2018/2019 Buku ini ditulis oleh Pramodya Ananta ada masa tuanya ini pada tahun 1995 dapat dijadikan buku yang mengungkap dan memberi kesaksian tentang peristiwa kemanusiaan yang mengerikan di balik pembangunan Jalan Raya Pos. Penulis menguraikan ketertarikannya pada Jalan Raya Pos yang memakan Paragraf 1, berisikan banyak korban jiwa para pekerja paksa yang ia golongkan tentang identitas penulis, tahun penulisan, dan ide sebagai genosida. Pada buku ini disinggung mengenai genosida tercetusnya tulisan dibuat. yang awalnya dilakukan oleh Jan Pietersz Coen tahun 1621 di Bandaneira, Daendels dengan Jalan Raya Posnya tahun 1808, Cuulturstelsel alias tanam paksa, genosida pada zaman Jepang di Kalimantan, genosida oleh Westerling tahun 1947 hingga genosida terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia di awal- awal pemerintahan Orde Baru. Paragraf 2, awal penulisan dibuat, beberapa kota yang Setelah mengurai sejarah tercetusnya ide pembuatan Jalan dilewati. Raya Pos di benak Daendels, yang dibagi berdasarkan kota-kota Tulisan ini memiliki alur yang dilewati dan berada di sepanjang Jalan Raya Pos. Dalam buku mundur, karena ditulis ini mencatat 39 kota yang berada dalam jalur Jalan Raya Pos, baik pada tahun 1995 sedangkan pada kota besar seperti Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya, pembuatan Jalan raya Pos maupun kota-kota kecil seperti Juwana, Porong, Bangil, dan lain berlangsung pada tahun sebagainya. 1908 Buku ini mengungkapkan sejarah terbentuknya kota-kota tersebut, dampak sosial saat dibangunnya Jalan Raya Pos, hingga keadaan kota-kota tersebut pada masa kini. Masa-masa kelam ketika Paragraf 3 menceritakan Jalan Raya Pos dikerjakan yang tertulis di buku ini. Sampai di kota isi tentang perbandingan Sumedang pembangunan jalan harus melalui daerah yang sangat pada masa peristiwa ini berat unuk ditembus, di daerah Ciherang Sumedang, yang kini hingga masa kini, serta dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Di sini para pekerja paksa penderitaan yang dialami harus memetak pegunungan dengan peralatan sederhana, seperti oleh pekerja. kampak, dan lain-lain. Dengan medan yang demikian beratnya untuk pertama kalinya ada angka jumlah korban yang jatuh mencapai 5000 orang. Ketika pembangunan jalan sampai di daerah Semarang, Daendels mencoba menghubungkan Semarang dengan Demak. Paragraf 4, menceritakan Kembali medan yang sulit menghadang. Bukan hanya karena isi mengenai medan yang tanahnya tertutup oleh rawa-rawa pantai, juga karena sebagian sulit untuk daripadanya adalah laut pedalaman atau teluk-teluk dangkal. Untuk menghubungkan jalan itu kerja pengerukan rawa menjadi hal utama. Walau angka-angka antara beberapa kota korban di daerah ini tidak pernah dilaporkan, mudah diduga betapa banyak para pekerja paksa yang kelelahan dan kelaparan itu menjadi korban malaria. Sumber Inggris melaporkan seluruh korban yang tewas akibat pembangunan Jalan raya Pos sebanyak 12.000 orang. Itu Paragraf 5 menceritakan yang tercatat, namun diyakini jika jumlah korban lebih dari itu. Tak mengenai korban yang pernah ada komisi resmi yang menyelidiki. Selain mengungkap sisi- diberitakan yang dianggap sisi kelam di balik pembangunan Jalan Raya Pos, Pram juga tidak sesuai dengan senantiasa menyelipkan penggalan kenangan-kenangan masa muda kenyataan. dirinya pada kota-kota di sepanjang Jalan Raya Pos yang pernah ia singgahi. Ada kenangan yang pahit, mengesankan, dan lucu yang pernah dialaminya di berbagai kota yang ditulisnya di buku ini. Sebut saja pengalaman lucu ketika Pram muda yang sedang bertugas sebagai tentara di daerah Cirebon. Dalam kegelapan malam secara tak disengaja ia pernah buang hajat di sebuah tungku dapur yang disangkanya kakus, padahal tungku itu masih berisi sisa singkong rebus untuk rangsum para laskar rakyat.
Sumber buku: Ananta, P.T. 2010. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Jakarta: Lentera Dipantara