Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Problem Based Learning (PBL)


Berikut beberapa definisi dari model problem based learning atau
pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1. PBM adakah pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir
dalam memecahkan masalah (Darmawan, 2018)
2. Model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning
(PBM/PBL) adalah model pembelajaran yang merangsang siswa untuk
menganalis masalah, memperkirakan jawabannya, mencari data,
menganalisis data, dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah
(Siswati, 2012).
3. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang
berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan
siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang
kontekstual (Gunada, 2015).
4. PBL merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk
“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara kelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan (Azmi, 2016).
5. PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk pengetahuan konsep
yang essensial dari materi pembelajaran (Fatimah, 2016).
6. PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari hal lebih luas yang berfokus pada
mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang aktif dan
bertanggung jawab (Nafiah, 2014).
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan pembelajaran
berbasis masalah atau problem based learning merupakan sebuah
pembelajaran yang merangsang, memberikan kesempatan dan
mengembangkan cara belajar peserta didik agar dapat menganalis masalah,
memperkirakan jawabannya, mencari data, menganalisis data, dan kemudian
mampu menyimpulkan jawaban dari masalah tersebut. Sehingga dapat
mempersiapkan peserta didik untuk lebih fokus, aktif dan bertanggung jawab.
Dari kesimpulan di atas maka kita dapat menentukan beberapa dampak
positif dari model PBM/PBL, yaitu (Hamdani, 2011):
1. Peserta didik dilibatkan pada kegiatan belajar mengajar sehingga
pengetahuan yang diberikan dapat terserap dengan baik
2. Peserta didik dilatih untuk bisa bekerja sama dengan peserta didik
lainnya
3. Peserta didik mampu memperoleh pemecahan masalah
Kendati memiliki kelebihan, bukan berarti model ini tidak memiliki
kekurangan, berikut kekurangan dari model PBM/PBL (Hamdani, 2011):
1. Tujuan tidak dapat tercapai bagi peserta didik yang malas
2. Model ini membutuhkan banyak waktu dan dana dalam penerapannya
3. Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan model ini sebagai
model pembelajarannya
Maka dari itu dalam penerapannya, model PBM/PBL memiliki langkah-
langkah yang harus diikuti guna mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh
pendidik. Berikut langkah-langkah yang harus diikuti dalam model
PBM/PBL (Darmawan, 2018):
Berikut langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah, yaitu
(Hamdani, 2011):
1. Orientasi
Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan peserta didik dan memberikan motivasi agar aktif dalam
pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi
Pendidik membantu peserta didik untuk mendefinisikan atau
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3. Membimbing
Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Mengembangkan
Pendidik membantu dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai, seperti laporan.
5. Menganalisis dan mengevaluasi
Pendidik membantu untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil
penyelidikan yang telah dibuat.
2.2 Praktikum
Salah satu cara membuat peserta didik turut berpartisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar guna mendukung proses belajar peserta didik
dengan metode praktikum memberi kesempatan pada peserta didik untuk
menentukan sendiri suatu fakta yang ingin diketahui (Sari, 2018). Berikut
beberapa definisi dari praktikum, yaitu:
1. Praktikum merupakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar peserta
didik mendapat kesempatan untuk menguji dan mengaplikasikan teori
dengan menggunakan fasilitas laboratorium maupun di luar laboratorium
(Suryaningsih, 2017)
2. Praktikum merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
menarik minat peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mendapat
kesempatan menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata yang
dipelajari dalam teori (Sari, 2018).
3. Praktikum adalah cara penyajian pelajaran kepada peserta didik guna
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sesuatu yang
ingin dipelajari (Zahara, 2017).
Dari beberapa pengertian praktikum di atas, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwasannya praktikum merupakan sebuah kegiatan
pembelajaran yang mampu menarik minat peserta didik guna melakukan
percobaan dengan memanfaatkan prasarana yang ada, untuk membuktikan
kebenaran dari sebuah teori.
Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum, terdapat beberapa tahap yang
harus dilaksanakan, yaitu (Sari, 2018):
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan, dan
3. Tahap penutup.
Adapun kelebihan dari metode praktikum dalam sebuah model
pembelajaran adalah sebagai berikut (Sagala, 2005):
1. Dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran serta
kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri daripada
hanya menerima penjelasan dari pendidik dan buku
2. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang
sains dan teknologi
3. Dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah seperti bekerjasama, jujur,
terbuka, kritis dan toleransi
4. Peserta didik belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu
proses atau kejadian
5. Memperkaya pengalaman siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif dan
realistis
6. Mengembangkan sikap berpikir ilmiah
7. Hasil belajar akan bertahan lama dan terjadi proses internalisasi.
Sedangkan untuk kekurangan dari praktikum sebagai berikut (Sagala,
2005):
1. Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
mudah diperoleh dan murah
2. Setiap praktikum tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
terdapat faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan
3. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua hal dapat dijadikan materi
praktikum
4. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan
dan bahan.
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik (Pendidikan, Dosen., 2019). Sedangkan
menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam
bentuk angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar di setiap akhir
pembelajaran. Nilai yang diperoleh pesreta didik menjadi acuan untuk
melihat seberapa besar penguasaan peserta didik dalam menerima materi
pelajaran (Dimyati, 2006). Hasil belajar menurut Hamalik adalah terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur
bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dari sebelumnya, dari yang tidak tahu menjadi lebih tahu (Hamalik, 2008).
Tujuan dari melakukan penilaian hasil belajar kepada peserta didik adalah
sebagai berikut (Sudjana “2005”):
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya dalam mata pelajaran yang sedang
ditempuhnya.
2. Mengetahui keberhasilan dari proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta
sistem pelaksanaannya.
4. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
Sedangkan jenis penilaian yang akan digunakan melihat dari segi
fungsinya, maka jenis penilaiannya adalah penilaian formatif. Dimana
penilaian ini dilaksanakan saat akhir program belajar mengajar guna melihat
tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar itu sendiri (Sudjana, 2005).
Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik
diantaranya adalah (Pendidikan, Dosen., 2019):
1. Faktor Internal ialah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, faktor internal meliputi, faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
2. Faktor eksternal ialah faktor yang ada diluar individu, faktor eksternal
meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
2.4 Kerangka Berpikir
KONDISI AWAL

PRE-TEST PRE-TEST

PBL +
CERAMAH + PPT
PRAKTIKUM KELAS
KELAS
EKSPERI-
KONTROL
MEN
POST-TEST POST-TEST

HASIL BELAJAR HASIL BELAJAR

KONDISI AKHIR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir


2.5 Hipotesis
1. Hipotesis nol (H0) : Tidak ada peningkatan yang signifikan dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dipadu
praktikum dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kelas
XI MIA SMA Angkasa 1 Jakarta pada materi elastisitas bahan.
2. Hipotesis kerja (H1) : Adanya pengaruh yang signifikan dengan
model pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dipadu praktikum dalam meningkatkan hasil didik di kelas XI
MIA SMA Angkasa 1 Jakarta pada materi elastisitas bahan.
.

Anda mungkin juga menyukai