daerah (Kabupaten / Nomor 10 Tahun 2004, Pasal 12.
Kota) ditetapkan dengan Berdasarkan hal tersebut, mengindikasi-
Peraturan Daerah {desentraiisiik). kan bahwa sepanjang pengaturan bidang
perpajakan daerah tetap menggunakan sistem
sentralistik, maka ketentuan formil dan materiil
Simpulan
tetap diberlakukan. Tetapi sebaiiknya, apabila
Berdasarkan pendekatan yuridis-histo- pengaturan bidang perpajakan daerah
ries, pengaturan bidang perpajakan daerah di menggunakan sistem desentralistik, maka
Indonesia dapat dibedakan menjadi 4 (empat) yang tetap diberlakukan hanya ketentuan
sistem, iaiah: formil, sedang ketentuan materiil tidak

111
diberlakukan lagi, sehingga pemuatan Peraturan A/orniaf/f Rajawall Pets, Jakarta, 1985
Daerah untuk rnengatur pemungutan pajak Abdurrahman, Beberapa Aspek Tentang
daerah tidak pehu lagi mengacu pada pendapat Pembangunan Hukum Nasional, Citra
tentang hirarki norma hukum. Aditya Bakti, Bandung, 1995
Yudha Bangkit Ardhlwisastra, Penafsiran dan
Konstruksi Hukum, Alumni, Bandung,
Daftar Pustaka
2000
Arifin P. Soeria Atmadja, Mekanisme Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran
Pertanggungjawaban Keuangan tata Hukum Indonesia, Kasara Baru,
Negara Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta, 1986
Gramedla, Jakarta, 1986 Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Perpajakan
Suparmoko, Keuangan Negara, BPFE, Dan Pajak Pendapatan 1944, Eresco,
Yogyakarta, 1999 Jakarta-Bandung, 1979
Santoso Brotodihardjo, Pengantarllmu Hukum Hans Kelsen, Genera! Theory ofLaw andState,
Pajak, Fresco, Bandung, 1989 ' alih bahasa oleh SomadI beijudul: Teori
Tomo, HS, dkk; Penerimaan Negara Bukan NegaraMumI Dasar-dasarllmuHukum
Pa;a/(, YIAPI, Yogyakarta, 2004 Normative Sebagal llmu Hukum
Doing Business and Investing In Indonesia, Emplrlsc-Descreptif, Rindi, Pres.
Price Vaterhouse Cooper, 1994 Jakarta, 1995
Soedikno Mertokoesoemo, Penemuan Laboratorlum Hukum Fakultas Hukum Univer-
Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1996 sltas Kathollk Parahyangan,
Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Ketrampllan Perancangan Hukum,
Hukum, Renika Cipla, Jakarta, 1996 CItra Aditya Bakti, Bandung, 1997
Soeryono Sockanto, Metodologi Penelitiah

112 JURNAL HUKUM N0.1 VOL 13 JANUARI2006; 103-112

Anda mungkin juga menyukai